Anda di halaman 1dari 8

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Online Universitas Galuh

TRADISI SAWAKA DI DESA ANDAPRAJA KECAMATAN RAJADESA


KABUPATEN CIAMIS

Oleh:
Agus Budiman 1
Ade Restu Sri Rahayu 2

ABSTRAK
Hasil penelitian ini secara garis besar menggambarkan tentang pelaksanaan tradisi yang
merupakan warisan budaya dan masih diakui keberadaannya, karena dianggap penting dalam
perjalanan hidup setiap orang yaitu Tradisi Sawaka. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa ajaran
dan pepatah leluhur masih dihormati dan dijunjung tinggi sampai generasi sekarang,seperti
pantangan-pantangan yang masih tetap dilaksanakan sampai saat ini. Terlepas dari itu ada sebagian
orang yang menganggap bahwa hal itu takhayul, akan tetapi dapat diambil hikmah dari setiap
pantangan itu, karena masing-masing pantangan mengandung pepatah dan pesan yang tujuannya baik.
Jadi, kita ambil sisi positifnya saja dan menjadikan semua itu sebagai kekayaan ragam budaya
nusantara. Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan agar generasi penerus dapat
memelihara dan melestarikan tradisi tersebut, dan hendaknya dapat mengerti betul makna dan arti dari
tradisi itu sendiri.

Kata Kunci: Tradisi Sawaka dan Pelestarian

ABSTRACT
In general, the result of this research describes about the realization of the tradition which is the
cultural legacy and still avowed its existence, because Sawaka Tradition has the important reputation
in everyone’s life. In this research, it is described that the doctrine and Ancestors aphorism still
respected and revered until nowadays generation, such as something taboo that still happened until
now. Beside that, there are some people who think that it is superstition, but they can take the wisdom
from it. Because each prohibition contains of aphorism and messages which have a good purpose. So,
we have to take the positive thing and make all of that tradition as our various culture. The advantages
from this research result is we hope our next generation can keep and continue that tradition. They also
should understand the meaning from that tradition.

Keywords: Tradition Sawaka and Preservation

PENDAHULUAN Sebelah Timur Desa Kawunglarang


Kecamatan Rancah, Sebelah Utara Desa
Desa Andapraja adalah desa yang berada Tigaherang Kecamatan Rajadesa, Sebelah Barat
di wilayah kecamatan Rajadesa, desa ini berdiri Desa Purwaraja Kecamatan Rajadesa, Sebelah
sejak tanggal 16 April 1009. Kepala desa yang Selatan Desa Tanjungjaya Kecamatan Rajadesa
pertama adalah bapak Ayah dan yang saat ini Desa Andapraja merupakan daerah
sedang menjabat adalah bapak Suherman, S.Ip. perbukitan dan dataran yakni 67%, pegunungan
Luas wilayah Desa Andapraja 576.520 Ha, dan perbukitan 33%. Dataran di Desa Andapraja
terdiri dari sawah 93 Ha, kebun 340,02 Ha, mempunyai ketinggian 400-600 derajat celcius.
Pekarangan 120 Ha, Tegal 10 Ha, Hutan 8,5 Ha, Secara umum keadaan Topografi Desa
dan lainnya 5 Ha, dengan batas-batas sebagai Andapraja adalah perbukitan. Iklim Desa
berikut : Andapraja sebagaimana desa-desa yang lainnya
diwilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau

Jurnal Artefak Vol. 2 No. 1 – Maret 2014 [ISSN: 2355-5726]


Hlm: 173 - 180
1 Dosen Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh Ciamis
2 Mahasiswa Pendidikan Sejarah

