Anda di halaman 1dari 21

Akuntansi Sektor Publik Lanjutan

PENDAHULUAN ORGANISASI SEKTOR PUBLIK DAN REGULASI DAN STANDAR


SEKTOR PUBLIK

Nama Dosen : Dr. Andi Kusumawati, SE., Ak., M.Si., CA

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041

MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini.

Salawat dan salam kita hadiahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, seorang pemimpin
sejati, suri tauladan yang baik bagi semua umat, yang telah membawa kita ke zaman modern yang
penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini.

Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat serta memberikan sumbangan pengetahuan
bagi semua pihak yang tertarik dan ingin mengetahui tentang Organisasi Sektor Publik dan Regulasi
dan Standar Sektor Publik. Makalah ini juga diharapkan bisa menjadi penambah literatur (daftar
bacaan) khususnya bagi mahasiswa Magister Akuntansi yang mengambil mata kuliah Akuntansi Sektor
Publik Lanjutan.

Ucapan terima kasih tak lupa penulis haturkan kepada seluruh pihak yang telah membantu
penyelesaian makalah ini. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.

Makassar, 19 Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................................3

2.1 Ruang Lingkup Organisasi Sektor Publik............................................................................................ 3


2.1.1 Pengertian Organisasi Sektor Publik.................................................................................3
2.1.2 Sejarah Sektor Publik.........................................................................................................3
2.1.3 Sifat dan Karakteristik Sektor Publik..................................................................................5
2.1.4 Perbedaan Sektor Publik dan Sektor Komersial................................................................6
2.1.5 Bentuk – Bentuk Organisasi Sektor Publik........................................................................8
2.2 . Regulasi Akuntansi Sektor Publik.......................................................................................................9
2.2.1 Definisi Regulasi Akuntansi Sektor Publik.........................................................................9
2.2.2 Dasar Hukum Keuangan Sektor Publik..............................................................................9
2.2.3 Review Regulasi yang Terkait dengan Sektor Publik......................................................11
2.3 Standar Akuntansi Sektor Publik.......................................................................................................13
2.3.1 Definisi Standar Akuntansi Sektor Publik.........................................................................13
2.3.2 Lingkup Standar Akuntansi Sektor Publik........................................................................13
2.3.3 Ragam dan Hubungan Antar Standar Akuntansi Sektor Publik.......................................13

BAB III PENUTUP...............................................................................................................................................17

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................18

ii
RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, REGULASI, DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar terhadap praktik akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga pemerintah, perusahaan milik negara / daerah, dan berbagai organisasi publik lainnya dibandingkan
dengan pada masa-masa sebelumnya. Terdapat tuntutan yang lebih besar dari masyarakat untuk dilakukan
transparansi dan akuntanbilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik.

Organisasi sektor publik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan organisasi komersial
(sektor bisnis). Salah satu ciri dari organisasi sektor publik yang membedakannya dengan organisasi komersial
ialah dalam aspek tujuan yang ingi dicapai. Organisasi sektor publik memiliki tujuan untuk memberikan
pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan publik, atau non profit oriented. (Haryanto, Sahamuddin,
dan Arifuddin, 2007).

Menurut Mardiasmo (2002:1-4) dalam segi akuntansi, domain publik sendiri memiliki wilayah yang lebih
luas dan kompleks dibandingkan dengan sektor komersial / bisnis. Keluasan wilayah publik tidak hanya
disebabkan luasnya jenis dan bentuk organisasi yang berada didalamnya, akan tetapi juga karena kompleksnya
lingkungan yang mempengaruhinya. Adapun komponen lingkungan yang mempengaruhi sektor publik meliputi
faktor ekonomi, politik, kultur dan demografi.

Selain itu, organisasi sektor publik dituntut untuk memperhatikan konsep value for money dalam
menjalankan aktivitasnnya. Konsep value for money merupakan konsep yang mendasarkan pada tiga elemen
utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Namun selain tiga elemen utama value for money perlu juga
ditambah dua elemen lain yaitu keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equality). Keadilan mengacu
pada adanya kesempatan sosial (social oppurtunity) yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik yang
berkualitas dan kesejahteraan ekonomi. Selalin keadilan, perlu dilakukan distribusi secara merata (equility),
artinya penggunaan uang publik hendaknya tidak hanyak terkonsentrasi pada kelompok tertentu saja, melainkan
dilakukan secara merata. Tuntutan lainnya yang perlu juga diperhatikan ialah perlunya akuntabilitas publik dan
good governance.

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041
RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, REGULASI, DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud konsep organisasi sektor publik?
2. Bagaimana sejarah sektor publik?
3. Bagaimana sifat dan karakteristik sektor publik?
4. Apa perbedaan sektor publik dengan sektor komersial (bisnis)?
5. Apa saja bentuk-bentuk organisasi sektor publik?
6. Apa yang dimaksud dengan regulasi akuntansi sektor publik?
7. Apa yang dimaksud dasar hukum keuangan sektor publik?
8. Bagaimana review regulasi yang terkait dengan akuntansi sektor publik?
9. Apa yang dimaksud dengan standar akuntansi sektor publik?
10. Apa saja lingkup standar akuntansi sektor publik?
11. Bagaimana ragam dan hubungan antar standar akuntansi sektor publik?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui konsep organisasi sektor publik.
2. Untuk mengetahui sejarah sektor publik
3. Untuk mengetahui sifat dan karakteristik sektor publik.
4. Untuk mengetahui perbedaan sektor publik dengan sektor komersial (bisnis).
5. Untuk mengetahui bentuk-bentuk organisasi sektor publik.
6. Untuk mengetahui regulasi akuntansi sektor publik.
7. Untuk mengetahui dasar hukum keuangan sektor publik.
8. Untuk mengetahui review reguasi yang terkait dengan akuntansi sektor publik,
9. Untuk mengetahui standar akuntansi sektor publik.
10. Untuk mengetahui lingkup standar akuntansi sektor publik.
11. Untuk mengetahui ragam dan hubungan antar standa akuntansi sektor publik.

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041
RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, REGULASI, DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK


2.1.1 Pengertian Organisasi Sektor Publik

Untuk memahami organisasi sektor publik, sangat penting untuk mendefenisikan organisasi sektor
publik itu sendiri sehingga dalam memahaminya kita mempunyai batasan yang jelas terkait apa yang akan
dibahas. Menurut KBBI “organisasi merupakan kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-
bagian (orang dan sebagainya) dalam perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu”. Menurut Oxford
Dictionary “Organization is a group of people who form a business, club, etc. together in order to achieve a
particular aim.”, atau dapat artikan sebagai sekelompok orang yang membentuk sebuah entitas bisnis,
kelompok, dll. Bersama-sama dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.

Sedangkan untuk publik KBBI mendefinisikannya sebagai “orang banyak (umum).” Menurut Oxford
Dictionary “Public are connected with ordinary people in society in general.”, atau publik adalah segala sesuatu
terkait orang di masyarakat pada umumnya. Berdasarkan definisi tersebut organisasi sektor publik dapat di
dipahami sebagai suatu entitas yang memiliki tujuan untuk kepentingan masyarakat (public) secara luas (non
profit oriented). Mardiasmo (2002) mendefenisikan sektor publik dalam sudut pandang ilmu ekonomi sebagai
“suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik. Kebutuhan dan hak publik tersebut dalam kajian ilmu
ekonomi biasa diistilahkan sebagai “public goods”, atau biasa juga diartikan sebagai barang yang
penggunaannya dilakukan secara bersama. (Sukirno, 2013:409)

2.1.2 Sejarah Sektor Publik

Awal muncul istilah sektor publik tidak terlepas dari kebutuhan akan barang atau layanan ( goods) untuk
masyarakat secara luas (public). Oleh karenanya, dalam menjelaskan sejarah sektor publik salah satu cara yang
bisa digunakan ialah melalui pendekatan ilmu ekonomi politik terkait perkembangan paham-paham ekonomi
politk dengan kaitannya terkait aktivitas ekonomi.

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041
RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, REGULASI, DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

