Septi Bella Santika - Tugas Etika Bisnis Islam
Septi Bella Santika - Tugas Etika Bisnis Islam
USAHA
(Studi pada Pengusaha Konveksi Surya Abadi Kelurahan Dukuh, Kecamatan
Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo)
Oleh:
Septi Bella Santika
195221270
KELAS AKS 4G
JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2021
A. Pendahuluan
Islam menempatkan bisnis sebagai cara terbaik untuk mendapatkan harta serta
kesejahteraan. Oleh karena itu bisnis harus dilakukan dengan cara terbaik dengan tidak
melakukan kecurangan, riba rekayasa harga maupun penimbunan barang. Perilaku seperti ini
menyebabkan terjadinya kezaliman dalam kehidupan masyarakat. Kesadaran terhadap
pentingnya etika dalam bisnis merupakan kesadaran tentang diri sendiri dalam melihat
dirinya sendiri ketika berhadapan dengan hal yang baik dan buruk. Manusia dihadapkan
dengan apa itu halal dan haram, yang boleh dilaksanakan dan yang dilarang dilaksanakan,
maka disinilah letak perbedaan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia memiliki
perbuatan manusiawi dan tidak manusiawi, sedangkan hewan tidak mengenal istilah
manusiawi, jujur dan tidak jujur, patut dan patut, maupun adil dan tidak adil.
Kegiatan ekonomi pada dasarnya adalah kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya secara layak, baik dari bentuk produksi, konsumsi, distribusi, ataupun
kegiatang yang lainnya. Bagi seorang muslim. Kegiatan seperi ini merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari tugasnya sebagai khalifah dan ibadah kepada Allah. Sebab itu
kegiatan harus dilandasi dan diikat oleh nilai dan prinsip yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul1. Dalam Islam sangat diharamkan memproduksi segala sesuatu yang dapat
merusak aqidah yang shahih dan akhlak yang utama dan segala sesuatu yang melucuti
identitas ummat, menggocangkan nilai-nilai agama dan akhlak, menyibukkan pada hal-hal
yang sia-sia dan menjauhkannya dari keseriusan, mendekatkan pada kebatilan, dan
menjauhkan dari kebenaran, mendekatkan dunia dan mejauhkan akhirat.
Dalam perspektif Islam, perilaku seorang pebisnis atau seorang produsen muslim
memiliki batasan syariat yang tidak boleh dilanggar, seperti larangan memproduksi barang
yang haram, mengambil keuntungan di atas keuntungan yang wajar, memungut hasil dari
riba dan kewajiban untuk mengeluarkan zakat. Produsen muslim dalam melakukan aktivitas
produksinya selalu berjalan dalam syariat, sehingga ia tidak akan melakukan tindakan yang
merugikan pihak lain terutama pelanggan.2