Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini semakin berkembangnya penduduk di dunia dan Indonesia yang menjadi
vegetarian, dimana hasil survei yang dilakukan oleh American Dietetic Association (ADA)
menunjukkan jumlah vegetarian pada tahun 2006, sekitar 4,9 juta (2,3%) penduduk dewasa di
Amerika menjadi vegetarian dan sekitar 1,4% menjadi vegetarian vegan, sedangkan di
Kanada sekitar 900 orang penduduk dewasanya menjadi vegetarian. Jumlah vegetarian di
Indonesia yang terdaftar pada Indonesia Vegetarian Society (IVS) saat berdiri pada tahun
1998 sekitar 5.000 anggota dan meningkat menjadi 60.000 anggota pada tahun 2000
(Siahaan, 2015). Sedangkan jumlah anggota IVS Surabaya pada Desember 2012 diperkirakan
2000-an orang (Santoso, Widjajanti Mulyono. 2016)

International Vegetarian Union (IVU) mendefinisikan vegetarian sebagai seseorang


yang hidup dengan berbagai produk tumbuhan (nabati), dengan atau tanpa mengonsumsi susu
dan telur serta produk olahannya, tetapi secara keseluruhan, menghindari penggunaan daging
segala jenis hewan. IVU membagi vegetarian dalam tiga kelompok utama, yaitu : (1) Lacto-
ovo-vegetarian adalah vegetarian yang masih mengonsumsi susu dan telur beserta produk
olahannya. (2) Lacto-vegetarian adalah vegetarian yang masih mengonsumsi susu beserta
produk olahannya. (3) Vegan adalah vegetarian murni yang tidak mengonsumsi semua
makanan hewani, tetapi mengonsumsi makanan nabati seperti sayur-sayuran, buah-buahan,
kacang-kacangan, biji-bijian. (Susianto. 2010)

Zat Besi berasal dari daging merah paling mudah diserap oleh tubuh, sehingga
membuat para vegetarian agak kesulitan dengan hal tersebut. Para Vegetarian mendapatkan
zat besi dari makanan-makanan seperti sayuran berdaun hijau tua, buah-buahan yang
dikeringkan, padi-padian, kacang-kacangan, biji-bijian dan sereal. Namun, zat besi dari
tumbuhan sedikit sekali yang bisa diserap tubuh. Haemoglobin yang terlalu sedikit dalam
darah menyebabkan anemia. Jika kekurangan zat besi, sel darah merah hanya sedikit
mengandung haemoglobin, yang membuat tubuh bekerja lebih keras dalam menyediakan
oksigen. Hal ini yang membuat tubuh merasa lelah, lemah dan napas menjadi pendek.
Mengonsumsi makanan dan minuman yang kaya vitamin C (seperti jus jeruk) bersamaan
dengan kacang polong akan membantu meningkatkan penyerapan zat besi yang ada dalam
sayuran. Kacang polong mengandung zat besi untuk mencegah anemia dan mengandung seng
yang baik untuk kesuburan pria. Namun, zat besi dan seng dalam ikan dan daging lebih
mudah diserap oleh tubuh. (Marshall, Janette. 2005)

Adanya fitat dan oksalat yang banyak pada makanan nabati bersifat menghambat
penyerapan zat besi non heme. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan terjadinya anemia
gizi besi (AGB) yang masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia (Almatsier, 2009).

Vitamin B12 (kobalamin) merupakan vitamin yang penting dan diperlukan untuk
sintesis DNA (Pembelahan Sel) dan untuk menjaga integritas dari myelin saraf. (Cameron,
1954). Vitamin B12 ini banyak ditemukan hampir pada makanan berbasis hewan termasuk
daging merah, unggas, makanan laut, susu, keju, dan telur. Vitamin B12 diproduksi oleh
bakteri dalam usus besar dan makanan nabati umumnya tidak ada sumber vitamin B12. Oleh
karena itu, nutrisi bagi vegetarian khususnya vegan yang memilih diet yang seluruhnya
berbasis tanaman perlu diperhatikan status Vitamin B12 (Gilsing, 2010).

Anemia megaloblastik disebabkan oleh terjadinya defisiensi vitamin B12 dan asam
folat, dimana vitamin B12 dan asam folat berfungsi dalam pembentukan DNA inti sel dan
khusus untuk vitamin B12 penting untuk pembentukan myelin saraf. Anemia ini ditandai
dengan penurunan Hemoglobin dari ringan sampai berat (3-4 g/dl). (Bakta, 2006)

Menurut penelitian Vibha mengenai prevalensi anemia pada vegetarian dengan


jumlah responden 30 orang vegetarian, didapatkan bahwa 40% menderita anemia sedang dan
60% menderita anemia ringan. Dengan Hb pada vegetarian yaitu 10.09 ± 0.95 g/dl dan yang
non vegetarian yaitu 12.07 ± 1.08 g/dl. (Vibha Bhatnagar, 2015)

Penelitian terhadap asupan gizi vegan yang dilakukan oleh Abdulla et al. (1981)
dengan membandingkan mixed Swedish diet menunjukkan konsumsi protein yang lebih
rendah pada vegan. Asupan kalsium, natrium hampir sama dan asupan besi dan seng hampir
dua kalinya. Asupan vitamin B12 lebih rendah pada kelompok vegan. Selain itu terdapat
penelitian yang menunjukkan bahwa adanya korelasi yang positif dan signifikan antara
asupan protein, zat besi, vitamin C dan asam folat dengan kadar hemoglobin sebagai
indikator kejadian anemia dengan 30% dari 70 sampel didapatkan Hb < 12 gr/dl. Dan
didapatkan bahwa Rata-rata persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) protein, zat besi,
vitamin C dan asam folat sebesar 85,34%AKG, 45,5%AKG, 93,3%AKG, 48,96%AKG.
(Abdulla, 1981)
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat status vitamin B12 pada
vegetarian. Penelitian yang dilakukan di Jerman pada subjek vegetarian, sebanyak 52%
vegan, 26% lakto dan lakto-ovo vegetarian memiliki serum vitamin B12 yang rendah (< 156
pmol/L) dibandingkan kelompok non vegetarian yang hanya 1%.v Penelitian di Semarang
menyatakan bahwa tingkat kecukupan asupan vitamin B12 pada vegetarian sebanyak 80,4%
termasuk kategori kurang. Sebanyak 85,4% vegetarian yang tidak mengkonsumsi suplemen
mengalami kekurangan asupan vitamin B12. (Zahra, 2009)

Menurut penelitian Irma dkk, menemukan bahwa dari 30 orang didapatkan 20 orang
dengan Hb normal (66,7%) dan 10 orang dengan Hb di bawah Normal (33,7%). Selain itu,
pada penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan besi dengan kadar
Hb serta tidak ada hubungan antara asupan vitamin C dengan kadar Hb. Hal ini disebabkan
sampel vegetarian banyak mengkonsumsi sumber zat besi nonheme yang berasal dari
makanan nabati dan terdapatnya faktor penghambat absorpsi zat besi yaitu kalsium, posfat,
bekatul, asam fitat dan polifenol. (Irma Eva Yani, 2015)

Penelitian Madeleine J Ball and Melinda A Bartlett tentang asupan gizi dan status zat
besi pada wanita vegetarian di Australia, menemukan hubungan yang signifikan antara
konsumsi zat besi dengan kadar serum ferritin. Pada penelitian ini diperoLeh kadar serum
ferritin yaitu 12μg/L. (Ball, M. J., & Bartlett, M. A. 1999).

Berdasarkan uraian dan informasi di atas, penulis ingin melakukan penelitian mengenai
“Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Vegetarian di Vihara Thien Bao”
dengan menggunakan Hb Sahli untuk mengukur Hb dan menggunakan Mikrotoise (ukur
tinggi badan) dan timbangan digital (Berat Badan) untuk mengukur Status Gizi (IMT).
Penelitian dilakukan di Vihara Thien Bao, Surabaya.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaiamana prevalensi anemia pada vegetarian di Vihara Thien Bao?
2. Bagaimana asupan makanan dan status gizi pada vegetarian di Vihara Thien Bao?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
 Mengetahui status gizi dan prevalensi anemia pada vegetarian di Vihara Thien
Bao
1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui pola makan dan asupan makanan pada vegetarian di Vihara Thien Bao
2. Mengetahui status gizi pada vegetarian di Vihara Thien Bao
3. Mengetahui prevalensi anemia pada vegetarian di Vihara Thien Bao

1.4 Manfaat Penelitian


1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai status gizi pada vegetarian
2. Mengetahui tingkat kejadian anemia pada vegetarian
3. Sebagai prasyarat kelulusan S1 Fakultas Kedokteran di Widya Mandala
DAFTAR PUSTAKA

Abdulla,M.,Andersson,I.,Georg,N.,Berthelsen,K.,Birkhed,D., Dencker,I., Johansson,C.G.,


Jagerstad,M., Kolar,K., Nair,B.M., Ehle,P.N., Norde,A., Rassner,S., Akesson,B. &
Ockerman,P.A. (1981) Nutrient intake and health status of vegans: chemical analyses of diets
using the duplicate portion sampling technique . Am J Clin Nutr, 34 November ,pp.2464-
2477.

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama.

Ball, M. J., & Bartlett, M. A. (1999). Dietary intake and iron status of Australian vegetarian
women. The American journal of clinical nutrition, 70(3), 353-358.

Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas halaman 45-47. Jakarta : EGC

Cameron, D. G., Townsend, S., & English, A. (1954). Pernicious anaemia II: maintenance
treatment with crystalline vitamin B12. Canadian Medical Association journal, 70(4), 398.

Gilsing, A. M., Crowe, F. L., Lloyd-Wright, Z., Sanders, T. A., Appleby, P. N., Allen, N. E.,
& Key, T. J. (2010). Serum concentrations of vitamin B12 and folate in British male
omnivores, vegetarians and vegans: results from a cross-sectional analysis of the EPIC-
Oxford cohort study. European journal of clinical nutrition, 64(9), 933-939.

Haribowo, Andi Sulistyo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi halaman 37-38. Jakarta : Salemba Medika.

Irma Eva Yani, D. D., Sudihati Hamid. (2015). ASUPAN ZAT GIZI DAN KADAR
HEMOGLOBIN PADA ANGGOTA INDONESIA VEGETARIAN SOCIETY (IVS)
CABANG PADANG. Sehat Mandiri, 10, 8.

Marshall, Janette. 2005. Makanan Sumber Tenaga Rahasia halaman 13, 51, 82-83.
Diterjemahkan oleh Angiea Pracasti. Jakarta: Erlangga.

Santoso, Widjajanti Mulyono. 2016. Ilmu Sosial di Indonesia Perkembangan dan Tantangan
halaman 221. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Siahaan, G., Nainggolan, E., & Lestrina, D. (2015). Hubungan asupan zat gizi dengan
trigliserida dan kadar glukosa darah pada vegetarian. Indonesian Journal of Human
Nutrition, 2(1), 48-60.
Susianto. 2010. The Miracle of Vegan halaman 5. Jakarta : Qanita

Vibha Bhatnagar, K. M. (2015). Comparative Study of Prevalence of Anaemia in Vegetarian


and Non Vegetarian Women of Udaipur City, Rajasthan. Journal of Nutrition & Food
Sciences, s3. doi:10.4172/2155-9600.s3-001

Zahra, S. F., & Zahra, S. F. (2009). Asupan Besi, Seng, Kalsium, dan Vitamin B12 pada
Vegetarian di Semarang. Program Studi Ilmu Gizi.

Anda mungkin juga menyukai