1. Paham Ekonomi Politik Pra Klasik (Merkantilisme)


Bagi kaum merkantilis, kemakmuran negara dapat dicapai melalui surplus ekspor atas impor,
semakin tinggi surplus maka semakin tinggi kemakmuran suatu negara. Dalam kajian ekonomi politik,
merkantilis adalah aliran pertama yang menghendaki campur tangan pemerintah dalam sistem
perekonomian suatu negara.
Campur tangan pemerintah (negara) dalam sistem perekonomian bagi kaum merkantilis bisa
berupa pemberiaan bantuan kepada industri yang baru, memonopoli perdagangan, atau mengenakan
pajak impor. Tujuan campur tangan pemerintah tersebut tidak lain adalah untuk memperbesar surplus
perdagangan suatu negara, sehingga negara semakin makmur. Namun, pada praktiknya campur
tangan pemerintah tersebut lebih banyak dinikmati oleh pengusaha atau beberapa orang yang
berkolaborasi dengan pemerintah. Sedangkan kesejahteraan rakyat jelata, terutama kaum pekerja yang
bekerja lebih keras, tidak diperhatikan. Oleh karenanya kebijakan yang dilakukan seolah-olah demi
negara dan rakyat, dalam kenyataannya hanya dinikmati segelintir orang. (Deliarnov, 2006:22-23)
2. Paham Ekonomi Politik Liberal Klasik
Paham liberal klasik merupakan antitesa atas pemikiran kaum pra klasik merkantis. Salah satu
tokoh paling terkenal dalam paham liberal klasik adalah Adam Smith dengan salah satu bukunya yang
berjudul “The Wealth of Nations”. Bagi kaum liberal klasik manusia adalah makhluk rasional yang
berusaha memilih alternatif terbaik dari berbagai pilihan yang tersedia. Bagi kaum liberal klasik
dorongan utama setiap pelaku ekonomi dalam tindakannya adalah kepentingan pribadi. Konsumen
yang rasional akan berusaha memaksimalkan kepuasan (ultility maximizers), sedangkan produsen
akan berusaha memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (profit maximizers). (Deliarnov,
2006:26)
Salah satu konsep yang paling terkenal dalam liberal klasik adalah konsep mekanisme pasar.
Konsep ini menjelaskan apabila perekonomian dibiarkan bebas sesuai mekanisme pasar tanpa adanya
campur tangan dari pemerintah maka akan tercipta suatu keseimbangan atau ekuilibrium. Dalam model
pasar persaingan sempurna (perfect competition), pasar bersifat self-regulating dan self-correcting
(invisible hand) sehingga dapat mengarahkan perekonomian pada keseimbangan pemanfaatan sumber
daya penuh (full equilibrium) yang menguntungkan semua pihak dalam masyarakat.
Meskipun paham liberal klasik sejara jelas menolak campur tangan pemerintah dalam
ekonomi, hal tersebut tidak berarti paham liberal klasik menafikan keberadaan suatu negara. Menurut
Adam Smith keberadaan negara sangat diperlukan dalam bidang pertahanan, peradilan, pekerjaan
umum dan institusi-institusi umum. Seiring berjalannya waktu paham liberal klasik menghadapi masalah
tepatnya pada tahun 1930 yang menyebabkan terjadinya Great Depression karena gagalnya
mekanisme pasar yang pada mulanya diharapkan dapat mengarahkan perekonomian pada
keseimbangan pada nyatanya gagal. Selain itu liberal klasik juga gagal menjawab mengenai
4

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041
RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, REGULASI, DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

bagaimana pemenuhan kebutuhan publik (public goods) hal ini dikarenakanan dalam mekanisme pasar
pihak swasta/komerisial (profit oriented) tidak tertarik untuk menghasilkan public goods karena orang
cenderung bertindak sebagai free riders.
3. Paham Ekonomi Politik Neo Klasik
Paham ekonomi politik neo klasik berkembang pesat ketika konsep mekanisme pasar yang
diusung kaum liberal klasik menemui jalan buntu. Hal ini ditandai dari kegagalan mekanisme pasar
(market failure), yang menyebabkan terjadinya Great Depression pada tahun 1930. Untuk menjawab
hal tersebut salah satu tokoh ekonom asal Inggris yakni John Maynard Keynes yang nantinya akan
dikenal sebagai salah satu tokoh besar paham ekonomi politik neo klasik mengungkapkan sebuah kritik
sekaligus solusi atas permasalahan yang dihadapi paham liberal klasik melalu bukunya yang berjudul
“The General Theory of Employment, Interest and Money”, dalam buku itu Keynes menjelaskan
pentingnya campur tangan pemerintah dalam beberap hal dalam sistem perekonomian.

Menurut paham neo klasik untuk mengatasi kegagalan pasar, dalam hal ini terjadi pasar
persaingan tidak sempurna maka diperlukan peran pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan
ekonomi (fiskal, moneter, UU dll). Sedangkan untuk menjawab pemenuhan public goods yang di
paham liberal klasik terjadi kondisi dimana pihak swasta/komerisial tidak tertarik untuk
memproduksinya, paham neo-klasik menjelaskan bahwa pemerintah dapat berperan aktif untuk ikut
dalam kegiatan ekonomi dalam halam ini menyediakan public goods. Namun pada akhirnya paham neo
klasik juga menemui jalan buntu dengan munculnya permasalahan yang biasa disebut perilaku “kalap
rente”.

