Anda di halaman 1dari 20

Buku Panduan

Volume 3
Kesadaran Diri dan Kebudayaan serta Pemosisiannya

Diklat Terpusat KAT ITB 2021

1
Pemuda dan Nenek Nena menghabiskan waktu di kereta sambil mengobrol. Nenek Nena
mengingatkan si pemuda dengan kehangatan kakeknya yang selalu memancar dan
menyelimutinya ketika mereka mengobrol. Nenek Nena menikmati obrolannya dengan pemuda
yang matanya menyala dengan cara yang sama seperti sosok sahabat karibnya yang ia lihat di
foto beberapa menit lalu.

Tidak lama, terdengar pengumuman suara yang memberitahu bahwa sang pemuda telah sampai
ke stasiun tujuannya. Nenek Nena dan pemuda berpisah dan bertukar senyum manis—semoga
bukan untuk terakhir kalinya.

“Pak Raden orang baik yang sangat menyukai budaya Indonesia. Saya yakin kamu juga demikian,
meski baru sebentar kita berbincang,” Nenek Nena tersenyum dengan lembut. “Semoga kamu
bisa menemukan apa yang kamu cari dan menerima apa pun yang kamu temukan nantinya.”

Semakin jauh ia keluar dari jantung stasiun, semakin ramai suara yang masuk ke telinga sang
pemuda. Suara pedagang kaki lima memasarkan dagangannya, sepasang muda-mudi
berbincang, seorang ibu yang menenangkan anaknya yang menangis, dan berbagai jenis bunyi
yang mengingatkannya akan warna-warni manusia dari kota kelahiran kakeknya. Kapan terakhir
kali aku ke sini? Ia bahkan tidak bisa mengingatnya.

Berbekal dengan ingatan yang ia punya, sang pemuda mencoba mencari jalan ke arah galeri
kakeknya. Setelah beberapa menit berjalan, ia terdiam dan bergumam pada dirinya sendiri, Apa
betul ini jalannya? Kenapa tidak ada sudut atau bangunan yang kuingat?

Sejak kapan kota ini begitu berbeda?

2
TUJUAN PENDIDIKAN
BAB I
Kesadaran Diri 5
Pendahuluan 5
Why should you have self-awareness? 5
How do you ask the right question to understand yourself? 6
What tools that can help you to understand yourself better? 6
Personal Value Assessment 7
Holland Test 7
VARK Questionnaire 9
Sleep Chronotype Quiz 10
Matriks SWOT 12
Diagram S.W.O.T 13
Cara menggunakan tools SWOT 13
BAB II
Kebudayaan 16
3 Wujud Kebudayaan 16
7 Unsur Kebudayaan 17
Pemosisian Kebudayaan (3T) 18
REFERENSI

3
TUJUAN PENDIDIKAN
1. Peserta Diklat Terpusat memahami konsep memahami diri sendiri.
2. Peserta Diklat Terpusat mengaplikasikan tools Personal Value assessment, Holland
Code test, VARK questionnaire, Sleep Chronotype test, dan matriks SWOT dalam
memahami dirinya.
3. Peserta Diklat Terpusat memberikan respons terkait pemahaman diri.
4. Peserta Diklat Terpusat memaknai definisi budaya, kebudayaan, serta wujud
kebudayaan.
5. Peserta Diklat Terpusat memaknai 7 unsur kebudayaan.
6. Peserta Diklat Terpusat memaknai pemosisian budaya (Tontonan, Tuntunan,
Tatanan) serta bagaimana realita di lingkungannya.
7. Peserta Diklat Terpusat mengenali lingkungannya berdasarkan pendataan
kebudayaan yang ada di lingkungannya.
8. Peserta Diklat Terpusat menginternalisasi pemosisian budaya (Tontonan, Tuntunan,
Tatanan) berdasarkan realita di lingkungannya.

4
BAB I
Kesadaran Diri
Pendahuluan
Self-awareness atau kesadaran diri adalah kemampuan untuk melihat diri sendiri secara
jelas dan objektif melalui refleksi dan introspeksi. Penjelasan tentang kesadaran diri ini akan
mengikuti alur why (mengapa harus memiliki kesadaran diri), how (bagaimana menanyakan
pertanyaan yang tepat untuk memahami diri sendiri), dan what (tools apa yang dapat membantu
untuk memahami diri sendiri).

