Anda di halaman 1dari 6

2.2.

6 Protein CD 10

CD10 disebut juga sebagai neprilysin atau common acute lymphoblastic leukemia/lymphoma
antigen (CALLA) merupakan metalloproteinase yang bergantung zinc,berfungsi mengatur
berbagai macam peptida dengan menurunkan konsentrasi ektraselulernya sehingga tidak
berikatan dengan reseptornya (MaguerSatta dkk., 2011). Pada keadaan fisiologis normal CD10
diekspresikan pada berbagai jaringan sedangkan peranan patologis CD10 ditemukan pada
berbagai subtipe limfoma, karsinoma sel renal, maupun sarkoma stromal endometrium.

CD10 merupakan salah satu petanda permukaan sel (Iwaya, dkk., 2002) yang secara aktif
berperan dalam pengaturan mekanisme fisiologikal dan aktivitas biologis didukung melalui
aktivitas enzimatik ekstraseluler dan jalur pensinyalan intraseluler (Maguer-Satta, dkk., 2011).
CD10 berperan mengendalikan pertumbuhan dan diferensiasi sel normal dengan mengatur akses
peptida ke reseptor permukaan sel. Hilang atau menurunnya ekspresi CD10 dapat menunjukkan
ketidakmampuan sel untuk menginaktivasi substrat peptida menghasilkan proliferasi yang tidak
beraturan (Nanus, 2003).CD10 akan berinteraksi PTEN (Phosphatase and TENsin homolog)
yang akan menghentikan kerja PI3K (phosphatidylinositol 3-kinase) sehingga akan
menginaktivasi AKT(Maguer-Satta, dkk., 2011).

Struktur dan Fungsi CD10 CD10 disebut juga neutral endopeptidase, enkephalinase, neprilysin,
membrane metalloendopeptidase, dan common acute lymphoblastic leukemia antigen adalah
metalloendoprotease yang bergantung zinc, fungsinya menonaktifkan sejumlah sinyal peptida.
Rangkaian DNA CD10 ditemukan pada kromosom 3 lokus 3q21-27. CD10 terdiri dari 90-110-
kDa tipe II glikoprotein transmembran. Terdapat tiga tipe CD10, sehingga memungkinkan
adanya ekspresi CD10 yang berbeda-beda dari setiap jaringan. Protein CD10 terdiri dari
rangkaian NH2-terminal cytoplasmic yang meliputi intracellular domain (ICD), transmembrane
helix domain (TMD), dan extracellular domain (ECD) dengan zincin motif diantaranya. CD10
mengatur fisiologi berbagai macam peptida dengan menurunkan kadar peptida tersebut pada
ekstraseluler sehingga tidak berikatan dengan reseptornya (Maguer-Satta dkk., 2011; Petre dkk.,
2015)
Pada manusia CD10 diekspresikan pada sel normal maupun neoplastik. Pada sel normal, CD10
diekspresikan pada sumsum tulang yaitu pada sel punca limfoid, pro-B limfoblast, neutrofil
matur, stroma sel endometrial, proksimal tubulus dan glomerulus ginjal, sel myoepitel payudara,
sel epitel dan stroma prostat, kanalikuli liver, sel epitel lambung, dan sel epitel kolon. Pada
keadaan normal, CD10 dibawah regulasi yang ketat dan inhibitor endogenousnya seperti tissue
inhibitor metalloproteinases (TIMP), berfungsi menjaga homeostasis jaringan, berpartisipasi
dalam perkembangan normal, angiogenesis, dan penyembuhan luka dengan menginisiasi proses
inflamasi, kardiovaskular, dan neurogenik. Penurunan ekspresi atau fungsi CD10 dapat
menyebabkan kerusakan yang berat pada sel dan lingkungannya (Hosni dkk., 2012; Mishra dkk.,
2016). CD10 merupakan regulator yang penting pada beberapa sistem organ tubuh seperti sistem
kekebalan, sistem neural, dan epitelial. Pada penelitian-penelitian kanker, CD10 awalnya
ditemukan ketika meneliti antigen leukemia limfoblastik akut. Sejak saat itu, CD10 banyak
digunakan sebagai penanda diagnosis pada beberapa tumor yang memiliki kecenderungan
bermetastasis dan tumor-tumor yang berkembang dari sel punca (Iwaya dkk., 2002; Bachelard-
Cascales dkk., 2010)