Halaman | 173
dan penghujan, hal tersebut mempunyai ritual-ritual agama atau kepercayaan masyarakat
pengaruh terhadap pola tanam yang ada di Desa sebelum Agama Islam Masuk.
Andapraja Kecamatan Rajadesa. Sehingga Kebudayaan sendiri menurut Bakker
dengan didukung oleh kondisi tanah dan iklim dapat diartikan (1984: 37) sebagai penciptaan
pegunungan rata-rata penduduk Desa Andapraja dan perkembangan nilai meliputi segala apa
bermata pencaharian sebagai petani (Monografi yang ada dalam alam fisik, personal dan sosial,
Desa Andapraja 2014). yang disempurnakan untuk realisasi tenaga
Tanaman yang umumnya banyak ditanam manusia dan masyarakat. Selain itu ada juga
oleh penduduk Desa Andapraja adalah tanaman pengertian kebudayaan menurut E.B Taylor
kopi, kapol, coklat dan padi. Meskipun (1924: 1) kebudayaan adalah hal kompleks yang
penduduk Desa Andapraja banyak yang bermata mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
pencaharian sebagai petani akan tetapi mereka moral, hukum, adat istiadat dan lain
juga banyak yang memperhatikan terhadap kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-
pendidikan. Pendidikan formal yang ada di Desa kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai
Andapraja ada dari mulai jenjang TK/RA sampai anggota masyarakat. Dengan lain perkataan,
SMP. Sementara pendidikan informalnya ada kebudayaan mencakup kesemuanya yang
Madrasah dan Pesantren. Sarana dan prasarana didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai
yang ada di desa Andapraja diantaranya: Balai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri atas
desa 1, SD 3, SMP 2, Polindes 1, Jalan segala sesuatu yang dipelajari oleh pola-pola
kabupaten: 2,9 km, Jalan Kecamatan 0km, Jalan yang normatif, artinya mencakup segala cara-
Desa 6,9 km, Irigasi 400 m, Sarana Olahraga 1 cara atau pola-pola berfikir, merasakan dan
buah, Masjid/Mushola 31 buah (Monografi Desa bertindak.
Andapraja 2014). Mengenai adat istiadat dapat pula
Populasi penduduk Desa Andapraja menyentuh penyelenggara upacara adat dan
sampai dengan Mei 2014 sebanyak 4.037 Jiwa, aktivitas ritual yang dianggap sangat mempunyai
terdiri dari laki-laki 1.996 jiwa dan perempuan arti bagi warga pendukungnya, selain sebagai
2.041 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut dapat penghormatan terhadap leluhur dan rasa syukur
diklasifikasikan berdasarkan tingkat terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, juga sebagai
kesejahteraan, tingkat pendidikan, dan tingkat sarana sosialisasi dan pengukuhan nilai-nilai
produktifitasnya. budaya yang sudah ada dan berlaku dalam
Jarak dari Ibukota Provinsi 169 km, dan kehidupan masyarakat sehari-hari (Tashadi,
jarak dari Ibukota Kabupaten Ciamis 40km, serta 1982: 2).
jarak dari kecamatan 5km. Desa Andapraja Demikian pula halnya yang terjadi di Desa
merupakan daerah yang dimekarkan menjadi Andapraja Kecamatan Rajadesa Kabupaten
Desa Andapraja dan Desa Purwaraja. Pada Ciamis, muncul berbagai tradisi dan slamatan
awalnya Kecamatan Rajadesa terdiri dari Desa yang dianggap sakral dalam menggunakan
Andapraja, Rajadesa, Sirnabaya, Sirnajaya, simbol-simbol sehingga menarik untuk diteliti.
Sukaharja, Sukajaya, Tanjungjaya, Tanjungsari, Simbol dianggap sebagai salah satu inti dari
Tanjungsukur, dan Tigaherang, tapi setelah Desa kebudayaan dan menjadi pertanda dari tindakan
Andapraja dimekarkan kemudian muncullah manusia selalu ada dan masuk dalam segala
desa baru yaitu Desa Purwaraja. Pemekaran itu unsur kehidupan. Simbol-simbol yang berupa
dimaksudkan agar setiap daerah dapat lebih baik benda-benda, sebenarnya terlepas dari tindakan
dalam mengurusi wilayahnya, pemerataan manusia. Sebaliknya, tindakan manusia harus
pembangunan dan agar lebih baik dalam selalu mempergunakan simbol-simbol sebagai
memberikan pelayanan kepada masyarakat. media penghantar dalam komunikasi antar
Sehingga sampai saat ini Desa Andparaja terdiri sesama. Penggunaan simbol dalam wujud
dari 6 Dusun yaitu Dusun Pasirjaya, Mekarjaya, budaya ternyata dilaksanakan dengan penuh
Ciwulan, Kubang, Sukaraja, Cikupa,11 RW, dan kesadaran, pemahaman, dan penghayatan yang
30 RT (Monografi Desa Andapraja, 2014). tinggi, yang dianut secara tradisional dari satu
Penduduk Desa Andapraja seratus persen generasi ke generasi berikutnya (Budiono,
menganut agama Islam, akan tetapi karena 2000).
jaman dahulunya masyarakat Rajadesa termasuk Menurut kepercayaan masyarakat
penduduk Desa Andapraja sendiri menganut Andapraja, menjalankan adat istiadat warisan
agama Hindu, sehingga tradisi dan budaya nenek moyang berarti menghormati para leluhur
Sunda yang berkembang banyak dipengaruhi mereka. Contoh yang bisa dilihat adalah Nyekar,

Halaman | 174
Tradisi Sawaka di Desa Andapraja Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis
Agus Budiman & Ade Restu Sri Rahayu

tradisi menengok atau membersihkan makam serba tujuh dan dibarengi oleh tradisi yang lain
orang tua, kerabat, maupun leluhur, kemudian yaitu Tradisi Sawaka.
berdo’a di depan makam untuk orang yang sudah
meninggal, biasanya hal ini dilakukan ketika METODE PENELITIAN
akan menikah, pergi merantau, pulang merantau, Keberhasilan suatu penelitian sangat
menjelang ramadhan dan pada saat lebaran. ditentukan oleh kemampuan memilih serta
Contoh yang lain adalah Suraan, biasanya menggunakan metode. Metode penelitian dapat
dalam memperingati suraan warga akan diartikan sebagai cara yang digunakan oleh
beramai-ramai pergi ke mesjid untuk berdo’a peneliti dalam proses pemecahan masalah,
dan membagi-bagikan bubur sura atau bubur sehingga dengan cara itulah tujuan yang
suro. Selain itu juga ada acara yang sering dikehendaki peneliti dapat tercapai. Sehubungan
dilaksanakan oleh Pemerintah Desa yaitu dengan itu Hasan (2003 : 21) menjelaskan bahwa
Muludan dan Rajaban, biasanya Pemerintah “metode penelitian adalah tata cara bagaimana
Desa akan memberikan undangan kepada tiap- suatu penelitian dilaksanakan”. Sementara itu
tiap Madrasah untuk mengirimkan Santrinya menurut Poerwadarminta, (1991: 649) “Metode
berpartisipasi, seperti dalam Qosidahan, Lomba adalah suatu cara yang lebih dipikirkan dan
Pidato, MTQ, Kaligrafi, dan lomba Adzan dapat memberikan arah serta petunjuk
kemudian dilanjutkan dengan acara Santunan melakukan suatu penelitian”.
anak yatim dan jompo, serta acara pamungkas Metode yang dipandang sesuai dengan
adalah ceramah dari Mubaligh. Kemudian tradisi pokok permasalahan penelitian ini dan juga
mengirim do’a kepada orang yang sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai adalah
meninggal dengan mengundang tetangga yang metode sejarah (Historiografi). Ada lima
sering disebut dengan hadiahan, biasanya langkah yang harus dilakukan saat menggunakan
dimulai dengan tahlilan, natus, newu, serta metode historiografi tersebut. Adapun kelima
hadiahan tahunan yang sering dilaksanakan langkah tersebut sebagaimana dikemukakan
dalam bulan rewah disebut dengan oleh Kuntowijoyo (2005: 91) bahwa penelitian
ngarewahkeun, kegiatan ini juga selain kegiatan sejarah mempunyai lima tahap, yaitu: (1)
keagamaan dapat dijadikan juga sebagai cara pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3)
untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan verifikasi (kritik sejarah), (4) interpretasi, dan
masyarakat. (5) penulisan lebih jelasnya mengenai kelima
Kemudian tradisi lain yang ada di langkah tersebut dijelaskan Kuntowijoyo (2005:
masyarakat Desa Andapraja adalah pada adat 9 ) sebagai berikut.
pernikahan, sebelum menikah biasanya akan ada Pemilihan topik. Topik sebaiknya dipilih
acara nyembah, hal ini dilakukan dengan cara berdasarkan: (1) kedekatan emosional, (2)
pihak keluarga calon mampelai wanita akan kedekatan intelektual, dua syarat itu, subjektif
mengirimkan makanan kepada keluarga calon dan objektif, sangat penting karena orang hanya
mempelai pria, yaitu kepada orang tua dan bekerja dengan baik kalau dia senang. Setelah
saudara-saudaranya yang sudah berkeluarga. topik ditemukan, langkah berikutnya (3)
Kemudian ada prosesi Siraman dan Pengajian. membuat rencana penelitian.
Selanjutnya, setelah akad nikah akan ada acara Pengumpulan sumber. Sumber (sumber
sawer, berebut bela, menginjak telur, dan sejarah disebut juga data sejarah ; bahasa inggris
memecahkan kendi. Serta acara pamungkasnya datum) yang dikumpulkan harus sesuai dengan
adalah nganjang ataupun ada sebagian yang jenis sejarah yang akan ditulis. Sumber itu,
mengadakan ngunduh mantu. menurut bahasanya dapat dibagi menjadi dua :
Selain itu adapula tradisi setelah menikah tertulis dan tidak tertulis, atau dokumen dan
yaitu ketika bersyukur kepada Tuhan karena artefak.
akan dikaruniai anak, pada tradisi ini dimulai Verifikasi. Setelah diketahui secara persis
dengan selamatan empat bulanan yang topik yang diajukan dan sumber sudah
didalamnya terdapat acara pengajian dan tradisi terkumpul, tahap berikutnya adalah verifikasi,
ritual adat yang dilaksanakan pada tanggal yang kritik sejarah, atau keabsahan sumber. Verifikasi
berangka empat dan menggunakan syarat-syarat ada dua macam : autentisitas atau keaslian
serba empat. Kemudian ketika menginjak usia sumber, atau kritik ekstern, dan kredibilitas, atau
kandungan tujuh bulan akan diadakan tradisi kebiasaan dipercayai, atau kritik intern.
yang sama namun dilaksanakan pada tanggal Interpretasi. Interpretasi atau penafsiran
yang berangka tujuh dan syarat-syaratnya pun sering disebut sebagai biang subjektivitas.

Halaman | 175
Sebagian itu benar, tapi sebagian salah. Benar, setiap kegiatan kemasyarakatan sangat kental
karena penafsiran sejarawan, data tidak bisa dengan nuansa Agama Islam.
berbicara. Sejarawan yang jujur, akan Sebelum Agama Islam masuk dan
mencantumkan data dan keterangan dari mana berkembang di Desa Andapraja kebanyakan
data itu diperoleh. Tahap interpretasi, paling masyarakatnya menganut Agama Hindu.
tidak meliputi analisis dan sintesis. Sampai saat ini peninggalan pengaruh Agama
Penulisan. Dalam penulisan sejarah, aspek Hindu masih bisa dilihat dalam akulturasi
kronologi sangat penting. Penyajian penelitian budaya dan tradisi yang berkembang dalam
dalam bentuk tulisan mempunyai tiga bagian: (1) kehidupan masyarakat (Wawancara dengan Ibu
Pengantar, (2) Hasil Penelitian, dan (3) Rokasih tanggal 25 Maret 2015).
Simpulan. Salah satu unsur budaya yang masih
Dengan menempuh kelima langkah di diakui keberadaannya dan dianggap sebagai
atas, dapat dipastikan akan diperoleh hasil warisan budaya yang penting dalam perjalanan
penelitian yang diharapkan. Tentunya langkah hidup setiap orang adalah tradisi selamatan
demi langkah harus dikuasai benar agar tidak syukuran kehamilan. Selamatan kehamilan ini
terjadi kekeliruan yang tidak diharapkan dimulai pada saat usia kehamilan menginjak
sehingga berakibat pada kurang tercapainya empat bulan, karena pada usia itu jabang bayi
tujuan penelitian ini. dalam kandungan sudah diberikan ruh. Keluarga
terutama orang tua jabang bayi akan segera
PEMBAHASAN menyiapkan keperluan selamatan tersebut
dengan suka cita. Hal-hal yang biasa disiapkan
Pelaksanaan Tradisi Sawaka di Desa untuk keperluan ini diantaranya rujak empat
Andapraja Kecamatan Rajadesa Kabupaten rupa, benang empat buah, sisir empat buah, dan
Ciamis kaca empat buah. Akan tetapi persyaratan itu
Dalam perkembangan zaman yang tidak selalu sama tergantung bagaimana
semakin modern, tradisi tradisional sebagai keluarga menyiapkannya. Selamatan ini
wahana budaya leluhur bisa dikatakan masih dilaksanakan dengan mengundang para tetangga
memegang peranan penting dalam kehidupan untuk memberikan do’a sekaligus sebagai acara
masyarakat. Tradisi tradisional yang memiliki silaturahmi.
makna filosofis sampai sekarang masih dipatuhi Kemudian pada usia kehamilan
oleh masyarakat pendukungnya. Hal ini menginjak tujuh bulan akan diadakan kembali
disebabkan masyarakat merasa takut akan tradisi selamatan syukuran kehamilan yang
mengalami hal-hal yang tidak diinginkan jika disebut dengan tujuh bulanan. Pada selamatan
tidak melaksanakan tradisi tradisional. tujuh bulanan prosesi yang dilakukan juga sama
Meskipun terkadang tradisi yang berkembang seperti selamatan empat bulanan, yaitu dengan
bertentangan dengan agama yang dianut membacakan sholawat, ayat suci Al-Qur’an,
masyarakat Desa Andapraja yaitu Agama Islam. rujak tujuh rupa, dan dengan menyediakan
Agama Islam merupakan agama yang syarat-syarat yang sama seperti selamatan empat
dianut oleh 100% masyarakat Andapraja, karena bulanan, hanya saja jumlahnya yang berbeda
di Andapraja sampai saat ini tidak ada tempat yaitu tujuh macam, kemudian ibu jabang bayi
ibadah agama lain, dan tidak ada Warga Negara akan dimandikan dengan air kembang tujuh rupa
Indonesia keturunan luar, apakah itu Eropa, yang sudah diberikan do’a terlebih dahulu. Pada
Arab, Cina, Negro atau negara lainnya yang usia kehamilan tujuh bulan selain mengadakan
menetap di Andapraja, ini bisa dijadikan salah selamatan masyarakat Desa Andapraja juga
satu indikator bahwa di Andapraja tidak ada selalu melakukan tradisi yang disebut dengan
agama lain selain Agama Islam (Wawancara Tradisi Sawaka.
dengan Ibu Rokasih tanggal 25 Maret 2015). Pelaksanaan Tradisi Sawaka ini biasanya
Masyarakat Andapraja merupakan dilakukan pada sebelum matahari terbit atau
masyarakat yang agamis dan ta’at dalam pagi-pagi sekali yang penting Tradisi Sawaka ini
menjalankan ajaran Agama Islam, ini bisa dilakukan sebelum Indung Beurang makan.
dibuktikan dengan banyaknya kegiatan Indung Beurang adalah sapaan untuk Dukun
keagamaan, selain kegiatan beribadah yang Beranak yang biasa membantu proses persalinan
pokok seperti sembahyang berjama’ah di mendampingi Bidan. Tujuannya adalah agar ibu
mesjid-mesjid atau di mushola-mushola, juga dan anak yang ada dalam kandungan mendapat
puasa dan do’a khusus dari Indung Beurang agar

Halaman | 176
Tradisi Sawaka di Desa Andapraja Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis
Agus Budiman & Ade Restu Sri Rahayu

keduanya selalu diberikan kesehatan dan 1) Benang, benang ini setelah diberikan do’a
diberikan kelancaran dalam proses kelahirannya oleh Indung Berang akan dipakaikan sebagai
(Wawancara dengan Ibu Sursih tanggal 30 Maret gelang atau menurut Bahasa Sundanya
2015). digelangan.
Adapun benda-benda atau syarat-syarat 2) Minyak seringkali disebut dengan Minyak
yang biasa digunakan dalam Tradisi Sawaka Asuh, minyak yang sudah diberikan do’a ini
diantaranya: biasanya digunakan untuk diusapkan pada
a. Beras 2kg perut ibu jabang bayi tujuannya agar anaknya
b. Telur 1 buah (bisa menggunakan telur ayam mudah dilahirkan seperti minyak yang licin.
kampung maupun telur negeri) 3) Kemudian Bawang Putih dan Panglai
c. Kelapa Tua 1 buah digunakan sebagai pelindung Ibu Jabang
d. Gula Merah 1 Gandu Bayi karena Bawang Putih dan Panglai
e. Anak Ayam dianggap sebagai Benda yang ditakuti oleh
f. Uang (Seikhlasnya) makhluk halus.
g. Panglai Setiap bangsa atau suku bangsa memiliki
h. Minyak kebudayaan sendiri-sendiri yang berbeda dengan
i. Bawang Putih kebudayaan bangsa lainnya, demikian juga
j. Benang dengan Desa Andapraja. Desa Andapraja
memiliki kebudayaan yang khas yang dalam
Masing-masing benda tersebut memiliki sistem budayanya digunakan simbol-simbol atau
arti tersendiri. lambang-lambang sebagai sarana untuk
1) Beras 2kg digunakan sebagai makanan untuk menitipkan pesan-pesan atau nasehat-nasehat
buka puasa Indung Beurang. bagi masyarakat pendukungnya. Dalam
2) Telur jumlahnya satu berharap agar anak mengimplementasikan simbol, tidak terlepas
yang ada dalam kandungan jumlahnya satu dari sikap emosional dari seseorang dalam
dan setelah besar nanti ia akan menjadi orang memahami simbol tersebut. Inti dari emosional
nomor satu. keagamaan dipandang tidak dapat diekspresikan,
3) Kelapa Tua satu buah, pada saat akan karena hal itu merupakan pikiran-pikiran yang
melakukan Sawaka ibu bayi biasanya akan bersifat simbolik. Meskipun demikian,
memilih kelapa yang bagus karena bentuk Simbolisme mempunyai potensi yang istimewa.
kelapa dianggap sebagai cerminan bentuk Simbol-simbol secara emosional mampu
kelapa jabang bayi. membangkitkan perasaan dan ketentraman lebih
4) Gula merah satu gandu digunakan untuk dari pada sekedar formulasi verbal dari benda-
mengganti tenaga Indung Beurang yang benda yang mereka percayai sebagai simbol
terkuras pada saat berpuasa. tersebut. Sampai sekarang, simbol merupakan
5) Anak Ayam, Anak Ayam digunakan untuk pendorong yang kuat bagi timbulnya perasaan
Sawaka dianggap akan menentukan jodoh manusia untuk melakukan sesuatu (Wawancara
anak yang ada dalam kandungan, jika anak dengan Ibu Sursih tanggal 30 Maret 2015).
ayam yang digunakan untuk Sawaka maka Sejak zaman nenek moyang kita dulu,
dipercaya kalau anak laki-laki akan Tradisi Sawaka ini diperlakukan sebagai suatu
mendapatkan Perawan dan kalau anak yang penuh dengan ritual dan syarat dengan
perempuan akan mendapatkan Perjaka, simbol-simbol kehidupan dilihat dari
namun sebaliknya jika menggunakan ayam kelengkapan-kelengkapan yang ada. Prosesi
besar maka anak laki-laki akan mendapatkan yang dilakukan dalam Tradisi Sawaka ini tidak
jodoh Janda dan anak perempuan akan hanya memuat sebuah rangkaian simbol-simbol
mendapatkan jodoh Duda. tanpa makna (arti), tetapi merupakan suatu
6) Uang digunakan untuk membeli lauk pauk rangkaian yang mempunyai arti mendalam dan
Indung Beurang untuk berbuka puasa. Ini sering kali berkaitan dengan unsur-unsur religi.
merupakan syarat-syarat yang diberikan Simbol-simbol dalam Tradisi Sawaka yang
kepada Indung Beurang (Wawancara dengan diselenggarakan bertujuan sebagai sarana untuk
Ibu Sursih tanggal 30 maret 2015). menunjukkan secara semu maksud dan tujuan
Adapun syarat-syarat lain yang dibawa Tradisi Sawaka yang dilakukan masyarakat
untuk Sawaka namun dibawa kembali oleh ibu pendukung. Dalam simbol tersebut juga terdapat
jabang bayi untuk digunakan olehnya, misi luhur yang dapat dipergunakan untuk
diantaranya:

Halaman | 177
mempertahankan nilai budaya dengan cara melakukan Sawaka, dan ketika melahirkan
melestarikannya. meminta bantuan Indung Beurang maka
Benda-benda atau simbol-simbol yang dipercaya akan mendatangkan kesialan bagi
digunakan sebagai syarat Sawaka beserta Indung Beurang tersebut (Wawancara dengan
kegunaannya tersebut hanyalah merupakan Ibu Hj. Carwi tanggal 1 April 2015, Ibu Sursih 5
tradisi dan warisan kekayaan budaya saja yang April).
sudah ada sejak lama dan dilaksanakan secara Hampir semua masyarakat Desa
turun-temurun. Namun yang terpenting dan yang Andapraja masih menggunakan jasa Indung
paling utama harus kita lakukan adalah berserah Beurang dalam proses persalinan bahkan sampai
dan selalu meminta segala sesuatu hanya kepada empat puluh hari setelah melahirkan. Maka
Allah SWT (Wawancara dengan Ibu Sursih sampai sekarang Tradisi Sawaka masih bisa
tanggal 30 Maret 2015). bertahan di tengah kehidupan masyarakat Desa
Andapraja.
Upaya pelestarian yang dilakukan Aparat Menurut Siti Maria (1995: 48) bahwa
Desa dan masyarakat terhadap Tradisi kebanyakan masyarakat, tradisi merupakan
Sawaka di Desa Andapraja Kecamatan unsur esensial dari kehidupan masyarakat.
Rajdesa Kabupaten Ciamis Berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari
Upaya pelestarian Tradisi Sawaka dilakukan menurut tradisi yang telah
dilakukan oleh aparat desa yang ditugaskan berlangsung turun temurun, sehingga tradisi itu
kepada kader PKK untuk memberikan telah mempranata dalam kehidupan masyarakat
penyuluhan kepada masyarakat agar tetap yang bersangkutan. Demikian halnya yang
melestarikan tradisi yang merupakan warisan dilakukan oleh masyarakat Desa Andapraja
dari leluhur, karena setiap pelaksanaan tradisi merupakan tanah warisan leluhur mereka untuk
dapat digunakan sebagai sarana silaturahmi. anak cucunya, sehingga mereka berkewajiban
Selain itu, kesadaran dari masyarakat sendiri untuk menjaganya. Hal ini tercermin baik dalam
yang berperan penting agar Tradisi Sawaka tetap perilaku sehari-hari maupun dalam upacara-
ada dan bisa diwariskan ke generasi selanjutnya, upacara ritual yang diselenggarakan secara tetap.
atau bahkan sebaliknya Tradisi Sawaka akan Tradisi dapat diartikan serangkaian pola
musnah dan hilang begitu saja tanpa bisa perilaku yang dinilai tinggi, yang telah
diketahui oleh anak cucu kita kedepannya. diwariskan secara turun temurun dari satu
Kebanyakan penduduk Desa Andapraja tetap generasi ke generasi selanjutnya. Kepatuhan dan
memegang teguh tradisi yang sudah ada sejak komitmen masyarakat Desa Andapraja terhadap
lama, karena mereka menganggap bahwa setiap adat dan tradisi tersebut memang bukan tanpa
tradisi yang ada tujuannya baik. Simbol-simbol alasan. Ada faktor yang menyebabkan
yang digunakan semata-mata hanya merupakan masyarakat Desa Andapraja masih
perantara tradisi yang sudah dilakukan dan mempertahankan tradisi ritual adat,
diberitahukan oleh orang tua. Sampai saat ini pertamadalam falsafah hidup mereka dikenal
Tradisi Sawaka dapat tetap dilaksanakan karena ungkapan atau sebuah pepatah yang dijadikan
warganya memeliki kesadaran untuk tetap pegangan oleh masyarakat Desa Andapraja yang
menjaga budaya warisan nenek moyang. berbunyi, amanat, wasiat, dan akibat.
Tindakan orang tua pun ketika mengetahui Maksudnya apabila amanat dan wasiat dari
anaknya sedang mengandung pasti selalu orang tua dan para leluhur dilanggar, maka
memperingatkan untuk selalu hati-hati karena niscaya akan membawa akibat, baik kepada diri
orang yang sedang mengandung itu menurut sendiri maupun keluarga dan lingkungannya.
orang tua wangi. Dan manakala kandungan Kedua, karena masyarakat Desa Andapraja
menginjak usia empat bulan orang tua akan ikut mempunyai tingkat solidaritas yang sangat
membantu mempersiapkan selamatan empat tinggi, seperti tradisi ini tidak luntur dan tetap
bulanan, begitu juga saat usia kandungan dijalankan.
menginjak tujuh bulan. Apalagi pada usia Pepatah inilah yang senantiasa
kandungan tujuh bulan orang tua pasti selalu dipedomani oleh masyarakat di Desa Andapraja,
memperingatkan untuk melakukan Sawaka, sehingga mereka begitu patuh terhadap
sebab jika tidak melakukan Sawaka Indung pantangan-pantangan yang diberlakukan kepada
Beurang pasti tidak akan mau membantu kita mereka. Selain itu, adat dan tradisi ritual dalam
disaat persalinan mendampingi Bidan. Karena setiap upacara itu sudah ada sejak dulu dari
jika orang yang sedang mengandung tidak nenek moyang mereka. Kendati orang tua tidak

Halaman | 178
Tradisi Sawaka di Desa Andapraja Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis
Agus Budiman & Ade Restu Sri Rahayu

pernah memberikan penjelasan yang detail awal kedatangan Agama Islam masyarakat
mengenai sesuatu hal yang berkenaan dengan masih banyak melakukan kegiatan-kegiatan
adat istiadat, baik berupa pantangan maupun pemujaan atau memberikan sesaji. Tempat-
bentuk-bentuk adat istiadat lainnya kepada tempat yang biasa diberikan sesaji misalnya
generasi selanjutnya, akan tetapi tradisi-tradisi tempat-tempat yang dianggap keramat atau
itu tetap terpelihara terutama Tradisi Sawaka angker dan pohon-pohon besar yang dianggap
sebagai salah satu bagian dari Tradisi Selamatan bertuah. Kemudian Agama Islam mulai masuk
Kehamilan di Desa Andapraja (Wawancara menghampiri kehidupan warga hingga akhirnya
dengan Ibu Hj. Carwi pada tanggal 1 April muncul akulturasi kebudayaan Hindu dan Islam.
2015). Sampai saat ini warga tetap melaksanakan
Tradisi Akulturasi tersebut tanpa menyimpang
Tanggapan masyarakat terhadap adanya dari ajaran Agama Islam.
Tradisi Sawaka di Desa Andapraja Kebanyakan tanggapan masyarakat
Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis. terhadap adanya Tradisi Sawaka ini
Masyarakat Desa Andapraja Kecamatan mengapresiasi dan mendukung untuk tetap
Rajadesa Kabupaten Ciamis mempunyai dilaksanakan dan dilestarikan. Para sesepuh
tanggapan terhadap adanya Tradisi Sawaka yang berharap agar Tradisi Sawaka yang sekarang
selalu dilaksanakan dari generasi ke generasi, ini berkembang di Desa Andapraja Kecamatan
dapat dilihat dari cara pandang masyarakatnya. Rajadesa Kabupaten Ciamis dapat diwariskan ke
Masyarakat beranggapan bahwa Tradisi Sawaka generasi selanjutnya tanpa menyimpang dari
ini sudah ada sejak lama dan untuk latar ajaran Agama Islam. (Wawancara dengan Ibu
belakang serta tahun persis mulai diadakannya Siti tanggal 2 April, Ibu Rasih tanggal 3 April,
Tradisi ini memang belum ada yang mengetahui Ibu Nunung tanggal 4 April).
persis. Akan tetapi, masyarakat beranggapan
bahwa tradisi ini memang benar warisan nenek PENUTUP
moyang dan harus tetap dilaksanakan karena
tujuannya baik. Setiap tradisi yang ada dan Simpulan
berkembang dalam masyarakat memang Dari pembahasan tentang Tradisi Sawaka
merupakan warisan budaya, dan manakala setiap dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
tradisi ini dilaksanakan masyarakat akan saling 1. Pelaksanaan Tradisi Sawaka di Desa
bantu membantu untuk memudahkan dalam Andapraja Kecamatan Rajadesa Kabupaten
pelaksanaannya. Tradisi yang biasa Ciamis sampai saat ini masih tetap
dilaksanakan masyarakat selain untuk tetap dilaksanakan dengan baik. Tradisi ini
melestarikan budaya digunakan juga sebagai dilaksanakan seorang wanita yang sedang
ajang silaturahmi apalagi dengan keluarga yang mengandung dan usia kandungannya
tempat tinggalnya jauh dan jarang sekali punya menginjak tujuh bulan. Wanita tersebut akan
kesempatan untuk berkumpul dan pergi ke rumah Indung Beurang pagi-pagi
bersilaturahmi. sekali tujuannya yaitu agar Indung Beurang
Mengenai Tradisi Sawaka ini ada yang dapat berpuasa untuk ibu dan jabangbayi
beranggapan merupakan akulturasi dari Budaya yang ada dalam kandungan dengan
Hindu dan Budaya Islam karena dalam membawa sesaji yang sudah ditentukan
pelaksanaannya menggunakan simbol-simbol sebagai persyaratan untuk melakukan Tradisi
yang mirip dengan sesaji yang biasa digunakan Sawaka.
pada upacara-upacara ritual keagamaan Hindu 2. Upaya yang dilakukan masyarakat untuk
namun dibarengi membacakan do’a-do’a yang melestarikan Tradisi Sawaka yaitu dengan
berasal dari ayat suci Al-Qur’an. Zaman dahulu secara turun-temurun mengingatkan setiap
mayoritas masyarakat Desa Andapraja kali ada anak atau keluarganya yang sedang
menganut Agama Hindu, namun perlahan- mengandung dan manakala usia
lahanAgama Islam mulai masuk dan kandungannya menginjak tujuh bulan harus
berkembang sehingga lama kelamaan dengan sesegera mungkin melakukan Tradisi
proses yang lumayan panjang masyarakat dapat Sawaka. Meskipun dengan cara sederhana
menerima ajaran Agama Islam karena Agama bentuk pelestariannya akan tetapi sampai saat
Islam adalah Agama yang mudah diterima dan ini Tradisi Sawaka masih tetap bisa
tidak membeda-bedakan harkat dan derajat dilestarikan.
manusia atau dikenal dengan istilah kasta. Pada

Halaman | 179
3. Tanggapan masyarakat Desa Andapraja DAFTAR PUSTAKA
Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis
terhadap adanya Tradisi Sawaka yaitu A. Hasymy. (1991). Sejarah Masuk dan
menerima dengan baik karena selama ini Perkembangannya; Islam di Indonesia.
pelaksanaannya tidak pernah menyimpang Bandung: PT. Almaarif
dari agama yang seratus persen dianut Dadan. W. (Tth). Sumber-Sumber Naskah
masyarakat yaitu agama Islam. Apalagi Tentang Sejarah Kabupaten Ciamis.
masyarakat menyadari bahwa Tradisi Hans J. D. (2002). Manusia, Kebudayaan dan
Sawaka sudah ada sejak lama dan merupakan Lingkungan: Tinjauan Antropologis.
warisan budaya yang harus tetap dilestarikan Yogyakarta: Pustaka Pelajara.
agar dapat diketahui oleh generasi kita Jacobus. R (2006). Sistem Sosial Budaya
selanjutnya. Indonesia: Alfabeta.
Koentjaraningrat. (1991). Manusia dan
Saran Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
1. Bagi Indung Beurang Djambatan.
Seiring dengan perkembangan zaman Kuntowijoyo. (1995). Metode Penulisan
yang semakin maju pelaksanaan Tradisi Sejarah. Bandung.
Sawaka sekarang mulai dipermudah yaitu --------. (1995). Pengantar Ilmu Sejarah.
dengan menggunakan uang sejumlah sesaji, Yogyakarta : Tiara Wacana.
akan tetapi pelaksanaan Tradisi Sawaka Soekmono. (1973). Sejarah Kebudayaan
alangkah lebih baiknya jika masih Indonesia I. Yogyakarta: Kanisius.
menggunakan sesaji yang telah ditentukan Taufik. A. (1985). Sejarah Lokal Indonesia.
secara turun temurun karena itu semua Yogyakarta: Gajah Mada University
dianggap sebagai simbol yang memiliki arti Press.
tersendiri. Maka dari itu Indung Beurang Vredenbregt, J. (1983). Metode dan Teknik
diharapkan agar memberikan pengarahan Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT
kepada orang yang ingin melakukan Tradisi Gramedia.
Sawaka agar tetap menggunakan sesaji yang
telah digunakan sejak lama.
2. Bagi upaya pelestarian
Upaya pelestarian yang selama ini
sudah dilakukan masyarakat sudah sangat
baik, dan diharapkan agar setiap orang tua
akan selalu mengingatkan anaknya apabila
mengandung untuk melakukan Tradisi
Sawaka. Karena jika tidak diingatkan anak-
anak muda sekarang banyak yang tidak
mengetahui sehingga saat ini banyak yang
sudah meninggalkan Tradisi Sawaka.

3. Bagi masyarakat setempat


Masyarakat Desa Andapraja
Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis
diharapkan agar selalu mencintai dan
melestarikan budaya yang sudah ada
didaerahnya seperti Tradisi Sawaka. Selain
itu masyarakat agar tetap terus mengawasi
dan mengawal jalannya pelaksanaan Tradisi
Sawaka agar tidak terjadi penyimpangan
dalam pelaksanaannya.

Halaman | 180

Anda mungkin juga menyukai