Anda di halaman 1dari 72

EFEKTIVITAS

DEWAN PENGAWAS SYARIAH


PADA PERBANKAN SYARIAH

Disertasi
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Doktor dalam
Bidang Pengkajian Islam, Konsentrasi Ekonomi Islam, pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh
Didih Muhamad Sudi
NIM 11.07.3.00.1.08.08.0069

Promotor:
Prof. Dr. Masykuri Abdillah
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Salawat dan salam semoga


dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabatnya. Amin.
Disertasi berjudul "Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada
Perbankan Syariah" ini merupakan salah satu syarat memperoleh
gelar Doktor Pengkajian Islam pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Disertasi ini
dapat diselesaikan dan diajukan untuk “Ujian Promosi Disertasi”
berkat petunjuk, arahan, dan bantuan berbagai pihak, baik materil
maupun non-materil. Dalam kesempatan ini, secara khusus, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof Dr Masykuri Abdillah dan Prof Dr. Ahmad Rodoni,
MM selaku pembimbing, yang telah membimbing penulis
dalam melakukan penelitian dan penulisan disertasi ini;
2. Prof. Dr. Suwito, MA., Prof. Dr. Fathurrahman Djamil,
MA., Prof Dr. Huzaimah T Yanggo, MA., dan Prof Dr,
Uswatun Hasanah, MA yang telah banyak memberikan
koreksi dan masukan pada saat Ujian Pendahuluan
Disertasi;
3. Dr. Yusuf Rahman, MA yang telah banyak memberikan
masukan saat verifikasi sebelum ujian, serta Dr. Asep
Saepuddin Jahar, MA., dan Dr. Suparto, M.Ed yang telah
memberikan masukan saat ujian Work in Progress;

iii
4. Semua dosen yang mengampu berbagai mata kuliah
selama penulis menempuh pendidikan di Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah;
5. Kanny Hidaya, SE., MA., Dr. Hasanudin, MA, dan para
nara sumber lainnya dari Dewan Syariah Nasional, Majlis
Ulama Indonesia;
6. Teman-teman seangkatan penulis, penerima Beasiswa
Diktis Kemenag RI-UIN Syarif Hidayatullah angkatan
tahun 2007;
7. Rekan-rekan dan senior penulis di STAI Syekh Manshur
Pandeglang;
8. Teman-teman dan senior penulis di MUI Lebak,
BAZNAS Lebak, generasi muda NU Banten, anggota
Komisi Transparansi dan Partisipasi (KTP) Lebak (peride
2005-2008), teman-teman diskusi penulis di Lebak, PW
Lakpesdam NU Banten, serta Keluarga Besar KPU
Provinsi Banten (2008-2013 dan 2013-2018).
Tak mungkin studi dan disertasi ini selesai tanpa arahan dan
bimbingan dari dua orangtua penulis, yakni KH Tajuddin Azwari
dan Almarhumah Hj. Bai Marsah, karenanya ucapan terimakasih
dan doa tak henti-hentinya penulis panjatkan. Ucapan terimakasih
juga disampaikan kepada saudara-saudara tercinta: Ka Amas, Aep,
Imas, Faris, Humaedi, Idah, dan Mumuh, dan keluarga besar Pondok
Pesantren Al-Marjan, Cipanas, Lebak, Banten.
Terakhir, untuk isteri dan anak-anak penulis, terimakasih atas
waktu dan dukungannya selama ini. Tidak mungkin studi ini
terselesaikan tanpa kerelaan dan dukungan mereka.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka semua
dengan berlipat ganda, dan memberikan manfaat atas ilmu yang
penulis peroleh selama ini. Amin.
Ciputat, 13 Ramadhan 1436 H/
30 Juni 2015 M

Didih Muhamad Sudi

iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Saya, Didih Muhamad Sudi, NIM 11. 07.3.00.1.08.08.0069,


menyatakan bahwa disertasi berjudul “Efektivitas Dewan Pengawas
Syariah pada Perbankan Syariah” merupakan hasil karya tulis saya
pribadi. Adapun tulisan maupun pendapat orang lain yang terdapat
dalam disertasi ini telah saya sebutkan kutipannya secara jelas sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku.
Apabila di kemudian hari terbukti bahwa disertasi ini
merupakan hasil plagiarisme, maka saya bersedia untuk menerima
sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Ciputat, 30 Juni 2015

Didih Muhamad Sudi


PERSETUJUAN PEMBIMBING

Disertasi dengan judul “Efektivitas Dewan Pengawas Syariah


pada Perbankan Syariah” yang ditulis oleh Didih Muhamad Sudi,
NIM 11.07.3.00.1.08.08.0069, peserta Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, telah lulus dalam Ujian Pendahuluan
Disertasi yang dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 12 Januari
2015, serta telah diperbaiki sesuai dengan saran Tim Penguji dan
disetujui untuk dibawa ke Sidang Ujian Promosi.

Pembimbing,

Prof. Dr. Masykuri Abdillah

Tanggal:
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Disertasi dengan judul “Efektivitas Dewan Pengawas Syariah


pada Perbankan Syariah” yang ditulis oleh Didih Muhamad Sudi,
NIM 11.07.3.00.1.08.08.0069, peserta Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, telah lulus dalam Ujian Pendahuluan
Disertasi yang dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 12 Januari
2015, serta telah diperbaiki sesuai dengan saran Tim Penguji dan
disetujui untuk dibawa ke Sidang Ujian Promosi.

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM.

Tanggal:
PERSETUJUAN PENGUJI

Disertasi dengan judul “Efektivitas Dewan Pengawas Syariah


pada Perbankan Syariah” yang ditulis oleh Didih Muhamad Sudi,
NIM 11.07.3.00.1.08.08.0069, peserta Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diperbaiki sesuai dengan
keputusan Sidang Ujian Pendahuluan pada tanggal 12 Januari 2015.
Disertasi yang bersangkutan sudah dapat diajukan ke Ujian Promosi
Disertasi.
PERSETUJUAN PENGUJI

Disertasi dengan judul “Efektivitas Dewan Pengawas Syariah


pada Perbankan Syariah” yang ditulis oleh Didih Muhamad Sudi,
NIM 11.07.3.00.1.08.08.0069, peserta Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diperbaiki sesuai dengan
keputusan Sidang Ujian Pendahuluan pada tanggal 12 Januari 2015.
Disertasi yang bersangkutan sudah dapat diajukan ke Ujian Promosi
Disertasi.
PERSETUJUAN PENGUJI

Disertasi dengan judul “Efektivitas Dewan Pengawas Syariah


pada Perbankan Syariah” yang ditulis oleh Didih Muhamad Sudi,
NIM 11.07.3.00.1.08.08.0069, peserta Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diperbaiki sesuai dengan
keputusan Sidang Ujian Pendahuluan pada tanggal 12 Januari 2015.
Disertasi yang bersangkutan sudah dapat diajukan ke Ujian Promosi
Disertasi.

Prof. Dr. Huzaimah T Yanggo, MA.

Tanggal:
PERSETUJUAN PENGUJI

Disertasi dengan judul “Efektivitas Dewan Pengawas Syariah


pada Perbankan Syariah” yang ditulis oleh Didih Muhamad Sudi,
NIM 11.07.3.00.1.08.08.0069, peserta Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diperbaiki sesuai dengan
keputusan Sidang Ujian Pendahuluan pada tanggal 12 Januari 2015.
Disertasi yang bersangkutan sudah dapat diajukan ke Ujian Promosi
Disertasi.

Penguji,

Prof. Dr. Uswatun Hasanah, MA.

Tanggal:
ABSTRAK

Temuan utama penelitian ini adalah bahwa peraturan yang


mengatur soal independensi, kompetensi, ketekunan, dan dukungan
perusahaan kurang memadai untuk membuat DPS melakukan
pengawasan yang efektif. Kedudukan DSN-MUI juga tidak
memiliki ketegasan yuridis sebagai institusi yang fatwanya dapat
secara langsung dimasukkan ke dalam hukum positif.
Penelitian ini sejalan dengan temuan Arrisman (2008) bahwa
untuk dapat meningkatkan peran dan kegunaan DSN, perlu
menjadikannya sebagai suatu institusi negara yang dapat
mendorongnya menjadi institusi yang lebih berpengaruh melalui
pengaturan dalam undang-undang. Temuan ini juga mendukung
penelitian Yeni Salma Barlinti (2010) yang mengemukakan bahwa
Hakim dan Arbiter di Pengadilan Agama dan Badan Arbitrase
Syariah Nasional menempatkan kedudukan fatwa DSN-MUI sama
dengan fatwa secara umum dan lebih memanfaatkan sumber hukum
yang mengikat secara religius dan secara yuridis. Hal ini karena
peraturan perundang-undangan mengikat sedangkan fatwa tidak
mengikat. Penelitian ini juga mendukung sebagian hasil penelitian
Wan Amalina Wan Abdullah (2013) yang merekomendasikan
perlunya reformasi tata kelola syariah dengan memberikan wawasan
yang lebih luas terhadap peran anggota DPS dalam mendorong
pengungkapan penuh dalam laporan tahunan bank syariah.
Penelitian ini dilakukan dengan metode diskriptif, dengan
menggunakan sumber utama data penelitian berupa Undang-undang
Perbankan Syariah, Peraturan Bank Indonesia, Laporan Pelaksanaan
Good Corporate Governance Bank, dan bahan-bahan lain terkait
dengan pengawasan syariah di perbankan syariah, serta wawancara
dengan sejumlah pihak terkait.

Kata kunci: Efektivitas, DPS, DSN-MUI, Perbankan Syariah

xix
xx
ABSTRACT

The main finding of this study is that the regulations governing


the independence, competence, diligence, and support the company
are insufficient to make Shariah Supervisory Board (SSB) conduct
effective supervision. The position of the National Sharia Board of
Indonesian Ulama Council (DSN-MUI) has no legal assertiveness as
an institution that its fatwas can be a part of the positive law.
The findings of this study is in line with that of Arrisman
(2008) that in order to enhance the role and usefulness of the DSN-
MUI, it needs to make it as stateʻs institution that could push it self
into a more influential institution through arrangements in the
legislation. The finding has also supported a research conducted by
Yeni Salma Barlinti (2010) who argued that Judges and Arbitrators
in the Religious Court and National Sharia Arbitration Board put
DSN-MUI fatwasʻ position as general fatwa. This study also
supports part of research conducted by Wan Amalina Wan Abdullah
(2013) who recommended the need for shariah governance reform
by providing greater insight on the role played by SSB in
encouraging full disclosure in the annual reports of Islamic banks.
This research constitutes descriptive method with primary
sources of data are in the form of Islamic Banking Act, the
Regulation of Bank Indonesia, Bankʻs Report of the Implementation
of Good Corporate Governance, and other materials related to the
supervision of sharia in Islamic banking, as well as interviews with a
number of stakeholders.

Keywords: Effectiveness, SSB, DSN-MUI, Islamic Banking

xxi
xxii
‫الملخص‬

‫النتيجة الرئيسية لهذه الدراسة هو أن األنظمة التي تحكم مسألة‬


‫االستقالل والكفاءة واالجتهاد‪ ،‬ودعم الشركة غير كافية لجعل هيئة الرقابة‬
‫الشرعية إجراء الرقابة الفعالة‪ .‬إن موقف (الهيئة الشريعة الوطنية التابعة‬
‫لمجلس العلماء اإلندونسي) ليس لها تأكيد الذات القضائية مثل مؤسسة التي‬
‫يمكن إدراج ماأفتاه تطبيقا للقانون الوضعي‪.‬‬

‫ونتيجة هذالبحث آكدت البحوث السابقة التي قام بها أرسمان (‪)8002‬‬
‫على أنه من أجل تعزيز دور (الهيئة الشريعة الوطنية التابعة لمجلس العلماء‬
‫اإلندونسي) وفائدتها ‪ ،‬تحتاج إلى جعلها مؤسسة دولية لها أكثر تأثيرا من‬
‫خالل ترتيبات التشريع‪ .‬كما يدعم استنتاج البحث قام به يني سلمى بارلينتي‬
‫(‪ )8000‬التي قالت إن القضاة الدينية والمحكمين في المجلس الوطني للتحكيم‬
‫المسائل الشرعية وضعوا اإلفتاء (الهيئة الشريعة الوطنية التابعة لمجلس‬
‫العلماء اإلندونسي) على عموم الفتاوى‪ .‬وذلك ألن التشريعات ملزمة في حين‬
‫أن الفتوى غير ملزمة‪ .‬وكما تدعم معظم األبحاث قامتها وان عملينا وان‬
‫عبدالله (‪ )8002‬التي أوصات الحاجة إلى إصالح الحكم الشريعة من خالل‬
‫توفير مزيد من التبصر يدوره هيئة الرقابة الشرعية في تشجيع اإلفصاح‬
‫الكامل في التقارير السنوية للمصارف اإلسالمية‪.‬‬

‫و يشكل هذا البحث المنهج الوصفي مع المصادر األولية للبيانات في‬


‫شكل قانون المصارف اإلسالمية‪ ،‬وتنظيم بنك إندونيسيا‪،‬و تقريرات البنوك‬
‫لتنفيذ حوكمة الشركات الجيدة‪ ،‬وغيرها من المواد ذات الصلة إلشراف‬
‫الشريعة في مجال الرقابة المصرفية اإلسالمية‪ ،‬وكذالك لقاءات مع عدد من‬
‫أصحاب المصلحة‪.‬‬

