P17210192031 - Niken Rizki Saputri - 5A - 3A - D3Kepma
P17210192031 - Niken Rizki Saputri - 5A - 3A - D3Kepma
Oleh:
Nama : Niken Rizki Saputri
NIM : P17210192031
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Masalah Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Periode 9 s/d 14 Tahun Ajaran 2020/2021
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal 14 Bulan Agustus Tahun 2021
BAB 1
1.1 Definisi
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses kehidupan
karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen
didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka akan terjadi kerusakan pada
jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan menyebabkan kematian Proses pemenuhan
kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui
saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya
oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara normal
(Khoirunisak, n.d.)
Oksigenasi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar pada manusia, pemenuhan
kebutuhan oksigenasi ditujukan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahan
hidupnya dan melakukan aktivitas sebagai organ atau sel (Selviana, 2015)
1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
A. Faktor fisiologis
1. Menurunnya kapasitas Oksigen seperti pada penderita anemia
2. Menurunnya Konsentrasi Oksigen yang di inspirasi seperti pada obstruksi saluaran
napas bagian atas.
3. Hipovolemia sehingga sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,demam,ibu hamil, luka.
5. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, musculoskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti TB paru.
B. Faktor perkembangan
1. Bayi premature
2. Bayi dan toodler
3. Anak usia sekolah dan pertengahan
4. Dewasa tua
C. Faktor perilaku
1. Nutrisi
2. Latihan fisik
3. Merokok
4. Penyalahgunaan substansi kecemasan
D. Faktor lingkungan
1. Tempat kerja
2. Suhu lingkungan
3. Ketinggian dari tempat permukaan laut
(Haswita, 2017)
1.3 Patofisiologis dan mekanisme
Patofisiologi dari asma yaitu adanya faktor pencetus seperti debu, asap rokok, bulu
binatang, hawa dingin terpapar pada penderita. Benda-benda tersebut setelah terpapar
ternyata tidak dikenali oleh sistem di tubuh penderita sehingga dianggap sebagai benda asing
(antigen). Anggapan itu kemudian memicu dikeluarkannya antibody yang berperan sebagai
respon reaksi hipersensitif seperti neutropil, basophil, dan immunoglobulin E. masuknya
antigen pada tubuh yang memicu reaksi antigen akan menimbulkan reaksi antigen-antibodi
yang membentuk ikatan seperti key and lock (gembok dan kunci). Ikatan antigen dan
antibody akan merangsang peningkatan pengeluaran mediator kimiawi.
Peningkatan mediator kimia tersebut akan merangsang peningkatan permiabilitas kapiler,
pembengkakan pada mukosa saluran pernafasan (terutama bronkus). Pembengkakan yang
hampir merata pada semua bagian pada semua bagian bronkus akan menyebabkan
penyempitan bronkus (bronkokontrikis) dan sesak nafas. Penyempitan bronkus akan
menurunkan jumlah oksigen luar yang masuk saat inspirasi sehingga menurunkan ogsigen
yang dari darah. kondisi ini akan berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga
penderita pucat dan lemah. Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekres
mucus dan meningkatkan pergerakan sillia pada mukosa. Penderita jadi sering batuk dengan
produksi mucus yang cukup banyak (Harwina Widya Astuti 2010).
1.4 Tanda dan Gejala
A. Tanda dan Gejala Mayor
1) Subjektif
Dipsnea
2) Objektif
a. PCO2 meningkat/menurun
b. PO2 menurun
c. Takikardia
d. pH arteri meningkat/menurun
e. bunyi nafas tambahan
B. Tanda dan Gejala Minor
1) Subjektif
a. Pusing
b. Penglihatan kabur
2) Objektif
a. Sianosis
b. Diaphoresis
c. Gelisah
d. Pola nafas abnormal (cepat, lambat, regular/ireguler, dangkal)
e. Warna kulit abnormal (pucat/kebiruan)
f. Kesadaran menurun
1.5 Pathway
Infeksi Merokok Polusi Alergen Genetik
Reaksi inflamasi
Obstruksi
Data yang dikumpulkan saat pengkajian meliputi nama, umur, dan jenis kelamin.
Hal ini perlu dilakukan pada pasien asma karena sangat berkaitan. Status atopik
sangat mungkin terjadi pada serangan asma di usia dini karena dapat memberikan
implikasi, sedangkan faktor non-atopik menyerang pada usia dewasa. Lingkungan
klien akan tergambarkan berdasarkan kondisi tempat tinggal menggambarkan
kondisi lingkungan klien berada.
2. Bersihan jalan Ketidakmampuan Fisiologis Tanda dan Gejala Mayor a. Gullian barre
nafas tidak membersihkan secret a. Spasme jalan Subjektif syndrome
efektif atau obstruksi jalan nafas (tidak tersedia) b. Sklerosis
(D.0001) nafas untuk b. Hipersekresi Objektif multipel
mempertahankan jalan nafas a. Batuk tidak efektif c. Myasthenia
jalan nafas tetap paten c. Disfungsi b. Tidak mampu batuk gravis
neuromuskuler c. Sputum berlebih d. Depresi sistem
d. Benda asing d. Mengi, wheezing dan/atau saraf pusat
dalam jalan ronkhi kering e. Cidera kepala
nafas e. Meconium di jalan nafas f. Stroke
e. Adanya jalan (pada neonatus) g. Sindrom
nafas buatan Tanda dan Gejala Minor aspirasi
f. Sekresi yang Subjektif meconium
tertahan a. Dispnea h. Infeksi saluran
g. Hiperplasi b. Sulit bicara nafas
dinding jalan c. Ortopnea
nafas
h. Proses infeksi Objektif
i. Respon alergi a. Gelisah
j. Efek agen b. Sianosis
farmakologis c. Bunyi nafas menurun
(mis. anastesi) d. Frekuensi nafas berubah
Situasional e. Pola nafas berubah
a. Merokok pasif
b. Merokok aktif
c. Terpajan
polutan
2.3 Intervensi Keperawatan
Selviana, B. Y. (2015). Effect of coffee and stress with the incidence of gastritis. Jurnal
Majority, 4(2).