Anda di halaman 1dari 8

FISIKA BANGUNAN 1

KLIPING

PENGHAWAAN RUANGAN

NAMA : SIMON PETRUS REGI HURYNT

NO.REG : 22119O31

PROGRAM STUDY ARSITEKTUR / FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG

2020/2021
Pengudaraan/penghawaan alami
 Orientasi bangunan diletakkan antara lintasan matahari dan angin. Letak gedung
yang paling menguntungkan apabila memilih arah dari timur ke barat. Bukaan-
bukaan menghadap Selatan dan Utara agar tidak terpapar langsung sinar matahari.

Gambar1. Orientasi bangunan terhadap matahahari


 Letak gedung tegak lurus terhadap arah angin

Gambar2. Letak gedung terhadap arah angin


 Bangunan sebaiknya berbentuk persegi panjang, hal ini menguntungkan dalam
penerapan ventilasi silang

Gambar3. Cross ventilation


 Menghadirkan pohon peneduh di halaman yang dapat menurunkan suhu

Gambar4. Penggunaan vegetasi sebagai filter cahaya matahari


 Memiliki bukaan yang cukup untuk masuknya udara
 Penempatan bukaan secara horizontal maupun vertikal
 Penempatan ruangan yang lebih besar ke arah aliran angin
 Hindari penempatan bukaan dengan jarak yang terlalu dekat, hal ini menyebabkan
perputaran angin telalu cepat
 Hindari penempatan bukaan yang benar-benar berseberangan, hal ini menyebabkan
angin yang masuk langsung keluar begitu saja
 Memperhatikan orientasi jendela terhadap matahari, misalnya ruang tidur tidak boleh
menghadap ke barat
 Memakai menara angin, yang berfungsi menangkap dan menghisap angin, sehingga
udara dapat terus bersirkulasi
 Memakai material alami yang lebih banyak menyerap panas, seperti perlengkapan
interior dari kayu, pagar dan dinding tanaman.

Gambar5. Green Roof


 Plafon yang ditinggikan, agar udara dapat bergerak lebih bebas
 Memakai bentuk atap miring (pelana sederhana) yang dapat mengeliminasi suhu di
bawah ruang bawah atap
Gambar6. Atap pelana sederhana
 Ruang yang mengakibatkan tambahan panas (dapur) sebaiknya dijauhkan sedikit
dari rumah
 Ruang yang menambah kelembaban (kamar mandi, wc, tempat cuci)
harus direncanakan dengan pertukaran udara yang tinggi.
 Memberi teras pada bangunan/rumah, berfungsi sebagai area peralihan antara
ruang luar (halaman) dengan ruang dalam (bangunan) yang dapat menciptakan iklim
mikro, baik di dalam bangunan ataupun di sekitarnya.
 Memberi teritisan lebar di sekeliling atap bangunan untuk membuat ruang di
dalamnya semakin sejuk

Beberapa cara untuk meningkatkan kualitas udara di dalam bangunan:


 Penataan ruang yang tepat
 Memakai bahan bangunan dan bahan perabot yang mengandung bahan kimia sedikit
 Memastikan tidak ada jamur pada elemen bangunan dan perabot akibat kelembaban
tinggi
 Memperbanyak penanaman tumbuhan hijau
 Membatasi merokok di dalam ruangan
 Mamakai konsep secondary skin pada fasad untuk meredam panas matahari.
 Menyediakan lahan terbuka di dalam bangunan
 Menggunakan Insulator panas di bawah material atap
 Meletakkan Kolam air pada lingkungan bangunan

Suhu ideal di dalam bangunan khususnya rumah adalah 24-26 °C dengan kelembaban
50%-60%. Suhu dan kelembaban yang lebih tinggi atau lebih rendah dari ambang
batas tersebut akan mengurangi tingkat kenyamanan rumah untuk dihuni.
Umumnya luas total seluruh bidang jendela pada sebuah ruang yang baik bagi
pencahayaan alami kira-kira antara 1/6 – 1/8 dari luas lantai ruangan tersebut.
Pengendalian aliran angin dan optimalisasi pemanfaatannya terhadap
bangunan:
1. Konfigurasi bentuk bangunan
2. Mengalirkan udara panas dari bawah ke atas

Gambar9. Penempatan bukaan pada bagian bawah dinding di atas penutup lantai.

Gambar10. Bukaan pada atap difungsikan sebagai pengalir panas


Dengan penempatan yang lebih tinggi, ±30 cm di atas permukaan lantai, hasil yang
diperoleh lebih maksimal di banding peletakan bukaan tepat di atas lantai.
3. Wind tunnel

Konsep wind tunnel sebagai pengarah aliran udara lebih tepat digunakan pada ruang-
ruang terbuka. angin yang dialirkan ke area yang sempit dari tempat terbuka yang luas
memiliki kecepatan yang lebih tinggi dan tekanan yang lebih besar sehingga hembusan
angin diharapkan menjangkau ke daerah yang lebih jauh.
4. Ventilasi silang

Penataan Pencahayaan
 Menggunakan lampu hemat energi;
 Mengatur jadwal penyalaan lampu, misalnya dengan mengaktifkan timer;
 Menambah alat penghemat energi lampu (penggunaan dimmer, daylight sensor,
zoning, present/movement detector, sensor ultrasonik);
 Mematikan lampu saat ruang tidak digunakan (pasang peringatan di setiap saklar
dan pintu keluar);
 Menghindari penggunaan satu saklar yang dihubungkan dengan beberapa titik
lampu. Kondisi ini membuat pemakaian tidak fleksibel karena menyalakan satu lampu
berarti beberapa lampu lain ikut menyala;
 Memakai lampu dengan jumlah yang sesuai.
 Meminimalisasi penggunaan pencahayaan buatan
 Meletakkan bukaan sesuai fungsi ruang yang mendukung aktifitas di dalamnya.

Membuat perbedaan ketinggian atap atau memakai skylight untuk memasukkan
cahaya dari atas.
 Mengatur posisi ketinggian jendela terhadap lantai untuk meminimalisasi masuknya
cahaya berlebih.

Anda mungkin juga menyukai