‫كلمات البحث‪ :‬فعالية‪ ،‬هيئة الرقابة الشرعية‪ ،‬الهيئة الشريعة الوطنية التابعة‬
‫لمجلس العلماء اإلندونسي‪ ،‬الخدمة المصرفية اإلسالمية‪.‬‬

‫‪xxiii‬‬
xxiv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Berdasarkan American Library Association-Library of Congress
(ALA-LC) Romanization Tables for Arabic tahun 2012

Huruf berdasarkan Abjad

‫ب‬ : b ‫ط‬ : ṭ
‫ت‬ : t ‫ظ‬ : ẓ
‫ث‬ : th ‫ع‬ : ʻ
‫ج‬ : J ‫غ‬ : gh
‫ح‬ : ḥ ‫ف‬ : f
‫خ‬ : Kh ‫ق‬ : q
‫د‬ : d ‫ك‬ : k
‫ذ‬ : dh ‫ل‬ : l
‫ر‬ : r ‫م‬ : m
‫ز‬ : z ‫ن‬ : n
‫س‬ : s ‫ه‬,‫ة‬ : h
‫ش‬ : sh ‫و‬ : w
‫ص‬ : ṣ ‫ي‬ : y
‫ض‬ : ḍ

Vokal dan Diftong


َ : a ‫ َا‬: ā ‫ َى‬: ī
َ : u ‫ َى‬: á ‫ َو‬: aw
َ : i ‫ َو‬: ū ‫ َى‬: ay

xxv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................... iii


PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................ v
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................... xix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................... xxv
DAFTAR ISI ................................................................................ xxvii
DAFTAR TABEL ......................................................................... xxxi
DAFTAR GAMBAR ....................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................ 1
B. Permasalahan ............................................................ 15
B.1. Identifikasi Masalah ......................................... 15
B.2. Pembatasan Masalah......................................... 15
B.3. Perumusan Masalah .......................................... 16
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................. 19
C.1. Tujuan Penelitian .............................................. 19
C.2. Manfaat Penelitian ............................................ 20
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan .......................... 20
E. Metodologi Penelitian............................................... 31
E.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ....................... 31

xxvii
E.2. Sumber, Teknik Pengumpulan, dan
Analisis Data ................................................... 32
E.3. Teknik Penulisan Laporan ................................ 37
F. Sistematika Penulisan ............................................... 37
BAB II KONSEP DAN KEDUDUKAN HUKUM
PENGAWASAN SYARIAH ......................................... 39
A. Konsep Pengawasan ................................................. 39
A.1. Jenis Pengawasan dalam Islam ........................ 44
A.2. Tahapan Pengawasan ....................................... 50
A.3. Pentingnya Pengawasan Syariah ...................... 51
A.4. Efektivitas Pengawasan .................................... 54
B. Kedudukan Pengawasan Syariah dalam Tata
Kelola Perusahaan .................................................... 58
BAB III PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DALAM
PERBANKAN SYARIAH............................................. 65
A. Prinsip Syariah dan Produk Bebas Riba ................... 65
A.1. Prinsip Syariah ................................................. 65
A.2. Pengertian dan Tahapan Pengharaman
Riba ................................................................. 66
A.3. Jenis-jenis Riba ................................................ 70
A.4. Akad dalam Produk Perbankan Syariah ........... 72
B. Harmonisasi Fatwa Bidang Ekonomi Syariah .......... 77
B.1. DSN-MUI sebagai Mufti Kolektif Bidang
Ekonomi Syariah ............................................. 77
B.2. Akomodasi Fatwa DSN-MUI dalam
Peraturan Perundangan ................................... 84

xxviii
C. Karakteristik Pengawas Syariah ............................... 86
C.1. Independen........................................................ 87
C.2. Kompeten.......................................................... 89
C.3. Tekun ................................................................ 90
C.4. Mendapatkan dukungan perusahaan ................. 92
C.5. Rekrutmen anggota secara terbuka ................... 94
BAB IV SISTEM PENGAWASAN DI PERBANKAN
SYARIAH ...................................................................... 99
A. Kedudukan Hukum Pengawasan Perbankan
Syariah ...................................................................... 99
A.1. DSN sebagai Pengawas Syariah di Tingkat
Nasional......................................................... 102
A.2. DPS sebagai Pengawas Tingkat Bank ............ 108
A.3. Dua Lembaga yang Mengatur
Kewenangan DPS.......................................... 111
B. Hubungan DPS, Bank, DSN, BI, dan OJK ............. 115
B.1. Hubungan DPS dengan Bank ......................... 118
B.2. Hubungan DSN dengan BI ............................. 121
B.3. Peralihan Fungsi Pengaturan Perbankan
dari BI ke OJK .............................................. 129
C. Mekanisme Rekrutmen Anggota Pengawas ........... 132
BAB V EFEKTIVITAS PENGAWASAN ............................... 143
A. Independensi ........................................................... 144
B. Kompetensi ............................................................. 162
C. Ketekunan ............................................................... 173

xxix
D. Kompensasi dan Dukungan Perusahaan ................. 193
BAB VI PENUTUP .................................................................... 205
A. Kesimpulan ............................................................. 205
B. Rekomendasi .......................................................... 208
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 211
GLOSARI ..................................................................................... 231
INDEKS ..................................................................................... 237
LAMPIRAN ................................................................................... 243
BIODATA ..................................................................................... 299
HASIL PENGECEKAN ANTI PLAGIASI................................... 301

xxx
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Bank Syariah di Indonesia


(2007-2013) ..................................................................... 34
Tabel 2. Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2013 ............... 35
Tabel 3. Unit Usaha Syariah yang Beroperasi di Indonesia
tahun 2013 ....................................................................... 36
Tabel 4. Rangkap Jabatan Anggota DPS pada Bank Umum
Syariah yang Diungkapkan dalam Laporan
Pelaksanaan GCG Tahun 2011-2013............................. 149
Tabel 5. Rangkap Jabatan Anggota DPS pada BUS
Berdasarkan Pengecekan Data Antarbank dan
Direktori Asuransi Indonesia Tahun 2011-2013. .......... 154
Tabel 6. Penyebaran DPS BUS dan Jumlah Bank/LKS yang
Diawasinya .................................................................... 155
Tabel 7. Jumlah Rapat DPS BUS Pertahun ................................. 177
Tabel 8. Kehadiran Anggota DPS dalam RDPS BUS
Pertahun ......................................................................... 180
Tabel 9. Jumlah Rapat DPS UUS Pertahun ................................. 181
Tabel 10. Contoh Paket Remunerasi dan Fasilitas Lain untuk
Dewan Komisaris, Direksi, dan DPS pada Sebuah
Bank Syariah. ................................................................. 194
Tabel 11. Remunerasi (gaji, bonus, tunjangan rutin, tantiem,
dan fasilitas, lainnya dalam bentuk nonnatura)
yang Diterima Anggota DPS BUS (orang/tahun) .......... 196
Tabel 12. Remunerasi (gaji, bonus, tunjangan rutin, tantiem,
dan fasilitas, lainnya dalam bentuk nonnatura)
yang Diterima Anggota DPS UUS (orang/tahun) ......... 197

xxxi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jenis Akad Perbankan Syariah .................................... 75


Gambar 2. Akad dan Produk Bank Syariah ................................. 76
Gambar 3. Struktur Organisasi Badan Pelaksana Harian
Dewan Syariah Nasional Masa Bakti 2010-2015 ..... 107
Gambar 4. Hubungan DPS, Bank, DSN-MUI, dan BI . ............. 117
Gambar 5. Contoh Posisi DPS dalam Struktur Organisasi
Bank Umum Syariah ................................................ 119
Gambar 6. Posisi Direktorat Perbankan Syariah dalam
Struktur Organisasi Bank Indonesia Sebelum
Lahirnya OJK ............................................................ 125
Gambar 7. Posisi Departemen Perbankan Syariah dalam
Struktur Organisasi OJK .......................................... 131
Gambar 8. BUS yang Mengungkapkan Rangkap Jabatan
Anggota DPS dalam Laporan Pelaksanaan GCG
Tahun 2011-2013. ..................................................... 150
Gambar 9. UUS yang mengungkapkan Rangkap Jabatan
Anggota DPS dalam Laporan Pelaksanaan GCG
Tahun 2011-2013. ..................................................... 151
Gambar 10. Rangkap Jabatan DPS BUS dan UUS UUS
Tahun 2011-2013. ..................................................... 156
Gambar 11. Latar Belakang Pendidikan DPS Perbankan
Syariah ...................................................................... 164
Gambar 12. Tingkat Pendidikan DPS Perbankan Syariah ............ 165
Gambar 13. Rangkap Jabatan DPS BUS dan UUS di LKS .......... 174
Gambar 14. Rangkap Jabatan DPS BUS di LKS .......................... 175

xxxiii
Gambar 15. Rangkap Jabatan DPS UUS di LKS ......................... 176
Gambar 16. Jumlah Rapat DPS BUS Pertahun ............................ 178
Gambar 17. Tingkat Kehadiran Anggota DPS BUS dalam
RDPS ........................................................................ 179
Gambar 18. Jumlah Rapat DPS UUS Pertahun ............................ 182
Gambar 19. Tingkat Kehadiran Anggota DPS UUS dalam
RDPS ........................................................................ 183
Gambar 20. Tingkat Kehadiran Anggota DPS BUS dan UUS
dalam RDPS .............................................................. 184
Gambar 21. Jumlah Rapat DPS BUS dan UUS Pertahun ............ 186
Gambar 22. Besaran Remunerasi yang Diterima DPS BUS ........ 198
Gambar 23. Besaran Remunerasi yang Diterima DPS UUS ........ 199

xxxiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Survei terhadap berbagai perusahaan di banyak negara yang
dilakukan oleh Chapra dan Ahmed1 yang dipublikasikan dalam buku
Corporate Governance in Islamic Institutions yang memuat isu-isu
tata kelola perusahaan (corporate governance) pada lembaga
keuangan syariah (LKS) menunjukkan bahwa tanggung jawab
terpenting dari bank syariah adalah menciptakan kepercayaan
nasabah atau investor bahwa bank tersebut patuh terhadap Prinsip
Syariah. Lembaga yang bertugas mengawasi kepatuhan terhadap
Prinsip Syariah itu adalah Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai
bagian dari prinsip tata kelola perusahaan pada LKS bersangkutan.2
Posisi DPS ini sangat penting bagi perbankan syariah, apalagi dari
segi kinerja keuangan tidak ada perbedaan antara bank syariah dan
bank konvensional di Indonesia.3
Posisi penting DPS ini dianggap wajar karena bank syariah
haruslah berpedoman kepada Syariah Islam 4 dalam semua produk

1
M. Umer Chapra dan Habib Ahmed, Corporate Governance in Islamic
Institutions (Jeddah: IRTI-Islamic Development Bank. 2002), 110.
2
Peraturan BI Nomor 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah jelas mengatur
keberadaan dan fungsi DPS.
3
Siti Rochmah Ika dan Norhayati Abdullah, “A Comporative Study of
Financial Performance of Islamic Banks and Conventional Banks in Indonesia,”
International Journal of Business and Social Science Vol. 2 No. 15 (August 2011),
199-207.
4
Syarīʻah dalam arti asalnya berarti jalan, lihat Muhammad bin Mukrim bin
Manẓūr al-Miṣry, Lisan al-ʻarab, vol VIII, cet ke-3 (Beirut: Dār Ṣādir, 1414 H),
175; Muhammad bin Ahmad bin al Azhary al Haraway, Tahdhīb al-Lughah, vol I
(Beirut: Dār al Iḥyā al Turāth al ʻAraby, 2001), 131. Dalam hal ini yang dimaksud