Aktivitas biologi CD10 terjadi melalui dua mekanisme utama yaitu: pertama CD10
diekspresikan pada permukaan sel stroma maupun epitelial, memecah peptida melalui aktivitas
enzimatik ekstraselulernya. Kedua, CD10 melalui jalur sinyal intraseluler dan jalur sinyal mayor
lainnya melalui elemen yang ada pada lingkungan mikro. CD10 berikatan dengan membran sel
melalui kompleks glycosylphosphatidylinositol (GPI), yang selanjutnya memicu sinyal
tranduksi. CD10 pada kompleks GPI bersama p85 (subunit phosphatidylinositol 3-kinases
(PI3K) dan Lyn Kinase, mencegah aktivasi focal adhesion kinase (FAK) oleh PI3K. Hal tersebut
menyebabkan penurunan fosforilasi FAK dan migrasi sel. Secara simultan ikatan CD10 dan
penekan tumor phosphatase and TENsin homolog (PTEN) menyebabkan penurunan fosforilasi
phosphatidylinositol 3,4,5- trisphosphate (PIP3), mencegah pengaktifan jalur sinyal Akt,
sehingga mencegah pertumbuhan sel tumor. CD10 juga mendegradasi sejumlah peptida (seperti
bombesin dan endothelin 1), sehingga menghambat sinyal FAK atau Rho dengan fiksasinya pada
G-coupled protein receptor. CD10 memecah faktor pertumbuhan seperti fibroblast growth factor
2 (FGF2), berakibat pada adanya regulasi negatif angiogenesis. Dapat disimpulkan, CD10 dapat
mencegah migrasi, invasi, dan angiogenesis melalui dua mekanisme aktivitas biologinya
(Bachelard-Cascales dkk., 2010; Maguer-Satta dkk., 2011).
Hubungan CD10 dan Kanker

CD10 telah ditemukan dan diteliti secara luas selama lebih dari 40 tahun pada bidang yang
berbeda-beda. Padaleukemia limfoblastik, CD10 memiliki nilai diagnosis dan prognosis yang
baik. CD10 diekspresikan pada B-lymphoblastic leukemia/lymphoma dan beberapa mature B-
cell lymphoma (plasma cell myeloma, follicular lymphoma, diffuse large B-cell lymphoma, dan
burkitt lymphoma) dan sangat jarang pada limfoma sel T (Mohammadizadeh dkk., 2012; Petre
dkk., 2015)

Beberapa penelitian menunjukkan CD10 baik digunakan sebagai penanda diagnosis dan
prognosis. CD10 dapat menjadi penanda dalam membedakan tumor primer atau proses
metastasis dan untuk mengevaluasi progresi tumor. Walaupun CD10 tidak dapat dipergunakan
sendiri, namun CD10 dapat menjadi penanda diagnosis dan prognosis, tidak hanya pada tumor
hematopoietik namun juga pada beberapa karsinoma (Mishra dkk., 2016; Stephen dkk., 2016).
Gambar Struktur dan fungsi CD10. A. Terdapat tiga tipe transkrip CD10. B. Skema rangkaian
protein CD10 pada mamalia. C. Pita CD10 dengan area aktif ditunjukkan dengan warna kuning,
berdiameter 20 A˚. D. Jalur sinyal CD10 (Maguer-Satta dkk., 2011)

CD10 juga berguna dalam membedakan trikoepithelioma dari karsinoma sel basal, demikian
juga untuk membedakan karsinoma sel basal dari karsinoma sel skuamosa. Karena sel tumor
yang mengekspresikan CD10 lebih cenderung merupakan karsinoma sel basal. Ekspresi kuat
CD10 juga ditemukan pada clear cell dan papillary renal cell carcinoma namun kurang
terekspresi pada chromophobe renal cell carcinoma. Penurunan ekspresi CD10 pada pasien
kanker prostat berkaitan dengan progresinya. Degradasi Met-enkephalin, salah satu substrat
CD10, pada karsinoma kolorektal juga mempercepat pertumbuhan tumor dan metastasisnya ke
liver. Beberapa penelitian juga menunjukkan ekspresi CD10 pada sel stroma berbagai keganasan
seperti karsinoma gaster, payudara, dan paru-paru. Ekspresinya berhubungan dengan biologi
karsinoma yang lebih agresif (Maguer-Satta dkk., 2011; Petre dkk., 2015)
CD10 adalah molekul penting yang dapat mengintegrasikan sinyal dari lingkungan mikro sel
atau melalui komponen intraselulernya. Sinyal tersebut mengontrol fungsi fisiologi dan biologi
sel atau jaringan, serta proses remodeling lingkungan mikro. Gangguan regulasi ekspresi atau
fungsi CD10 akibat mutasi dapat menyebabkan gangguan yang berat pada sel dan
lingkungannya. Pada penelitian kanker-kanker epitelial terdapat variasi aktivitas enzimatik CD10
baik peningkatan dan penurunan. Selama proses keganasan, gangguan regulasi sinyal intraseluler
CD10 juga terjadi (Gambar 2.10). Ekspresi CD10 tidak selalu ditemukan berubah pada sel epitel
yang telah bertransformasi, oleh karena itu gangguan regulasinya terjadi akibat proses onkogenik
sebelumnya pada sel punca namun selanjutnya akan berpengaruh pada sel punca, progenitor, dan
stroma sekelilingnya. Penurunan fungsi enzimatik CD10 setelah adanya transformasi dari early
common progenitors (ECP) atau progenitor (P), akan memicu akumulasi peptida pada sel stem
lingkungan mikro, sehingga mengakibatkan adanya transformasi keganasan. Sebaliknya
peningkatan fungsi aktivitas enzimatik dari CD10, menyebabkan akumulasi peptida dalam
bentuk aktif dan menghambat diferensiasi sel epitel dan mempertahankan sel punca kanker.
Peningkatan aktivitas enzimatik CD10 juga menunjukkan proliferasi sel punca kanker yang
mengekspresikan CD10, menjelaskan peningkatan ekspresi CD10 pada sel stroma pada kanker
yang tidak berdiferensiasi, hilangnya diferensiasi menjadi sel otot polos aktin, gangguan
maturasi sel, dan hilangnya membran basalis. Sinyal CD10 juga dapat dimodifikasi pada
progenitor kanker atau sel punca, tidak bergantung aktivitas enzimatiknya, menyebabkan
penghambatan fungsi PTEN, inhibisi apoptosis, namun memicu proliferasi sel melalui jalur Akt.
Dapat disimpulkan perubahan sinyal intrinsik CD10 merupakan proses awal transformasi
keganasan dan menghasilkan sel-sel imatur, sedangkan perubahan aktivitas enzimatiknya
merupakan akibat dari transformasi awal tersebut (Bachelard-Cascales dkk., 2010; Maguer-Satta
dkk., 2011; Stephen dkk., 2016)
DAFTAR PUSTAKA
1. Maguer-Satta V., Besanc R. dan Bachelard-Cascales E., 2011, Concise review: Neutral
endopeptidase (CD10): A Multifaceted environment actor in stem cells, physiological
mechanisms, and cancer, Stem Cells, Vol. 29:389–96
2. Iwaya K, Ogawa H, Izumi M. 2002. Stromal expression of CD10 in invasive breast carcinoma: a
new predictor of clinical outcome. Virchows Arch 440:589–593.
3. Petre, N., Vrapciu, A. D., & Rusu, M. C. 2015. Molecular anatomy of CD10. J Contemp Clin Pract,
1(September), 22–28
4. Hosni, H. N., Abd, A., Aziz, E., Tabak, S. A., & Elsayed, M. 2012. Immunohistochemical Study of
Stromal CD10 Expression in Mammary Duct Carcinoma. Med. J. Cairo Univ, 80(2), 37–44.
https://doi.org/10.1097/01.XEJ.0000436659.06645.59
5. Mishra, D., Singh, S., & Narayan, G. 2016. Role of B Cell Development Marker CD10 in Cancer
Progression and Prognosis. https://doi.org/10.1155/2016/4328697
6. Bachelard-Cascales, E., Chapellier, M., Delay, E., Pochon, G., Voeltzel, T., Puisieux, A., Maguer-
Satta, V. 2010. The CD10 enzyme is a key player to identify and regulate human mammary stem
cells. Stem Cells (Dayton, Ohio), 28(6), 1081–1088. https://doi.org/10.1002/stem.435
7. Mohammadizadeh, F., Salavati, M., & Afshar Moghaddam, N. 2012. CD10 expression in stromal
component of invasive breast carcinoma: A potential prognostic determinant. Journal of
Research in Medical Sciences, 17(SUPPL.2), 2–7
8. Stephen, H. M., Khoury, R. J., Majmudar, P. R., Blaylock, T., Hawkins, K., Salama, M. S., Conway,
R. E. 2016. Epigenetic suppression of neprilysin regulates breast cancer invasion. Oncogenesis,
5(3), e207. https://doi.org/10.1038/oncsis.2016.16

Anda mungkin juga menyukai