Why should you have self-awareness?


Pendidikan adalah proses menjadikan manusia dari objek menjadi subjek. Pendidikan
bersifat memerdekakan sehingga membuat manusia dapat menjadi subjek dan mengubah
lingkungan di sekitarnya. Manusia dikatakan menjadi subjek jika secara conscious turut dapat
mengolah realitanya dan menyadari eksistensinya. Pemahaman mengenai diri penting karena
refleksi diri adalah cikal bakal consciousness, ‘keinsafan’ diri. Dengan mampu mempertalikan
catatan hidup (otobiografi) dengan sejarah, seseorang akan menemukan dan mendayagunakan
potensi yang terkandung di dalam dirinya secara optimal.
Berdasarkan riset Riset Dr. Tasha Eurich, ia menemukan bahwa 95% responden merasa
memiliki self-awareness yang sangat baik. Padahal, ketika dianalisis lebih lanjut, hanya 15%
dari orang-orang yang benar-benar baik self-awareness-nya.
Sebenarnya apa, sih, tujuannya memahami diri sendiri? Apa saja manfaatnya? Jika kita
mengenal diri dengan baik, kita akan membuat keputusan yang lebih baik dalam hidup,
mempunyai hubungan yang kuat, dan juga lebih efektif dalam berkomunikasi. Selain itu,
orang-orang dengan self awareness yang baik cenderung lebih percaya diri dan kreatif.
Orang-orang yang tinggi tingkat kesadaran dirinya lebih mampu menggunakan naluri atau
insting mereka untuk membimbing mereka menuju keputusan yang lebih baik.
Kenapa bisa membuat keputusan yang lebih baik? Karena orang yang tinggi tingkat
kesadaran dirinya lebih mampu menggunakan naluri atau insting mereka untuk membimbing
mereka menuju keputusan yang lebih baik.

5
Misalnya, nih, kalau tidak ada self-awareness, apa akibatnya? Berdasarkan jurnal
‘Self-awareness and Constructive Functioning:Revisiting Self Dilemma’, disebutkan bahwa
“Without self-awareness, people could not see the perspectives of others, exercise, produce
creative accomplishments, or experience pride and high self-esteem.”
Memahami diri ini penting tidak hanya untuk potensi tertinggi kita, tetapi juga penting
dalam cara kita terhubung dengan orang lain, cara kita dapat berkolaborasi, mengelola emosi,
mengelola triggers kita. Dengan melihat ke dalam diri sendiri, kita dapat mengurai kompleksnya
hidup. Menyambung titik-titik yang tadinya terlihat acak. Ketika itulah bahagia hadir. Ketika
identitas kita selaras dengan apa yang kita kerjakan, jadi lebih senang saat mengerjakannya.

Jika dibayangkan titik-titik di kotak yang kiri adalah informasi


tentang diri kita sendiri, informasi masih menyebar, masih
belum digali, dan masih tidak diketahui apa hubungannya.
Kotak yang kanan adalah saat kita sudah mengetahui apa
korelasi atau hubungan dari titik titik tersebut. Untuk
mengetahui hubungannya, kita harus mengidentifikasi
titik-titik itu terlebih dahulu.

How do you ask the right question to understand yourself?


Tahap how adalah tahapan ‘How to ask yourself the right question to understand
yourself?’. Tahap ini dilakukan dengan bertanya ke diri sendiri untuk merefleksikan atau
mengeksplor diri berdasarkan pengalaman dan ketertarikan terhadap sesuatu. Berikut ini
adalah beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan:
● Apa yang kamu suka lakukan?
● Apa yang tidak suka kamu lakukan?
● Apa yang ingin kamu coba?

What tools that can help you to understand yourself better?


Tahap what adalah tahapan ‘What tools that can help you understand yourself?’. Selain
pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, jika butuh bantuan yang lebih terarah dan mengerucut ke 1
aspek, bisa menggunakan tools-tools ini untuk menambah insight. Namun, sebelumnya
diberikan ada disclaimer, proses memahami diri sendiri ini proses yang panjang, jadi tidak bisa
terpaku dari hasil-hasil tools yang bakal kita coba nanti. Tools ini untuk mengetahui ternyata ada

6
banyak tipe di luar hasil yang didapatkan dan bisa mengeksplor tipe tipe yang lain lagi. Jangan
sampai hasilnya membatasi diri sendiri untuk mengeksplor hal -hal baru!
Tools yang akan digunakan adalah Personal Values Assessment (nilai apa yang
dipegang), Holland test (kegiatan apa yang lebih disukai), VARK questionnaire (cara menyerap
informasi baru), sleep chronotype quiz (kapan pikiran bekerja optimal), dan matriks SWOT.
Akses untuk menggunakan tools tersebut dapat dilihat di sini.

Personal Value Assessment


Value atau nilai yang kita pegang bisa tercermin dari cara kita mengambil sebuah
keputusan. Contohnya, ada seorang pengusaha yang lebih mengutamakan economic value
dibandingkan power atau influence, sehingga dia lebih mengutamakan pemasukan dari
bisnisnya dibandingkan memiliki power ke bisnis lainnya. Seperti yang Albus Dumbledore bilang,
“It is our choices that show what we truly are, far more than our abilities.” Setelah tahu nilai
-nilai yang dipegang, kita tidak akan lagi sibuk membandingkan pencapaian diri sendiri dengan
pencapaian orang lain. Well, simply because you value different things. And that’s okay.

Holland Test
Holland test (RIASEC) bertujuan untuk mengetahui preferensi aktivitas. Berdasarkan
teori yang dikemukakan oleh John Holland, terdapat enam kunci yang dapat membantu kita
dalam menemukan tipe aktivitas yang lebih disukai dengan personality kita yaitu Realistic,
Investigative, Artistic, Social, Enterprising, dan Conventional.

7
Realistic disebut juga ‘Do-ers’ atau orang yang suka melakukan sesuatu secara
langsung. Seringkali dikatakan lebih menikmati bekerja dengan sesuatu dibandingkan dengan
orang lain, seperti dengan hewan, perkakas, ataupun mesin dan menghindari aktivitas mengajar
menyembuhkan, dan memberi informasi kepada orang lain. Oleh karena itu, biasanya seorang
‘Do-ers’ memiliki keterampilan dalam mengoperasikan alat dan menggambar. Seorang ‘Do-ers’
juga melihat dirinya sebagai seorang yang praktis, mekanis, dan realistis.
Investigative disebut juga ‘Thinkers’ atau orang yang suka memecahkan masalah.
Seorang ‘Thinkers’ cenderung sangat analitis dan lebih suka bekerja dengan data dan logika.
Mereka sangat senang bekerja dengan ide dan teori. Biasanya menghindari kegiatan memimpin,
menjual, atau membujuk orang. Dengan begitu, seorang ‘Thinkers’ biasanya pandai dalam
memahami dan memecahkan masalah sains atau matematika dan melihat dirinya sebagai
seseorang yang tepat, ilmiah, dan intelektual.
Artistic disebut juga ‘Creators’ atau orang yang cenderung memiliki kemampuan untuk
menghasilkan ide-ide baru, kreatif, dan inovatif. Seorang ‘Creators’ biasanya sangat suka
kegiatan berbau seni ataupun inovasi dan menghindari aktivitas yang teratur dan berulang.
Mereka akan mengasah atau menjelajahi ide dan kemungkinan yang baru. Seorang ‘Creators’
melihat dirinya sebagai seseorang yang ekspresif, orisinal, dan mandiri.
Social disebut juga ‘Helpers’ atau orang yang sangat menikmati kegiatan yang dapat
melayani dan membantu orang lain. Mereka cenderung ramah dan mudah bergaul di
lingkungan. Seorang ‘Helpers’ biasanya sangat suka mengajar, merawat, dan juga memberikan
informasi kepada orang lain. Seorang merupakan kebalikan dari ‘Doers’, mereka justru
menghindari penggunaan mesin, perkakas, ataupun hewan dalam pekerjaan mereka. Mereka
melihat diri mereka sebagai seseorang yang suka membantu, ramah, dan dapat dipercaya.
Enterprising disebut juga ‘Persuaders’ atau orang yang sangat persuasif dan secara
alami memiliki kemampuan dalam menjual sesuatu. Seorang ‘Persuaders’ biasanya memiliki

8
jiwa kepemimpinan dan membujuk orang yang tinggi. Mereka cenderung menghindari aktivitas
yang membutuhkan observasi cermat dan pemikiran yang ilmiah dan analitis. Seorang
‘Persuaders’ melihat diri mereka sebagai seseorang yang tegas namun ramah, percaya diri, dan
ambisius.
Conventional disebut juga ‘Organizers’ atau orang yang sangat terorganisir, terstruktur,
dan menyelesaikan sesuatu tepat pada waktunya. Seorang ‘Organizers’ memiliki kemampuan
yang baik dalam menulis dan angka yang sistematis. Mereka sangat suka bekerja dengan angka,
catatan, atau mesin yang bekerja secara teratur dan sangat menghindari pekerjaan yang ambigu
dan tidak terjadwal. Mereka menikmati kegiatan organisasi atau administrasi dan biasanya
berorientasi pada detail-detailnya. Seorang ‘Organizers’ melihat dirinya sebagai seseorang yang
tertib dan pandai mengikuti rencana yang telah ditetapkan.

VARK Questionnaire
VARK questionnaire untuk mengetahui sensor apa yang digunakan untuk menyerap
informasi baru. Akronim VARK adalah singkatan dari Visual, Aural, Read/write, dan Kinestetik.
Pencetus teori gaya belajar VARK adalah oleh Neil Fleming. Neil Fleming merupakan seorang
pengamat sistem pendidikan di New Zealand pada tahun 1980-an. Tes ini membantu untuk
mengetahui bagaimana cara peserta mempelajari informasi baru, apakah lebih dominan
menggunakan visual, audiotori, membaca dan menulis, atau kinestetik.
1) Visual
● preferensi gaya belajar melalui cara-cara grafis maupun simbolik.
● Penerimaan informasi dipengaruhi oleh desain, pola, bentuk, tabel, grafik, peta
atau berbagai format yang digunakan untuk menekankan poin-poin penting
seperti misalnya warna dan jenis tulisan.
● lebih mudah menerima informasi dengan foto, video, poster yang menekankan
pada desainnya (bukan suara, pemeragaan, maupun informasi tertulis yang
tertera), buku yang banyak memuat diagram dan gambar, membaca informasi
tertulis dan kemudian mengubahnya menjadi diagram, tabel, bagan, dan
sebagainya.
2) Aural/Auditory
● preferensi gaya belajar yang berfokus pada 'pendengaran'.
● lebih senang untuk belajar dan menerima informasi yang diberikan secara lisan
melalui metode ceramah, mendengarkan tutorial yang dijelaskan orang lain,
tanya-jawab, atau melalui diskusi dengan orang lain.

9
● lebih mudah menerima informasi dengan melakukan diskusi dengan orang lain,
menjelaskan kembali hal yang telah dipahami ke orang lain, mendengarkan
penjelasan orang lain secara lisan, dan mengubah informasi yang disajikan
secara tertulis atau melalui gambar ke dalam bentuk suara.
3) Read/Write
● lebih dapat menyerap dan menerima informasi yang disajikan secara tertulis.
● proses membaca dan menulis sangat ditekankan dalam proses belajar.
● lebih mudah menerima informasi dengan membuat list untuk menekankan
poin-poin penting, catatan materi, membaca materi tertulis, dan informasi yang
diberikan secara lisan maupun dalam bentuk gambar ke dalam bentuk tulisan.
4) Kinesthetic
● belajar melalui pengalaman, proses latihan, maupun simulasi.
● penting bagi mereka untuk mencoba langsung ataupun melihat secara langsung
hal-hal yang ingin dipelajari.
● lebih mudah menerima informasi dengan melakukan praktek langsung, belajar
melalui studi kasus, menonton video yang menjelaskan mengenai pembelajaran
secara langsung, belajar melalui kegiatan field trip, belajar dari pengalaman
langsung serta proses trial and error.

Sleep Chronotype Quiz

10
Sleep chronotype quiz untuk mengetahui kapan pikiran bekerja lebih optimal dan kapan
untuk istirahat. Produktivitas bukan hanya soal mengeliminasi prioritas atau soal bagaimana
cara mengerjakan sesuatu dengan efektif, tapi juga soal kapan kita mengerjakannya. Work
smarter, not harder. Sleep chronotype ini membantu kita untuk mengetahui kapan waktu untuk
produktif dan waktu untuk istirahat, sehingga bisa mengetahui kapan untuk memaksimalkan
perhatian, kondisi fisik, dan memfokuskan pikiran untuk melakukan kegiatan tertentu. Uniknya
tes yang berdasarkan buku Dr. Breus, “The Power of When” ini mengklasifikasikan ke 4 hewan
yaitu lumba lumba, serigala, singa, dan beruang.
Tipe Bear memiliki waktu yang lebih produktif di mid-morning. Kebanyakan orang
termasuk dalam kategori kronotipe beruang. Ini berarti tidur mereka dan siklus bangun berjalan
sesuai dengan matahari. Produktivitas tampaknya paling baik sebelum tengah hari, dan mereka
rentan terhadap penurunan “pasca makan siang” antara jam 2 siang dan 4 sore.
Tipe Wolf sering mengalami kesulitan bangun di pagi hari. Kronotipe serigala merasa
lebih energik ketika mereka bangun di siang hari, terutama karena produktivitas puncak mereka
dimulai pada siang hari dan berakhir sekitar 4 jam kemudian. Jenis serigala juga mendapatkan
dorongan lain sekitar jam 6 sore dan ternyata mereka bisa menyelesaikan banyak hal sementara
orang lain selesai untuk hari itu.
Tidak seperti serigala, kronotipe Lion suka bangun pagi-pagi. Mereka mungkin dengan
mudah bangun sebelum fajar dan dalam kondisi terbaiknya hingga siang hari. Biasanya, jenis
singa tidur di malam hari dan akhirnya tertidur pada jam 9 malam atau jam 10 malam.
Tipe Dolphin kesulitan mengikuti jadwal tidur apa pun. Mereka sering tidak cukup tidur
karena kepekaan mereka terhadap berbagai gangguan faktor seperti kebisingan dan cahaya.
Mereka memiliki jendela produktivitas puncak dari jam 10 pagi sampai jam 2 siang, yang
merupakan waktu yang tepat untuk menyelesaikan sesuatu.

11
Matriks SWOT
SWOT adalah singkatan dari Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities
(Peluang) dan Threats (ancaman). Analisis SWOT digunakan untuk membuat perencanaan
strategis untuk mengevaluasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam mencapai tujuan yaitu
empat hal tersebut. Umumnya, SWOT digambarkan dengan tabel untuk memudahkan analisis
hubungan antar aspeknya. Strength dan weakness dikategorikan sebagai faktor internal dalam
diri seseorang sedangkan opportunities dan threats adalah faktor eksternal yang mempengaruhi
seseorang.

12
Diagram S.W.O.T
1. Strength → Adalah kekuatan atau
kelebihan yang dimiliki oleh seseorang.
2. Weakness → Adalah kelemahan
atau kekurangan yang dimiliki oleh
seseorang.
3. Opportunity → Adalah peluang
yang dimiliki oleh seseorang atau
kesempatan yang dapat menghasilkan
keuntungan atau kelebihan.
4. Threat → Adalah ancaman yang
dapat menghambat seseorang dalam
meraih kesempatan atau sukses.

Cara menggunakan tools SWOT


Menggunakan SWOT, pada biasanya orang yang akan menggunakan tools ini
memiliki “hal” yang akan dilakukannya, tujuan tertentu atau kasus. Sebagai contoh,
Sherina menggunakan SWOT saat akan mencalonkan diri sebagai Ketua Himpunan,
maka Sherina mendefinisikan SWOT-nya untuk menjadi Ketua Himpunan sebagai
berikut:
Strength Weakness
1. What do you do well? 1. What could you improve?
(Apa yang dapat kamu lakukan (Apa yang dapat kamu
dengan baik?) tingkatkan?)
2. What unique resources can you 2. Where do you have fewer
draw on? resources than others?
(Apa keunikan yang dapat kamu (Dimana kemampuanmu yang
gunakan?) dirasa kurang?)
3. What do others see as your 3. What are others likely to see as
strengths? weaknesses?
(Apa yang orang lain lihat darimu (Apa yang orang lain lihat
sebagai kelebihanmu?) sebagai kelemahanmu?)

1. Berpikir kritis solutif 1. Kemampuan menjaga relasi


2. Bisa membagi waktu antara 2. Memperhatikan detail
organisasi dan akademik 3. Membuat keputusan
3. Pembelajar yang antusias

13
Opportunities Threats
1. What opportunities are open to 1. What threats could harm you?
you? (Ancaman apa yang dapat
(Peluang apakah yang terbuka membahayakanmu?)
untukmu?) 2. What is your competition doing?
2. What trends could you take (Apa yang dilakukan oleh
advantage of? pesaingmu?)
(Tren apakah yang dapat kamu
manfaatkan?)

1. Peluang untuk memperbanyak 1. Kondisi massa himpunan saat ini


program kerja keprofesian yang kurang inisiatif untuk datang
berkolaborasi dengan himpunan hearing
lain 2. Calon lain mulai bergerak untuk
2. Teman - teman yang memiliki mengajak massa untuk lebih
banyak pengalaman organisasi di inisiatif dalam berhimpun
kampus untuk membantu

Strength
1. Keuntungan apa yang Anda miliki yang tidak dimiliki orang lain (misalnya,
keterampilan, sertifikasi, pendidikan, atau koneksi)?
2. Apa yang Anda lakukan lebih baik daripada orang lain?
3. Sumber daya pribadi apa yang dapat Anda akses?
4. Apa yang dilihat orang lain (dan atasan Anda) sebagai kekuatan Anda?
5. Manakah dari prestasi Anda yang paling Anda banggakan?
6. Nilai apa yang Anda yakini bahwa orang lain gagal menunjukkannya?
7. Apakah Anda bagian dari jaringan yang tidak melibatkan orang lain? Jika
demikian, koneksi apa yang Anda miliki dengan orang-orang berpengaruh?

Pertimbangkan berdasarkan sudut pandang sendiri dan sudut pandang


orang-orang sekitar. Usahakan seobjektif mungkin. Jika kesulitan
mengidentifikasi Strength, dapat menuliskan karakteristik pribadi, dengan
harapan beberapa diantaranya dapat menjadi poin Strength.

Weakness
1. Tugas apa yang biasanya Anda hindari karena Anda tidak merasa percaya diri
melakukannya?
2. Apa yang akan dilihat orang-orang di sekitar Anda sebagai kelemahan Anda?
3. Apakah Anda benar-benar percaya diri dalam pendidikan dan pelatihan
keterampilan Anda? Jika tidak, di mana Anda paling lemah?
14
4. Apa kebiasaan kerja negatif Anda (misalnya, apakah Anda sering terlambat,
apakah Anda tidak teratur, apakah Anda memiliki temperamen pendek, atau
Anda miskin dalam menangani stres)?
5. Apakah Anda memiliki ciri-ciri kepribadian yang menghambat Anda di
bidang Anda? Misalnya, jika Anda harus melakukan pertemuan secara
teratur, ketakutan berbicara di depan umum akan menjadi kelemahan utama.

Pertimbangkan dari sudut pandang sendiri/internal dan sudut pandang


eksternal. Apakah orang-orang melihat kelemahan kita yang kita sendiri tidak
dapat lihat?

Opportunity
1. Teknologi baru apa yang dapat membantu Anda? Atau bisakah Anda
mendapatkan bantuan dari orang lain atau dari orang-orang melalui
internet?
2. Apakah Anda memiliki jaringan kontak strategis untuk membantu Anda, atau
menawarkan saran yang bagus?
3. Tren apa yang Anda lihat di dunia, dan bagaimana Anda bisa
memanfaatkannya?
4. Apakah ada pesaing Anda yang gagal melakukan sesuatu yang penting? Jika
demikian, dapatkah Anda memanfaatkan kesalahan mereka?
5. Apakah ada kebutuhan di dunia atau industri yang Anda inginkan yang tidak
diisi oleh siapa pun?

Threat
1. Apa kendala yang Anda hadapi saat bekerja?
2. Apakah ada kolega Anda yang bersaing dengan Anda untuk proyek atau
peran?
3. Apakah pekerjaan Anda (atau permintaan untuk hal-hal yang Anda lakukan)
berubah?
4. Apakah perubahan teknologi mengancam posisi Anda?
5. Bisakah salah satu kelemahan Anda mengarah pada ancaman?

15
BAB II
Kebudayaan
Pendidikan sebagai proses belajar menjadi manusia berkebudayaan yang merdeka
berorientasi pada memahami diri sendiri dan memahami lingkungannya. Dengan disertai
semangat kebangsaan, sistem pendidikan yang dikembangkan harus memiliki tiga sifat, yaitu
kontinu (bersambung dengan alam kebudayaan sendiri secara tak tercerabut dari akar masa
lalu), konvergen dengan perkembangan aliran-aliran kebudayaan sedunia, dan agar dapat
konsentris atau bersatu dalam alam kebudayaan universal secara kepribadian. Oleh karena
kebudayaan sangat tak terpisahkan dengan pendidikan yang di dalamnya terdapat memahami
diri dan lingkungan, kita seyogyanya memahami konsep kebudayaan dan mengenal budaya yang
ada di lingkungan mereka.
Secara etimologis, budaya berasal dari bahasa Sanskerta “buddhayah” yang merupakan
bentuk jamak dari “buddhi” yang artinya alat batin yang merupakan paduan antara akal dan
perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Budaya dapat dikatakan pula berasal dari kata
“buddhi” dan “daya” yang bermakna budi pekerti sehingga muncul istilah culture (budi
daya/budaya). Istilah ini berkembang menjadi budaya sebagai hasil olah kerja (kata benda) yang
bersifat benda (tangible) dan tak benda (intangible).
Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan dapat didefinisikan sebagai buah budi
manusia berupa hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yaitu zaman dan alam
yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan
kesulitan di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

3 Wujud Kebudayaan
Sementara itu, Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan merupakan
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang diperoleh dari proses belajar serta hasil budi dan
karya tersebut. Kebudayaan ini memiliki tiga wujud, yaitu kebudayaan sebagai:
1. Ide
Wujud ide, gagasan, nilai, ini merupakan wujud ideal dari kebudayaan yang bersifat
abstrak, tak dapat diraba, dan tak dapat dipotret atau direkam.

16
2. Tindakan
Kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud kebudayaan ini bersifat konkret bisa
diobservasi, didokumentasikan, dan terjadi di sekeliling kita.
3. Artefak
Kebudayaan fisik yang sifatnya dapat dilihat, diraba, dan dipotret/direkam.

7 Unsur Kebudayaan
Menurut C. Kluckhohn dan Koentjaraningrat, kebudayaan memiliki 7 unsur yang bersifat
universal sebagai berikut.

1) Bahasa (lisan dan tulisan) untuk berekspresi, berkomunikasi, adaptasi dan


integrasi, serta alat kontrol sosial.

17
2) Sistem pengetahuan berkisar pada pengetahuan tentang kondisi alam dan
lingkungan di sekelilingnya serta sifat-sifat peralatan yang digunakannya.
3) Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial meliputi kekerabatan, asosiasi,
sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, dan perkumpulan.
4) Teknologi adalah semua teknik yang dimiliki oleh masyarakat yang meliputi cara
bertindak dan berbuat dalam mengelola dan mengumpulkan bahan-bahan
mentah.
5) Sistem mata pencaharian hidup adalah segala usaha atau upaya manusia untuk
mendapatkan barang atau jasa yang dibutuhkan. Sistem mata pencaharian hidup
atau sistem ekonomi meliputi berburu, mengumpulkan makanan, bercocok
tanam, perikanan, peternakan, dan perdagangan.
6) Sistem kepercayaan dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang terpadu antara
keyakinan dan praktik keagamaan yang berhubungan dengan hal-hal yang suci
dan tidak dapat dijangkau oleh akal dan pikiran. Sistem ini dapat meliputi sistem
kepercayaan, sistem nilai, dan pandangan hidup.
7) Kesenian dapat diartikan sebagai segala hasrat manusia terhadap keindahan atau
estetika. Bentuk keindahan yang beraneka ragam itu muncul dari sebuah
permainan imajinatif dan kreatif.

Pemosisian Kebudayaan (3T)


Kebudayaan dapat dilihat dari tiga perspektif pemosisian kebudayaan, yaitu
1. Tatanan merupakan sistem dan struktur yang ada di masyarakat
2. Tuntunan adalah suatu gagasan yang dipegang oleh masyarakat kita dan dapat
mengarahkan kita untuk bisa menjawab ataupun melakukan sesuatu
3. Tontonan adalah budaya sebagai suatu bentuk yang dapat dirasakan oleh pancaindra.

Ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan, bisa dilihat dari berbagai perspektif. Suatu
bentuk kebudayaan dapat memiliki ketiga aspek tersebut, misalnya tarian di suatu daerah.
Tarian tersebut dapat menjadi tontonan, nilai moralnya dapat tuntunan bagi masyarakat, serta
tarian tersebut menjadi representasi dari tatanan yang ada.

18
REFERENSI
Kesadaran Diri
1. What Is Self-Awareness and Why Is It Important? [+5 Ways to Increase It]
2. What Self-Awareness Really Is (and How to Cultivate It)
3. Holland’s 6 personality types
4. The VARK Modalities
5. Chronotypes, Sleep, and Productivity
6. Ruby, F. 2020. You Do You. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Apabila ingin mengetahui lebih lanjut mengenai self awareness, sila tonton video di bawah ini!
1. What is Self-Awareness | Explained in 2 min
https://www.youtube.com/watch?v=WmxZS4Cl5Mk
2. 8 Important Things You Should Know About Yourself
https://www.youtube.com/watch?v=ZS8DTcuzfEo
3. Increase your self-awareness with one simple fix | Tasha Eurich | TEDxMileHigh
https://youtu.be/tGdsOXZpyWE
4. What is VARK? How to use vark to find your learning style to be a better learner!
https://youtu.be/HXx8Je1v6Xo
5. Learn the perfect hormonal time | Michael Breus | TEDxManhattanBeach
https://youtu.be/rmbv7yZ2buE

Kebudayaan dan Pemosisian Kebudayaan


Jika kamu ingin mengeksplor isu mengenai kebudayaan lebih jauh, kunjungi situs di bawah ini.
1. Kearifan Warga Baduy dalam Menjaga Kampung dari Wabah – Project Multatuli
2. Menilik Rumah Orang Rimba – Project Multatuli
3. Ciptagelar, Kampung Adat di Sukabumi yang Teguh Memegang Tradisi | kumparan.com
4. Hikayat Manusia Modern dan Masyarakat Adat Bertahan Menghadapi Wabah Covid-19:
Sebuah Kontras – Project Multatuli
5. Belajar dari Kasepuhan Ciptagelar, Panen Energi dari Air dan Matahari : Mongabay.co.id
6. Koentjaraningrat. 2015. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
7. Latif, Y. 2020. Pendidikan yang Berkebudayaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

19
Puluhan menit dihabiskan sang pemuda untuk menemukan arah menuju galeri kakeknya. Ia
sudah melewati semua jalan hingga kakinya kelelahan, tetapi ia tidak kunjung bisa menemukan
galeri itu. Orang-orang yang ia temui sepanjang jalan tidak mengenal galeri yang ia cari.
Ketidakakraban ia dengan galeri ini juga membuatnya kebingungan dalam memberi petunjuk
atau penjelasan.

Apa ini salahnya karena tidak ingat? Apa ini yang harus ia hadapi karena telah melupa untuk
sekian lama? Ia seolah tidak mengenal tempatnya berada sekarang.

Sang pemuda mencari kursi dan mendudukkan dirinya yang mulai banjir peluh setelah bersua
dengan terik matahari. Ia melihat kembali surat dan foto yang ia temukan di kamar kakeknya.
Kakek begitu suka bercerita dan amat cinta dengan budaya, apa kira-kira pesan yang ia coba
sampaikan?

Ia teringat kalimat terakhir Nenek Nena sebelum mereka berpisah di stasiun.

“Ingatlah, seperti kata Ki Hajar,


‘Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah.’”

Seseorang turut duduk di bangku panjang yang ia tempati.

20

Anda mungkin juga menyukai