Anda di halaman 1dari 3

Nama : Arsy Kayla Laukhil Z

Kelas : XII - 4
No. Absen : 04

Bahasa Indonesia
Jum’at, 29 Januari 2021

Analisis Sistematika dan Kebahasaan Teks Kritik dan Esai Novel Ayat-Ayat Cinta

Pendahuluan :
Pada novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy ini merupakan
novel bergenre religius. Pada novel ini mengaitkan kehidupan manusia dengan aspek-
aspek keagamaan. Novel ini menceritakan permasalahan-permasalahan yang ada pada
kehidupan manusia, mulai dari gaya hidup bertetangga, pola tingkah pemikiran
masyarakat yang beraneka ragam, cinta yang bertepuk sebelah tangan, poligami,
pemfitnahan sampai pada kesetiaan dengan latar sosial-budaya Timur Tengah. Semua
dikemas dengan uraian-uraian yang bersifat islami dengan diperkuat oleh dalil-dalil
dan hadits-hadits.
Dengan media novel, penulis mampu membangun gambaran permasalahan
masyarakat dengan solusi yang berdasarkan pengetahuan agama. Dalam novel ini,
penulis menceritakan permasalahan kehidupan dengan latar ala Arab namun
diceritakan dengan gaya bahasa Indonesia. Penulis novel berhasil menggambarkan
latar sosial-budaya Timur Tengah dengan sangat hidup tanpa harus memakai istilah
Arab. Bahasanya yang mengalir, karakterisasi tokoh-tokohnya yang begitu kuat, dan
gambaran latarnya yang begitu hidup, membuat kisah dalam novel ini terasa benar-
benar terjadi. Dalam hal ini tokoh-tokoh dibangun dengan karakteristik yang kuat dan
sesuai dengan gambaran kehidupan.

Tubuh Essai :
Fahri, seorang tokoh yang dibangun oleh penulis sebagai tokoh utama dalam
novel ini. Seorang santi salaf metropolis dan musafir yang haus ilmu. Memiliki
karakter tokoh yang begitu kuat dengan keislamannya dan kokoh pendiriannya serta
seorang yang pekerja keras. Kesabaran dan gaya hidup yang patut dicontoh dari
seorang Fahri. Tokoh kedua adalah Aisha, seorang gadis yang berdarah Jerman,
Turki, dan Palestina, namun lahir dan dibesarkan di Jerman. Sifat lembut dan
penyayang tergambar dari kecantikan nama Aisha. Seorang tokoh yang begitu setia
dan juga sabar menerima segala cobaan berat yang menimpanya dan suaminya. Tokoh
ketiga adalah seorang penganut Kristen Koptik yang sangat taat kepada agamanya,
namun telah menghafal beberapa surat Al-Qur’an terutama surat Maryam yang
menjelaskan tentang riwayat Maryam melahirkan Nabi Isa As, tentang bagaimana
cara Nabi Ibrahim memberikan nasihat kepada ayahnya, tentang Allah SWT yang
meninggikan Nabi Idris ke tempat yang tinggi, dan tentang Allah SWT yang tidak
beranak. Nama Maria yang bernuansakan wanita Kristen, namun terasa begitu Islami
dengan karakter yang dibangun oleh penulis. Tokoh-tokoh pendukung lainnya yang
penamaannya disesuaikan dengan karakter masing-masing tokoh menjadikan cerita
ini menjadi begitu hidup.
Dalam novel ini juga kental dengan penggambaran sosial-budaya seperti pada
kutipan (halaman 51, paragraf 6) “Salah satu keindahan hidup di Mesir adalah
penduduknya yang lembut hatinya. Jika sudah tersentuh mereka akan memperlakukan
kita seumpama raja. Mereka terkadang keras kepala, tapi jika sudah jinak dan luluh
mereka bisa melakukan kebaikan seperti malaikat. Mereka kalau marah meledak-
ledak tapi kalau sudah reda benar-benar reda kemarahannya, hilang tanpa bekas. Tak
ada dendam di belakang yang diingat sampai tujuh keturunan seperti orang Jawa.
Mereka mudah menerima kebenaran dari siapa saja.” Orang Amerika digambarkan
dengan cara berpakaiannya yang ala Barat dan terbuka, sedangkan orang Mesir
digambarkan dengan cara berpakaian ala Arab serba tertutup. Dalam penceritaannya
juga disinggung tentang budaya Indonesia yang tidak tepat waktu, namun dibuktikan
oleh Fahri bahwa tidak semua orang Indonesia begitu dan tidak semua orang luar
Indonesia disiplinn dengan waktu. Hal yang menjadi perhatian ialah sistem hukuman
di Mesdir bagi seseorang yang melakukan suatu kesalahan, maka akan diperlakukan
dengan sangat tidak manusiawi bahkan yang belum terbukti kesalahannya sekalipun.
Mereka yang tertuduh bersalah akan disiksa tanpa ampun hingga kebenarannya
terungkap.
Sosok Aisha, Maria, Nurul, Noura, dan Alicia merupakan penggambaran dari
karakter-karakter perempuan yang ada dalam kehidupan nyata. Tentang bagaimana
wanita dalam Islam juga sangat diutamakan dalam novel ini dengan adanya
pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan para tokoh terutama Alicia yang dijawab
dengan baik oleh Fahri dengan berlandaskan dalil-dalil yang ada dan hadits serta
pendapat para ulama-ulama terkemuka.

Kesimpulan :
Novel ini bisa dikatakan novel pembangun jiwa, karena dalam novel ini tercakup
bagaimana Islam mengajarkan manusia dalam menghadapi masalah-masalah yang
merupakan ujian yang diberikan oleh Allah SWT. Bagaimana seorang Aisha dengan
ikhlas dipoligami demi suatu kebenaran. Menjaga kesuciannya hingga cinta yang
hakiki itu datang padanya. Bagaimana seorang Fahri yang dengan begitu sabar
menghadapi ujian berat yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya. Begitu kokohnya
ia menggenggam kebenaran demi nama Tuhannya, dan bagaimana seorang Maria
yang disentuh hatinya hingga bisa masuk Islam sebelum ajal menjemput. Semua
tergambar dengan baik di dalam Ayat-Ayat Cinta.

Kaidah kebahasaan :
1. Menggunakan pernyataan yang persuasif
a) Penulis novel berhasil menggambarkan latar sosial-budaya Timur Tengah
dengan sangat hidup tanpa harus memakai istilah Arab
b) Semua tergambar dengan baik di dalam Ayat-Ayat Cinta
2. Menggunakan pernyataan yang fakta
a) Pada novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy ini merupakan
novel bergenre religius
b) Pada novel ini mengaitkan kehidupan manusia dengan aspek-aspek
keagamaan
3. Menggunakan pernyataan yang bersifat menilai atau mengomentari
a) Novel ini bisa dikatakan novel pembangun jiwa, karena dalam novel ini
tercakup bagaimana Islam mengajarkan manusia dalam menghadapi
masalah-masalah yang merupakan ujian yang diberikan oleh Allah SWT
b) Dengan media novel, penulis mampu membangun gambaran permasalahan
masyarakat dengan solusi yang berdasarkan pengetahuan agama
c) Semua tergambar dengan baik di dalam Ayat-Ayat Cinta.
4. Menggunakan teknis berkaitan dengan topik yang dibahasnya
a) Novel ini menceritakan permasalahan-permasalahan yang ada pada
kehidupan manusia, mulai dari gaya hidup bertetangga, pola tingkah
pemikiran masyarakat yang beraneka ragam, cinta yang bertepuk sebelah
tangan, poligami, pemfitnahan sampai pada kesetiaan dengan latar sosial-
budaya Timur Tengah
b) Dalam novel ini, penulis menceritakan permasalahan kehidupan dengan latar
ala Arab namun diceritakan dengan gaya bahasa Indonesia
5. Menggunakan kata kerja mental
a) Bagaimana seorang Aisha dengan ikhlas dipoligami demi suatu kebenaran
b) Bagaimana seorang Fahri yang dengan begitu sabar menghadapi ujian berat
yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya
c) Sifat lembut dan penyayang tergambar dari kecantikan nama Aisha
6. Menggunakan kata-kata yang menunjukkan hubungan sebab akibat (kausalitas)
a) Novel ini bisa dikatakan novel pembangun jiwa, karena dalam novel ini
tercakup bagaimana Islam mengajarkan manusia dalam menghadapi
masalah-masalah yang merupakan ujian yang diberikan oleh Allah SWT
7. Menggunakan kata-kata perujukan
a) Dalam novel ini juga kental dengan penggambaran sosial-budaya seperti
pada kutipan (halaman 51, paragraf 6)...
8. Menggunakan pernyataan-pernyataan yang bersifat mendefinisikan sebagai bentuk
lain dari pengungkapan pendapat penulis
a) Pada novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy ini merupakan
novel bergenre religius
b) Tokoh kedua adalah Aisha, seorang gadis yang berdarah Jerman, Turki, dan
Palestina, namun lahir dan dibesarkan di Jerman
c) Sosok Aisha, Maria, Nurul, Noura, dan Alicia merupakan penggambaran
dari karakter-karakter perempuan yang ada dalam kehidupan nyata

Anda mungkin juga menyukai