Oleh :
Nama : Eka Putri Ramadhani
NIM : 192303102178
LEMBAR PENGESAHAN
1
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Mengetahui
Kepala Ruangan
(Bu dian )
2
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan .............. . . . . ................................................................. 5
D. Manfaat ....................................................................................
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimanakah “Bagaimana asuhan keperawatan
pada salah satu anggota keluarga yang menderita kusta di Puskesmas Trajeng
Kota Pasuruan
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada keluarga
dengan anggota keluarga yang menderita kusta di Puskesmas Trajeng .
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keluarga dengan anggota
keluarga yang menderita kusta di Puskesmas Trajeng .
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga dengan
anggota keluarga yang menderita kusta di Puskesmas Trajeng .
c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan keluarga dengan
anggota keluarga yang menderita kusta di Puskesmas Trajeng .
d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan keluarga dengan
anggota keluarga yang menderita kusta di Puskesmas Trajeng .
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga dengan
anggota keluarga yang menderita kusta di Puskesmas Trajeng .
D. Manfaat
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat / Klien
Menambah pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam upaya
pencegahan, perawatan serta pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam
merawat anggota keluarga yang menderita kusta.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi tambahan guna meningkatkan informasi dan
pengetahuan sebagai referensi perpustakan Kampus Pasuruan UNEJ,
yang bisa di gunakan oleh mahasiswa sebagai bahan bacaan dan dasar
untuk studi kasus selanjutnya.
c. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan sumbangan pikiran dalam meningkatkan
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan kasus kusta di Wilayah Kerja
Puskesmas Trajeng.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah yang terdiri dari atas individu yang bergabung bersama
oleh ikatan penikahan, darah, atau adopsi dan tinggal didalam satu rumah tangga
yang sama (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Wall, (1986) dalam Yolanda
(2017), keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri
atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait
dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi
sebagai sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai
keluarga.
UU No. 10 Tahun 1992, mengemukakan keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami istri, atau
ayah dan anak-anaknya, atau ibu dan anak-anaknya. Lain halnya menurut
BKKBN (1999) dalam Yolanda (2017), keluarga adalah dua orang atau lebih
yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada tuhan,
memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
masyarakat serta lingkungannya. (Yolanda, 2017)
a. Tradisional
1.The nuclear family ( keluarga inti )
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
3.Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri.
7
5.The extended family ( keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari 3 generasi yang hidup bersama dalamsatu
rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek-nenek),
keponakan dan lain-lain.
7.Commuter family
Kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa
berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (weekend).
8.Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
9.Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
salingberdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama. Misalnya : kamar mandi, dapur, televisi, telepon.
10.Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
b.Non-tradisional
3.Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, Sumber dan fasilitas
8
yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
6.Cohabiting couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan, karena
beberapa alasan tertentu.
7.Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi
sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
9.Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara
dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
aslinya.
10.Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi
dan atau problem kesehatan mental.
11.Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
2. Fungsi Keluarga.
9
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010) dalam Yolanda 2017:
a.Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun
untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendir, sehingga fungsi afektif merupakan
salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran utama orang dewasa dalam
keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga
dan kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya.
c.Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat
yaitu menyediakan angagota baru untuk masyarakat.
e.Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses
pengambilan keputusan.
3. Struktur keluarga
a.Struktur peran.
Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang
sebuah posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang
dalam suatu system social.
10
b.Struktur nilai keluarga
Nilai keluarga adalah suatu system ide, perilaku dan keyakinan tentang
nilai suatu hal atau konsep yan secara sadar maupun tidak sadar mengikat
anggota keuarga dalam kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum.
c. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka,
melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan.
a.Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalambeberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalurayah.
b.Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalambeberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
c.Matriloka
Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ibu.
d.Patrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ayah.
e.Keluarga kawin
Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.
11
4.Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
12
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1)Keberadaan fasilitas keluarga.
2)Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
3)Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4)Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) dalam Yolanda
(2017) adalah sebagai berikut:
a.Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada
keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan
13
memandirikan keluarga.
f.Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang
mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi
masalah.
g.Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah
masalah kesehatan yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang
muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang
dipraktikkan keluarga. Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan
berpusat pada keluarga sebagai unit fungsional terkecil dan bertujuan memenuhi
kebutuhan dasar manusia pada tingkat keluarga sehingga tercapai kesehatan
yang optimal untuk setiap anggota keluarga. Melalui asuhan keperawatan
keluarga, fungsi keluarga menjadi optimal, setiap individu didalam keluarga
tersebut memiliki karakter yang kuat, tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang
sifatnya negative sehingga memiliki kemampuan berpikir yang cerdas.
14
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama
berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini
dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah,
istri-ibu, putra-saudara lakilaki, dan putri- saudara perempuan. Tugas
perkembangan keluarga tahap III adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga
akan rumah, ruang, privasi dan keamanan yang memadai, menyosialisasikan
anak, mengintegrasi anak kecil sebagai anggota keluarga baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak lain, mempertahankan hubungan yang sehat didalam
keluarga dan diluar keluarga
15
hubungan yang bermakna antara orangtua yang telah menua dan anak mereka,
memperkuat hubungan pernikahan.
B.Konsep Penyakit
1.Definisi Kusta
Kusta (Lepra) adalah penyakit infeksi yang kronik penyebabnya ialah
Mycobacterium leprae yang intraselular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas
pertama, lalu kulit dan mukosa traktur respiratorius bagian atas, kemudian dapat
ke organ lain kecuali sususan saraf pusat. (KMB II, Hadi Herdianto, 2016).
a. Etiologi
M.leprae atau kuman HaNsen adalah kuman penyebab penyakit kusta
yang ditemukan oleh sarjana dari Norwegia GH Armauer HaNsen pada tahun
1873 . Kuman ini bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan ukuran 1-8 u,
lebar 0,2-0,5 u, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu – satu, hidup
dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat dikultur dalam
media buatan. Kuman ini juga dapat menyebabkaninfeksi sistimik pada binatang
armadilo. M. leprae merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat obligat
intraselular, menyerang saraf perifer, kulit, dan organ lain seperti mukosa,
saluran nafas bagian atas, hati, dan sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat.
Masa membelah diri M. leprae 12-21 hari dan masa tunasnya antara 40 hari-40
tahun. Kuman penyebabnya adalah mycobacterium leprae yang ditemukan oleh
G.A HaNsen pada tahun 1874 di Norwegia, yang sampai sekarang belum juga
dapat dibiakkan dalam media artificial. M. leprae bebentuk basil dengan ukuran
3-8 μm x 0,5 µm, tahan asam dan alcohol, serta positif- Gram. Masa Tunas:
masa belah diri kuman kusta memerlukan waktu yang sangat lama
dibandingkan dengan kuman lain, yaitu 12-21 hari. Oleh karena itu masa tunas
menjadi lama, yaitu rata – rata 2-5 tahun.
b. Patofisiologi
Setelah M. leprae masuk kedalam tubuh, perkembangan penyakit kusta
bergantung pada kerentanan seseorang. Respon tubuh setelah masa tunas
dilampaui tergantung pada derajat sistem imunitas selular (cellular mediated
immune) pasien. Kalau system imunitas selular tinggi penyakit berkembang
kearah tuberkuloid dan bila rendah, berkembang arah lepromatosa.
16
Mikobakterium Leprae berpredileksi didaerah-daerah yang relatif lebih dingin,
yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit. Derajat penyakit tidak
selalu sebanding dengan derajat infeksi karena respon imun pada tiap pasien
berbeda. Gejala klinis lebih sebanding dengan tingkat reaksi selular dari pada
itensitas infeksi. Oleh karena itu, penyakit kusta dapat disebut sebagai penyakit
imunologi.
-Pathway
c.Manifestasi Klinis
Diagnosis didasarkan pada gambaran klinis, bakterioskopis, dan
histopatologis. Menurut WHO (1995), diagnosis kusta ditegakkan bila terdapat
satu dari tanda cardinal berikut:
1. Adanya lnesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas. Lnesi kulit dapat
tunggal atau multipel, biasanya hipopigmentasi tetapi kadang-kadang lnesi
kemerahan atau berwarna tembaga. Lnesi dapat bervariasi tetapi umumnya
berupa makula, papul, atau nodul.
2. Kehilangan sensibilitas pada lnesi kulit merupakan gambaran khas.
Kerusakan saraf terutama saraf tepi, bermanifestasi sebagai kehilangan
sensibilitas kulit dan kelemahan otot. Penebalan saraf tepi saja tanpa disertai
17
kehilangan seNsibilitas dan/atau kelemahan otot juga merupakan tanda kusta.
3. Pada beberapa kasus ditemukan basil tahan asam dari kerokan jaringan kulit.
Bila ragu- ragu maka dianggap sebagai kasus dicurigai dan diperiksa ulang
setiap 3 bulan sampai ditegakkan diagnosis kusta atau penyakit lain.
d. Penatalaksanaan
Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah menyembuhkan
pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai
penularan dari pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk
menurunkan insidensi penyakit. Tujuan utama program pemberantasan kusta
adalah menyembuhkan pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat serta
memutuskan mata rantai penularan dari pasien kusta terutama tipe yang menular
kepada orang lain untuk menurunkan insidens penyakit.
1. Tipe B
Jenis obat dan dosis untuk dewasa :
a.Rifampisin 600 mg/bulan diminum didepan petugas.
b.DSS tablet 100 mg/hari diminum dirumah.
c.Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan dan setelah selesai minum 6
dosis dinyatakan RFT (released from treatment = berhenti minum obat kusta)
meskipun secara klinis lnesinya masih aktif. Menurut WHO (1995) tidak lagi
dinyatakan RFT tetapi menggunakan istilah completion of treatment cure dan
pasien tidak lagi dalam pengawasan.
2. Tipe MB
Jenis obat dan dosis :
2.Tingkat I : Ada kelainan pada mata, tetapi tidak terlihat, visus sedikit
berkurang.
3.Tingkat 2 : Ada kelainan mata yang terlihat (misalnya lagoptalmus kekeruhan
kornea) dan atau visus yang terganggu.Cacat tingkat 1 pada telapak kaki bernesiko
terjadinya ulkus plantaris, namun dengan perawatan diri secara rutin hal ini dapat
dicegah. Mati rasa pada bercak bukan merupakan cacat tingkat 1 karena bukan
disebabkan oleh kerusakan saraf perifer utama, tetap rusaknya cabang saraf kecil pada
19
kulit. Cacat tingkat 2 berarti cacat atau kerusakan yang terlihat
a. Untuk mata :
1)Tidak mampu menutup mata dengan rapat (lagoptalmus)
2)Kekeruhan kornea
3)Kemerahan yang jelas pada mata (terjadi ulserasi kornea atau uveitis)
4)Gangguan penglihatan berat atau kebutaan
4.Latihan
Latihan dengan cara mencegah terjadinya kecacatan pada penderita kusta
tergantung pada komponen saraf yang terkena daerah sensoris, motoris dan
otonom maupun kombinasi antara ketiganya. Melakukan pencegahan cacat dan
bertambahnya cacat pada dasarnya adalah : melakukan latihan pada penderita
kusta cacat baik tingkat I dan 2 untuk mengajarkan teknik-teknik perawatan diri
pada daerah yang terkena cacat.
5.Pendidikan
20
Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien kusta sangat
diperlukan karena penatalaksanaan penyakit kusta memerlukan perilaku
penanganan yang khusus yaitu teknik perawatan diri. Pasien tidak hanya belajar
ketrampilan untuk merawat diri sendiri guna menghindari kecacatan, tetapi juga
harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari dari
menutup diri dan mau beradaptasi dengan masyarakat.
1. Pengkajian
a. Biodata
Umur memberikan petunjuk mengenai dosis obat yang diberikan, anak-
anak dan dewasa pemberian dosis obatnya berbeda. Pekerjaan, alamat
menentukan tingkat sosial, ekonomi dan tingkat kebersihan lingkungan. Karena
pada kenyataannya bahwa sebagian besar penderita kusta adalah dari golongan
ekonomi lemah.
e. Riwayat Psikososial
Fungsi tubuh dan komplikasi yang diderita. Klien yang menderita
morbus hansen akan malu karena sebagian besar masyarakat akan beranggapan
bahwa penyakit ini merupakan penyakit kutukan, sehingga klien akan menutup
diri dan menarik diri, sehingga klien mengalami gangguan jiwa pada konsep diri
karena penurunan.
21
f. Pola Aktivitas Sehari-hari
Aktifitas sehari-hari terganggu karena adanya kelemahan pada tangan
dan kaki maupun kelumpuhan. Klien mengalami ketergantungan pada orang lain
dalam perawatan diri karena kondisinya yang tidak memungkinkan.
g. Pemeriksaan
Keadaan umum klien biasanya dalam keadaan demam karena reaksi
berat pada tipe I, reaksi ringan, berat tipe II morbus hansen. Lemah karena
adanya gangguan saraf tepi motorik.
1) Sistem penglihatan.
Adanya gangguan fungsi saraf tepi sensorik, kornea mata anastnesi
sehingga reflek kedip berkurang jika terjadi infeksi mengakibatkan kebutaan,
dan saraf tepi motorik terjadi kelemahan mata akan lagophthalmos jika ada
infeksi akan buta. Pada morbus hansen tipe II reaksi berat, jika terjadi
peradangan pada organ-organ tubuh akan mengakibatkan irigocyclitis.
Sedangkan pause basiler jika ada bercak pada alis mata maka alis mata akan
rontok.
2) Sistem pernafasan
Klien dengan morbus hansen hidungnya seperti pelana dan terdapat
gangguan pada tenggorokan.
3) Sistem persarafan:
a)Kerusakan fungsi sensorik
Kelainan fungsi sensorik ini menyebabkan terjadinya kurang/ mati rasa. Akibat
kurang/ mati rasa pada telapak tangan dan kaki dapat terjadi luka, sedang pada
kornea mata mengkibatkan kurang/ hilangnya reflek kedip.
4) Sistem muskuloskeletal.
22
Adanya gangguan fungsi saraf tepi motorik adanya kelemahan atau
kelumpuhan otot tangan dan kaki, jika dibiarkan akan atropi.
5) Sistem integumen
Terdapat kelainan berupa hipopigmentasi (seperti panu), bercak eritem
(kemerah-merahan), infiltrat (penebalan kulit), nodul (benjolan). Jika ada
kerusakan fungsi otonom terjadi gangguan kelenjar keringat, kelenjar minyak
dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit kering, tebal, mengeras dan pecah-
pecah. Rambut: sering didapati kerontokan jika terdapat bercak.
b.Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan.
Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan
keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut. Diagnosa keperawatan
adalah proses menganalisis data subjektif dan objektif yang telah diperoleh
pada tahap pengkajian untuk menegakan diagnosis keperawatan. Diagnosis
keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang
dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan
kesehatan yang lain.
23