Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN SOAL PILIHAN GANDA BERPIKIR KRITIS INCH DAN PROFIL

PENCAPAIANNYA DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG PADA TEMA PENYAKIT


MANUSIA

Lilit Rusyati1, Nuryani Rustaman2, dan Saefudin2

1
International Program and Science Education, FPMIPA, UPI Bandung
2
Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA, UPI Bandung

ABSTRAK
Penelitian berjudul "Pengembangan Multiple Choice Uji Berdasarkan Berpikir Kritis Inch dan Profil
nya di SMA Bandung Tema Penyakit Manusia" merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh pentingnya tes pilihan ganda yang didasarkan elemen dan sub elemen pemikiran
Inch kritis. tujuan penelitian ini untuk mengembangkan tes pilihan ganda didasarkan pada pemikiran
kritis Inch dan menggambarkan profilnya di SMA Bandung pada tema penyakit manusia. populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh SMA mahasiswa di Bandung, sedangkan sampel tiga siswa SMA
di Bandung, masing-masing mewakili cluster 1, cluster 2 dan cluster 3. sampel diambil dengan teknik
multistage sampling. data ditangkap dengan menggunakan tes pilihan ganda didasarkan pada delapan
elemen dan 26 sub-elemen pemikiran Inch kritis. instrumen ini digunakan untuk menangkap data
dalam bentuk nilai prestasi siswa SMA di Bandung untuk berpikir kritis pada tema penyakit manusia.
pencapaian pemikiran Inch kritis pada siswa SMA di Bandung adalah 76,2%. hasil ini menunjukkan
bahwa pencapaian pemikiran Inch kritis pada siswa SMA di Bandung adalah baik. pencapaian ini
diperoleh dari kontribusi berbagai elemen pemikiran kritis Inch yang berurutan dari terbesar ke nomor
terkecil adalah tujuan 90, 4%, asumsi 86,0%, interpretasi dan inferensi 84,3%, 75,1% informasi,
implikasi dan concequences 74,9%, sudut pandang 69,1%, pertanyaan pada masalah 65,1%, dan
konsep 64 , 4%.
Kata kunci: berpikir kritis, penyakit manusia, pilihan berganda

ABSTRACT

The study entitled "Development of Multiple Choice Test Based on Inch’s Critical Thinking and Its
Profile in Senior High School of Bandung on Themes of Human Disease” is a descriptive study. The
study was motivated by the importance of multiple choice test which is based the elements and sub
elements of Inch’s critical thinking. The aims of this study to develop of multiple choice test based on
Inch’s critical thinking and describe its profile in Senior High School of Bandung on themes of
human disease. The population in this study were all senior high school students in Bandung, while
the samples were three senior high school students in Bandung, each representing cluster 1, cluster 2
and cluster 3. Samples were taken with a multistage sampling technique. Data captured by using a
multiple choice tests based on the eight elements and 26 sub-elements of Inch’s critical thinking. This
instrument is used to capture data in the form of the achievement scores of high school students in
Bandung to critical thinking on the theme of human disease. Achievement of Inch’s critical thinking
on high school students in Bandung is 76,2%. These results indicate that the achievement of Inch’s
critical thinking on Senior High School students in Bandung is good. This achievement was obtained
from the contribution of the elements of Inch’s critical thinking sequentially from largest to smallest
number are purpose 90,4%, assumptions 86,0%, interpretation and inference 84,3%, information
75,1%, implication and concequences 74,9%, point of view 69,1%, question at issue 65,1%, and
concepts 64,4%.
Keywords: critical thinking, human disease, multiple choice questions

PENDAHULUAN pendidikan sangat penting untuk menciptakan


masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan
Kemajuan suatu bangsa sangat
demokratis. Pendidikan sains memiliki peran
ditentukan oleh kualitas sumber daya
penting dalam peningkatan mutu pendidikan,
manusia. Kualitas sumber daya manusia
khususnya dalam menghasilkan peserta didik
tergantung pada kualitas pendidikan. Peran
124
Lilit Rusyati, Nuryani Rustaman, dan Saefudin, Pengembangan Soal Pilihan Ganda Berpikir Kritis Inch dan Profil
Pencapaiannya di SMA Negeri Kota Bandung pada Tema Penyakit Manusia 125

yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu cukup. Agar mampu menghadapi persaingan
berpikir kritis, kreatif, logis, dan berinisiatif ke depan, dibutuhkan orang yang mampu
dalam menanggapi isu di masyarakat yang berpikir kritis.
diakibatkan oleh dampak perkembangan sains
Berpikir kritis tidak hanya dapat
dan teknologi (Wijana et al., 2007).
dikembangkan dalam pembelajaran saja,
Pendidikan sains memiliki peran yang tetapi juga harus didukung dengan evaluasi
penting dalam menyiapkan anak memasuki yang mencerminkan berpikir kritis. Arikunto
dunia kehidupannya. Sains pada hakekatnya (2001) mengungkapkan bahwa tolak ukur
merupakan sebuah produk dan proses. Produk pendidikan dapat diketahui dengan adanya
sains meliputi fakta, konsep, prinsip, teori, evaluasi. Artinya jika siswa diharapkan dapat
dan hukum. Sedangkan proses sains meliputi berpikir kritis, maka jenis-jenis soal yang
cara-cara memperoleh, mengembangkan, dan diberikan juga harus melatih berpikir kritis.
menerapkan pengetahuan yang mencakup cara Dewasa ini, soal-soal yang diberikan kepada
kerja, cara berpikir, cara memecahkan siswa masih kurang mengarahkan dan melatih
masalah, dan cara bersikap. Oleh karena itu, siswa untuk berpikir kritis.
sains dirumuskan secara sistematis, terutama
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
didasarkan atas pengamatan eksperimen dan
diperlukan suatu penelitian yang bertujuan
induksi.
untuk memperoleh seperangkat soal berpikir
Mudzakir (Hernani et al., 2009) kritis yang valid dan reliabel, yang telah teruji
mengungkapkan bahwa pendidikan sains sebagai alat ukur untuk melakukan evaluasi
memiliki potensi yang besar dan peranan dan perbaikan kualitas evaluasi serta untuk
strategis dalam menyiapkan sumber daya memperkaya khazanah soal-soal Biologi
manusia yang berkualitas untuk menghadapi SMA. Judul penelitian yang diangkat adalah
era industrialisasi dan globalisasi. Potensi ini “Pengembangan Soal Pilihan Ganda Berpikir
akan dapat terwujud jika pendidikan sains Kritis Inch dan Profil Pencapaiannya di SMA
mampu melahirkan siswa yang cakap dalam Negeri Kota Bandung Pada Tema Penyakit
bidangnya dan berhasil menumbuhkan Manusia”.
kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif,
Tema yang digunakan dalam penelitian
kemampuan memecahkan masalah, bersifat
ini adalah penyakit manusia. Dewasa ini
kritis, menguasai teknologi serta adaptif
banyak ditemukan macam-macam penyakit
terhadap perubahan dan perkembangan
pada manusia baik yang sudah dapat
zaman.
disembuhkan maupun yang belum dapat
Zaman ini berkembang demikian cepat, disembuhkan. Tema penyakit manusia ini
bahkan jauh lebih cepat dari perkiraan para bersifat kontekstual, artinya dekat dengan
ahli. Prediksi para ahli perancang masa depan kehidupan sehari-hari siswa ataupun juga
sering meleset, karena dimensi permasalahan siswa sendiri yang pernah mengalami
yang dihadapi manusia saat ini demikian penyakit tersebut. Selain itu, biasanya siswa
kompleks. Satu peristiwa sering bertautan sangat antusias bertanya atau memberikan
dengan peristiwa lainnya, tidak ada peristiwa tanggapan jika pembelajaran dikaitkan dengan
yang berupa a single event, sehingga untuk kehidupan sehari-hari atau aplikasi pada
menyelesaikannya diperlukan berbagai penyakit. Hal ini sesuai dengan prinsip
pendekatan. pengembangan silabus dalam pembelajaran
menurut BSNP (2006: 14) bahwa silabus
Zaman ini pula disebut sebagai zaman
pembelajaran harus aktual dan kontekstual.
kompetisi atau persaingan. Implikasinya
Cakupan indikator, materi pokok atau
orang lain dianggap sebagai kompetitor dalam
pembelajaran, pengalaman belajar, sumber
meraih cita-cita. Teman akrab ada kalanya
belajar, dan sistem penilaian memperhatikan
bisa menjadi pesaing beratnya. Karena
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
masing-masing saling berkompetisi, wajar
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan
jika kemudian ada pihak yang menang dan
peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu,
ada pula yang kalah. Dalam keadaan
diharapkan siswa dapat melatih berpikir kritis
demikian, menjadi orang pintar saja belum
126 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 1, April 2013, hlm. 124-134

dengan menggunakan soal-soal berdasarkan HASIL DAN PEMBAHASAN


elemen berpikir kritis pada tema penyakit
1. Analisis Hasil Studi Pendahuluan
manusia.
Tentang Penyakit Manusia
Tema yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penyakit manusia. Dewasa ini
banyak ditemukan macam-macam penyakit
METODE
pada manusia baik yang sudah dapat
Metode yang digunakan dalam penelitian disembuhkan maupun yang belum dapat
ini adalah metode deskriptif. Metode disembuhkan. Tema penyakit manusia ini
deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan bersifat kontekstual, artinya dekat dengan
pengembangan soal pilihan ganda berpikir kehidupan sehari-hari siswa ataupun juga
kritis Inch dan profil pencapaiannya di SMA siswa sendiri yang pernah mengalami
Negeri Kota Bandung pada tema penyakit penyakit tersebut. Selain itu, biasanya siswa
manusia. Populasi dalam penelitian ini adalah sangat antusias bertanya atau memberikan
semua siswa SMA Negeri di Kota Bandung, tanggapan jika pembelajaran dikaitkan dengan
sedangkan sampel yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau aplikasi pada
penelitian ini adalah siswa tiga SMA Negeri penyakit.
di Kota Bandung yang masing-masing
BSNP (2006) mengungkapkan bahwa
mewakili cluster 1, cluster 2, dan cluster 3.
prinsip pengembangan silabus dalam
Instrumen yang digunakan sebagai alat pembelajaran yaitu silabus pembelajaran
untuk menjaring data yang diperlukan adalah harus aktual dan kontekstual. Cakupan
lembar validitas konstruk (contruct validity), indikator, materi pokok atau pembelajaran,
lembar uji keterbacaan soal, dan soal pilihan pengalaman belajar, sumber belajar, dan
ganda berpikir kritis dengan lima pilihan sistem penilaian memperhatikan
jawaban berdasarkan delapan elemen berpikir perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
kritis yang diadopsi dari Inch et al. (2006). mutakhir dalam kehidupan nyata dan
Data yang diperoleh yaitu berupa nilai siswa peristiwa yang terjadi.
dalam menjawab soal pilihan ganda berpikir
Tema penyakit manusia sangat luas,
kritis Inch. Langkah-langkah pengolahannya
sehingga perlu dilakukan studi pendahuluan
adalah sebagai berikut:
untuk menjaring daftar nama-nama penyakit
1. Memberikan skor pada tiap lembar manusia. Karena penelitian profil berpikir
jawaban tes siswa sesuai dengan kunci kritis Inch ini akan dilakukan pada sampel
jawaban. siswa SMA kelas XII pada SMA cluster 1,
2. Menghitung skor mentah dari setiap cluster 2, dan cluster 3, maka studi
pendahuluan juga dilakukan pada sampel
jawaban.
yang sama. Hal ini agar data yang diperoleh
3. Mengubah nilai ke dalam bentuk representatif. Pada akhirnya dipilih sepuluh
persentase dengan cara: penyakit manusia yang paling banyak dipilih
yaitu flu, batuk, penyakit maag, DBD, asma,
Nilai siswa %  
 jawaban soal yang benar
 100%
diare, tifus, kanker, demam, dan cacar.
 total soal

2. Karakteristik Soal yang Dapat


4. Menghitung nilai rata-rata berpikir kritis Mengukur Berpikir Kritis Inch
berdasarkan cluster SMA.
Soal yang dibuat dalam penelitian ini
didasarkan pada delapan elemen berpikir
Skor total siswa  X 
Skor rata  rata  kritis Inch et al. (2006: 5-7) yang merupakan
Jumlah siswa  N 
fungsi saling berhubungan. Kedelapan elemen
tersebut yaitu tujuan (purpose), pertanyaan
terhadap masalah (question at issue), asumsi
Lilit Rusyati, Nuryani Rustaman, dan Saefudin, Pengembangan Soal Pilihan Ganda Berpikir Kritis Inch dan Profil
Pencapaiannya di SMA Negeri Kota Bandung pada Tema Penyakit Manusia 127

(assumptions), sudut pandang (point of view), elemen berpikir kritis Inch yang tidak
informasi (information), konsep (concepts), terwakili oleh 30 soal dari soal paket B. Agar
interpretasi dan menarik kesimpulan semua sub elemen berpikir kritis Inch dapat
(interpretation and inference), serta implikasi terwakili, maka peneliti mengambil enam soal
dan akibat-akibat (implication and dari soal paket A yang mewakili sub elemen
concequences). yang tidak terwakili oleh sub elemen dari 30
soal dari soal paket B. Hal ini dengan
Pencapaian berpikir kritis dalam
pertimbangan meskipun soal paket A
menggunakan informasi secara efektif dari
memiliki reliabilitas tes 0,09 (sangat rendah)
dunia maya (internet) pun diperlukan
pada SMA cluster 1, tetapi soal paket A
kemampuan berpikir kritis dasar untuk
memiliki reliabilitas tes 0,78 (tinggi) pada
menganalisis, mengevaluasi, dan
cluster 2 dan 0,96 (sangat tinggi) pada cluster
mengembangkan kemampuan berpikir.
3. Pada akhirnya digunakan 36 soal untuk
Tujuannya adalah agar bisa menentukan fokus
mengukur berpikir kritis siswa SMA Negeri di
dan relevansi dari informasi yang dicari (Paul
Kota Bandung (30 soal dari soal paket B dan
dan Elder, 2008).
enam soal dari soal paket A).
Selain dilengkapi dengan informasi atau
artikel relevan yang berhubungan dengan
penyakit manusia, soal pilihan ganda berpikir 3. Pengembangan Soal Pilihan Ganda
kritis Inch yang dibuat juga dilengkapi dengan Berpikir Kritis Inch
komik sains. Hal ini mengacu pada penelitian
Pengembangan soal pilihan ganda
Cheesman (2006) yang mengungkapkan
berpikir kritis Inch dala penelitian ini meliputi
bahwa komik yang terdapat pada majalah atau
lima tahap yaitu pembuatan soal pilihan ganda
koran dapat membantu siswa untuk
berpikir kritis Inch, penilaian ahli (experts
memahami suatu konsep dan dapat
judgment), uji keterbacaan soal pilihan ganda
menstimulasi berpikir kritis.
berpikir kritis Inch, uji lapangan terbatas soal
Hal yang sangat penting juga bahwa soal pilihan ganda berpikir kritis Inch, dan uji
pilihan ganda berpikir kritis Inch yang dibuat lapangan utama soal pilihan ganda berpikir
ini harus reliabel sehingga memiliki kritis Inch. Dalam uji lapangan terbatas
kelayakan untuk mengukur berpikir kritis diperoleh hasil analisis daya pembeda, taraf
siswa SMA. Soal paket A pada cluster 1 kesukaran, validitas soal, dan reliabilitas tes.
memiliki reliabilitas tes 0,09 (sangat rendah), Dalam uji lapangan utama soal pilihan ganda
pada cluster 2 sebesar 0,78 (tinggi), dan pada berpikir kritis Inch, diperoleh data berupa
cluster 3 sebesar 0,96 (sangat tinggi). Soal nilai yang merupakan profil pencapaian
paket B pada cluster 1 memiliki reliabilitas tes berpikir kritis Inch siswa SMA Negeri di Kota
1,00 (sangat tinggi), pada cluster 2 sebesar Bandung pada tema penyakit manusia.
0,81 (sangat tinggi), dan pada cluster 3
Soal pilihan ganda berpikir kritis Inch
sebesar 0,91 (sangat tinggi). Selanjutnya
dibuat dalam dua soal paket yaitu soal paket A
diperoleh soal yang diterima untuk mengukur
dan soal paket B, dimana tiap paket terdiri
berpikir kritis Inch, dimana ada 12 soal dari
atas 30 soal pilihan ganda dengan lima pilihan
soal paket A yang harus dieliminasi karena
jawaban. Soal-soal pada tiap paket dibuat
validitas sangat rendah, daya pembeda jelek,
berdasarkan delapan elemen dan 26 sub
dan kualitas pengecoh yang sangat jelek,
elemen berpikir kritis Inch, serta berdasakan
sedangkan 30 soal dari soal paket B diterima
tema sepuluh penyakit manusia. Tema
semuanya untuk mengukur berpikir kritis Inch
penyakit manusia ini dijaring dari hasil angket
siswa SMA dengan direvisi kualitas
siswa pada SMA cluster 1, cluster 2, dan
pengecohnya terlebih dahulu.
cluster 3.
Berdasarkan hasil analisis, maka pada
Dalam menguji validitas konstruk
akhirnya diputuskan 30 soal dari soal paket B
(contruct validity) instrumen soal pilihan
yang dipakai untuk mengukur berpikir kritis
ganda yang akan digunakan untuk menjaring
siswa SMA Negeri di Kota Bandung. Akan
pencapaian berpikir kritis siswa SMA Negeri
tetapi, ada enam sub elemen dari 26 sub
128 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 1, April 2013, hlm. 124-134

di Kota Bandung, maka digunakan pendapat siswa agar dapat menjawab pertanyaan tanpa
dari ahli (experts judgment). Dalam hal ini, harus menghapal materi. Hal ini, karena
peneliti meminta pendapat tiga ahli dalam hal mereka tidak terbiasa dengan soal yang
konsep berpikir kritis Inch dan konsep dilengkapi dengan informasi atau artikel.
penyakit manusia. Terdapat lima aspek yang Selain itu, para siswa juga merasa cukup
dinilai dalam masing-masing soal yaitu (1) bingung ketika diminta untuk mengajukan
soal yang digunakan telah sesuai dengan sub pertanyaan atau mengungkapkan sub
elemen berpikir kritis, (2) kriteria jawaban pertanyaan dari rumusan masalah suatu
telah sesuai dengan soal yang dibuat, (3) penelitian. Para siswa merasa sangat tertarik
informasi atau artikel yang disajikan ketika soal dilengkapi dengan gambar
bermanfaat bagi siswa dalam menjawab soal, berwarna atau komik sains yang berwarna
(3) bahasa yang digunakan telah sehingga mereka merasa tidak jenuh dan dapat
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan menjadi sesuatu yang dapat mengembangkan
benar, dan (5) kriteria distractor (pengecoh) berpikir kritis. Hal ini sesuai dengan
telah sesuai dengan standar pembuatan soal penelitian Cheesman (2006: 48) yang
pilihan ganda. mengungkapkan bahwa komik yang terdapat
pada majalah atau koran dapat membantu
Uji keterbacaan dilakukan pada guru dan
siswa untuk memahami suatu konsep dan
siswa yang mewakili SMA cluster 1, cluster
dapat menstimulasi berpikir kritis.
2, dan cluster 3. Secara umum, guru
menyatakan bahwa soal yang dibuat sudah
jelas dan dimengerti, namun perlu diperjelas
4. Profil Pencapaian Berpikir Kritis Siswa
gambar dan keterangan gambar. Menurut
SMA Negeri di Kota Bandung
siswa, pada umumnya soal yang dibuat juga
jelas dan dimengerti. Tetapi ada beberapa hal Pencapaian berpikir kritis Inch siswa
yang menjadi penilaian mereka terhadap soal, SMA Negeri di Kota Bandung yaitu sebesar
yaitu diantaranya pilihan jawaban yang masih 76,2%. Hasil ini menunjukkan bahwa
menimbulkan ambigu, istilah-istilah seperti pencapaian berpikir kritis Inch siswa SMA
abate, akrilamida mereka belum paham, kata Negeri di Kota Bandung berada pada kategori
“signifikan dan realistis” juga belum dipahami baik (Arikunto, 2009). Pencapaian ini
oleh mereka. Berdasarkan hasil tersebut, diperoleh dari kontribusi elemen-elemen
untuk selanjutnya kata “signifikan dan berpikir kritis Inch secara berurutan dari
realistis” dapat diganti dengan “nyata dan jumlah kemunculan terbanyak sampai terkecil
jelas”. Ada juga yang berpendapat bahwa soal yaitu elemen tujuan 90,4%, elemen asumsi
terlalu bertele-tele karena adanya informasi 86,0%, elemen interpretasi dan menarik
atau artikel yang disajikan padahal yang kesimpulan 84,3%, elemen informasi 75,1%,
ditanyakannya hanya satu konsep dalam elemen implikasi dan akibat-akibat 74,9%,
artikel tersebut. Mereka mengeluhkan elemen sudut pandang 69,1%, elemen
mengapa tidak langsung saja menanyakan pertanyaan terhadap masalah 65,1%, dan
konsep itu. Padahal, informasi atau artikel elemen konsep 64,4%.
yang disajikan berguna untuk mengarahkan
Lilit Rusyati, Nuryani Rustaman, dan Saefudin, Pengembangan Soal Pilihan Ganda Berpikir Kritis Inch dan Profil
Pencapaiannya di SMA Negeri Kota Bandung pada Tema Penyakit Manusia 129

Gambar 1. Rata-Rata Pencapaian Berpikir Kritis Inch Siswa SMA Negeri di Kota Bandung

Gambar 1 merupakan rata-rata elemen (2) pertanyaan terhadap masalah


pencapaian berpikir kritis Inch siswa SMA 65,1%, dan elemen (6) konsep 64,4%. Jadi,
Negeri di Kota Bandung dengan tidak melihat elemen yang paling banyak muncul yaitu (1)
perbedaan cluster SMA, tetapi lebih tujuan 90,4%, sedangkan elemen yang paling
menyoroti besarnya elemen-elemen berpikir sedikit muncul yaitu elemen (6) konsep
kritis Inch yang muncul. Berdasarkan Gambar 64,4%.
1, dapat diurutkan jumlah kemunculan
Berdasarkan tujuan penelitian yaitu
terbanyak sampai terkecil yaitu elemen (1)
menggambarkan profil berpikir kritis siswa
tujuan 90,4%, elemen (3) asumsi 86,0%,
SMA Negeri di Kota Bandung, maka data
elemen (7) interpretasi dan menarik
pada Gambar 1 dihitung rata-ratanya yaitu
kesimpulan 84,3%, elemen (5) informasi
menjadi 76,2%. Berikut disajikan pencapaian
75,1%, elemen (8) implikasi dan akibat-akibat
berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota
74,9%, elemen (4) sudut pandang 69,1%,
Bandung.

Gambar 2. Pencapaian Berpikir Kritis Inch Siswa SMA Negeri di Kota Bandung
130 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 1, April 2013, hlm. 124-134

Gambar 3. Profil Rata-Rata Pencapaian per Elemen Berpikir Kritis Inch


pada siswa SMA cluster 1, cluster 2, dan cluster 3

Seperti yang sudah diungkapkan Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa SMP”
sebelumnya, hasil dari penelitian ini yaitu mengungkapkan bahwa rata-rata skor awal
pencapaian berpikir kritis Inch siswa SMA siswa kelas eksperimen 42,40 dan kelas
Negeri di Kota Bandung yaitu sebesar 76,2%. kontrol 43,77. Setelah dilakukan
Hasil ini menunjukkan bahwa pencapaian pembelajaran, skor yang dicapai siswa kelas
berpikir kritis Inch siswa SMA Negeri di Kota eksperimen 69,37 dan kelas kontrol 53,49
Bandung berada pada kategori baik (Arikunto, yang menunjukkan adanya peningkatan dan
2009). Pencapaian ini diperoleh dari terdapat perbedaan rata-rata kedua kelas
kontribusi elemen-elemen berpikir kritis Inch penelitian. Kemampuan berpikir kritis
secara berurutan dari jumlah kemunculan (elemen tujuan, pertanyaan terhadap masalah,
terbanyak sampai terkecil yaitu elemen tujuan informasi, konsep, sudut pandang, interpretasi
90,4%, elemen asumsi 86,0%, elemen dan menarik kesimpulan, serta implikasi dan
interpretasi dan menarik kesimpulan 84,3%, akibat-akibat) menunjukkan bahwa kelas
elemen informasi 75,1%, elemen implikasi eksperimen memiliki peningkatan
dan akibat-akibat 74,9%, elemen sudut kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi
pandang 69,1%, elemen pertanyaan terhadap dibandingkan kelas kontrol. Elemen asumsi
masalah 65,1%, dan elemen konsep 64,4% pada kelas eksperimen dan kelas kontrol,
(Gambar 1). sama-sama memiliki N-Gain negatif. Secara
umum, kemampuan berpikir kritis siswa kelas
Penelitian yang serupa tentang berpikir
eksperimen yang menerapkan pembelajaran
kritis Inch dilakukan oleh Widyaningsih
berbasis praktikum virtual pada konsep sistem
(2012) berjudul “Penerapan Pembelajaran
sirkulasi lebih baik dibandingkan kelas
Sistem Sirkulasi Berbasis Praktikum Virtual
kontrol yang menerapkan pembelajaran
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Lilit Rusyati, Nuryani Rustaman, dan Saefudin, Pengembangan Soal Pilihan Ganda Berpikir Kritis Inch dan Profil
Pencapaiannya di SMA Negeri Kota Bandung pada Tema Penyakit Manusia 131

konvensional berbantukan media komputer meningkatkan keterampilan berpikir tingkat


(powerpoint). Kemampuan berpikir kritis tinggi. Data menunjukkan bahwa mahasiswa
siswa pada kelas eksperimen berbeda yang menerima pelatihan menunjukkan hasil
signifikan dengan kelas kontrol. Pembelajaran signifikan lebih baik pada ujian pada akhir
berbasis praktikum virtual memberikan semester dibandingkan dengan kelompok
pengaruh lebih baik terhadap kemampuan kontrol. Pemodelan dan pembinaan "active
berpikir kritis karena pembelajaran ini lebih study " sangat penting untuk memastikan
memfokuskan siswa sebagai subjek belajar bahwa mahasiswa membangun kepercayaan
dan memberikan kesempatan yang luas diri tentang kemampuan mereka untuk belajar
kepada siswa untuk membangun sains.
pengetahuannya secara mandiri melalui
Penelitian lain tentang berpikir kritis
praktikum virtual serta diskusi dengan teman
dilakukan oleh Sukaesih (2010) dalam
sehingga akan diperoleh ide dan konsep baru.
penelitian yang berjudul “Pembelajaran
Ciascai & Haiduc (2009) meneliti Berbasis Praktikum Dengan Menerapkan
tentang kurikulum IPA Romania dalam Asesmen Tes Lisan Pada Topik
mengembangkan berpikir kritis siswa. Keanekaragaman Hayati Untuk
Berpikir kritis dianggap sebagai hasil penting Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis
bagi semua siswa. Selain itu, berpikir kritis dan Sikap Ilmiah Mahasiswa”. Berdasarkan
memungkinkan siswa untuk menanggapi analisis data dan pembahasan dalam
masalah yang kurang didefinisikan dengan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
baik sehingga harus lebih siap secara pribadi pembelajaran berbasis praktikum dengan
dan profesional. Penelitian ini dilakukan pada menerapkan asesmen tes lisan dapat
56 kurkulum IPA sekolah yang tersedia di mengembangkan kemampuan berpikir kritis
situs Departemen Pendidikan, Penelitian dan dan sikap ilmiah mahasiswa pada topik
Inovasi (Ministry of Education, Research and keanekaragaman hayati, dimana hasil yang
Innovation). Proses analisis dilakukan pada diperoleh lebih baik dibandingkan kelas yang
dua tingkat. Tingkat pertama adalah tingkat menerapkan praktikum biasa.
analisis terminologi dan tingkat kedua adalah
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan
tingkat keterampilan berpikir kritis. Hasil
bahwa pencapaian berpikir kritis Inch siswa
menunjukkan bahwa secara terminologis
SMA Negeri di Kota Bandung berada pada
(berpikir kritis, analisis kritis, kritik, dan
kategori baik (76,2%). Hasil ini diperoleh dari
sebagainya) masih rendah dan berpikir kritis
kontribusi tiga elemen dengan skor tinggi
terwakili secara tidak proporsional dalam
yaitu elemen tujuan 90,4%, elemen asumsi
kurikulum IPA pendidikan dasar dan
86,0%, serta elemen interpretasi dan menarik
menengah. Hasil yang disajikan dalam
kesimpulan 84,3%. Elemen dengan skor
penelitian ini mengungkapkan bahwa berpikir
cukup rendah yaitu elemen sudut pandang
kritis tidak menjadi perhatian utama bagi
69,1%, elemen pertanyaan terhadap masalah
penyusun kurikulum IPA di sekolah Romania.
65,1%, dan elemen konsep 64,4% (Gambar
Penelitian tentang berpikir kritis juga 3). Berdasarkan hasil analisis terhadap uji
dilakukan oleh Chaplin (2007). Penelitian ini keterbacaan soal pada guru dan siswa,
berjudul “A Model of Student Succes: diperoleh bahwa pada umumnya siswa tidak
Coaching Students to Develop Critical terbiasa dan tidak paham pada soal yang
Thinking Skills in Introductory Biology meminta untuk mengungkapkan sudut
Courses”. Mahasiswa sains yang berkinerja pandang dan pertanyaan terhadap masalah,
buruk di kelas pengantar sains sering tidak sedangkan untuk elemen konsep pada
tahu apa yang harus dilakukan agar tampil umumnya siswa harus memahami atau
lebih baik karena mereka "tidak tahu bahwa menghapal terlebih dahulu konsep yang
mereka tidak tahu", dan mereka sangat rendah ditanyakan dalam soal. Meskipun pada soal
dalam keterampilan berpikir kritis dan sudah disajikan informasi atau artikel yang
pemecahan masalah. Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa menjawab
menggambarkan pemodelan dan pembinaan konsep tanpa harus menghapal terlebih
mahasiswa dalam "active study" untuk dahulu, ternyata belum bisa membantu. Hal
132 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 1, April 2013, hlm. 124-134

ini bisa menjadi pertimbangan untuk berpikir kritis Inch, dan uji lapangan utama
penelitian selanjutnya bahwa informasi atau soal pilihan ganda berpikir kritis Inch. Dalam
artikel yang disajikan harus benar-benar uji lapangan terbatas diperoleh hasil analisis
representatif dengan konsep yang ditanyakan daya pembeda, taraf kesukaran, validitas soal,
dalam soal. dan reliabilitas tes.
Pencapaian berpikir kritis Inch siswa Pencapaian berpikir kritis Inch siswa
SMA Negeri di Kota Bandung yang belum SMA Negeri di Kota Bandung yaitu sebesar
berada pada kategori sangat baik, bisa 76,2%. Hasil ini menunjukkan bahwa
diakibatkan dari kurikulum pelajaran Biologi pencapaian berpikir kritis Inch siswa SMA
yang belum memunculkan kemampuan Negeri di Kota Bandung berada pada kategori
berpikir kritis. Hal ini sesuai dengan baik. Pencapaian ini diperoleh dari kontribusi
penelitian Ciascai & Haiduc (2009) yang elemen-elemen berpikir kritis Inch secara
meneliti tentang kurikulum IPA Romania. berurutan dari jumlah kemunculan terbanyak
Hasil yang disajikan dalam penelitian ini sampai terkecil yaitu elemen tujuan 90,4%,
mengungkapkan bahwa berpikir kritis tidak elemen asumsi 86,0%, elemen interpretasi dan
menjadi perhatian utama bagi penyusun menarik kesimpulan 84,3%, elemen informasi
kurikulum IPA di sekolah Romania. 75,1%, elemen implikasi dan akibat-akibat
Meskipun pencapaian berpikir kritis Inch 74,9%, elemen sudut pandang 69,1%, elemen
siswa SMA Negeri di Kota Bandung belum pertanyaan terhadap masalah 65,1%, dan
berada pada kategori sangat baik, akan tetapi elemen konsep 64,4%.
kemampuan berpikir kritis ini dapat
ditingkatkan melalui pembelajaran.
Pembelajaran yang dapat dilakukan yaitu
pembelajaran berbasis praktikum virtual DAFTAR PUSTAKA
(Widyaningsih, 2012), pembelajaran "active Arikunto, S. (2001). Dasar-Dasar Evaluasi
study" (Chaplin, 2007) dan pembelajaran Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
berbasis praktikum dengan menerapkan Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian
asesmen tes lisan (Sukaesih, 2010). Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
KESIMPULAN Asher, et al. (1990). ”Effects of Chest
Karakteristik soal pilihan ganda untuk Physical Therapy on Lung Function in
Children Recovering from Acute
mengukur berpikir kritis Inch disusun
Severe Asthma”. Dalam Pediatric
berdasarkan delapan elemen dan 26 sub Pulmonolgy. [Online], (9), 6 halaman.
elemen berpikir kritis Inch yang dilengkapi Tersedia: http://asma.pdf [29
dengan informasi atau artikel relevan yang September 2011].
berhubungan dengan penyakit manusia. Hal
lain yang juga sangat penting bahwa soal BSNP. (2006). Panduan Penyusunan
pilihan ganda berpikir kritis Inch yang dibuat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
ini harus reliabel sehingga memiliki Jenjang Pendidikan Dasar dan
kelayakan untuk mengukur berpikir kritis Menengah. Jakarta: BSNP.
siswa SMA. Berdasarkan hasil analisis, pada Campbell et al. (2004). Biologi Edisi Kelima-
akhirnya digunakan 36 soal untuk mengukur Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Chaplin, S. (2007). ”A Model of Student
Bandung (30 soal dari soal paket B dan enam Success: Coaching Students to Develop
soal dari soal paket A). Critical Thinking Skills in Introductory
Pengembangan soal pilihan ganda Biology Courses”. Dalam International
berpikir kritis Inch meliputi lima tahap yaitu Journal for the Scholarship of Teaching
pembuatan soal pilihan ganda berpikir kritis and Learning. [Online], 1, (2), 7
Inch, penilaian ahli (experts judgment, uji halaman.Tersedia:
http://Article_Chaplin.pdf [12 Januari
keterbacaan soal pilihan ganda berpikir kritis
2012].
Inch, uji lapangan terbatas soal pilihan ganda
Lilit Rusyati, Nuryani Rustaman, dan Saefudin, Pengembangan Soal Pilihan Ganda Berpikir Kritis Inch dan Profil
Pencapaiannya di SMA Negeri Kota Bandung pada Tema Penyakit Manusia 133

Cheesman, K. (2006). ”Using Comics in The Lubis, H.M. (2005). Batu Kronik dan
Science Classroom”. Dalam Journal of Berulang (BKB) Pada Anak. [Online].
College Science Teaching. [Online], 35, Teresedia: http://ana-helmi.pdf [29
(4), 4 halaman. Tersedia: http://using September 2011].
comics in the science classroom.pdf [23
Novel, S.S. (2011). Ensiklopedi Penyakit
Juni 2011].
Menular dan Infeksi. Yogyakarta:
Chiappetta, E.L., Fillman, D.A. and Sethna, Familia Pustaka Keluarga.
G.H. (1991a). ”A Method to Quantify
Oswari, H. & Sofwan, R. (2009). 123
Major Themes of Scentific Literacy in
Penyakit dan Gangguan pada Anak.
Science Textbooks”. Journal of
Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Research in Science Teaching. 28, (8),
713-725. Paul, R. & Elder, L. (2004). The Nature and
Functions of Critical and Creative
Ciascai,L. & Haiduc, L. (2009). ”Is romanian
Thinking. [Online]. Tersedia:
Science School Curricula Open
www.criticalthinking.org [11 Juni
Towards the Development of School
2011].
Students’ Critical Thinking Skills?”.
Dalam Acta Didactica Paul, R. & Linda Elder. (2008). The Analysis
Napocensia.[Online], 2, (3), 10 & Assessment of Thinking (Helping
halaman. Tersedia: Students Assess Their Thinking).
http://article_2_3_2.pdf [12 Januari [Online]. Tersedia: http://www.
2012]. criticalthinking.org [11 Juni 2011].
Costa, A.L. (1985). Developing Mind, A Rustaman, N., et al. (2005). Strategi Belajar
Resource Book for Teaching Thinking. Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Alexandria: ASCD. Subekti, R. & Harry Firman. (1986). Evaluasi
Ennis, R.H. (1985). An Elaboration of a Hasil Belajar dan Pengajaran
Cardinal Goal of Science Instruction, Remedial. Jakarta: Penerbit Universitas
Educational Phillosophy and Theory, Terbuka.
23, (1), 31-34. Subijanto, et al. (2006). Managemen Diare
Hernani, et al. (2009). Membelajarkan Pada Bayi dan Anak (Diarrheal
Konsep Sains-kimia dari Perspektif Management in Infant and Children).
Sosial Untuk Meningkatkan Literasi [Online]. Tersedia: http://20060220-
Sains Siswa SMP. Dalam Jurnal s05jfg-buletin.pdf [29 September
pengajaran MIPA [Online], Vol 13 (1), 2011].
23 halaman. Tersedia: Sudiatmika, A.A.I.R. (2010). Pengembangan
http://fpmipa.upi.edu [6 Mei 2010] Alat Ukur Tes Literasi Sains Siswa
Inch, E.S., et al. (2006). Critical Thinking & SMP Dalam Konteks Budaya Bali.
Communication, The Use of Reason in Disertasi Program Pasca Sarjana
Argument. United States of America: Universitas Pendidikan Indonesia: tidak
Pearson Education. diterbitkan.
Jae-geon, J. (2010). Why? Disease. Jakarta: Sugiyono. (2008). Statistika untuk
PT Elex Media Komputindo. Penelitian.Bandung: AlfaBeta.
Lazo-Vela´squez, et al. (2005). ”Evaluation of Suherman, A. (2010). Penyakit Maag Kronis.
Severity of Bronchial Asthma Through [Online]. Tersedia:
an Exercise Bronchial Challenge ”. http://penyakit_maag_kronis [29
Dalam Pediatric Pulmonolgy. [Online], September 2011].
(40), 7 halaman. Tersedia: Sukaesih,S. (2010). Pembelajaran Berbasis
http://asma.pdf [29 September 2011]. Praktikum Dengan Menerapkan
Asesmen Tes Lisan Pada Topik
134 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 1, April 2013, hlm. 124-134

Keanekaragaman Hayati Untuk Widyaningsih, D.S. (2012). Penerapan


Mengembangkan Kemampuan Berpikir Pembelajaran Sistem Sirkulasi Berbasis
Kritis dan Sikap Ilmiah Mahasiswa. Praktikum Virtual untuk Meningkatkan
Tesis Program Pasca Sarjana Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap
Universitas Pendidikan Indonesia: tidak Ilmiah Siswa SMP. Tesis Program
diterbitkan. Pasca Sarjana Universitas Pendidikan
Indonesia: tidak diterbitkan.
Supranto, J. (1992). Sampling Untuk
Pemeriksaan. Jakarta: UI-Press. Wijana, et al. (---). Pembelajaran Sains
Melalui Pendekatan Ergonomi
Surya, M. (2004). Psikologi Pembelajaran
Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal,
dan Pengajaran.Bandung: Pustaka
Kebosanan dan Kelelahan Serta
Bani Quraisy.
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
Sutadi, S.M. (2003). Diare Kronik. [Online]. Belajar Siswa SD 1 Sangsit Kecamatan
Tersedia: Sawan Kabupaten Buleleng. [Online].
http://repository.usu.ac.id/bitstream/ Tersedia: http://ejournal.unud.ac.id [6
123456789/3391/1/penydalam- Mei 2010]
srimaryani2.pdf [4 Juli 2011].

Anda mungkin juga menyukai