Disusun Oleh :
Akhbar Martin
19002
Tingkat 2A
1. Emosi: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam) jengkel
2. Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan
3. Fisik: muka merah, Pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat
4. Spiritual: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral,
kebejatan, kreativitas terlambat
5. Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor
Objektif : mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal dan rahang
mengatup, wajah memerah, postur tubuh kaku, bicara kasar, ketus, amuk/agresif,
menyerang orang lain dan melukai diri sendiri/orang lain
B. Rentang Respon Marah
Adaptif Maladaptif
C. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter yaitu adanya
anggotakeluarga yang sering memperlihatkan atau melakukan perilaku kekerasan,
adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, adanyan riwayat
penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA (narkoti,
psikotropika dan zat aditif lainnya).
b. Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus eksternal,
internal maupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasi frustrasi.Frustrasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai
sesuatu menemui kegagalan atau terhambat.Salah satu kebutuhan manusia adalah
“berperilaku”, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui
berperilaku konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu tersebut
berperilaku destruktif.
c. Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory)menyatakan bahwa
lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan
marah.Norma budaya dapat mendukung individu untuk berespon asertif atau
agresif.Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses
sosialisasi (social learning theory).
D. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik, berbeda satu orang
dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang brasal dari dari dalam
maupun luar individu. Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan
dengan orang yang dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan rasa
cinta, kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar individu meliputi
serangan terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, tindakan kekerasan
E. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk
melindungi diri antara lain:
1. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada objek lain seperti
meremas remas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah
untuk mengurangi ketegangan akibat rasa amarah (Mukhripah Damaiyanti, 2012:
hal 103).
2. Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik, misalnya
seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap
rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya (Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103)
3. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau bahayakan masuk kedalam sadar. Misalnya
seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi
menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu
ditekannya dan akhirnya ia dapat melakukanya (Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103)
4. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekpresikan dengan melebih lebihkan sikap
dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan sebagai rintangan misalnya seseorang
yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat
(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103)
5. Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan pada objek yang tidak begitu
berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu, Misalnya: timmy
berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena
menggambar dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temanya
(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103)
II. Pohon masalah
Effect
Perilaku
Kekerasan
Core problem
Causa
(Nurhalimah, 2016)
III. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Seorang perawat harus
berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi pada klien, hierarki perilaku agreisf dan
kekerasan. Disamping itu, perawat harus mengkaji pula afek klien yang berhubungan
dengan perilaku agresif. ( Muhith, 2015)
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan
keluarga. Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dapat ditemukan dengan wawancara
( Nurhalimah, 2016)
1. Identitas
2. Alasan masuk
3. Faktor predisposisi
b. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan
pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan jiwa
c. Pengobatan sebelumnya
c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat
pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah)
d. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar dan
ketus)
5. Psikososial
1. Genogram
3. Identitas
a. Peran diri
b. Ideal diri
c. Harga diri
Biasanya hubungan klien dengan orang lain tidak baik, penilaian dan
penghargaan terhadap diri dan kehidupannya yang selalu mengarah
pad apenghinaan dan penolakan.
6. Hubungan sosial
Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien berperan
aktif dalam kelompok tersebut
b. Kegiatan ibadah
a.Penampilan
c. Pembicaraan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah dilakukan
h. Efek
Biasanya klien meyakini diri nya tidak sakit, dan baik-baik saja
l. Tingkat kesadaran
m. Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian yang
terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
n. Kemampuan penilaian
a. Makan
b. BAB/BAK
d. Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci rambut
dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat bau dan kotor, dan klien
hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.
e. Berpakaian
Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari dan klien tidak
mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.
h. Pemeliharaan kesehatan
IV Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan ialah identifikasi atau penilaian terhadap pola respons klien baik
actual maupun potensial dan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam mencapai
tujuan yang telah di tetapkan oleh perawat yang bertanggung jawab.
Data subjektif : klien mengatakan jengkel dengan orang lain, mengupkankan rasa
permusuhan yang mengancam, klien merasa tidak nyaman, klien merasa tidak berdaya,
ingin berkelahi, dendam.
1. Data objektif : suara keras, tangan mengepal, wajah memerah dan tegang,
pandnagan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, bicara kasar,
suara nada tinggi. ( Nurhalimah, 2016)
V.Intervensi Keperawatan
D Intervens
X i
Perilaku Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
kekerasan Pasien mampu Setelah pertemuan
pasien mampu : Identifikasi
1)
Menyebutk penyebab tanda
Mengidentifikas
i penyebab dan an dan gejala serta
psikofarmaka
Setelah pertemuan
Evaluasi SP1
pasien mampu :
Menyebutk Latih cara fisik 2 :
fisik untuk
megontrol
perilaku
kekerasan
Setelahpertemuan
Evaluasi SP1 dan
pasien
SP2
mampu :
Menyebutk Latih secara sosial
/
an kegiatan
yang sudah verbal
dilakukan
Menolak dengan
Memperag
baik
Memeinta dengan
n spiritual berdo’a
kegiatan
yang sudah
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa;Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta ; Gosyen Publishing