1
2 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

dan operasionalnya. Dengan kata lain, produk dan operasional bank


ini tidak menyalahi Syariat Islam dan tujuannya (lā yukhālif al-
sharīʻah al-islāmiyyah wa maqāṣidihā). 5 Isu utama terkait dengan
perbankan konvensional adalah masalah riba. Hanya saja transaksi
riba bukanlah satu-satunya yang harus dihindari oleh Sistem
Perbankan Syariah. Secara prinsip, perbankan syariah haruslah: (1)
merupakan transaksi bebas bunga (riba), (2) menghindari spekulasi
(gharar), 6 (3) memasukkan unsur zakat, 7 dan (4) menghindar dari
investasi dan jasa yang bertentangan dengan hukum Islam (sesuatu
yang haram).
Secara teknis, riba di dunia perbankan mengacu pada
penambahan jumlah uang terhadap modal yang
dipinjamkan/diinvestasikan menurut waktu. Dapat dikatakan bahwa
perubahan besar yang membedakan antara perbankan syariah

adalah hukum Islam (Nasser M. Sulaiman, The Muslim Banking World Faces the
Challenge of Expanding Internationally while Remaining True Islamic Principles,
diambil dari www.al-bab.com/Arab/econ/nsbanks.htm, diakses 10/01/2010).
Dalam UU Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
Prinsip Syariah. Dan yang dimaksud dengan Prinsip Syariah adalah prinsip hukum
Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah,
yakni Dewan Syariah Nasional.
5
Lihat Abdul Basiṭ Al-Shaibi, Al-Bunūk al-Islamiyah wa Dauruhā fi Taʻziz
al-Qiṭaʻi al-Maṣrafi, http://www.kantakji.com/fiqh/Files/Banks/101022.doc,
diakses 19/01/2010.
6
Pembelian barang-barang atau saham dengan harga rendah dan
menjualnya saat harga naik di masa mendatang dianggap sebagai tindakan cacat.
Demikian juga suatu penjualan segera untuk menghindari kerugian di masa
mendatang dianggap salah. Perbuatan-perbuatan tersebut termasuk gharar.
7
Suatu mekanisme redistribusi kekayaan dan pendapatan tidak bisa
dipisahkan dalam Islam, sedemikian sehingga tiap-tiap Muslim dijamin suatu
standar hidup yang adil. Bank syariah harus mendirikan lembaga pengelola zakat
yang bertugas untuk mengumpulkan dan meredistribusikan kepada orang-orang
yang berhak menerimanya (mustahiq) baik secara langsung maupun melalui
lembaga-lembaga keagamaan. Nilai dan besaran zakat ini tidak dimasukkan dalam
modal awal, simpanan, maupun keuntungan bank. Salah satu ayat yang dijadikan
dasar untuk berzakat adalah QS Al-Taubah 9: 103.
Bab I: Pendahuluan | 3

dengan bank konvensional adalah soal riba. Riba ditentang sangat


keras dalam Islam, maka bagi mereka yang melakukan riba
termasuk dosa besar. Transaksi riba seperti berlangsung pada bank
konvensional dengan tegas dilarang oleh al-Quran. Riba dalam Islam
diharamkan oleh al-Quran, Sunnah, dan Ijmaʻ. 8 Meskipun riba
bukan persoalan satu-satunya yang membedakan bank konvensional
dengan bank syariah, namun tak dapat dipungkiri bahwa masalah ini
menjadi isu paling menonjol.
Terkait dengan investasi, bank syariah menerapkan aturan
yang ketat. Oleh karena itu, merupakan suatu larangan bagi bank
syariah untuk memberikan pinjaman atau investasi bagi aktivitas
yang dilarang oleh Islam, semacam perdagangan minuman keras,
perusahanaan pengolahan daging babi, dan investasi yang
mengandung riba.9
Dewan Pengawas Syariah (DPS) merupakan lembaga sentral
dalam perbankan syariah. Lembaga inilah yang bertanggungjawab
memberikan nasihat kepada pihak bank sekaligus melakukan
pengawasan agar bank tetap mematuhi Prinsip Syariah, baik dari
segi operasional, produk, maupun penghimpunan dan penyaluran
dana. Begitu pentingnya lembaga ini, eksistensinya diatur dalam
berbagai peraturan perundang-undangan, juga peraturan dan standar
internasional, sebut saja Islamic Financial Service Board (IFSB)10

8
Banyak ayat al-Quran yang mengharamkan riba. Lihat Yusuf bin Abdullah
Al-Shabily, Fiqh al-Muʻamalat al-Maṣrafiyah, vol. II (Nejed: Abu Mohandi, tt),
11-13.
9
Dalam Fiqh al-Muʻamalah, haram dibagi ke dalam dua kelompok, yakni
haram karena zatnya (muḥarram lidhātih) dan haram karena cara mendapatkannya
(muḥarram likasbih). Segala sesuatu yang haram untuk dimanfaatkan digolongkan
ke dalam kelompok pertama, seperti khamr, bangkai, dll. Sedangkan setiap
sesuatu atau zat yang digolongkan mubah, tapi cara memperolehnya haram, maka
dikelompokkan kepada kelompok kedua. Dalam bidang muamalah, keharaman
kelompok kedua disebabkan oleh salah satu dari tiga hal yakni diperoleh secara
zalim, gharar, atau riba. Lihat Yusuf bin Abdullah Al-Shabily, Fiqh al-Muʻāmalah
al-Maṣrafiyah vol. I-II (Nejed: Abu Mohandi, tt).
10
IFSB adalah organisasi internasional yang mendorong stabilitas layanan
keuangan Islami dengan mengeluarkan standar internasional dan pedoman dasar
untuk industri, termasuk sektor perbankan, pasar modal dan asuransi. Organisasi
4 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

dan the Accounting and Auditing Organization of Islamic Financial


Institutions (AAOIFI).11
Dalam Panduan berjudul “Guiding Principles on Corporate
Governance for Institutions Offering Only Islamic Financial Service
(Excluding Islamic Insurance Institutions and Islamic Mutual
Funds)”, 12 IFSB memuat tujuh panduan prinsip tata kelola
perusahaan yang terbagi ke dalam empat bagian, yang salah satunya
adalah memenuhi prinsip dan aturan syariah (compliance with
Islamic Sharī`ah rules and principles). Bagian ini terdiri dari dua
panduan prinsip, yaitu (1) LKS harus mempunyai mekanisme yang
tepat dalam memperoleh hukum dari para ulama, menerapkan fatwa,
dan mengawasi keselarasan syariah dalam semua aspek produk,
operasi, dan aktivitas; dan (2) LKS harus sesuai dengan aturan dan
prinsip syariah.
Demikian juga standar AAOIFI pada bidang tata kelola
(governance) mensyaratkan adanya (1) Shariah Supervisory Board,
(2) Shariah Review, (3) Internal Shariah Review, dan (4) Audit and
Governance Committee for Islamic Financial Institutions. Ketika
merinci Shariah Supervisory Board atau DPS, lembaga ini juga
membuat standar penempatan, komposisi anggota dan laporan yang
harus mereka buat.13

ini didirikan secara resmi tanggal 3 November 2002 dan mulai beroperasi 10
Maret 2003.
11
AAOIFI adalah lembaga internasional independen yang didukung oleh
lebih dari 200 lembaga anggota dari 45 negara, termasuk di dalamnya bank
sentral, lembaga keuangan syariah, dan partisipan lain dari kalangan industri
perbankan dan keuangan internasional. Tujuan utama lembaga ini adalah
menyiapkan standar akunting, auditing, tata kelola, etika, dan syariah untuk
lembaga keuangan dan industri berlandaskan syariah. Lembaga ini didirikan pada
1 Safar 1410H / 26 Februari 1990 di Aljir, Aljazair, kemudian didaftarkan pada 11
Ramadan 1411 H/27 Maret 1991 di Bahrain. Info lengkap dapat ditemukan di
http://www.aaoifi.com.
12
Guiding Principles on Corporate Governance for Institutions Offering
Only Islamic Financial Service (Excluding Islamic Insurance Institutions and
Islamic Mutual Funds) (Kuala Lumpur: IFSB, 2006), 1-14.
13
Zulkifli Hasan, Legal Aspects of Islamic Finance (Kuala Lumpur:
Universiti Sains Islam Malaysia, 2012), didownload dari http://zulkiflihasan.files.-
Bab I: Pendahuluan | 5

Karena perkembangan industri perbankan syariah tidak hanya


di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, maka eksistensi
dan efektiitas DPS juga menjadi perhatian mereka. Inggris sebagai
salah satunya. Seperti diungkapan oleh Scott Morrison14 bahwa dari
perspektif komparatif global yang menjadi perhatian di Inggris
terkait GCG dan DPS adalah bagaimana mereka belajar dari
keberhasilan dan kegagalan dari bank sejenis di luar negeri, serta
memperhitungkan peluang dan keterbatasan yang ditimbulkan oleh
lingkungan nasional dan lokasinya dalam kancah ekonomi global.
Dalam konteks Indonesia, keberadaan DPS dan aturan terkait
lainnya diatur melalui undang-undang15, peraturan Bank Indonesia
(BI) 16 dan keputusan Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) 17 . Hanya saja sebagaimana maklum bahwa

wordpress.com/2008/06/shariah-governance-framework-ifsb-and-aaoifi.pdf
(diakses 9 Juni 2012).
14
Scott Morrison, “Shariah Boards and the Corporate Governance of
Islamic Banks in the United Kingdom,” Journal of Islamic Economics, Banking,
and Finance, Vol-10, No. 1 (2014), 96-109.
15
Yang terakhir adalah UU nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah. Dalam Pasal 32 UU tersebut disebutkan, antara lain, bahwa (1) DPS
wajib dibentuk di Bank Syariah dan Bank Umum Konvensional yang memiliki
UUS; (2) DPS diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas rekomendasi
MUI; (3) DPS bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta
mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.
16
Ada beberapa Peraturan BI (PBI) yang mengatur keberadaan dan tugas
DPS, yaitu PBI Nomor 6/17/PBI/2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan Prinsip Syariah, PBI Nomor 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum
yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, PBI Nomor
8/3/PBI/2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional
Menjadi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah dan Pembukaan Kantor Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional, dan terakhir PBI
Nomor 11/ 33 /PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
17
Antara lain Keputusan DSN No. 01 Tahun 2000 tentang Pedoman Dasar
DSN-MUI dan Keputusan No. 03 Tahun 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penetapan Anggota Dewan Pengawas Syariah pada Lembaga Keuangan Syariah.
Dalam Diktum Keempat Kep DSN No. 03 tahun 2000 disebutkan bahwa tugas
utama DPS adalah mengawasi kegiatan usaha lembaga keuangan syariah agar
6 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

keputusan DSN bukanlah bagian dari hukum positif dalam Sistem


Ketatanegaraan kita. DSN-MUI hanya bisa mengeluarkan pendapat
hukum melalui fatwa yang tidak memiliki kekuatan memaksa
ataupun memberikan sanksi sesuai perundangan yang berlaku.
Hanya saja dalam konteks keuangan syariah, undang-undang
menjamin bahwa MUI merupakan satu-satunya lembaga otoritatif
yang fatwanya menjadi acuan Prinsip Syariah yang berlaku di
industri keuangan syariah.
Tidak diragukan lagi bahwa peran DPS diakui sangat penting
untuk mengawasi kesyariahan sebuah bank syariah agar sesuai
dengan Prinsip Syariah yang telah difatwakan oleh DSN-MUI. Peran
DPS dalam tata kelola perusahaan (corporate governance) sebuah
bank syariah (seharusnya) sangat dominan. Secara teoretis akademis,
Choudhury dan Hoque 18 memandang bahwa tujuan tata kelola
perusahaan dalam Islam adalah merumuskan dan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dengan memahami hubungan antar-variabel
kritis yang didukung oleh kebijakan, program, dan koalisi strategis,
dengan menempatkan maqāṣid sharīah sebagai tujuan utama.
Dalam tataran akademis maupun aturan legal-formal terkait
dengan pembentukan dan fungsi DPS, ada beberapa karakteristik
yang menyertainya. Racha Ghayad 19 mengungkapkan bahwa DPS
atau Shariah Supervisory Board (SSB) adalah badan independen
yang terdiri dari ahli fiqh dengan spesialisasi fiqh muamalah atau

sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh DSN,
dengan fungsi utamanya adalah (1) sebagai penasehat dan pemberi saran kepada
direksi, pimpinan unit usaha syariah dan pimpinan kantor cabang syariah
mengenai hal-hal yang terkait dengan aspek syariah, dan (2) sebagai mediator
antara lembaga keuangan syariah dengan DSN dalam mengkomunikasikan usul
dan saran pengembangan produk dan jasa dari lembaga keuangan syariah yang
memerlukan kajian dan fatwa dari DSN.
18
M.A. Choudhury dan M.Z. Hoque, An Advanced Exposition of Islamic
Economics and Finance (New York: Edward Mellen Press, 2004) seperti dikutip
oleh Zulkifli Hasan, “Corporate Governance: Western and Islamic Perspectives,”
International Review of Business Research Papers. Vol. 5 No. 1 (January 2009),
277-293.
19
Racha Ghayad, “Corporate Governance and the Global Performance of
Islamic Banks,” Journal of Humanomics Vol. 24 No. 3 (2008), 214.
Bab I: Pendahuluan | 7

orang yang ahli dalam bidang lembaga keuangan Islam dan


mempunyai pemahaman memadai tentang fiqh mumalah. Jadi dari
segi keahlian (expertise), anggota DPS haruslah orang yang
mengerti fiqh muamalah dan memiliki pengetahuan dalam bidang
keuangan dan sistem perbankan, terutama mekanisme operasional
perbankan syariah.
Menemukan kualifikasi seperti yang disebutkan di atas pada
diri seseorang bukanlah hal mudah, terutama ketika industri
keuangan syariah pertama kali berkembang. Karenanya diperlukan
dewan dengan latar belakang anggota yang dapat saling melengkapi.
Di situ ada ahli syariah, di situ pula ada ahli yang mengerti betul
operasional perbankan.
Nawal Kasim dan Zuraidah Mohd Sanusi 20 yang meneliti
perspektif praktisi yang terlibat, baik langsung maupun tidak
langsung dengan proses kepatuhan syariah LKS di Malaysia
menemukan pentingnya panduan standar syariah yang tepat untuk
praktek audit syariah. Kurangnya auditor dengan kualifikasi audit
syariah dan isu pemeriksaan mandiri oleh perusahaan (self review)
merupakan ancaman terhadap independensi yang dapat
mempengaruhi citra reputasi LKS. Temuan ini memperkuat
pentingnya kualifikasi dan independensi auditor di satu sisi, dan
tidak adanya aturan yang mengharuskan pengaturan kode etik
auditor syariah profesional yang beriringan dengan pertumbuhan
LKS yang drastis.
Sementara Zurina Shafii, et. al 21 yang mengidentifikasi
kualitas independensi dan kompetensi yang diperlukan untuk
pengembangan sumber daya manusia dalam audit syariah
menemukan bahwa auditor syariah harus memiliki pengetahuan
Syariah dan akunting. Dalam hal mereka tidak memiliki kualifikasi
20
Nawal Kasim dan Zuraidah Mohd Sanusi, “Emerging Issues for Auditing
in Islamic Financial Institutions: Empirical Evidence from Malaysia,” IOSR
Journal of Business and Management, Vol. 8, Issue 5 (Maret-April 2013), 10-17.
21
Zurina Shafii, Supiah Salleh, Hajah Mustafa Mohd Hanefah dan
Kamaruzaman Jusoff, “Human Capital Development in Shariah Audit,” Middle-
East Journal of Scientific Research (Research in Contemporary Islamic Finance
and Wealth Management), vol. 13, Issue 13, (2013), 28-34.
8 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

yang diperlukan, pengalaman bergelut di perbankan syariah bisa


dipertimbangkan. Sama halnya dengan temuan Irawati Rochaeli
yang mengungkapkan perlunya meningkatkan kapasitas ilmu dan
keterampilan anggota DPS serta peningkatan komitmen waktu
dalam melaksanakan pekerjaannya .22
Keahlian yang dimiliki anggota DPS tak bisa lepas dari sistem
rekrutmen yang belum efektif. Kebanyakan anggota DPS tidak
mempunyai latar belakang pengetahuan perbankan atau keuangan.23
Hal ini bertentangan dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) di
mana anggota DPS wajib memenuhi persyaratan kompetensi yang
ditunjukkan dengan antara lain memiliki pengetahuan dan
pengalaman di bidang syariah muamalah dan pengetahuan di bidang
perbankan dan/atau keuangan secara umum.24
Anggota DPS yang jarang hadir di bank tempat mereka
bekerja juga akan sangat mempengaruhi efektivitas lembaga
tersebut. Sebagai lembaga pengawas, ada beberapa karakteristik
yang bisa mempengaruhi efektivitas pengawasan. Sebagaimana
penelitian yang dilakukan oleh Mazlina Norzila Bt Mat Zain
terhadap pengawasan yang dilakukan oleh Komite Audit di
Malaysia menunjukkan bahwa independensi, pengalaman dan
pengetahuan tentang auditing, serta frekuensi pertemuan antar
anggota memberikan korelasi positif terhadap kualitas laporan
keuangan perusahaan. 25 Demikian juga penelitian yang dilakukan
22
Irawati Rochaeli, “Fungsi dan Peranan Dewan Pengawas Syariah di Unit
Usaha Syariah PT Bank X dikaitkan dengan Pelaksanaan Good Corporate
Governance (GCG)” (Tesis, FH UI, 2011), 66.
23
Saiful Bahri, “Evaluasi Efektivitas Kinerja Dewan/Majlis Pengawas
Syariah (Studi Komparasi DPS Bank Muamalat Indonesia dan MPS Bank Islam
Malaysia Berhad” (Tesis, Universitas Islam Indonesia, 2006), 101.
24
Peraturan BI Nomor 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Pasal 21; juga PBI
Nomor 6/ 17 /PBI/2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip
Syariah, Pasal 28
25
Mazlina Norzila Bt Mat Zain, “The Impact of Audit Committee and
Internal Audit Attributes on Internal Audit Contributions to Financial Statement
Audits and Audit Fees: Perceptions of Internal Malaysian Auditors” (Disertasi,
Griffith University, 2005), 186-205.
Bab I: Pendahuluan | 9

oleh DeZoort et al.26 Yang mengidentifikasi independensi, keahlian


(expertise), dan ketekunan (diligence) berpengaruh terhadap
efektivitas komite audit.
Minimnya aktivitas anggota DPS juga menyalahi Peraturan
Bank Indonesia, di mana anggota DPS wajib menyelenggarakan
rapat paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan, serta
pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat
yang dituangkan dalam risalah rapat dan merupakan keputusan
bersama seluruh anggota. 27 Pertemuan dalam satu kali dalam satu
bulan bukanlah satu-satunya pertemuan yang harus dihadiri oleh
anggota DPS. Semestinya masih harus ada pertemuan menyangkut
pemeriksaan berbagai akad yang dilakukan oleh Bank, membuat
Laporan Hasil Pengawasan, dan mendiskusikan hal-hal lainnya
terkait dengan pandangan dan pengawasan syariah.
Hal lainnya yang mempengaruhi efektivitas adalah dukungan
perusahaan terhadap Dewan. Secara empirik, Renee Weiss 28
menunjukkan bahwa dukungan perusahaan terhadap Komite Audit
memberikan pengaruh positif terhadap efektivitas pengawasan.
Dukungan diberikan dalam bentuk pemberian pelatihan, fasilitas
kerja yang memadai, maupun kompensasi finansial. Secara legal-
formal, peraturan yang ada mengharuskan pemberian kompensasi
dan dukungan Bank terhadap operasional DPS. Dukungan yang
diberikan merupakan bentuk keseriusan Bank agar DPS dapat
menjalankan tugas dan wewenangnya secara efektif.
Memperhatikan latar belakang di atas, dapat dikatakan bahwa
kajian empiris mengenai efektivitas DPS dan kualitas
pengawasannya sangat relevan untuk dilakukan. Hasil kajian ini
diharapkan dapat memberikan rekomendasi positif untuk pihak-
26
F. DeZoort, D. Hermanson, D. Archambeault dan S. Reed, “Audit
committee effectiveness: A synthesis of the empirical audit committee literature,”
Journal of Accounting Literature Vol. 21, No. 1 (2002), 38-75.
27
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 11/ 33 /PBI/2009 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah, Pasal 49.
28
Renee Weiss, “Audit Committee Characteristics and Monitoring
Effectiveness” (Disertasi. The City University of New York, 2005), 85.
10 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

pihak terkait, termansuk pembuat regulasi. Hal ini disebabkan


karena permasalahan DPS tidak saja muncul berkaitan dengan
efektivitas organisasinya, melainkan juga dari aspek kelembagaan
yang terkait dengan regulasi.29
Peneliti juga menganggap penting untuk melihat apakah DPS
dibentuk sekadar memenuhi kewajiban peraturan saja dengan
menempatkan orang-orang terkenal atau tokoh yang sebenarnya
tidak kompeten di bidangnya. Atau bisa juga orang yang
ditempatkan memang memiliki kompetensi tapi ruang kerjanya
dibatasi dengan dukungan dan pemberian fasilitas yang minim. Atau
juga karena posisi anggota DPS merupakan tokoh masyarakat yang
sibuk dengan aktivitas sehari-hari sehingga tidak cukup waktu dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
Dua kemungkinan pertama di atas menunjukkan kemauan
politik dari pihak Bank untuk benar-benar membentuk DPS secara
“serius” sebagai bagian dari pengawasan Prinsipal (pemegang
saham) terhadap Agen (manajemen), atau DPS dibentuk sekadar
memenuhi kewajiban saja untuk mendapatkan legitimasi eksternal.
Yang dimaksud dengan legitimasi eksternal di sini adalah
pengakuan yang diberikan oleh para pemangku kepentingan
terhadap kesyariahan bank. Dalam hal ini, secara teoretis bisa
dijelaskan dengan Teori Agensi (Agency Theory) dan Teori Institusi
(Institutional Theory).

29
Arrisman, melalui penelitiannya, mengemukakan bahwa (1) agar
wewenang untuk melakukan pengawasan secara lebih mendalam terhadap
operasional bank syariah, kedudukan dan Fungsi Dewan Syariah ke depan dapat
dilaksanakan oleh Direktur Kepatuhan di Perbankan Syariah, (2) DPS yang diatur
dalam undang-undang perseroan terbatas kurang jelas kedudukannya serta
kewenangannya harus diperluas, dan (3) kedudukan Dewan Syariah Nssional
(DSN) perlu memperoleh suatu ketegasan yuridis, oleh karena itu Pemerintah
diimbau untuk segera menyiapkan RUU tentang DSN untuk dapat meningkatkan
peran dan kegunaan badan tersebut. Apabila DSN dijadikan sebagai suatu institusi
negara, maka peran dan kegunaannya akan lebih berpengaruh, terutama dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan materiil bagi seluruh lapisan Bangsa Indonesia
yang sebagian besar terdiri dari umat Islam. (Arrisman, “Kedudukan dan Fungsi
Pengawasan Dewan Syariah Dalam Transaksi Bank Syariah di Indonesia”
(Disertasi, Universitas Indonesia, 2008).
Bab I: Pendahuluan | 11

Teori Agensi 30 berkaitan dengan penyelesaian dua masalah


yang mungkin terjadi dalam hubungan agensi (agency relationship).
Pertama, problem agensi, yang terjadi manakala (1) tujuan dan
keinginan Prinsipal dan Agen terdapat konflik, dan (2) muncul
kesulitan atau biaya mahal manakala Prinsipal ingin memverifikasi
apa sebenarnya yang dilakukan oleh Agen. Dalam hal ini, Prinsipal
tidak dapat memverifikasi agen dengan seksama. Kedua, terkait
dengan berbagi risiko (risk sharing), terjadi manakala prinsipal dan
manajemen memiliki prilaku yang berbeda terkait risiko. Dalam hal
ini Prinsipal dan Agen mungkin memiliki preferensi tindakan karena
memiliki perbedaan preferensi.
Dari perspektif Teori Agens ini, DPS dibayar oleh pihak bank
dengan tanggungjawab untuk mengawasi manajemen (agen) untuk
memastikan bahwa kepentingan pemegang saham (prinsipal)
terlindungi. Dalam konteks perbankan syariah, salah satu
kepentingan pemegang saham adalah berjalannya operasional Bank
sesuai dengan Pinsip Syariah, di samping tercapainya target-target
perusahaan dari segi keuntungan sebagai suatu hal yang menjadi
tujuan utama didirikannya perusahaan. Kegagalan dalam
menjalankan Prinsip Syariah sebagai bagian yang harus dijalankan
sesuai dengan peraturan yang berlaku akan menyebabkan kritik
bahkan teguran dari regulator atau pemegang otoritas perbankan.
Apalagi aturan operasional perbankan syariah sudah jelas tertuang
dalam perundang-undangan dan aturan turunannya, termasuk
berbagai sanksi atas pelanggaran yang dilakukan.
Teori Institusi31 banyak digunakan dalam ilmu sosial. Esensi
dari teori ini adalah bahwa sebuah organisasi dibentuk oleh kultur

30
Lihat M.K. Eisenhardt, “Agency Theory: An assessment and review.
Academy of Management Review” Vol. 14 No. 1, ((1989), 57, dikutip dari IS
Research, York University, http://www.istheory.yorku.ca (diakses 08/01/2010).
Lihat juga Livia Bonazzi dan Sardar M.N. Islam, “Agency Theory and Corporate
Governance: A Study of the Effectiveness of Board in Their Monitoring of the
CEO,” Journal of Modeling in Management Vol. 2 No. 1. (2007).
31
Lihat W. Richard Scott, “Encyclopedia of Social Theory,” Theories Used
in Information System (IS) Research York University (2004), http://www.istheory.-
yorku.ca, diakses 08/01/2010.
12 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

yang luas, sosial, dan elemen-elemen simbolis yang membentuk


lingkungan institusi. Teori ini merupakan aspek sosial yang lebih
lentur dan dalam mempertimbangkan proses-proses di mana
struktur, termasuk skema, aturan, norma, dan rutinitas menjadi
pedoman otoritatif untuk prilaku sosial. Teori ini mengarahkan
kepada elemen-elemen itu diciptakan, disebar, diadopsi, dan
diadaptasi melampaui ruang dan waktu; dan bagaimana mereka
jatuh kepada penolakan dan pengabaian.
Dari perspektif Teori Institusi ini, DPS dibentuk oleh Bank
sebagai sinyal keselarasan dengan harapan rasional dan untuk
meraih legitimasi. Oleh karena itu DPS merupakan lembaga yang
dibentuk untuk sekadar memenuhi persyaratan dari pada substansi.
Karenanya, operasional lembaga ini hanyalah seremonial. Dengan
demikian, DPS yang efektif, dari sudut pandang institusi, adalah
kalau lembaga ini dapat menaikkan legitimasi pihak luar terhadap
bank.
Penelitian terkait dengan pengawasan syariah di perbankan
syariah tetap penting untuk dilakukan meskipun tugas dan
wewenang perizinan dan pengawasan jasa keuangan dialihkan dari
BI ke lembaga baru, yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Pengalihan kewenangan sendiri merupakan bagian dari proses
perubahan perundangan Republik Indonesia yang begitu dinamis
pasca-reformasi. Beragam perundangan berubah dan berganti
dengan cepat. Tak terkecuali perundangan dalam dunia perbankan.
Di akhir tahun 2011, lahirlah undang-undang yang mengalihkan
kewenangan pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan
kepada lembaga baru yang diberi kewenangan besar dan mengambil
alih kewenangan beberapa lembaga yang selama ini ada.
Seiring dengan disahkannya Undang-undang Nomor 21 Tahun
2011 32 tentang Otoritas Jasa Keuangan, maka fungsi, tugas, dan
wewenang penyelenggaraan sistem pengaturan dan pengawasan
yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa

32
UU ini diundangkan pada 22 Nopember 2011. Saat ini Ketua dan
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) sebagai pimpinan
kolektif dari lembaga baru tersebut telah ditetapkan.
Bab I: Pendahuluan | 13

keuangan berada di tangan lembaga baru bernama Otoritas Jasa


Keuangan (OJK).33
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan
terhadap beberapa tugas yang selama ini menjadi ranah beberapa
Kementerian/Lembaga (Menteri Keuangan, Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan, serta Bank Indonesia) yang meliputi
kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, Pasar Modal,
Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga
Jasa Keuangan Lainnya.34
Dalam melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di
sektor Perbankan, OJK mempunyai beberapa wewenang, 35 antara
lain (1) mengeluarkan perizinan untuk pendirian bank, pembukaan
kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan,
kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan
akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; (2) kegiatan usaha
bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi,
dan aktivitas di bidang jasa; (3) menetapkan peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan; (4) menetapkan peraturan dan
keputusan OJK; dan (5) menetapkan peraturan mengenai
pengawasan di sektor jasa keuangan.
Dengan berlakunya UU OJK ini, maka sejumlah Peraturan
Perundangan terkait dengan Usaha Perasuransian, Perbankan,
Perbankan Syariah, Dana Pensiun, Pasar Modal, Bank Indonesia,
dan sektor jasa keuangan lainnya mengalami perubahan, di mana
fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasannya berada
di tangan OJK.
Peralihan ini secara penuh berlaku mulai tanggal 31 Desember
2013, dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan
dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan dari
Bank Indonesia ke OJK. Sementara fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar

33
UU No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 5.
34
UU No 21 Tahun 2011, Pasal 6.
35
Lihat UU No 21 Tahun 2011, Pasal 7dan 8.
14 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan


Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan
dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK
mulai 31 Desember 2012.36
Konsekuensi dari pemberlakuan UU OJK ini adalah adanya
perubahan sistem pengaturan dan pengawasan yang tentu saja
dituangkan dalam bentuk peraturan. Fungsi pengaturan dan
pengawasn bank yang selama ini dipegang Bank Indonesia akan
beralih ke OJK. Karenanya segala peraturan BI terkait bisa saja
berubah dengan peraturan yang dibuat oleh OJK, termasuk di
dalamnya soal pengawasan syariah di Perbankan Syariah. Namun
demikian, peraturan yang diterbitkan oleh BI dinyatakan tetap
berlaku dan menjadi acuan OJK selama peraturan-peraturan
penggantinya belum diterbitkan. Peraturan-peraturan BI yang
menjadi objek penelitian ini masih tetap berlaku meskipun fungsi,
tugas, dan wewenang BI beralih ke OJK.
Penelitian terkait dengan tata kelola perusahaan dalam Islam,
baik secara konsep maupun penerapannya dalam lembaga berbasis
syariah masih sedikit. Setidaknya hal tersebut dikemukakan oleh
Siddiqi, 37 Haneef, 38 dan Mannan. 39 Namun demikian, saat ini
penelitian sejenis untuk perbankan syariah Malaysia sudah cukup
banyak. Oleh karena itu kajian terhadap DPS ini sangat penting
untuk dilakukan, khususnya DPS di perbankan syariah Indonesia.
Atas dasar pertimbangan tersebut penelitian ini mengambil judul
“Efektivitsas Dewan Pengawas Syariah di Perbankan Syariah”.

36
UU No 21 Tahun 2011, Pasal 55.
37
M.N. Siddiqi, Muslim Economic Thinking: A Survey of Contemporary
Literature (London: Islamic Foundation, 1981).
38
M.A. Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought, A Selected
Comparative Analysis (Kuala Lumpur: Ikraq, 1995).
39
M.A. Mannan, Abstracts of Researchers in Islamic Economics (Jeddah:
International Centre for Research in Islamic Economics, 1984).
Bab I: Pendahuluan | 15

B. Permasalahan

B.1. Identifikasi Masalah


Dari latar belakang di atas dapat diketahui bahwa ada
sejumlah masalah yang teridentifikasi terkait dengan DPS dan
pengawasannya. Masalah-masalah yang teridentifikasi terkait
dengan kompetensi, ketekunan, rekrutmen anggota, dan
dukungan perusahaan. Juga posisi DPS dalam relasinya dengan
Bank, BI, dan DSN-MUI.
Dari segi keahlian, apakah anggota DPS mempunyai
keahlian yang cukup dalam pengawasan? Apakah anggota DPS
memiliki pengetahuan memadai terkait operasional perbankan?
Apakah anggota DPS memiliki ketekunan untuk menghadiri
rapat-apat pengawasan sebagai bagian dari pengawasan bank?
Apakah sistem rekrutmen anggota DPS berlandaskan kepada
kompertensi individu atau lebih mengutamakan ketokohan dan
kharismatisnya di masyarakat? Apakah mekanisme rekrutmen
mempengaruhi independensi pengawasan?
Terkait dengan dukungan perusahaan, apa saja bentuk
dukungan perusahaan yang diberikan kepada DPS? Berapa besar
remunerasi yang diterima DPS? Benarkah ada Bank yang tidak
menyediakan fasilitas memadai untuk beroparasinya DPS?
Seperti apakah regulasi yang mengatur indepedensi,
keahlian, ketekunan, prosedur rekrutmen anggota DPS, dan
dukungan perusahaan agar lembaga pengawas tersebut dapat
menjalankan tugas dan fungsinya? Seperti apakah sistem
rekrutmen anggota DPS? Juga bagaimana mekanisme
pengawasan yang yang dilakukan oleh DPS, apakah mempunyai
pola standar? Bagaimana posisi DPS dalam relasinya dengan
Bank, BI, dan DSN-MUI?

B.2. Pembatasan Masalah

Dari banyaknya masalah yang teridentifikasi, penelitian ini


dibatasi dengan mengidentifikasi karakteristik DPS dari segi
independensi, kompetensi, dan ketekunan mereka. Seperti
16 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

apakah regulasi yang mengatur hal-hal tersebut? Faktor-faktor


tersebut dihubungkan dengan efektivitas pengawasan yang
dilakukan oleh DPS sebagai lembaga yang dimanahi undang-
undang untuk memberikan nasihat dan pengawasan dengan
mengacu kepada Prinsip Syariah yang difatwakan DSN-MUI.
Penelitian ini juga ingin melihat sejauh mana perusahaan
memberikan dukungan penuh terhadap efektivitas DPS, serta
bagaimana pola rekrutmen yang sekarang berjalan, mengingat
hal ini terkait erat dengan faktor-faktor yang ada pada anggota
DPS, terutama berkaitan dengan kualitas mereka dalam hal
independensi, kompetensi, dan ketekunan.

B.3. Perumusan Masalah


Penelitian ini difokuskan pada DPS di Bank Syariah,
bukan lembaga keuangan syariah lainnya. Hal ini selain karena
keterbatasan sumber daya, juga karena industri perbankan cukup
signifikan sejak terbitnya regulasi yang secara khusus mengatur
perbankan syariah. Dalam periode 1992 sampai dengan 1998,
terdapat hanya satu bank umum syariah dan 78 bank perkreditan
rakyat syariah (BPRS) yang telah beroperasi. 40 Saat ini
(Desember 2011) tercatat sebanyak 11 BUS, 23 UUS, dan 155
BPRS.41
Agar pembahasannya terarah, maka penelitian ini akan
difokuskan terhadap:
1. Bagaimana kedudukan hukum DPS, dalam relasinya
dengan Bank, BI/OJK, dan DSN-MUI?
2. Bagaimana sistem pengawasan yang dilakukan oleh DPS
di perbankan syariah?
3. Bagaimana pengaturan independensi (independence),
kompetensi (competence), ketekunan (diligence), dan
mekanisme rekrutmen anggota (board recruitment

40
Bank Indonesia, Statistik Perbankan Indonesia, http://www.bi.go.id,
diakses 18/11/2008.
41
Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah Desember 2011,
http://www.bi.go.id, diakses 12/04/2012.
Bab I: Pendahuluan | 17

mechanism) DPS, serta dukungan perusahaan (firm


support) terhadap lembaga pengawas tersebut?
Masalah pertama terkait dengan tugas utama DPS sebagai
pengawas dan pemberi nasihat terkait dengan kesesuaian Bank
Syariah dengan Prinsip Syariah. Sedangkan masalah kedua
terkait dengan karakteristik DPS yang berkontribusi terhadap
efektivitas DPS, termasuk ingin melihat sistem rekrutmen dan
penempatan anggota DPS. Masalah ketiga ingin melihat posisi
DPS dalam sistem hukum yang ada mengingat lembaga ini
diatur oleh dua institusi berbeda, yakni DSN-MUI dan BI.
Penelitian ini difokuskan pada efektivitas pengawasan
yang dilakukan oleh DPS. Pencarian literatur terhadap
efektivitas menunjukkan bahwa efektivitas organisasi
(organizational effectiveness) sering dikaitkan dengan kinerja
organisasi (organizational performance), 42 bahkan karena
masalah yang terkait dengan definisi, pengukuran dan
penjelasannya dianggap identik, keduanya sering dipertukarkan
penggunaannya.43
Pengertian efektivitas pada penelitian ini difokuskan
kepada model sistem (system model), yakni mengkaji sumber
daya dan proses yang mempengaruhi tujuan pengawasan yang
menjadi tugas pokok DPS. Dengan kata lain, DPS dikatakan
efektif apabila mereka dapat bekerja sesuai dengan tugas
pokoknya, yakni menjalankan pengawasan terhadap bank
syariah tempat mereka bekerja.
Sementara karakteristik DPS sebagai lembaga pengawas
yang menjadi fokus kajian ini adalah independensi
(independence), kompetensi (competence), dan ketekunan
42
E. Harriette Bettis-Outland, “Critical Roles of Information Overload,
Information Quality, and Perceived Information Distortion on Organizational
Effectiveness: A Customer Relationship Management Perspective” (Disertasi,
Georgia State University, 2004), 55.
43
Lihat Jean-Francois Henri, “Performance Measurement and
Organizational Effectiveness: Bridging the Gap,” Managerial Finance Vol 30 No
6 (2004), 93-123.
18 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

(diligence). Faktor lainnya adalah rekrutmen anggota dan


dukungan bank (firm support). Beberapa karakteristik di atas
tidak bisa diukur secara langsung. Sebagai contoh, ketekunan
diukur lewat jumlah pertemuan anggota per tahun. Studi literatur
menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki masalah dalam
Laporan Tahunannya memiliki frekuensi pertemuan anggota
Komite Audit yang rendah. 44 Demikian juga dengan
independensi, dalam penelitian ini hanya diukur melalui rangkap
jabatan.
Dengan kata lain, DPS diharapkan memiliki karakteristik
keahlian, bekerja secara independen, memiliki waktu yang
memadai untuk melakukan tugas, dan mendapatkan dukungan
penuh dari perusahaan. Sebagai pintu masuk dari semuanya,
sistem rekrutmen dan penempatan yang baik adalah kuncinnya.
Sistem Rekrutmen dapat mempengaruhi variabel lain, yakni
independensi, keahlian, dan ketekunan sebagai karakteristik
DPS. Sementara dukungan perusahaan merupakan variabel
antara yang juga akan mempengaruhi efektivitas karena,
bagaimana pun, tidak mungkin DPS dapat bekerja optimal kalau
Bank tidak memberikan dukungan penuh.
Kajian dilakukan pada Laporan Pelaksanaan Good
Corporate Governance (GCG) yang merupakan Laporan
tahunan yang dibuat oleh perbankan. Penelitian ini juga
mengkaji peraturan yang menjadi landasan operasional DPS
pada perbankan syariah.
Peraturan perundangan dan regulasi di suatu negara sangat
berpengaruh terhadap efektivitas kinerja dan daya saing usaha di
negara tersebut. Seperti diungkapkan oleh Reed, Shedd,
Pagnattaro, dan Morehead, sistem hukum dan perundangan (law
and the legal system) menjadi salah satu faktor kuat dan
lemahnya ekonomi suatu bangsa. Hukum properti, kontrak,
kesalahan, dan berbagai peraturan pemerintah memberikan

44
Lihat Ibrahim Al-Lehaidan, “Audit Committee Effectiveness: Australia
and Saudi Arabia” (Disertasi, Victoria University, 2006), 41-66.
Bab I: Pendahuluan | 19

landasan bagi lembaga seperti perusahaan, bank, dan bursa efek.


Hukum menjamin unsur kepercayaan dan kepastian merupakan
hal yang vital bagitransaksi ekonomi di antara orang asing.
Tidak ada negara dengan ekonomi lemah memiliki sistem
hukum yang memadai, dan sebaliknya, semua negara yang
memiliki sistem hukum seperti yang disebutkan di atas secara
ekonomi kuat.45

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C.1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan mengkaji efektivitas


pengawasan yang dilakukan oleh DPS di perbankan syariah.
Penelitian ini akan mempelajari karakteristik DPS dari segi
independensi, kompetensi, dan ketekunan anggotanya. Penelitian
ini juga ingin melihat sejauh mana dukungan perusahaan
terhadap lembaga pengawas tersebut, serta menganalisis
prosedur rekrutmen dan penempatan anggota DPS. Secara
spesifik, penelitian ini dilakukan untuk:
1. Mengkaji kedudukan hukum DPS dalam relasinya
dengan Bank, BI, dan DSN-MUI berdasarkan peraturan
yang berlaku.

45
Beberapa teori berusaha menunjukkan alasan di balik kuat dan lemahnya
ekonomi suatu bangsa antara lain: (1) Teori ketergantungan. Dalam hal ini,
negara-negara maju menjadi kuat karena mengeksploitasi sumberdaya dan buruh
negara-negara lemah melalului perdagangan; (2) Sumberdaya alam; (3)
Pendidikan dan teknologi; (4) Iklim; sebagian orang percaya bahwa pada suhu
rata-rata sangat panas, orang-orang kurang bergairah dalam bekerja, terutama di
luar ruang; (5) Pasar swasta (private market); (6) Sistem hukum dan perundangan.
Dengan kata lain bahwa kekayaan sumber daya alam, pendidikan dan teknologi,
temperatur, dan pasar swasta (private market), seuanya berkontribusi kepada
kekuatan ekonomi. Namun demikian, sistem hukum merupakan dasar paling kuat
dalam menciptakan kesejahteraan. Lihat O. Lee Reed, Peter J. Shedd, Marisa
Anne Pagnattaro, dan Jere W. Morehead, The Legal & Regulatory Environment of
Business, 15th ed (New York: McGraw-Hill, 2010), 1-25.
20 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

2. Mengkaji sistem pengawasan yang dilakukan oleh DPS


di perbankan syariah.
3. Mengkaji independensi, kompetensi, ketekunan anggota
DPS, dan dukungan perusahaan terhadap pengawasan
syariah, serta mengkaji mekanisme rekrutmen anggota.

C.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi


pemikiran dan praktis kepada praktisi dan regulator
perbankan syariah serta kalangan akademisi. Secara praktis
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
kalangan perbankan syariah, Bank Indonesia, DPS, dan
Dewan Syariah Nasional (DSN). Sedangkan secara akademis
diharapkan menambah khazanah keilmuan dan kajian ilmiah
dalam bidang tata kelola perusahaan (corporate governance)
perbankan syariah yang relatif masih sedikit dibandingkan
dengan kajian serupa pada perusahaan dan perbankan
konvensional.
Di samping itu, seiring dengan berlakunya UU Nomor
21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di
mana pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan—
termasuk perbankan—ada di satu lembaga, yakni OJK, maka
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
rangka evaluasi peraturan mengenai pengawasan syariah
sebelum dibuat peraturan baru.

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan


Beberapa penelitian terdahulu terkait dengan pengawasan yang
dilakukan terhadap manajemen perusahaan, baik dalam bentuk
komite audit pada perusahaan/bank konvensional maupun DPS pada
perbankan syariah menunjukkan adanya hubungan antara
karakteristik dewan pengawas dengan efektivitas organisasi
pengawas dan kualitas pengawasan. Dalam beberapa kasus,
penelitian ini menggunakan Komite Audit sebagai pembanding
karena dalam beberapa sisi lembaga ini memiliki kesamaan dengan
Bab I: Pendahuluan | 21

DPS. Di samping itu, beberapa penelitian terkait dengan Dewan


Syariah Nasional dan Dewan Pengawas Syariah di Indonesia, serta
lembaga sejenis di luar negeri, terutama di Malaysia dan Pakistan
juga menjadi perbandingan.
Ibrahim al-Lehaidan46 meneliti faktor-faktor penentu terhadap
efektivitas Komite Audit pada perusahaan-perusahaan di Australia
dan Arab Saudi. Dari enam faktor penentu, yaitu independensi,
aktivitas, ukuran, sertifikat, keahlian dan kemelekan finansial
(financial literacy), dia menemukan bahwa independensi merupakan
faktor yang paling penting dalam menentukan kualitas audit.
Demikian juga dengan penelitian Manu Gupta yang menunjukkan
bahwa para investor mempertimbangkan independensi pengawas
(board independence) sebagai sebuah aspek penting dalam tata
kelola perusahaan. 47 Hal yang sama dikemukakan oleh DeZoort,
Hermanson, Archambeault dan Reed 48 yang mengidentifikasi
independensi, keahlian (expertise), dan ketekunan (diligence)
sebagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas Komite
Audit.
Bila dikaitkan dengan survey yang dilakukan oleh Chapra dan
Ahmed49 yang menunjukkan bahwa tanggung jawab terpenting dari
bank syariah adalah menciptakan kepercayaan nasabah dan investor
bahwa bank tersebut patuh terhadap Prinsip Syariah, maka
independensi pengawas syariah (DPS) dapat dipandang sebagai hal
yang sangat penting untuk menjaga kepercayaan investor pada Bank
Syariah.

46
Ibrahim al-Lehaidan, “Audit Committee Effectiveness: Australia and
Saudi Arabia” (Disertasi, Victoria University, 2006).
47
Manu Gupta, “Board Independence and Corporate Governance: Evidence
from Director Resignations” (Disertasi, Texas A&M University, 2005).
48
F. DeZoort, F., D. Hermanson, D. Archambeault dan S. Reed, “Audit
Committee Effectiveness: A Synthesis of the Empirical Audit Committee
Literature,” Journal of Accounting Literature, Vol. 21 No. 1 (2002), 38-75.
49
M. Umer Chapra dan Habib Ahmed, Corporate Governance in Islamic
Institutions (Jeddah: IRTI-IDB, 2002), 110.
22 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

Lebih dari sekadar kepercayaan investor, sesungguhnya


pengawasan bank syariah terkait dengan kepastian bahwa produk
dan operasional perbankan syariah tidak menyalahi prinsip dan
tujuan Syariat Islam.50 Penelitian Taufik Faturohman menunjukkan
bahwa bank syariah juga berbeda dari bank konvensional dalam hal
tidak melakukan bisnis hanya untuk memaksimalkan keuntungan
saja, namun memiliki fungsi sosial, untuk melayani pelanggan dan
masyarakat.51
Seperti diungkapkan Yaacob, LKS berada dalam kebutuhan
yang mendesak terhadap Auditor Syariah yang independen dan
akuntabel dengan tingkat kompetensi tinggi. Dia membandingkan
keberadaan lembaga Hisbah yang dalam sejarahnya telah
memainkan peran penting dalam mengawasi pasar agar sesuai
dengan syariah. Katakanlah lembaga Hisbah akan menjadi acuan
dalam pengawasan, maka perlu berimprovisasi untuk
menghidupkannya dengan menyesuaikan struktur dan mekanisme
kerjanya sehingga ada kepastian bahwa LKS yang diawasi
beroperasi sesuai syariah.52
Karakteristik auditor syariah yang harus memiliki pengetahuan
memadai soal syariah dan akunting diungkapkan oleh Zurina Shafii,
et. al. yang mengkaji industri perbankan Malaysia. Dalam hal
mereka tidak memiliki kualifikasi yang diperlukan, pengalaman
bergelut di perbankan syariah bisa dipertimbangkan. 53

50
Lihat Abdul Basiṭ Al-Shaibi, Al-Bunūk al-Islamiyah wa Dauruhā fi
Taʻziz al-Qiṭaʻi al-Maṣrafi, http://www.kantakji.com/fiqh/Files/Banks/101022.-
doc, diakses 19/01/2010.
51
Taufik Faturohman, “An Examination of the Growth of Islamic Banking
in Indonesia from 2003 to 2010” (Disertasi, Curtin University, 2013), 121.
52
Hisham Yaacob, "Issues and Challenges of Shariʻah Audit in Islamic
Financial Institutions: A Contemporary View" (makalah disampaikan pada 3rd
International Conference on Business and Economic Research (3rd ICBER 2012),
Bandung 12-13 Maret 2012).
53
Zurina Shafii, Supiah Salleh, Hajah Mustafa Mohd Hanefah dan
Kamaruzaman Jusoff, “Human Capital Development in Shariah Audit,” Middle-
East Journal of Scientific Research (Research in Contemporary Islamic Finance
and Wealth Management), vol. 13, Issue 13, (2013), 28-34.
Bab I: Pendahuluan | 23

Namun demikian, independensi pada pengawas bukan sesuatu


hal yang mudah. Seperti yang diungkapkan oleh Thomas
Gstraunthaler, Lukács dan Steller54 dalam “The Board of Directors
and its Role in the Corporate Governance System-Considerations
about the Control Model: A Research Note” bahwa potensi konflik
dari sikap independensi Board of Director (BoD) 55 terhadap
manajemen adalah terkait dengan komponen variabel kompensasi
material, khususnya apabila variabel tersebut sangat dipengaruhi
oleh politik finansial di mana manajemen mendapatkan keuntungan
dari situ, sehingga posisi anggota pengawas dalam posisi berbahaya.
Apalagi di Austria dan Jerman (tempat penelitian dilakukan),
anggota pengawas tampak sebagai pekerjaan tambahan, di mana
mereka datang dari berbagai latar belakang seperti politisi, manajer
perusahaan lain, bankir, dan lain-lain. Karenanya, komposisi
pengawas mewakili kelompok kepentingan tertentu, bukan
mengikuti kondisi persaingan.
Abdul Hayyi yang melakukan penelitian di BPRS di Kota
Mataram bahwa pengawasan DPS berjalan tidak efektif dimana
faktor yang sangat berpengaruhinya adalah intensitas pengawasan
yang minim, 56 serta fasilitas dan honorarium yang kecil. 57 Sama
54
Thomas Gstraunthaler, János Lukács dan Marcel Steller, “The Board of
Directors and its Role in the Corporate Governance System-Considerations about
the Control Model: A Research Note,” International Journal of Economic
Sciences and Applied Research Vol.1 No. 1 (Maret 2009), 37-54.
55
Board of Directors (BoD) adalah istilah dalam perusahaan yang
menganut sistem One-tier Board. Dalam sistem ini, perusahaan diwakili oleh
Board of Directors (BoD)—atau disingkat Board—yang merepresentasikan
pemegang saham, sedangkan operasional perusahaan dipimpin oleh Chief
Executive Officer (CEO). Tugas Board adalah melakukan monitoring dan
pengawasan terhadap manajemen, serta memberikan masukan strategis kepada
mereka. One-Tier Board Mechanism seperti dianut oleh perusahaan-perusahaan
Anglo-US. Model lainnya adalah Two-tier Board Mechanism, dikenal juga
sebagai German Model, di mana pertanggungjawaban perusahaan dipisahkan
antara manajemen dan badan pengawas. Dalam sistem ini manajemen
menjalankan perusahaan sedangkan badan pengawas memonitor kinerja mereka.
56
Abdul Hayyi, “Efektivitas Pengawasan Bank Syariah: Studi Terhadap
Pengawasan Dewan Pengawas Syariah BPR Syariah di Kota Mataram” (Tesis,
UIN Sunan Kalijaga, 2011), 135.
24 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

halnya dengan temuan Irawati Rochaeli yang mengungkapkan


perlunya meningkatkan kapasitas ilmu dan keterampilan anggota
DPS serta peningkatan komitmen waktu dalam melaksanakan
pekerjaannya .58
Brick dan Chidambaran meneliti hubungan antara tingkat
aktivitas pengawasan BoD dan Kinerja Perusahaan selama enam
tahun, yakni 1999-2005, di Amerika Serikat. Mereka mengukur
tingkat pengawasan berdasarkan aktivitas yang dilakukan dan
struktur komite yang dibentuknya. Mereka membuat kesimpulan
bahwa pengawasan yang meningkat, yang ditandai dengan
meningkatnya aktivitas mereka, telah meningkatkan nilai perusahaan
yang diawasinya.59
Mazlina Norzila Bt Mat Zain 60 dalam “The Impact of Audit
Committee and Internal Audit Attributes on Internal Audit
Contributions to Financial Statement Audits and Audit Fees:
Perceptions of Internal Malaysian Auditors” menemukan bahwa
independensi, pengalaman dan pengetahuan tentang auditing, serta
frekuensi pertemuan antar anggota memberikan korelasi positif
terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan.
Husain G. Ramal yang melakukan penelitian di Pakistan
menemukan bahwa pendidikan DPS di sana dipengaruhi oleh
infrastruktur pendidikan yang kurang serta lamanya waktu yang

57
Abdul Hayyi, “Efektivitas Pengawasan Bank Syariah...”, 136.
58
Irawati Rochaeli, “Fungsi dan Peranan Dewan Pengawas Syariah di Unit
Usaha Syariah PT Bank X dikaitkan dengan Pelaksanaan Good Corporate
Governance (GCG)” (Tesis, FH UI, 2011), 66.
59
Ivan E. Brick dan N. K. Chidambaran, “Board Meetings, Committee
Structure, and Firm Performance.” Social Science Research Network Electronic
Paper Collection, November 2007, http://papers.ssrn.com/sol3/Delivery.cfm/-
SSRN_ID1108241_code327809.pdf?abstractid=1108241&mirid=1, diakses 17-
02-2012.
60
Mazlina Norzila Bt Mat Zain, “The Impact of Audit Committee and
Internal Audit Attributes on Internal Audit Contributions to Financial Statement
Audits and Audit Fees: Perceptions of Internal Malaysian Auditors” (Disertasi,
Griffith University, 2005), 186-205.
Bab I: Pendahuluan | 25

dibutuhkan untuk itu. 61 Akibat langkanya SDM DPS maka LKS


banyak yang membayar anggota DSN untuk menjadi DPS di lebih
dari satu bank syariah.62
Zurina Shafii et. al. 63 menyoroti pelatihan dan perlunya
sertifikasi untuk anggota auditor syariah. Mereka mengungkapkan
bahwa sertifikasi audit syariah dianggap signifikan untuk diterapkan
di industri karena meningkatkan individu yang melaksanakan audit
syariah untuk menunjukkan kompetensi dan profesionalisme di
bidang audit syariah. Ini akan memperkaya kandidat dengan
pengalaman pendidikan, pemahaman syariah dan kemampuan audit,
informasi, dan alat-alat bisnis yang dapat diterapkan langsung dalam
organisasi atau lingkungan bisnis. Praktek di Malaysia saat ini
menunjukkan bahwa LKS melakukan pelatihan mereka sendiri
terkait dengan audit syariah. Masalahnya adalah tentang kelayakan
pengetahuan dan keterampilan para pelatih yang melakukan
pelatihan dalam audit syariah.
Rashidah Binti Abdul Rahman menguji hubungan antara
mekanisme tata kelola perusahaan dan keterlambatan laporan audit
pada 288 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia selama
periode 2007-2009. Dia menguji karakteristik BoD, yakni
independensi, ketekunan, dan keahlian. Dia menemukan bahwa
terdapat hubungan negatif antara ketekunan dan keterlambatan
laporan audit. Semakin banyak pertemuan yang yang dilakukan
maka semakin kurang keterlambatan laporan auditnya.64

61
Husain G. Ramal, “Corporate Governance in the Islamic Banking System
in Pakistan: the Role of Shariʻah Supervisory Board” (Disertasi, University of
Adelaide, 2010), 200.
62
Husain G. Ramal, “Corporate Governance in the Islamic Banking..., 201.
63
Zurina Shafii, Supiah Salleh, Nurazalia Zakaria, Mustafa Mohd Hanefah,
Nor Aishah Mohd Ali, dan Rochania Ayu Yunanda, “Shariah Audit Certification
Contents: Views of Regulators, Shariah Committee, Shariah Reviewers and
Undergraduate Students,” International Journal of Economics and Finance, Vol.
6, No. 5 (2014), 210-219.
64
Ummi Junaidda Binti Hashim, “Board independence, board diligence,
board expertise and impact on audit report lag in Malaysian market,” Social
Science Research Network Electronic Paper Collection (2011), download di
26 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

Di negara yang mewajibkan adanya jabatan auditor syariah di


internal bank seperti Malaysia yang bekerja secara independen dan
reguler untuk meningkatkan kepatuhan bank terhadap prinsip
syariah. Auditor syariah ini mengkomunikasikan hasil auditnya
kepada DPS bank bersangkutan, bukan kepada Komite Audit
sebagaimana umumnya berlaku dalam jabatan audit konvensional.
Temuan di lapangan yang dilakukan oleh Zurina Shafi et. al. 65
menunjukkan bahwa pada prinsipnya lembaga ini mampu
memperkuat peran DPS, khususnya tentang pengetahuan proses
implementasi produk, dan identifikasi kemungkinan adanya
pelanggaran kontrak. Mereka juga membuat kesimpulan bahwa
penting bagi anggota DPS untuk memiliki pengetahuan tambahan
dalam bidang keuangan, manajemen resiko, sistem dan teknologi
informasi, dan bidang lain yang relevan untuk mendukung
pembuatan keputusan.
Sementara Carcello, et. al menemukan bahwa independensi
dan keahlian keuangan anggota Komite Audit secara umum efektif
dalam melakukan monitoring proses penyusunan Laporan Keuangan
dan Audit perusahaan. 66 Dukungan perusahaan terhadap dewan
pengawas, secara empirik juga ditunjukkan oleh Renee Weiss 67 di
mana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dukungan perusahaan
terhadap Komite Audit memberikan pengaruh positif terhadap

http://papers.ssrn.com/sol3/Delivery.cfm/SSRN_ID1802273_code1340098.pdf?-
abstractid=1717479&mirid=1 (diakses 12 Juli 2012).
65
Zurina Shafii, Ahmad Zainal Abidin, Supiah Salleh, Kamaruzaman Jusoff
dan Nawal Kasim, “Post Implementation of Shariah Governance Framework: The
Impact of Shariah Audit Function Towards the Role of Shariah Committee,”
Middle-East Journal of Scientific Research 13 (Research in Contemporary Islamic
Finance and Wealth Management), Vol 13, Issue 13 (2013), 7-11.
66
Joseph V. Carcello, Terry L. Neal, Zoe-Vonna Palmrose, dan Susan
Scholz, “CEO Involvement in Selecting Board Membes, Audit Committee
Effectiveness, and Restatements,” Social Science Research Network Electronic
Paper Collection (2009), download di http://papers.ssrn.com/sol3/Delivery.cfm/-
SSRN_ID1626866_code47320.pdf?abstractid=1626866&mirid=1 (diakses 12 Juli
2012).
67
Renee Weiss, “Audit Committee Characteristics and Monitoring
Effectiveness” (Disertasi. The City University of New York, 2005), 85.
Bab I: Pendahuluan | 27

efektivitas pengawasan. Makin besar dukungan perusahaan


diberikan, maka kinerja Komite Audit makin efektif.
Dalam penelitian lain, Carcello, et. al 68 yang membahas
hubungan antara karakteristik BoD dengan biaya audit eksternal
untuk perusahaan yang masuk Fortune 1000 mengemukakan sebuah
pandangan bahwa makin independen, rajin, dan ahli sebuah BoD,
akan lebih efektif melaksanakan peran pemantauan dan akan lebih
mendukung fungsi audit eksternal. Board tersebut akan cenderung
untuk menuntut ditingkatkannya ruang lingkup audit, sehingga
meningkatkan biaya audit. Mereka menemukan hubungan positif
yang signifikan antara independensi Board, ketekunan, dan keahlian
dan biaya audit. Semakin Board independen, tekun, dan ahli, tidak
tampak akan menggantikan upaya audit, melainkan sebagai
pelengkap pengawasan auditor.
Pada prinsipnya, faktor independensi, ketekunan, dukungan
perusahaan, dan keahlian berkontribusi terhadap efektivitas lembaga
pengawas dan kualitas pengawasan yang dihasilkan seperti yang
diungkap dalam penelitian-penelitian sebagaimana dikemukakan di
atas.
Hal berbeda dikemukakan oleh Peter J. Baxter69 yang meneliti
hubungan antara pembentukan dan karakteristik Komite Audit
(independensi, keahlian, aktivitas, jumlah anggota, dan lamanya
pembentukan Komite) dengan kualitas Laporan Keuangan di
Australia. Di antara hasil penelitiannya adalah bahwa pembentukan
Komite Audit secara signifikan berpengaruh terhadap Laporan
Keuangan Perusahaan. Akan tetapi karakteristik Komite Audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas Laporan Keuangan.
Maksudnya, ketika Komite Audit dibentuk pada suatu perusahaan,

68
Joseph V. Carcello, Dana R. Hermanson, Terry L. Neal, dan Richard R.
Riley, Jr. “Board Characteristics and Audit Fees.” Social Science Research
Network Electronic Paper Collection (April 2000), http://papers.ssrn.com/sol3/-
Delivery.cfm/000706501.pdf?abstractid=231582&mirid=1 (diakses 12 Juli 2012).
69
Peter J Baxter, “Audit Committees and Financial Reporting Quality”
(Disertasi, University of Southern Queensland, 2007), 134.
28 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

maka variasi terhadap karakteristik auditor tidak berpengaruh secara


signifikan terhadap kualitas Laporan.
Peneliti menggunakan karakteristik dewan pengawas pada
perusahaan dan bank konvensional semacam Komite Audit
sebagaimana dilakukan oleh beberapa peneliti di atas untuk menguji
pengaruh karakteristik tersebut pada lembaga pengawas syariah
(DPS) pada Bank Syariah. Hal itulah yang membedakan penelitian
ini dengan penelitian-penelitian di atas.
Seperti yang dikemukakan oleh Wafik Grais dan Matteo
Pellegrini 70 bahwa secara keseluruhan, kepatuhan syariah pada
dasarnya bergantung pada struktur internal perusahaan, khususnya
DPS. Namun demikian, mereka menghadapi sejumlah tantangan
yang berkaitan dengan independensi, kerahasiaan informasi spesifik
tertentu, terbatasnya ketersediaan profesional baik kemampuan
syariah maupun keterampilan keuangan, dan kebutuhan untuk
keseragaman sikap DPS secara konsisten. Beberapa negara/lembaga
telah mencoba untuk mengatasi beberapa masalah tersebut dengan
memperkenalkan lembaga pengawas eksternal. Hal ini,
bagaimanapun, menciptakan potensi kesulitan yang timbul apabila
lembaga tersebut beroperasi di negara yang berbeda yang memiliki
regulasi yang berbeda pula, termasuk di negara-negara non-Muslim.
Efektivitas DPS juga berpengaruh terhadap tanggung jawab
sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility, CSR). Anwar
Salem Musibah dan Wan Sulaiman Bin Wan Yusoff Alfattani
melaporkan bahwa Efektivitas DPS, Efisiensi Modal Kerja (Capital
Employee Efficiency, CEE) dan Efisiensi Struktur Modal (SCE) dari
bank syariah secara positif mempengaruhi CSR. 71 Dengan

70
Wafik Grais dan Matteo Pellegrini. "Corporate Governance and Shariah
Compliance in Institutions Offering Islamic Financial Service." World Bank
Policy Research Working Paper No. 4054 (November 2006), http://www-
wds.worldbank.org/servlet/WDSContentServer/WDSP/IB/2006/11/08/000016406
_20061108095535/Rendered/PDF/wps4054.pdf (diakses 18 Agustus 2012)
71
Anwar Salem Musibah dan Wan Sulaiman Bin Wan Yusoff Alfattani,
“The Mediating Effect of Financial Performance on the Relationship between
Shariah Supervisory Board Effectiveness, Intellectual Capital and Corporate
Bab I: Pendahuluan | 29

menggunakan analisis isi (content analysis), Azhar Abdul Rahman


dan Abdullah Awadh Bukair72 menunjukkan bahwa ada peningkatan
informasi CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan bank
syariah, dengan menggunakan analisis regresi ganda dan setelah
memperhitungkan ukuran bank, kinerja keuangan dan kinerja
ekonomi, diketahui adanya kombinasi dari atribut DPS memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap pengungkapan CSR. Ini
berarti bahwa karakteristik DPS merupakan faktor penting dalam
menentukan tingkat pengungkapan CSR.
DPS yang efektif pada akhirnya akan membawa kepada
efektivitas bank syariah secara organisasi. Bila dikaitkan dengan
kewirausahaan, organisasi yang paling efektif dalam mencapai
tujuan mereka memiliki tingkat yang lebih tinggi intensitas
kewirausahaannya dibandingkan dengan organisasi yang kurang
efektif.73
Penelitian yang dilakukan oleh Saiful Bahri 74 yang meneliti
efektivitas kinerja pengawas syariah di dua bank, yaitu Bank
Muamalat (Indonesia) dan Bank Islam Malaysia (Malaysia) dengan
meneliti mekanisme pengangkatan, kompensasi, kompetensi, dan
independensi yang dia nyatakan belum efektif. Penelitian dilakukan
dengan cara mewawancara empat orang dari pihak BMI/DSN (dua
diantaranya anggots DPS) dan dua orang dari Bank Islam Malaysia.

Social Responsibility of Islamic Banks in Gulf Cooperation Council Countries,”


Asian Social Science, Vol. 10, No. 17 (2014), 139-164.
72
Azhar Abdul Rahman dan Abdullah Awadh Bukair, “The Influence of the
Shariah Supervision Board on Corporate Social Responsibility Disclosure by
Islamic Banks of Gulf Co-Operation Council Countries,” Asian Journal of
Business and Accounting Vol. 6, No. 2 (2013), 65-104.
73
Monica C. Diochon, “Governance, entrepreneurship and effectiveness:
Exploring the Link,” Social Enterprise Journal, Vol. 6 No. 2 (2010), 93-109.
74
Saiful Bahri, “Evaluasi Efektivitas Kinerja Dewan/Majlis Pengawas
Syariah (Studi Komparasi DPS Bank Muamalat Indonesia dan MPS Bank Islam
Malaysia Berhad)” (Tesis. UII Yogyakarta, 2006).
30 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

Apip Nur75, dalam penelitiannya, mengungkapkapkan bahwa


hubungan antara DPS dengan bank bersifat check and balance. Dia
mengungkapkan bahwa pengawasan syariah yang terjadi di BMI ada
yang bersifat langsung di mana DPS aktif dalam proses kegiatan
perbankan, termasuk perencanaan. Di sini DPS berperan sebagai
filter. Ada juga pengawasan bersifat tidak langsung dimana DPS
memeriksa laporan operasional bank dari direksi.
Studi yang dilakukan Muhammad Maksum 76 dengan
mewawancarai anggota DPS dari lima Bank Unit Usaha Syariah
ditambah dari Direktorat Perbankan Syariah BI dan DSN
menyimpulkan bahwa anggota DPS belum sepenuhnya
menggunakan manajemen pengawasan dalam melakukan
pengawasan syariah dikarenakan mereka belum memiliki legalitas
formal dan kecukupan sarana dan prasarana. Dia juga
mengungkapkan bahwa rekrutmen anggota DPS tidak terbuka dan
tidak kompetitif, adanya peluang rangkap jabatan, dan hubungan
antarlembaga yang tidak jelas, serta sarana dan prasarana yang tidak
memadai. Dari segi hukum, dia menyimpulkan bahwa eksistensi
DPS cukup diakui dalam peraturan perundangan, namun DSN tidak
memiliki basis hukum yang memadai.
Reformasi kelembagaan diajukan oleh Arrisman 77 yang
menyimpulkan bahwa sebaiknya DSN dilakukan oleh Direktur
Kepatuhan di Perbankan Syariah, dan kedudukan Dewan Syariah
Nasional (DSN) perlu memperoleh suatu ketegasan yuridis sebagai
institusi negara yang diatur dalam UU tersendiri.

75
Apip Nur, “Efektivitas Fungsi Pengawasan Dewan Pengawas Syariah
(DPS) dalam Meningkatkan Usaha pada Bank Muamalat Indonesia” (Tesis,
Sekolah Tinggi Hukum Galunggung, Tasikmalaya, 2009).
76
Muhammad Maksum, “Analisa Kinerja Dewan Pengawas Syariah di
Bank Syariah” (Tesis, UIN Jakarta, 2007).
77
Arrisman, “Kedudukan dan Fungsi Pengawasan Dewan Syariah Dalam
Transaksi Bank Syariah di Indonesia” (Ringkasan Disertasi, FH UI, 2008).
Bab I: Pendahuluan | 31

Temuan Arrisman juga diperkuat oleh penelitian yang


dilakukan oleh Yeni Salma Barlinti 78 yang melakukan penelitian
tentang penggunaan fatwa DSN-MUI di Pengadilan Agama (PA),
Pengadilan Tinggi Agama (PTA), dan Badan Arbitrase Syariah
Nasional (BASYARNAS) dalam memutus perkara yang terkait
dengan persoalan ekonomi. Hakim dan arbiter lebih mengutamakan
pemanfaatan sumber hukum yang mengikat secara religius dan
secara yuridis yaitu al-Quran, al-Hadith, dan peraturan perundang-
undangan. Mereka menempatkan kedudukan fatwa DSN-MUI sama
dengan fatwa secara umum. Hal ini karena peraturan perundang-
undangan mengikat sedangkan fatwa tidak mengikat.

E. Metodologi Penelitian

E.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis,


yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk
menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia,
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar-fenomena yang diselidiki, dan hasil penelitian
tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk
keperluan yang akan datang. 79 Menurut Kothari, penelitian
deskriptif adalah penelitian yang terkait dengan uraian
karakteristik suatu individu atau sebuah kelompok tertentu.80

78
Yeni Salma Barlinti, “Kedududukan Fatwa Dewan Syariah Nasional
dalam Sistem Hukum Nasional di Indonesia” (Disertasi, Universitas Indonesia,
2010), 462.
79
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), cetakan
ke-8, 54-61.
80
C.R. Kothari, Research Methodology: Methods and Techniques, edisi ke-
2 (New Delhi: New Age International Publisher, 2004), 35-37.
32 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

Pendekatan deskriptif bertujuan memaparkan kedudukan


hukum DPS, sistem pengawasan, dan karakteristiknya.
Pemaparan tentang aturan dan praktek pengawasan yang
dilakukan oleh DPS kemudian menjadi dasar analisis terhadap
masalah-masalah pengaturan dan praktek pengawasan DPS
terhadap perbankan syariah. Analisis ini juga kemudian
digunakan untuk menjawab mengapa pengawasan DPS terhadap
perbankan syariah belum berjalan secara efektif.
Karena sumber utama bahan kajian ini adalah peraturan
terkait pengawasan syariah, baik yang dikeluarkan oleh DSN-
MUI maupun BI, maka berdasarkan pendekatannya, penelitian
ini juga bisa dikategorikan sebagai penelitian yuridis-normatif,
yakni penelitian yang didasarkan kepada kepustakaan untuk
mendapatkan data sekunder di bidang hukum.81

E.2. Sumber, Teknik Pengumpulan, dan Analisis Data

Sumber utama data yang menjadi bahan kajian adalah


bahan pustaka berupa Undang-undang Perbankan Syariah,
Peraturan Bank Indonesia, dan bahan-bahan lain terkait dengan
pengawasan syariah di perbankan syariah. Wawancara dengan
anggota DPS dan DSN juga dilakukan.
Undang-undang dan peraturan yang dikaji adalah UU
Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Peraturan
Bank Indonesia (PBI) No 11/ 3 /PBI/2009 tentang Bank Umum
Syariah (jo. PBI No 11/10/PBI/2009 tentang Unit Usaha Syariah,
jo. PBI No 11/23/PBI/2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah), PBI Nomor 11/ 33 /PBI/2009 tentang Pelaksanaan
Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah, PBI No 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank
Syariah Dan Unit Usaha Syariah, PBI No 9/19/PBI/2007
Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan
Dana Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah

81
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. ke-2 (Jakarta: UI
Press, 1982), 51.
Bab I: Pendahuluan | 33

(jo. PBI No 7/46/PBI/2005 Akad Penghimpunan Dan Penyaluran


Dana Bagi Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah), dan PBI No 10/32/PBI/2008
tentang Komite Perbankan Syariah.
Surat Edaran BI (SEBI) sebagai pedoman teknis dari PBI
yang juga menjadi kajian penelitian ini adalah SEBI No.
11/9/DPbS tanggal 7 April 2009 perihal Bank Umum Syariah
(jo. SE BI No 11/28/DPbS tanggal 5 Oktober 2009 perihal Unit
Usaha Syariah, jo. SEBI No 11/34/DPbS tanggal 23 Desember
2009 perihal Bank Pembiayaan Rakyat Syariah), SEBI No.
12/13/DPbS tanggal 30 April 2010 perihal Pelaksanaan Good
Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah, SEBI No 10/31/DPbS tanggal 8 Oktober 2008
perihal Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, SEBI No.
10/14/DPbS tanggal 17 Maret 2008 perihal Pelaksanaan Prinsip
Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran
Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, dan SEBI No.
8/19/DPbS tanggal 24 Agustus 2006 perihal Pedoman
Pengawasan Syariah dan Tata Cara Pelaporan Hasil Pengawasan
bagi Dewan Pengawas Syariah.
Selain itu, Keputusan MUI dan DSN-MUI terkait dengan
pengawasan syariah juga menjadi fokus kajian yakni Keputusan
MUI Nomor Kep-754/MUI/II/1999 tanggal 10 Februari 1999
tentang Pembentukan Dewan Syariah Nasional, Keputusan
DSN-MUI No. 01 Tahun 2000, tanggal 1 April 2000, tentang
Pedoman Dasar DSN-MUI, Keputusan DSN-MUI Nomor 02
Tahun 2000 tanggal, 1 April 2000, tentang Pedoman Rumah
Tangga DSN-MUI, dan Keputusan DSN-MUI Nomor 03 Tahun
2000, tanggal 1 April 2000, tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penetapan Anggota Dewan Pengawas Syariah pada Lembaga
Keuangan Syariah.
Sebagai pembanding, penulis juga menggunakan sumber
sekunder yaitu “Guiding Principles on Shariah Governance
Systems for Institutions Offering Islamic Financial Services”
(dikenal juga dengan IFSB 10) dan “Guiding Principles on
Corporate Governance for Institutions Offering Only Islamic
34 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

Financial Service (Excluding Islamic Insurance Institutions and


Islamic Mutual Funds)” (IFSB 3) yang diterbitkan oleh Islamic
Financial Services Board (IFSB).

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Bank Syariah di Indonesia


(2007-2013)82

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013
Bank

Bank Umum 3 5 6 11 11 11 11
Syariah
Unit Usaha 26 27 25 23 24 24 23
Syariah
BPR Syariah 114 131 138 150 155 158 163

Peneliti juga mengkaji “Laporan Pelaksanaan Good


Corporate Governance” bank syariah. Dalam hal Laporan
Pelaksanaan GCG tidak ditemukan, maka kajian dilakukan
terhadap dokumen Laporan Tahunan (Annual Report). Dalam
hal ini penelitian dilakukan terhadap Bank Umum Syariah
(BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia. Berdasarkan
data dari Bank Indoensia, sampai dengan tahun 2013 terdapat
197 Bank Syariah yang beroperasi, dengan perincian 11 BUS, 23
UUS, dan 163 BPRS (lihat Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3). Dari
jumlah tersebut, satu BUS adalah milik Pemerintah Daerah, dan
14 dari 23 UUS adalah unit usaha dari Bank Pembangunan
Daerah.83
Penelitian ini mengumpulkan data dari semua BUS dan
UUS. Dengan demikian, secara keseluruhan, ada 35 bank syariah

82
Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics), Bank Indonesia,
Desember 2013.
83
Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics),
Desember 2013.
Bab I: Pendahuluan | 35

yang diteliti, yang terdiri dari 11 BUS dan 24 UUS (Lihat Tabel
2 dan 3). Kajian dilakukan untuk tahun 2011, 2012, dan 2013.

Tabel 2. Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 201384

NO. NAMA BANK


1. PT Bank Syariah Muamalat Indonesia
2. PT Bank Syariah Mandiri
3. PT Bank Syariah Mega Indonesia
4. PT Bank Syariah BRI
5. PT Bank Syariah Bukopin
6. PT Bank Panin Syariah
7. PT Bank Victoria Syariah
8. PT BCA Syariah
9. PT Bank Jabar dan Banten
10. PT Bank Syariah BNI
11. PT Maybank Indonesia Syariah

Untuk menjaga kerahasiaan objek penelitian, mula-mula


bank diurutkan berdasarkan abjad, kemudian diberi kode
BUS01-BUS11 untuk BUS dan UUS01-UUS24 untuk UUS. Hal
yang sama dilakukan untuk nama-nama anggota DPS. Nama-
nama mereka, tanpa gelar, diurutkan, kemudian diberi kode
DPS01, DPS02, dan seterusnya.
Data yang terkumpul kemudian dideskripsikan, dianalisis
secara logis, sistematis, dan konsisten dengan telaahan yang
lebih rinci dan mendalam. Karenanya, dilihat dari eksplanasi
datanya, penelitian ini disebut sebagai penelitian yang bersifat
deskriptif analitis.

84
Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics), Bank Indonesia,
Desember 2013.
36 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

Tabel 3. Unit Usaha Syariah yang Beroperasi di Indonesia


tahun 201385

NO. UNIT USAHA SYARIAH


1. PT Bank Danamon
2. PT Bank Permata
3. PT Bank Internas ional Indones ia (BII)
4. PT CIMB Niaga
5. HSBC, Ltd.86
6. PT Bank DKI
7. BPD DIY
8. BPD Jawa Tengah (Jateng)
9. BPD Jawa Timur (Jatim)
10. BPD Aceh
11. BPD Sumatera Utara (Sumut)
12. BPD Sumatera Barat (Sumbar)
13. BPD Riau
14. BPD Sumatera Selatan (Sumsel)
15. BPD Kalimantan Selatan (Kalsel)
16. BPD Kalimantan Barat (Kalbar)
17. BPD Kalimantan Timur (Kaltim)
18. BPD Sulawesi Selatan (Sulsel)
19. BPD Nusa Tenggara Barat (NTB)
20. PT BTN
21. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN)
22. PT OCBC NISP
23. PT Bank Sinarmas
24. BPD Jambi

85
Sumber: Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics), Bank
Indonesia, Desember 2013.
86
HSBC Amanah ditutup terhitung Oktober 2012.
Bab I: Pendahuluan | 37

E.3. Teknik Penulisan Laporan

Penulisan laporan penelitian ini merujuk kepada aturan


yang dikeluarkan oleh Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yakni “Pedoman Akademik Program
Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011-2015” dan
Keputusan Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Nomor Un.01/SPs/HK.005/335/2011 tanggal 22
Maret 2011 tentang Format dan Kualifikasi Tesis/Disertasi.

F. Sistematika Penulisan
Disertasi ini disusun dengan upaya penuh untuk menyajikan
laporan dan pembahasan yang integratif sesuai dengan tema dan
judul yang dipilih. Secara lengkap, sistematika penulisannya
dipaparkan seperti paragraf di bawah ini.
Bab I berisi pendahuluan, dengan bahasan pokok terkait
dengan latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian,
penelitian terdahulu yang relevan, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II memuat konsep dan kedudukan hukum pengawasan
syariah. Bab ini menguraikan konsep pengawasan dan kedudukan
pengawasan syariah dalam tata kelola perusahaan (corporate
governance).
Bab III memuat penerapan prinsip syariah dalam perbankan
syariah. Bab ini menguraikan tentang Prinsip Syariah dan produk
bebas riba, kodifikasi fatwa bidang ekonomi syariah, dan
karakteristik Pengawas Syariah.
Bab IV berisi pembahasan tentang sistem pengawasan di
perbankan syariah yang memuat kedudukan hukum pengawasan
syariah, hubungan DPS, Bank, DSN-MUI, dan Bank Indonesia, serta
mekanisme rekrutmen anggota DPS.
Baba V menganalisis efektivitas pengawasan dilihat dari segi
independensi, kompetensi, dan ketekunan anggota DPS, serta
dukungan perusahaan.
38 | Efektivitas Dewan Pengawas Syariah pada Perbankan Syariah

Bab VI merupakan penutup yang berisi kesimpulan yang


berusaha menampilkan rumusan masalah utama penelitian, serta
rekomendasi berbasiskan temuan dan analisis dari penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai