Anda di halaman 1dari 9

Ringkasan Materi Kelompok 1

PERANAN BUDAYA DALAM BISNIS INTERNATIONAL

Oleh

No Nama Nim Dosen PA


1 Niken A. Krull 1903020148 Drs. Anthonius T. Popo M.Si

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA

A. Karakteristik Budaya
Budaya (culture) adalah kumpulan nilai, keyakinan, perilaku, adat kebiasaan dan sikap
yang membedakan satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Budaya suatu
masyarakat menentukan aturan yang mengatur bagaimana perusahaan beroperasi dalam
masyarakat.
Beberapa karakteristik budaya berikut ini :
 Budaya mencerminkan perilaku yang dipelajari yang disebarkan dari satu
anggota masyarakat kepada anggota masyarakat lainnya. Beberapa unsur budaya
ditularkan secara antar generasi, seperti ketika orang tua mengajarkan anak – anak
mereka tata krama makan di meja makan.
 Unsur – unsur budaya yang saling berkaitan. Sebagai contoh, masyarakat Jepang
yang hierarkis dan berorientasi pada kelompok menekan keselarasan dan
kesetiaan, yang secara historis diterjemahkan ke dalam pekerjaan seumur hidup
dan perpindahan kerja yang minimal.
 Oleh karena budaya merupakan perilaku yang dipelajari, maka budaya merupakan
suatu yang bersifat adaptif, yaitu, budaya dapat berubah sebagai respons terhadap
kekuatan eksternal yang mempengaruhi masyarakat. Sebagai contoh, Perang
Dunia II, Jerman dibagi menjadi Jerman Barat yang berorientasi pasar bebas dan
Jerman Timur yang dikendalikan oleh komunis.
 Budaya adalah sesuatu yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat dan
mendefinisikan kenaggotaan dalam masyarakat. Individu yang mempunyai
budaya yang sama merupakan anggota sebuah masyarakat, mereka yang tidak
berada diluar perbatasan masyarakat tersebut.
B. Unsur Budaya
Unsur dasar dari budaya adalah struktur sosial, bahasa, komunikasi, agama serta nilai
dan sikap. Interaksi dari unsur – unsur ini mempengaruhi lingkungan lokal tempat bisnis
internasional beroperasi. Unsur – unsur ini juga mempengaruhi kemampuan negara
untuk merespons situasi yang berubah.
Struktur Sosial
Dasar dari setiap masyarakat adalah struktur sosialnya, kerangka keseluruhan yang
menentukan peran individu dalam masyarakat, stratifikasi masyarakat, dan mobilitas
individu dalam masyarakat.
Budaya AS sebagai contoh, mempromosikan individualisme. Sekolah – sekolah
berusaha untuk meningkatkan kepercayaan diri setiap anak dan mendorong masing –
masingnya untuk mengembangkan bakat individual. Oleh karena rasa hormat terhadap
otoritas dan tanggung jawab individual sangat kuat di AS, anak – anak dilatih untuk
percaya bahwa nasib mereka berada ditangan mereka sendiri. Sebaliknya, dalam
masyarakat yang terfokus pada kelompok seperti Jepang, anak – anak diajarkan bahwa
peran mereka adalah untuk melayani kelompok. Sifat – sifat baik seperti kesatuan,
kesetiaan dan keselarasan sangat dihargai dalam masyarakat seperti ini. Karakteristik
seperti ini sering kali lebih penting dalam keputusan perekrutan dibandingkan
pencapaian atas kemampuan pribadi.
• Stratifikasi Sosial
Masyarakat berbeda dalam tingkat stratifikasi sosial (social stratification). Semua
masyarakat mengategorikan orang hingga tingkat tertentu atas dasar kelahiran,
pekerjaan, pencapaian, pendidikan atau atribut – atribut lainnya. Namun, pentingnya
kategori ini dalam mendefinisikan bagaimana seorang individu berinteraksi dengan satu
sama lain di dalam dan antar – kelompok ini bervariasi antarmasyarakat. Di Eropa abad
pertengahan, sebagai contoh, peran dan tanggung jawab petani, perajin, pedagang dan
bangsawan secara teliti digariskan oleh adat istiadat dan hukum. Struktur kelas di
Inggris dan sistem kasta di India memberikan contoh yang lebih baru tehadap fenomena
yang sama, dimana posisi sosial seseorang dapat mempengaruhi banyak segi dari
hubungan seseorang dengan orang lain.
• Mobilitas sosial (social mobility)
Adalah kemampuan individu untuk bergerak dari satu strata masyarakat ke strata
masyarakat lain. Mobilitas sosial cenderung lebih tinggi dalam masyarakat yang kurang
bertingkat. Mobilitas sosial (atau tiadanya mobilitas sosial) sering mempengaruhi sikap
dan perilaku individu terhadap faktor – faktor seperti relasi tenaga kerja, formasi modal
manusia, pengambilan risiko dan kewiraswastaan. Namun, dalam masyarakat dengan
mobilitas sosial yang tinggi, seperti AS, Singapura, dan Kanada, individu lebih bersedia
untuk mengejar pendidikan yang lebih tinggi atau untuk melakukan aktivitas
kewiraswastaan, karena mengetahui bahwa jika mereka berhasil, mereka dan
keluarganya bebas untuk meningkat dalam masyarakat
Bahasa
Bahasa mengatur cara anggota masyarakat berpikir mengenai dunia. Bahasa menyaring
pengamatan dan persepsi sehingga mempengaruhi pesan tak terduga yang dikirim ktika
dua individu mencoba untuk berkomunikasi. Selain membentuk presepsi seseorang
terhadap dunia, bahasa memberikan petunjuk penting mengenai nilai budaya masyarakat
dan membantu akulturasi. bahasa merupakan sinyal penting mengenai keragaman
populasi sebuah negara dan menyatakan bahwa di sana mungkin juga terdapat
perbedaan dalam penghasilan, nilai budaya, pencapaian pendidikan. Secara umum,
negara yang didominasi oleh satu kelompok bahasa cenderung mempunyai masyarakat
yang homogen, di mana negara mengidentifikasikan masyarakat. Negara dengan
kelompok bahasa multipel cenderung heterogen, dengan bahasa yang menyediakan
sarana penting untuk mengidentifikasi perbedaan budaya dalam negara.
• Bahasa Sebagai Kompetitif
keunggulan kompetitif karena kemampuan untu berkomunikasi adalah sangat penting
dalam melakukan transaksi bisnis. Perniagaan antara Australia, Kanada, selandia Baru,
inggris dan Amerika serikat difasilitasi oleh persamaan mereka dalam penggunaan
bahasa Inggris. Sebagai contoh, ketika Giro Sport Design, sebuah produsen helm sepeda
yang berbasis di California, memutuskan untuk membuat produknya di Eropa daripada
mengekspor dari Amerika serikat, perusahaan tersebut memberi tahu konsutan lokasi
mereka untuk mencari lokasi pabrik di negara berbahasa Inggris.
• Lingua Franca
Untuk melakukan bisnis, pelaku bisnis internasioanl harus dapat berkomunikasi.
Sebagai akibat dari dominasi ekonomi dan militer Inggris pada abad kesembilan belas
dan dominasi AS sejak Perang Dunia II, bahasa Inggris telah muncul sebagai bahasa
utama, atau lingua franca, dari bisnis internasional. Sebagian besar murid sekolah
umum di Eropa dan Jepang pelajari bahasa Inggris selama bertahun – tahun. Beberapa
negara yang mempunyai kelompok linguistik lebih dari satu, seperti India dan
Singapura, telah mengadopsi bahasa Inggris sebagai bahasa resmi untuk memfasilitasi
komunikasi di antara kelompok yang berbeda. Demikian juga, perusahaanmengan
manajer dari banyak negara berbeda dapat menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa
resmi perusahaan. Sebagai contoh, Philips, MNC elektronik yang berbasis di Belanda,
telah menggunakan bahasa Inggris untuk komunikasi antar-perusahaan sejak 1983.
• Penerjemahan
Beberapa perbedaan linguistik dapat diatasi melalui penerjemahan. Namun, prosesnya
membutuhkan lebih dari sekedar mengganti kata – kata dari satu bahasa menjadi kata –
kata dalam bahasa lain. Penerjemah harus sensitif terhadap kehalusan konotasi kata –
kata dan berfokus untuk menerjemahkan gagasan, bukan kata – kata itu sendiri. Terlalu
sering, masalah penerjemahan menciptakan bencana pemasaran. Salah satu kasus
klasiknya adalah penerjemahan awal atas “Finger Lickin’ Good” dari KFC ke dalam
bahasa Cina yang hasilnya adalah “Makanlah Jari Anda” yang jauh dari menggugah
selera. Hal serupa, penerjemahan awal terhadap Jolly Green Giant dari Pullsbury untuk
pasar Arab Saudi adalah “Raksasa Hijau Yang Menakutkan” – citra yang berbeda dari
yang diinginkan perusahaan (meskipun mungkin masih mendorong anaka – anak untuk
memakan kacang mereka).
• Mengatakan Tidak
Kesulitan budaya lainnya yang dihadapi pelaku bisnis internasional adalah bahwa kata –
kata mungkin mempunyai arti berbeda bagi orang dengan latar belakang budaya yang
beragam. Orang Amerika Utara biasanya menerjemahkan kata Spanyol manana secara
harfiahyang berarti “besok”, tetapi di beberapa bagian Amerika Latin. Kata – kata
tersebut berarti “lain hati – tidak hari ini”.
Komunikasi
Berkomunikasi lintas batas budaya, baik secara verbal maupun nonverbal, adalah
keterampilan yang sangat penting bagi manager internasional. Meskipun komunikasi
sering menjadi salah antar orang-orang yang mempunyai budaya yang sama,
kemungkinan miskomunikasi akan meningkat serta substansial ketika orang-orang yang
berasal dari budaya berbeda. Dalam kasus serupa, si pengirim mengodekan pesan
dengan menggunakan filter budaya mereka dan si penerima mendekodekan pesan yang
sama dengan menggunakan filter mereka.
Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal ini meliputi ekspresi wajah, gerakan tangan, intonasi, kontak
mata posisi tubuh, dan postur tubuh. Di Amerika Serikat, sebagai contoh pelaku bisnis
sering memberi salamkepada kolega, pelanggan, atau pemasok dengan jabatsn tangan.
Di Brasil, pelukan, tepukan dibahu, dan ciuman di pipi, serta jabatan tangan, dapat
diterima, tergantung pada gender, lamanya hubungan, dan tingkat kepercayaan di antara
kedua individu tersebut. Meskipun sebagian besar anggota suatu masyarakat dengan
cepat memahami bentuk komunikasi nonverbal yang lazim dalam masyarakat mereka,
pihak luar mungkin merasa komunikasi nonverbal tersebut sulit dipahami.
Perbedaan dalam arti gerakan tangan dan ekspresi wajah juga terdapat di antara budaya
yang berbeda. Menganggukan kepala seseorangberarti “ya” di Amerika Serikat, tetapi
berarti “tidak” di Bulgaria. Menyentuhkan ibu jari dan jari telunjuk untuk membentuk
lingkaran sembari meluruskan ketiga jari lainnya adalah sinyal untuk “oke” di Amerika
Serikat; tetapi, tanda ini menyimbolkan uang kepada orang Jepang, Kesia-siaan kepada
orang Prancis, Homoseksual laki-laki kepada orang Malta, dan kekasaran di banyak
bagian Eropa Timur. Tidak perlu dikatakan lagi, pelaku bisnis international harus
menghindari membuat gerakan dibudaya asing kecuali mereka merasa yakin akan arti
gerakan tersebut dalam budaya itu.
Pemberian Hadiah dan Keramahtamahan
Pemberian hadiah dan keramahtamahan adalah sarana penting untuk berkomunikasi
dalam berbagai budaya bisnis. Etiket bisnis Jepang membutuhkan keramahtamahan
yang penuh perhatian. Acara makan resmi dan hiburan setelah jam kerja berguna untuk
membangun ikatan personal dan keharmonisan kelompok diantara para peserta. Ikatan
personal ini dapat diperkuat dengan pertukaran hadiah, yang bervariasi menurut
kesempatan dan status dari si pemberi dan si penerima. Namun, hadiah bisnis harus
dibuka secara pribadi agar tidak menyebabkan pemberi kehilangan muka karena hadiah
tersebut terlalu mahal atau terlalu murah terhadap hadiah yang diberikan sebagai
balasannya. Oleh karena aturan untuk memberikan hadiah dapat cukup rumit, bahkan
bagi penduduk asli Jepang, tersedia buku etiket yang merinci hadiah yang layak untuk
setiap keadaan.
Agama
Agama membentuk sikap dari penganutnya terhadap kerja, konsumsi, tanggung jawab
social, dan perencanaan untuk masa depan. Sosiolog Max Weber,sebagai contoh, telah
menghubungkan meningkatnya kapitalisme di Eropa Barat dengan Etika Protestan
(protestant ethic), yang menekankan kerja keras, kesederhanaan, dan pencapaian
individual sebagai cara untuk memuliakan tuhan. Etika Protestan menghargai tingkat
hubungan tinggi, terus-menerus berjuang untuk efisiensi, dan investasi kembali terhadap
laba untuk meningkatkan produktivitas di masa depan, yang semuanya dibutuhkan
untuk berfungsinya ekonomi kapitalis secara lancar.
Agama juga mempengaruhi jenis produk yang dapat dibeli konsumen serta pola
musiman konsumsi. Di sebagian besar negara Kristen sebagai contoh, musim natal
mewakili waktu penting untuk memberikan hadiah, tetapi sedikit bisnis yang dilakukan
pada hari Natal itu sendiri. Meskipun konsumsi meledak selama liburan Natal, produksi
menurun siring karyawan mengambil cuti untuk mengunjungi teman dan keluarga.
Namun, di banyak negara lain agama meskipun penting, tidak merasuki setiap segi
kehidupan. Sebagai contoh, di banyak negara Amerika Selatan sebagian besar
populasinya beragama Katolik Roma. Namun, agama lainnya juga dipraktikkan dan
toleransi terhadap agama-agama tersebut tinggi. Gereja Katolik merupakan pilar penting
dari masyarakat ini, tetapi hanya salah satu dari banyak instansi yang memengaruhi dan
membentuk kehidupan sehari-hari warganya.
Ironisnya, negara-negara yang ditandai oleh keragaman agama dapat memberikan
tantangan yang bahkan lebih besar. Perusahaan yang beroperasi di kota cosmopolitan
London dan New York seperti Barclays Bank, Hoffmann-LaRoche dan IBM, harus
mengakomodasi mempertimbangkan perbedaan dalam hari libur agama, larangan
makanan atau adat kebiasaan, dan hari Sabat. Perusahaan yang gagal menyesuaikan diri
terhadap kebutuhan-kebutuhan ini dapat menderita ketidakhadiran, moral yang rendah,
dan hilangnya penjualan.
Nilai dan Sikap
Budaya juga mempengaruhi nilai dan sikap anggota- anggota suatu masyarakat. Nilai
adalah prinsip dan standar yang diterima anggota- anggota tersebut; sikap terdiri atas
tindakan, perasaan, dan pemikiran yang dihasilkan nilai- nilai tersebut. Nilai- nilai
budaya sering berasal dari kepercayaan yang sangat mendalam tentang kedudukan
individu dalam hubungan dengan Yang Ilahi, keluarga, dan hierarki sosial. Sikap
budaya terhadap faktor- faktor seperti waktu, umur, pendidikan, dan status
mencerminkan nilai- nilai ini dan pada gilirannya membentuk perilaku dan kesempatan
yang tersedia bagi bisnis- bisnis internasional dalam suatu negara tertentu.
Waktu
Waktu yang mewakili kesempatan untuk memproduksi lebih banyak dan meningkatkan
pendapatan seseorang, jadi waktu tidak boleh disia-siakan. Sikap ini yang mendasari
etika Protestan, yang mendorong orang untuk memperbaiki posisi mereka dalam hidup
melalui kerja keras, dan keyakinan puritan bahwa “tangan yang menganggur adalah
tempat kerja iblis”. Sebagai akibtanya, para pelaku bisnis Amerika dan Kanada
mengharapkan pertemuan dimulai tepat waktu , dan membuat seseorang menunggu
dianggap sangat tidak sopan.
Usia
Perbedaan budaya yang penting ada dalam sikap terhadap usia. Kemudaan dianggap
sebagai sesuatu yang baik di Amerika Serikat. Banyak perusahaan AS mancurahkan
banyak waktu dan energy untuk mencari “pekerja jalur cepat” muda dan memberi
mereka tugas yang berat dan penting,seperti menegosiasikan join venture dengan mitra
international. Namun dalam budaya Asia dan Arab, usia adalah sesuatu yang dihormati
dan reputasi seorang manajer dikaitkan dengan usia.
Pendidikan
Sistem formal pendidikan negeri dan swasta sebuah negara adalah penyiar dan refleksi
penting dari Nilai-nilai budaya dari masyarakatnya. Misalnya, sekolah dasar dan
menegah di AS menekankan para individu dan menekankan pengembangan
kemandirian, kreativitas, dan harga diri. Amerika Serikat membanggakan dirinya untuk
memberikan akses luas terhadap pendidikan tinggi. Universitas riset, perguruan tinggi
seni liberal, dan perguruan tinggi komunitas hidup berdampingan untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan mahasiswa dengan pendapatan dan talenta intelektual yang
berbeda. Sebaliknya, Inggris dengan bercermin pada system kelasnya di masa lalu,
secara historis telah memberikan pendidikan elit kepada jumlah mahasiswa yang
relative kecil.
Status
Cara untuk mendapatkan status juga bervariasi di berbagai budaya. Di sejumlah
masyarakat, status diwariskan dari kekayaan atau peringkat leluhur seseorang. Pada
masyarakat yang lain, status yang di dapatkan oleh individu melalui prestasi pribadi atau
prestasi professional.
Di Jepang, status seseorang tergantung pada status kelompok di mana Ia berada. Jadi
pelaku bisnis Jepang sering memperkenalkan diri mereka dengan menyebutkan tidak
hanya nama mereka, tetapi juga afiliasi perusahaan mereka. Pendidikan di Universitas
elit seperti Universitas Tokyo atau pekerjaan di organisasi elit seperti Toyota Motor
Corporation atau Kementrian Keuangan memberikan status tinggi dalam masyarakat
Jepang.
C. Pendekatan Konteks Rendah-Konteks Tinggi Hall
pendekatan konteks rendah-konteks tinggi yang dikembangkan oleh Edward dan
Mildred Hall. Dalam budaya konteks rendah (low-context culture), kata-kata yang
digunakan oleh pembicara secara eksplisit menyampaikan pesan pembicara kepada
pendengar. Negara-negara Anglo-Saxon, seperti Kanada, Inggris dan Amerika Serikat
dan negara-negara Jermanik merupakan contoh dari budaya konteks rendah. Dalam
budaya konteks tinggi (high-context culture), konteks dimana percakapan terjadi sama
pentingnya dengan kata-kata yang diucapkan, dan petunjuk budaya adalah sesuatu yang
penting dalam memahami apa yang dikomunikasikan. Contohnya adalah negara-negara
Arab dan Jepang.
Budaya konteks rendah menempatkan kepentingan lebih besar pada persyaratan tertentu
dari suatu transaksi. Dalam budaya konteks rendah seperti Kanada, Inggris dan Amerika
Serika, pengacara sering hadir dalam negosiasi untuk memastikan bahwa kepentingan
klien mereka dilindungi. Sebaliknya, dalam budaya konteks tinggi seperti Arab Saudi,
Jepang dan Mesir, kehadiran pengacara, khususnya pada pertemuan awal dari para
peserta, akan dipandang sebagai ketidakpercayaan.
D. Pendekatan Klaster Budaya
Pendekatan klaster budaya adalah teknik lainnya untuk mengklasifikasi dan memahami
budaya nasional. Terdapat kemiripan diantara banyak budaya, sehingga mengurangi
beberapa kebutuhan untuk menyesuaikan praktik bisnis untuk memenuhi permintaan
budaya lokal. Para antropolog, sosiolog, dan sarjana bisnis internasional telah
menganalisis fakto – faktor tersebut seperti kepuasan kerja, peran kerja, dan relasi kerja
interpersonal dalam usaha untuk mengidentifikasi klaster negara yang mempunyai
kesamaan niai – nilai budaya yang dapat mempengaruhi praktik bisnis.
Banyak bisis internasional secara insting meggunakan pendekatan klaster budaya dalam
merumuskan strategi internasionalisasi mereka. Usaha ekspor pertama perusahaan AS
sering berfokus pada Kanaada dan Inggris. Perusahaan Hong Kong dan Taiwan telah
berhasil dalam mengeksploitasi pasar Cina. Hal serupa, benyak perusahaan Spanyol di
Amerika.
E. Lima dimensi Hofstede
1. Orientasi Sosial
Orientasi sosial adalah keyakinan seseorang tentang relative pentingnya individu
dan kelompoknya. Kedua titik ekstrim orientasi sosial adalah individualisme dan
kolektivisme. Individualisme adalah keyakinan budaya bahwa orang tersebut
harus didahulukan. Nilai-nilai utama orang-orang individualistik adalah tingkat
harga diri yang tinggi (self respect) dan kemerdekaan.
2. Orientais kekuasaan
Orientasi kekuasaan merujuk pada keyakinan bahwa orang dalam suatu budaya
memiliki pandangan tentang kewajaran kekuasaan dan perbedaan wewenang
dalam berbagai hierarki seperti organisasi bisnis. Bentuk ekstrim dimensi
orientasi kekuasaan adalah rasa hormat terhadap kekuasaan (power respect) dan
toleransi kekuasaan (power tolerance). Rasa hormat terhadap kekuasaan ini
berarti bahwa masyarakat dalam suatu budaya cenderung menerima kekuasaan
dan wewenang atasannya semata-mata berdasarkan kedudukan atasan tersebut
dalam hierarki itu. Sebaliknya orang-orang dalam budaya yang bercirikan
toleransi kekuasaan memberikan peran penting yang jauh lebih kecil terhadap
kedudukan seseorang dalam hierarki tersebut.
3. Orientasi ketidakpastian
Orientasi ketidakpastian adalah perasaan yang dimiliki seseorang tentang situasi
yang tidak pasti atau ambigu. Bentuk-bentuk ekstrim dimensi ini adalah
penerimaan ketidakpastian (uncertainty acceptance) dirangsang oleh perubahan
dan berkembang dari peluang-peluang baru. Ambiguitas dipandang sebagi suatu
konteks dimana individu dapat tumbuh, berkembang dan menghasilkan
kesempatan-kesempatan baru. Dalam budaya ini kepaastian mengandung
pengertian keadaan monoton, rutinitas dan struktur yang terlalu memaksa.
Sebaliknya orang-orang dari budaya yang bercirikan penghindaran ketidakpastian
tidak menyukai ambiguitas dan sedapat mungkin akan menghindarinya
4. Orientasi sasaran
Orientasi sasaran adalah sikap dimana orang termotivasi untuk bekerja karena
jenis sasaran yang berbeda. Salah satu bentuk ekstrim dalam orientasi sasaran
adalah perilaku sasaran agresif (aggressive goal behavior). Orang-orang yang
menunjukkan perilaku sasaran agresif cenderung memberikan nilai yang tinggi
pada kepunyaan materi, uang dan ketegasan.
5. Orientasi waktu
Orientasi waktu adalah sejauh mana anggota-anggota suatu budaya menganut
pandangan jangka pendek versus jangka panjang terhadap pekerjaan, kehidupan,
dan aspek-aspek masyarakat lainnya.
F. Manajemen Internasional dan Perbedaan Budaya
Memahami Budaya Baru
Ketika berhadapan dengan budaya baru, banyak pebisnis internasiona melakukan
kesalahan dengan mengandalkan criteria acuan pribadi (self-reference criterion), yaitu
penggunaan tanpa sadar budaya sendiri seseorang untuk membantu menilai lingkungan-
lingkungan baru.Pelaku bisnis internasional yang berhasil yang bepergian keluar negeri
harus ingat bahwa mereka adalah orang asing dan harus mencoba bersikap sesuai dengan
aturan-aturan budaya yang berlaku.
Kecakapan lintas budaya adalah langkah pertama dalam akulturasi, yaitu proses di mana
orang- orang bukanhanya memahami budaya asing, namun juga mengubah dan
menyesuaikan perilaku mereka guna menjadikannya lebih sesuai dengan budaya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai