Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu :
Nurhaidah M.Pd

NAMA : NAUFAL AZHAR FIKRIAWAN


NIM : D1021191111

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
TEKS EDITORIAL

JUDUL : PENOLAKAN PASIEN CORONA DIRUMAH SAKIT


Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan.
Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan,
seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat,
seperti infeksi paru paru (pneumonia).
Kenapa Harus ke Dokter
Segra lakukan isolasi mandiri bila anda mengalami gejala infeksi virus Corona
(Covid-19).
Jakarta Juru Bicara pemerintah dalam penanggulangan virus corona Covid-19 ,
Achmad Yurianto,
Pada saat itu pasien berobat dirumah sakit mitra keluarga dia datang kesana
kemudian dia adalah pasien yang diyakini terkena virus corona atau PDP (pasien
dalam perawatan). Rumah sakit mengatakan bahwa kami tidak mempunyai
fasilitas untuk merawat pasien oleh karna itu silahkan anda menuju rumah sakit
lain yang mungkin mempunyai fasilitas untuk merawat anda yang sedang terlibat
covid-19 itu , kita kasi pengantar silahkan dengan pengantar ini anda menuju
kerumah sakit lain ini adalah mekanismenya seperti ini dalam penolakan pasien
PDP tersebut , tetapi sebenarnya kalau kita lihat adalah kalau memang diyakinkan
rumah sakit itulah yang dimintakan spesimennya untuk diperiksa kalau
seandainya dia positif dengan keadaan seperti itu diakan sebenarnya tidak
memerlukan fasilitas khusus hanya dipisah aja dari pasien lainya. Kita menyadari
betul rumah sakit atau beberapa rumah sakit ia menjaga citranya jangan sampai
orang mengetahui bahwa kita merawat pasien covid-19 kalau ketahuan mungkin
pasien lain gakakan mau datang , inilah yang terjadi banyak rumah sakit yang
menolak pasien yang positif covid-19. Juga pasien PDP ini pernah mengadu saat
akan ditolak dari rumah sakit yang didatanginya “ ini aku dapat katagorinya pdp
dan rumah sakit itu nggak tau mau ngapain dan kita bisa dilepas begitu saja ,
disarankan untuk langsung ketempat rumah sakit besar tanpa pengawasan artinya
kalau aku males lanjut kerumah sakit besar yang dtunjuk itu aku cuman balik
kerumah terus aku berhubungan dengan tetangga ku dan aku merasa fine (baik
baik saja) , tetapi ternyata aku positif itu nggak kebayang dampaknya kayak apa”
apakah ini melanggar hukum? Jelas ini melanggar boleh saja rumah sakit menolak
pasien atau merujuk pasien kerumah sakit tetai dengan alasan dan resume yang
jelas bukan berarti seperti pasar yang dibuang dan disuruh cari sendiri nggak mau
menerima , artinya begini walaupu dari presiden atau dari kementrian kesehatan
sudah memberitahukan bahwa rumah sakit itu harus siap, harus ada ruang
isolasinya , tetapi pada kenyataannya rumah sakitnya tidak mau menerima
ataupun tidak mau diketahui bahwa ia merawat pasie yang sedang terkena covid-
19 itu , karna dia tau bahwa orang orang tidak akan mau kerumah sakit itu yang
sedang merawat pasien covidnya. Regulasi sudah jelas mungkin tidak mampu
untuk merawatnya silahkan tetapi ada mekanismenya buatlah rujukan yang jelas ,
antar pasien itu atau berilah pemeriksa penunjang terlebih dahulu yang lengkap
baru dikirimkan. Memang tidak harus semua rumah sakit itu menerima semua
pasien tentu ada kapasitasnya , misalnya ada rumah sakit yang didatangi kasus
bedah dan dia tidak mempunyai dokter bedah silahkan dirujuk kerumah sakit lain
tetapi harus ada mekanismenya. Jadi jika rumah sakit tidak mampu atau tidak bisa
melayaninya harus mampu membuat rujukan dengan prosedur yang jelas. Tidak
masalah jika sebuah rumah sakit tidak mau merawat pasien Covid-19 , namun
pihak rumah sakit harus tetap memperhatikan etika pelayanan kepada pasien
“Silahkan tidak mau merawat karna fasilitasnya tidak ada. Tapi etikanya dong,
yang elegan gitu lho. Jangan kemudian pasien merasa ditelantari gitu,” ujar yuri ,
Selasa (17/3/2020). Di video youtube Dedy Corbuzier menanykan tentang
menelantarkan pasien “Bahwa rumah sakit mitra keluarga menelantarkan ? “
Jawab perwakilan dari RS Mitra Keluarga “Ya.. gak ginilah kita udah bertemu
dengan pak yuri , kami sedang menjelaskan bahwa apa yang terjadi itu adalah
pasien itu datang ke politeknik dipriksa oleh penyakit dalam kami dari ini dia
menyampaikan bahwa dia ada riwayat berpergian diluar negri negara di eropa
kemudian ini berarti mesti dipriksa untuk kemungkinan covid-19, dirujuk lah
kemudian di IGD isolasi diantar sendiri oleh dokter untuk dibantu rujuk sudah
disitu dilakukn arahan arahan dan pasien tersebut bertanya ini apakah saya boleh
pulang kerumah lalu dilarang dan langsung disuruh kerumah sakit jangan kemana-
mana kemudian setelah itu dia menunggu hujan redah dan die membuat video itu”
Dr Herlin Ferliana Kepala dinkes Jatim membenarkan adanya kabar bahwa rumah
sakit yang menolak pasien virus corona jenis baru atau COVID-19. Menurutnya,
ii dikarenakan COVID 19 merupakan virus baru, sehingga terjadi fobia tersendiri
tidak hanya di masyarakat, tetapi juga pihak rumah sakit.
Dar total 384 rumah sakit di Jawa Timur, Pemerintah Provinsi telah memilih 44
rumah sakit untuk menjadi rumah rujukan pasien COVID-19. Menurut herlin,
keputusan itu dilakukan setelah mempertimbangkan fasilitas diruma sakit tersebut
seperti adanya dokter spesialis paru, adanya ruang isolasi, ruang radiologi, dokter
spesial radiologi dan sebagainya. Namun ternyata, lanjutannya tidak semua
petugas itu sia untuk menerima pasien-pasien sepertivitu, sehingga tidak menutup
kemungkinan ada rumah sakit yang disebutkan tadi (menolak pasien COVID-19),
langsung sebelum masuk dan (terindikasi) corona, langsung kirm, kirim, kirim ke
RSUD dr. Soetomo,”kata herlin saat on air di Radio Suara Surabaya dalam
propgramnya “ Jawa Timur Menyapa”, Kamis (19/3/2020).

Menurutnya fenomena Corona Phobia ini hampir sama kasus dengan HiV/AIDS
saat pertama kali ada di indonesia. Saat itu, banyak rumah sakit yang belm siap
untuk menerima pasien HIV/ADIS. “perwakilan RS Mitra Keluarga menjawab ya
baik secara prinsip itu rumah sakit atau dokter dilarang menolak pasien divoltnya
seperti iu, seperti halnya seorang tentara dilarang menolak printah maju perang,
kalau nggak itu jadi pelanggaran dsiplin militer disiplin dokter yang serius,
Kecuali pertama dokternya sendiri kompetnsinya tidak masuk disitu, kedua hal
kesehatannya tidak memadai ruang isolasi ndak ada, kemudian terjadi distras
antara pasien dan dokter dan lainlain..” itu contoh contohnya boleh ditolak , tetapi
tidak juga boleh pasien covid kita harus menolak itu divoltnya, kecali terdapat
alasan sebagai berikut tadi yang sudah dijelaskan.

Jadi seharusnya pemerintah terutama bidang kesehatan selalu


memperbaharui/meningkatkan mutu para dokter diseluruh indonesia secara
berkala, hal it bertujuan agar pelayanan kesehatan masyarakat dapat berhubung
dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai