Anda di halaman 1dari 3

NILAI-NILAI PERJUANGAN DAN JASA BESAR TOKOH MUHAMMDIYAH

DALAM MEMBANGUN BANGSA INDONESIA

Peran dan tokoh Muhammadiyah memiliki andil yang cukup besar dalam mendirikan
Negara Republik Indonesia (NKRI). Salah satu diantaranya yakni peran KH Ahmad Dahlan
dan Siti Walidah (Nyai Dahlan) (Kuntowidjojo, 1994). Kedua tokoh ini telah bergerak dalam
mencerdaskan dan memajukan bangsa hingga diangkat sebagai Pahlawan Nasional.

Sementara Srikandi Aisyiyah, Hayyinah dan Munjiyah menjadi pelopor dan


pemrakarsa bersama pergerakan perempuan lainnya untuk lahirnya Konges Perempuan
Pertama tahun 1928. Kyai Mas Mansur menjadi tokoh Empat Serangkai bersama Soekarno,
Mohammad Hatta, dan Ki Hadjar Dewantoro dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia.
Ki Bagus Hadikusumo didukung Kahar Muzakkir dan Kasman Singodimedjo menjadi
penentu konsensus nasional penetapan UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945 sebagai
konstitusi dasar sekaligus di dapamnya penetapan Pancasila sebagai dasar negara.

Dalam melakukan perjuangan kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan


kontribusi Muhammadiyah terbesar melalui Soedirman adalah perang gerilya dan melahirkan
serta menjadi Bapak Tentara Nasional Indonesia, yang tiada duanya. Gerakan cinta tanah air
ini bermodalkan spirit Hizbul Wathan atau Kepanduan Tanah Air yang dirintis tahun 1918, di
mana Soedirman menjadi pandu utamanya (Thohari, 2005).

Bersamaan dengan perang gerilya, aksi mempertahankan Indonesia dari serbuan


kembali Belanda di DIY dan Jawa Tengah para tokoh Muhammadiyah menggerakkan aksi
Angkatan Perang Sabil (APS), yang merupakan perlawanan umat Islam yang luar biasa
militan demi mempertahankan bangsa dan tanah air.

“Peran tokoh Muhammadiyah Ir Djuanda juga sangat penting dan menentukan dalam
menyatukan seluruh kepulauan Indonesia melalui Deklarasi Djuanda 1957, yang menjadi
pangkal tolak perjuangan Indonesia di PBB untuk menyatukan lautan dan daratan dalam satu
kepulauan Indonesia yang utuh. Perjuangan tersebut berhasil tahun 1982 dengan diakuinya
kesatuan laut dan daratan kepulauan Indonesia oleh PBB dalam hukum laut internasional”.

Pada zaman Jepang tersiar berita di daerah Limo Koto Kampar bahwa para alim
ulama akan ditangkap dan akan ditahan serta diadili. Alasannya karena para alim ulama
selalu menghasut untuk menentang penjajahan Jepang. Dengan kondisi seperti di atas para
ulama dan pemuda begerak secara diam-diam, termasuk tokoh yang berpengaruh di Kampar
seperti Mahmud Marzuki dan H.M Amin, Malik Yahya (M. Amin, 1989: tanpa halaman).

serta beberapa tokoh lainnya bergerak secara diam-diam dalam kesatuan yaitu
Gerakan Rahasia yang dipimpin langsung oleh Mahmud Marzuki. Gerakan ini menyebarkan
bibit nasionalisme dan anti penjajahan. Agama adalah senjata yang ampuh pada saat itu untuk
menghimpun dan menggerakkan rakyat untuk melawan penjajahan Jepang. Beberapa langkah
yang dilakukan oleh gerakan ini seperti : pertama memberi semangat anti keberadaan Jepang
di Kampar. Kedua, memboikot usaha pengumpulan sebagian hasil panen yang diserahkan
kepada Jepang. Pengaturan tentang hasil panen rakyat dikelompokan dalam tiga bagian.
Bagian pertama disimpan di ladang-ladang sebagai bekal bagi keluarganya, bagian kedua
diperuntukkan untuk bekal perjuangan dan yang ketiga diperuntukkan bagi Jepang, namun
dicampur dengan gabah dan padi hampa. Ternyata hal ini berhasil membuat Jepang
dikhianati oleh rakyat. Dengan semangat perjuangan dan anti penguasaan orang kafir di
daerah Limo Koto mengakibatkan masyarakat siap dengan keadaan yang tidak
dimungkinkan. Inilah peran dan pengaruh tokoh Muhammadiyah di dalam menyatukan dan
membakar semangat anti penjajahan dan terus berupaya semaksimal mungkin dalam suatu
pekerjaan dalam mengusir penjajahan Jepang dan ini adalah perjuangan Jihad yang selalu
disampaikan oleh Mahmud Marzuki dan tokoh-tokoh Muhammadiyah lainnya (Umar Amin,
1981: 40).

Selain itu, keberadaan Kementerian Agama juga merupakan gagasan tokoh


Muhammadiyah dari Jawa Tengah, KH Abu Dardiri, setelah itu Menteri Agama RI pertama
ialah HM Rasjidi, yang dikenal ilmuwan atau ulama lulusan Universitas Sourbone Perancis,
berasal dari Kotagede Yogyakarta. Sementara Kahar Muzakkir yang menjadi anggota Panitia
Piagam Jakarta, sebelumnya sewaktu di Al-Azhar Cairo, berjuang melakukan diplomasi di
Timur Tengah sebelum yang lainnya.

“Soekarno juga Muhammadiyah, bahkan menjadi pengurus Majelis Pendidikan


sewaktu di Bengkulen (Bengkulu). Tokoh utama kemerdekaan dan proklamator serta
Presiden pertama Indonesia itu lama bergaul dan ‘ngintil’ (berguru secara informal) dengan
Kiai Dahlan sebagaimana beliau akui sendiri. Soekarno beristrikan kader Aisyiyah,
Fatmawati yang juga putri Konsul Muhammadiyah Sumatra yakni Hasan Din.

Paham Islam progresit atau berkemajuan menjadi daya tarik Soekarno menjadi
anggota dan pengurus Muhammadiyah. Presiden berikutnya, Soeharto juga anak didik
sekolah Muhammadiyah. Kedua Presiden Indonesia itu dengan segala kelebihan dan
kekurangannya sangat berjasa bagi perjalanan sejarah dan pembangunan bangsa.

Muhammadiyah terus berkiprah dan memberi kontribusi besar bagi pencerdasan dan
pemajuan bangsa melalui usaha-usahanya di bidang pembaruan paham keagamaan,
pendidikan, kesehatan, pelayaanan sosial, pemberdayaan masyarakat, pendidikan politik
kebangsaan, dan gerakan dakwah lainnya. Dalam lintasan perjalanan Indonesia telah puluhan
hingga ratusan ribu sumberdaya manusia yang terdidik dan berkarakter lahir dari gerakan ini,
tanpa mengklaim dirinyan gerakan santri.

DAFTAR PUSTAKA

Amin. H.M. dkk., Sekilas Sejarah tentang Sejarah Pejuangan Rakyat Kampar dan
Sekitarnya Ketika Merebut/Mengisi Kemerdekaan Indonesia Tahun 1900-1968. Air Tiris:
Tanpa Penerbit, 1989.

Kuntowidjojo, Periodisasi Sejarah Kesadaran Keagamaan Umat Islam Indonesia:


Mitos,Ideologi, dan Ilmu. Yogyakarta: Shalahuddin Press,1994.

Thohari, Hajriyanto Y., Muhammadiyah dan Pergulatan Politik Islam Modernis. Jakarta:
PSAP Muhammadiyah, 2005.

Umar Amin, “Peranan Mahmud Marzuki Dalam Perjuangan Kemerdekaan di Daerah


Kampar” Laporan Penelitian, Pekanbaru: LPP Universitas Riau, 1982.

Anda mungkin juga menyukai