2.1.3 Sifat dan Karakteristik Sektor Publik


Menurut Mardiasmo (2002) organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat
kompleks dan turbulence. Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik meliputi
faktor ekonomi, politik, kultur, dan demografi.
a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain:
- Pertumbuhan ekonomi
- Tingkat inflasi
- Pertumbuhan pendapatan per kapita (GNP/GDP)
- Struktur produksi
- Tenaga kerja
- Arus modal dalam negeri
- Cadangan devisa
- Nilai tukar mata uang
5

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041
RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, REGULASI, DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

- Utang dan bantuan luar negeri


- Infrastruktur
- Teknologi
- Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi
- Sektor informal
b. Faktor Politik
Faktor politik yang mempengaruhi sektor publik antara lain:
- Hubungan negara dan masyarakat
- Legitimasi pemerintah
- Tipe rezim yang berkuasa
- Ideologi negara
- Elit politik dan massa
- Jaringan internasional
- kelembagaan
c. Faktor Kultural
Faktor kultural yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain:
- Keragaman suku, ras, agama, bahasa, dan budaya
- Sistem nilai di masyarakat
- Historis
- Sosiologi masyarakat
- Karakteristik masyarakat
- Tingkat pendidikan
d. Faktor Demografi
Faktor yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain:
- Pertumbuhan penduduk
- Struktur usia penduduk
- Migrasi
- Tingkat kesehatan

2.1.4 Perbedaan Sektor Publik dan Sektor Komersial


Menuru Mardiasmo (2002:7-13) perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor
komersial dapat dilihat dengan membandingkan beberapa hal, yaitu:

a. Tujuan Organisasi

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041
RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, REGULASI, DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

Dalam segi tujuan organisasi, sektor publik berbeda dengan sektor komersial. Sektor
komersial memiliki tujuan untuk memaksimumkan laba (profit motive), sedangkan pada sektor
publik tujuan utamanya bukan untuk memaksimumkan laba melainkan pemberian pelayanan
publik, dan penyediaan barang publik. Meskipun tujuan utama sektor publik adalah pemberian
pelayanan publik, tidak berarti organisasi sektor publik sama sekali tidak memiliki tujuan yang
bersifat finansial. Organisasi sektor publik juga memiliki tujuan finansial, akan tetapi hal tersebut
berbeda baik secara filosofis, konseptual, dan operasionalnya dengan tujuan profitabilitas sektor
swasta.
b. Sumber Pendanaan
Dalam segi sumber pendanaan, sektor publik berbeda dengan sektor komersial. Pendanaan
dalam sektor publik berasal dari pajak dan services, charging fo services, laba perusahaan milik
negara, pinjaman pemerintah berupa utang luar negeri dan obligasi pemerintah, dan lain-lain
pendapatan yang sah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang telah
ditetapkan. Sedangkan sumber pendanaa pada sektor komersial dipisahkan menjadai sumber
pendanaan internal dan sumber pendanaan eksternal. Sumber pendanaan internal terdiri atas
bagian laba yang diinvestasikan kembali ke perusahaan (retained earnings) dan modal pemilik.
Sedangkan sumber pendanaan eksternal terdiri atas, utang bank, penerbitan obligasi, dan
penerbitan saham baru untuk mendapatkan dana dari publik. Selain itu kebijakan pemilihan struktur
modal pada sektor komersial lebih banyak dipengaruhi oleh faktor ekonomi, seperti suku bunga,
nilai tukar, dan tingkat inflasi. Sedangkan pada sektor publik keputusan pemilihan struktur
pendanaan tidak hanya dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi semata, tetapi juga pertimbangan
politik dan sosial.
c. Pola Pertanggungjawaban
Pola pertanggungjawaban di sektor publik bersifat vertikal dan horisontal. Pola
pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) adalah pertanggungjawaban pengelolaan
dana kepada ototritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat. Sedangkan untuk pertanggungjawaban horisontal (horizontal accountability)
adalah pertanggungjawaban pengelolaan dana kepada masyarakat luas. Pada sektor swasta
pertanggungjawab pengelolaan dana berfokus kepada pemilik perusahaan (pemegang saham) dan
kepada kreditor atas dana yang diberikan.
d. Struktur Organisasi
Dari segi kelembagaan, organisasi sektor publik juga berbeda dengan sektor swasta. Struktur
organisasi pada sektor publik bersifat birokratis, kaku, dan hirarkis, sedangkan struktur organisasi
pada sektor swasta lebih bersifat fleksibel. Salah satu faktor utama yang membedakan sektor
publik dengan sektor swasta adalah dengan adanya pengaruh politik yang sangat tinggi pada
7

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041
RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, REGULASI, DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

organisasi sektor publik. Tipologi pemimpin, termasuk pilihan dan orientasi kebijakan politik, akan
sangat berpengaruh terhadap pilihan struktur birokrasi pada sektor publik. Sektor publik memiliki
fungsi yang lebih kompleks dibandingkan dengan sektor swasta. Kompleksitas organisasi inilah
yang akan mempengaruhi struktur organisasi.
e. Karakteristik Anggaran
Jika dilihat dari karakteristik anggaran, pada sektor publik rencana anggaran dipublikasikan
kepada masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan didiskusikan. Sedangkan pada sektor
komersial anggaran bersifat tertutup bagi publik karena anggaran merupakan rahasia perusahaan.
Publik dalam organisasi sektor publik memiliki maka yang berbeda dengan yang dipahami oleh
organisasi sektor komersial.

2.1.5 Bentuk-bentuk Organisasi Sektor Publik


Di Indonesia organisasi sektor publik atau biasa disebut sebagai organisasi nirlaba, dapat digolongkan
menjadi:

1. Instansi Pemerintah
Instansi pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang berbentuk instansi pemerintah
yang kemudian dapat digolongkan menjadi:
a. Pemerintah Pusat
 Kementerian (Kementerian Dalam Negeri,dll)
 Badan (Badan Pusat Statistik,dll)
 Lembaga (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,dll)
 Dll
b. Pemerintah Daerah
 SKPD ( Dinas Pendikan, Dinas Kesehatan,dll)
2. Organisasi Nirlaba Milik Pemerintah
Organisasi nirlaba milik pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang dimiliki oleh
pemerintah contohnya:
 BLU, BLUD (Rumah Sakit, Universitas, dll)
 Yayasan Milik Pemerintah
3. Organisasi Nirlaba Milik Swasta
Organisasi nirlaba milik swasta merupakan organisasi sektor publik yang dimiliki oleh swasta:
 Yayasan Milik Swasta (Sampoerna Foundation, Djarum Foundation, dll)
 Sekolah dan Perguruan Tinggi Swasta
 Rumah Sakit Milik Swasta

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041
RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, REGULASI, DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

4. Organisasi Nirlaba Milik Masyarakat


Organisasi nirlaba milik masyarakat merupakan organisasi sektor publik yang dimiliki oleh
masyarakat:
 Karang Taruna.
 Organisasi kemasyarakatana (ORMAS).
 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

2.2 REGULASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


2.2.1 Definisi Regulasi Akuntansi Sektor Publik

Regulasi berasal dari bahasa Inggis, yakni regulation atau peraturan. Dalam kamus bahasa Indonesia ,
kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata
sesuatu dengan aturan, dan ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi, regulasi publik adalah
ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi
pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, partai politik, yayasan, LSM, organisasi keagamaan/tempat
peribadatan, maupun organisasi sosial masyarakat lainnya.

2.2.2 Dasar Hukum Keuangan Sektor Publik

Proses penyelenggaraan pemerintahan ditujukan untuk mengkoordinasi pelaksanaan hak dan kewajiban
warga negara dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara maupun
keaungan daerah, sebagai mana yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 perlu dilaksanakan secara
profesional, terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

A. Dasar Hukum Keuangan Negara


Keuangan negara dapat diinterpretasikan sebagai pelaksanaan hak dan kewajiban warga
yang di nilai dengan uang, dalam kerangka tata penyelenggaraan pemerintah. Wujud pelaksanaan tata
negara tersebut dapat di identifikasi sebagai segala bentuk kekayaan, hak dan kewajiban yang
tercantum dalam APBN dan laporan pelaksanaanya. Pelaksanaan kewajiban atau tugas-tugas
pemerintah tersebut dapat berupa pengeluaran dan diakui sebagai belanja negara. Dalam UUD 1945
Amandemen VI secara khusus diatur mengenai Keuangan Negara yaitu pada bab VIII pasal 23 yang
berbunyi sebagai berikut:
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan setiap tahun dengan undang undang
apabila dewan perwakilan rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah, maka
pemerintah menjalankan anggaran tahun lalu.
2. Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang
3. Jenis dan harga mata uang ditatapkan dengan Undang-Undang
9

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041
RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, REGULASI, DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

4. Hak keuangan negara selanjutnya diatur dengan Undang-Undang


5. Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu badan
pemeriksaan keuangan, yang peraturannya ditetapkan ditetapkan dengan Undang-Undang.
Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, ditetapkan Undang-Undang tentang Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) untuk tahun anggaran yang bersangkutan. Penyusunan
APBN bukan hanya untuk memenuhi ketentuan konstitusional yang dimaksud pada pasal 23 ayat 1
UUD 1945, tatapi juga sebagai dasar rencana kerja yang akan dilaksanakan oleh pemerintah dalam
tahun anggaran yang bersangkutan. Oleh karana itu penyusunannya didasarkan atas Rencana Strategi
dalam Unadang-Undang Propenas, dan pelaksanaanya dituangkan dengan Undang-Undang yang
harus dijalankan oleh Presiden/Wakil Presiden dan Menteri-menteri serta Pimpinan Lembaga Tinggi
lainnya. Setelah pengesahan UU APBN, APBN dilaksanakan dan dipertanggugjawabkan dalam bentuk
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
B. Dasar Hukum Keuangan Daerah
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional didasari pada
prinsip otonomi daerah dalam pengelolaan sumberdaya. Prinsip otonomi daerah memberikan
kewenangan yang luas dan tanggung jawab nyata pada pemerintahan daerah secara proporsional.
Dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional, baik yang berupa uang
maupun sumber daya alam, pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengembangkan suatu sistem
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang adil. Sistem ini dilaksanakan untuk
mencerminkan pembagian tugas kewenangan dan tanggung jawab yang jelas antara Pemerintah Pusat
Dan Pemerintah Daerah secara transparan. Kriteria keberhasilan pelaksanaan sistem ini adalah
tertampungnya aspirasi semua warga, dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam proses
pertanggungjawaban eksplorasi sumber daya yang ada dan pengembangan sumber-sumber
pembiayaan.
Berdasarkan pasal 18 UUD 1945 Amandemen IV, tujuan pembentukan Daerah Otonom
adalah meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintah untuk melayani masyarakat dan
melaksanakan program pembangunan. Selanjutnya, Daerah Otonom didefinisikan sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu dan berwenang mengatur serta mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rangka penyelenggaraan Daerah Otonom, menurut penjelasan Pasal 64 Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1974, fungsi penyusunan APBD adalah untuk :
1. Menentukan jumlah pajak yang dibebankan kepada Rakyat Daerah yang bersangkutan.
2. Mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.
10

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041
RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, REGULASI, DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

3. Memberi isi dan arti kepada tanggung jawab Pemerintah Daerah umumnya dan Kepala
Daerah khususnya, karena APBD itu menggambarkan seluruh kebijaksanaan Pemerintah
Daerah.
4. Melaksanakan pengawasan terhadap pemerintah daerah dengan cara yang lebih mudah dan
berhasil guna.
5. Merupakan suatu pemberian kuasa kepada Kepala Daerah untuk melakssanakan
penyelenggaraan Keuangan Daerah di dalam batas-batas tertentu.

Penyusunan APBD sudah seharusnya diletakkan dalam kerangka perencanaan pembangunan


jangka menengah yang mempertimbangakan skala prioritas pembangunan. Pelaksanaan APBD juga
haruslah dikendalikan menurut sasaran-sasaran yang jelas dan terukur. Jadi, baik penyusunan maupun
pelaksanaan APBD tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan berjangka menengah dan bersekala
nasional.
2.2.3 Review Regulasi Yang Terkait Dengan Akuntansi Sektor Publik
A. Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Pra Reformasi
Peraturan dan karakter pengelolaan keuangan daerah yang ada pada masa Era pra
Reformasi dapat dirincikan sebagai berikut :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan, Pertanggung jawaban, dan
Pengawasan Keuangan Daerah.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 tentang Penyusunan APBD, Pelakasanaan Tata
Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan Perhitungan APBD.
3. Keputusan Mentri Dalam Negri no 900-099 TAhun 1980 tentang Manual Administrasi
Keuangan Daerah.
4. Peraturan Mentri Dalam Negri No 2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan APBD.
5. Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
6. Keputusan Mendagri Nomor 3 Tahun 1999 tentang Bentuk dan Susunan Perhitungan APBD.
B. Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Tujuan dari regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi adalah untuk mengelola
keuangan negara/daerah menuju tata kelola yang baik. Berikut regulasi yang ada pada era Reformasi :
1. Undang-undang nomor 448 Tahun 1925 tentang Pembendaharaan Indonesia
2. Undang-undang nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenanngan Provinsi sebagai daerah Otonom.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 200 tentang Dana Perimbangan.
11

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041
RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, REGULASI, DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

5. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan


Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam rangka Pelaksanaan Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tatacara Pertanggungjawaban
Kepala Daerah.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Daerah.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan DPRD.
11. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pelakasanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara.
12. Surat Edaran Mentri Dalam Negri dan Otonomi Daerah tanggal 17 November 2000 Nomor
903/2735/SJ tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Pelaksanan APBD Tahun Anggaran
2001.
13. Keputusan Presiden Nomor 228/M Tahun 2002.
14. Kepmendagri No 29 tahun 2002 tentang Pedoman dan Pengurusan Anggaran Pendapatan
dan Belanja daerah.
C. Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Paradigma baru dalam “Reformasi Manajemen Sektor Publik” adalah penerapan akuntansi
dalam praktik pemerintah untuk kegunaan Good Governance.Berikut undang-undang yang digunakan
untuk penerapannya, yaitu:
1. UU No.17/2003 tentang keuangan negara.
2. UU No.1/2004 tentang kebendaharawanan
3. UU no.15/2004 tentang pemeriksaan keuangan negara
4. UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional.
5. UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.
6. UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Daerah.
7. UU No.24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

