Anda di halaman 1dari 4

Nama : Septi Bella Santika

NIM : 195221270
Kelas : AKS 3G

Kasus I
Analisis dan Respon tentang Penggunaan Kartu Kredit

A. Analisa dan Respon :

Kartu kredit konvensional adalah kartu yang dikeluarkan oleh pihak bank dan sejenisnya
yang dapat digunakan oleh pembawanya untuk membeli segala keperluan dan barang-barang
serta pelayanan tertentu secara hutang. Dalam hakikatnya, kartu kredit konvensional tersusun
dari beberapa mekanisme. Pertama Transaksi yang mengaitkan antara pihak yang mengeluarkan
kartu (Issuer Card) dengan pihak pemegangnya (Cardholder/Cardmember), dalam kasus ini
adalah pihak yang mengeluarkan kartu dan Bapak irsyad sebagai pihak pemeganya.

Kedua, Transaksi antara yang mengeluarkan kartu (Issuer Card) dengan pihak pedagang
(Merchant), dalam hal ini Pihak yang mengeluarkan kartu telah memberikan jaminan kepada
Universal Studio untuk membayarkan semua haknya melalui kartu tersebut, yang kemudian
pihak bank akan menagih pembayaran itu kepada Bapak Irsyad nantinya dan memasukkannya ke
dalam rekeningnya. Ketiga, Transaksi antara pemegang kartu (Cardholder/Cardmember) dengan
pedagang (Merchant), dalam hal ini Bapak Iryad melimpahkan pembayaran barang jualan
pedagang kepada pihak yang mengeluarkan kartu tersebut.

Karena menggunakan kartu kredit konvensional, nantinya Bapak Irsyad akan menyicil
tagihanya beserta bunganya untuk mendapatkan tiket masuk ke VIP ke Universal Studio dan jika
terlambat membayar cicilannya akan dikenai denda. Dalam kasus ini jelas tidak sesuai dengan
prinsip syariah karena mengandung unsur riba. riba dalam kasus ini masuk dalam riba fadhl,
yaitu riba karena adanya penambahan dan riba nasi’ah yaitu riba karena adanya penanggungan
pembayaran. Seperti yang kita ketahui bahwa riba telah dilarang oleh Allah sebagaimana
dituliskan dalam Qs. Ali Imron [3]: 130

ْ ‫وا النَّا َر الَّتِي أُ ِع َّد‬


َ‫ت ِل ْل َكافِ ِرين‬ ْ ُ‫ َواتَّق‬. َ‫وا هّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
ْ ُ‫ضا َعفَةً َواتَّق‬ ْ ُ‫وا الَ تَأْ ُكل‬
َ ‫وا الرِّ بَا أَضْ َعافا ً ُّم‬ ْ ُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Peliharalah dirimu dari
api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir." (Qs. Ali Imron [3]: 130).

Dalam kasus ini, untuk menyelesaikan permasalahan terkait kartu kredit agar sesuai
syariah adalah dengan menggunakan kartu kredit syariah. Kartu kredit syariah adalah kartu
kredit syariah atau yang lazim disebut bithaqah al-l'timan adalah kartu kredit yang pada dasarnya
berfungsi sebagaimana kartu kredit lainnya serta terikat dengan peraturan yang berlaku dan
dijalankan dengan prinsip serta kebijakan yang bersifat syariah. Dalam kartu kredit syariah
terdapat akad-akad Ijaroh atau disebut sewa, dengan menggunakan akad ini, nasabah dikenakan
charge sewa penggunaan jasa kartu pembiayaan syariah atau sering disebut dengan wakalah bil
ujroh, kemudian Akad Qard atau pinjaman, akad Qardul Hassan yaitu pinjaman yang baik, dan
akad kafalah atau saling menanggung. Dengan adanya akad-akad ini, maka akan terhindar dari
riba.

B. Kesimpulan

Kartu kredit konvensional adalah jenis alat pembayaran dengan kartu yang terdapat unsur riba
karena cicilan yang disertai bunga yang tidak sesuai syariat Islam. Kartu-kartu kredit syariah
memberikan alternatif-alternatif dalam penggunaan kartu kredit di Indonesia, terdapat akad-akad
dalam bertransaksi dengan kartu kredit syariah, saling berkompetisi dalam memberikan
pelayanan yang baik kepada nasabah, dan diharapkan dengan adanya kartu kredit syariah
tersebut, umat muslim ataupun non muslim di Indonesia dan di internasional dapat
menggunakannya seoptimal mungkin kartu kredit syariah sebagai upaya meminimalisir
penggunaan kartu kredit yang berbasis bunga digantikan dengan kartu kredit syariah.
Kasus II

A. Analisa dan Respon :

Jual beli saat ini, kita hanya tinggal memilih barang yang sesuai dengan kita pada
aplikasi tersebut kemudian pesan dan transfer uang pembayaran. Setelah itu barang akan diantar
ke tempat kita. Meluasnya dunia bisnis online pun memunculkan berbagai sistem bisnis baru,
salah satunya sistem dropship, yakni penjual menjual barang tanpa barang tersebut telah dimiliki
sebelumnya. Kemudahan yang didapat dari dropshipper adalah tidak memerlukan modal dalam
penjualannya.

Menurut fikih Islam, bisnis dropship ini diperbolehkan jika memenuhi beberapa syarat.
Dari segi objek atau barang yang dijual haruslah halal serta harganya haruslah jelas diketahui.
Dalam kasus ini, Irsyad suka dengan model & kualitas pakaian dari supplier sehingga ada
kejelasan produk-produknya. Di dalam bisnis ini pun sudah mengandung beberapa akad, Akad
antara seorang Irsyad dengan pembeli adalah jual beli tidak tunai karena harus memesan barang
dan melalui tranfer. Kasus ini termasuk dalam jual beli as salam meskipun barang belum dilihat
secara wujud nyata. Tapi spesifikasi barang sudah jelas disampaikan di awal akad. Kemudian
akad antara Irsyad dan supplier adalah akad ijarah, Irsyad mendapatkan imbalan atas jasa
promosi barang milik supplier. Irsyad harus meminta persetujuan dari supplier untuk
mempromosikan barangnya. Jika Irsyad mempromosikan barang tanpa seizin supplier maka hal
itu dilarang.

B. Kesimpulan

Bisnis online menjadi dropshiper memang menjadi salah satu alternatif untuk mendapatkan
rezeki. Namun menjadi dropshiper juga harus memperhatikan akad-akadnya agar bisa
mendapatkan kemaslahatan dunia dan akhirat. Menjadi seorang dropshiper harus benar-benar
memastikan bahwa barang yang dijual oleh supplier sama dengan spesifikasi di awal. Jadi
berbisnis dropshipper seperti kasus ini adalah halal.
Kasus IV

A. Analisa dan Respon :

Tas, dompet, jaket yang diproduksi dari kulit hewan termasuk komoditas yang banyak
diperjualbelikan di masyarakat. Dalam kasus ini, perusahaan zauj.id yang dijalankan oleh
Mohamad Irsyad tidak hanya menjual aksesoris pria dari binatang halal saja tetapi juga ada dari
binatang haram untuk dimakan. Dalam Islam, menggunakan aksesoris dari kulit hewan yang
halal dimakan seperti dari kulit sapi, hukumnya boleh. Kalau kulitnya dari bangkai sapi atau
yang lainnya akan menjadi suci dengan cara disamak. Kemudian kulit anjing dan babi tetap najis
menurut madzhab Syafii meskipun disamak karena najisnya adalah najis ‘ain yaitu najis pada
bendanya, maka tidak bisa jadi suci dengan cara apa pun sebagaimana najisnya bangkai, darah,
kencing, dan semacamnya.

Disebutkan dalam riwayat Abu Daud dan Turmudzi, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam melarang kulit binatang buas. Demikian pula, diriwayatkan Abu Daud dan Nasa’i bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang memakai kkulit binatang buas dan menunggangi
binatang buas. As-Syaukani dalam Nailul Authar mengatakan, ‘Hadis-hadis ini melarang
memanfaatkan kulit binatang yang tidak boleh dimakan, (meskipun) dalam keadaan sudah
kering. Berdasarkan keumuman hadis, kulit hewan yang haram dimakan juga tidak bisa suci
dengan disembelih atau disamak. Dalam hal ini, perusaan zauj.id sebaiknya menjual aksesoris
dari binatang yang halal saja agar tidak mengasilkan barang yang haram untuk dipakai. Sehingga
rizal silahkan bergabung ke perusahaan zauj.id setelah proses pembuangan kulit binatang haram
ditiadakan.

B. Kesimpulan

Dalam menjalankan bisnis, sebaiknya mencari aman dengan tidak menimbulkan keresahan bagi
orang yang mau bergabung bekerja. Membuat aksesoris pria juga menjadi salah satu cara untuk
mencari rezeki dan tidak lupa harus terdapat unsur maslahahnya. Membuat bisnis dari kulit
hewan sebaiknya mematuhi syariat islam dengan menyamaknya sehingga tidak hanya bersih
tetapi juga suci dan bisa mendatangakan rezeki yang halal.

Anda mungkin juga menyukai