2.3 STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


12

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041
RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, REGULASI, DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

2.3.1 Definisi Standar Akuntansi Sektor Publik

Standar akuntansi sektor publik memberi kerangka demi berjalannya fungsi-fungsi tahapan siklus
akuntansi sektor publik, yaitu perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa,
pelaporan, audit, dan pertanggung jawaban publik. Di Indonesia, standar akuntansi yang telah digunakan yaitu
Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP), dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Ini merupakan panduan bagi pemakainya
dalam melaksanakan fungsi terkait. Standar-standar tersebut merupakan acuan yang telah disepakati dan
ditetapkan oleh organisasi yang berkompetensi serta berwenang dalam bidang terkait.

2.3.2 Lingkup Standar Akuntansi Sektor Publik

Berdasarkan kebutuhan tersebut, pedoman akuntansi ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. Menyediakan organisasi sektor publik suatu pedoman akuntansi yang diharapkan dapat diterapkan bagi
pencatatan transaksi keuangan organisasi sektor publik yang berlaku dewasa ini
2. Menyediakan organisasi sektor publik suatu pedoman akuntansi yang dilengkapidengan klasifikasi
rekening dan prosedur pencatatan sertajurnal standar yang telah disesuaikan dengan siklus kegiatan
organisasi sektor publik, yang mencangkup penganggaran, perbendaharaan, dan pelaporannya

2.3.3 Ragam dan Hubungan Antarstandar Akuntansi Sektor Publik

Secara umum terdapat 4 ragam standar yang mengatur organisasi sektor publik yaitu:

1. Standar Nomenklatur
2. Standar Akuntansi Sektor Publik
3. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
4. Standar Akuntansi Biaya

A. Standar Nomenklatur
Nomenklatur didefinisikan sebagai daftar prkiraan/akun buku besar yang ditetapkan dan
disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran,
pertanggungjawaban, dan pelaporan keuangan pemerintah pusat. Selain itu nomenklatur juga
merupakan daftar perkiraan buku besar yang ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk
memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, pelaporan keuangan, serta
memudahkan pemeriksaan dan pengawasan. Nomenklatur disebut juga dengan istilah kode rekening.
Dalam system pengolahan data akuntansi, kode ini memenuhi berbagai tujuan berikut :
1. Mengidentifikasi data akuntansi secara unik.

13

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041
RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, REGULASI, DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

2. Meringkas data.
3. Mengklasifikasi rekening atau transaksi.
4. Menyampaikan makna tertentu.

B. Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan terdiri
dari:
1. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
2. PSAP 01: Penyajian Laporan Keuangan;
3. PSAP 02: Laporan Realisasi Anggaran;
4. PSAP 03: Laporan Arus Kas;
5. PSAP 04: Catatan atas Laporan Keuangan;
6. PSAP 05: Akuntansi Persediaan;
7. PSAP 06: Akuntansi Investasi;
8. PSAP 07: Akuntansi Aset Tetap;
9. PSAP 08: Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
10. PSAP 09: Akuntansi Kewajiban;
11. PSAP 10: Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar- Biasa:
12. PSAP 11: Laporan Keuangan Konsolidasian.

PP SAP akan digunakan sebagai pedoman dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah pusat dan daerah berupa:

1. Neraca.
2. Laporan Realisasi Anggaran.
3. Laporan Arus Kas.
4. Catatan atas Laporan Keuangan.
Dengan adanya SAP maka laporan keuangan pemerintah pusat/daerah akan lebih berkualitas
(dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan). Dan laporan tersebut akan diaudit terlebih
dahulu oleh BPK untuk diberikan opini dalam rangka meningkatkan kredibilitas laporan, sebelum
disampaikan kepada para stakeholder antara lain: pemerintah (eksekutif), DPR/DPRD (legislatif),
investor, kreditor dan masyarakat pada umumnya dalam rangka tranparansi dan akuntabilitas keuangan
negara.

14

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041
RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, REGULASI, DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

C. Standar Pemeriksaan Keuangan Pemerintah

Standar Audit adalah ukuran mutu berupa persyaratan minimum yang harus dipenuhi oleh
seorang auditor. Saat ini, BPK telah menetapkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SKPN) sebagai standar audit di lingkungan keuangan Negara. SPKN ini merupakan revisi dari
Standar Audit Pemerintahan (SAP) 1995.

SKPN memuat standar umum yang mengatur tentang persyaratan professional auditor,
standar pekerjaan lapangan yang memuat mutu pelaksanaan audit di lapangan, dan standar pelaporan
yang memuat persyaratan laporan audit yang professional.

Berdasarkan UU no. 15 tahun 2004 dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN),
terdapat tiga jenis audit keuangan Negara, yaitu:

1. Audit Keuangan
Adalah audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan
yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan keuangan telah disajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2. Audit Kinerja
Adalah audit yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai macam
bukti untuk menilai kinerja entitas yang diaudit dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas,
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja dan entitas yang diaudit dan meningkatkan
akuntabilitas publik.
3. Audit dengan Tujuan Tertentu
Adalah audit khusus, diluar audit keuangan dan audit kinerja yang bertujuan untuk
memberikan kesimpulan atas hal yang diaudit.
D. Standar Akuntansi Biaya Sektor Publik
Standar akuntansi biaya sektor publik dirancang untuk mencapai keseragaman dan
konsistensi dalam pengukuran, penetapanm serta pengalokasian biaya pada organisasi sector public.
Standar itu didasarkan pada pemeriksaan praktek akuntansi biaya yang umum di seluruh industry atau
usaha yang ada. Saran dan masukan diminta dari organisasi sector public, industry, serta asosiasi
profesi akuntansi. Selain itu, juga dilakukann review atas berbagai publikasi tersebut. Definsi standar
pada tiga area Akuntansi Biaya:

15

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041
RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, REGULASI, DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

1. Pengukuran biaya, termasuk metode dan teknik yang digunakan dalam mendefinisikan
komponen biaya, menentukan dasar pengukuran biaya, dan menetapkan criteria untuk
menggunakan teknik pengukuran biaya sector public alternative.
2. Penetapan biaya selama periode akuntansi biaya, menunjuk pada metodeyang digunakan
ketika menentukan jumlah biaya yang ditetapkan selama periode akuntansi biaya tersendiri.
3. Alokasi biaya ke tujuan biaya, menunjuk pada metode penetapan alokasi biaya langsung dan
tidak langsung.

16

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041
RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK, REGULASI, DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Organisasi sektor publik dengan tujuan utamanya adalah pemenuhan public goods untuk masyarakat
tentunya berbeda dengan organisasi komersial yang mempunyai tujuan berupa profit oriented. Selain itu dengan
melekatnya domain public ini membuat organisasi sektor publik memiliki wilayah yang luas dan lebih kompleks
jika dibanding dengan sektor komersial. Selain dari tujuan organisasi sektor publik juga memiliki beberapa
perbedaan yang mendasar jika dibandingkan dengan sektor komersial, perbedaan tersebut diantaranya
mencakup, sumber pendanaan, pola pertanggungjawaban, struktur organisasi, karakteristik anggaran serta dari
faktor lingkungan yang mempengaruhinya.

Organisasi sektor publik atau biasa juga disebut organisasi nirlaba (berdasarkan tujuannya) di Indonesia
dapat digolongkon menjadi empat berdasarkan bentuk dan kepemilikannya, adapun penggolongan tersebut
secara garis besar terdiri atas, instansi pemerintah, organisasi nirlaba milik pemerintah, organisasi nirlaba milik
swasta, dan organisasi nirlaba milik masyarakat.

Sebuah organisasi khususnya organisasi formal jika dihubungkan dengan negara tentunya tidak bisa
terlepas dari regulasi dan standar. Hal ini diperlukan untuk mengatur bagaimana sebuah organisasi dalam
prakteknya. Adapun untuk regulasi yang mengatur organisasi sektor publik diantaranya dapat berupa, Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Produk hukum lainnya yang dikeluarkan pihak
berwenang. Sedangkan untuk standar organisasi sektor publik di Indonesia terdiri atas, Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

17

MUHAMMAD FADIL ASRI A062211040

MEYSIN A062211041
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar.Jakarta: Erlangga.

Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik.Jakarta: Erlangga.

Haryanto, Sahmuddin, dan Arifuddin. 2007. Akuntansi Sektor Publik..Semarang: Badan Penerbit Universitas
Dipenogoro.

KBBI. 2020. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online, diakses tanggal 23 Agustus 2020]

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Oxford Learner’s Dictonaries. 2020. Oxford Advanced Learner’s Dictonaries. [Online, diakses tanggal 23 Agustus
2020]

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
2005. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Sukirno, Sadono. 2013. Mikroekonomi : Teori Pengantar. Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset.

Sukirno, Sadono. 2016. Makroekonomi : Teori Pengantar.Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara. 2004. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintah Di Daerah. 1974.
Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai