REVISIIV
RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2014
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN
Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 76, Lamongan 62215 a (0322)
322834 (Hunting) 08885035624, 08123082211, Fax. (0322) 314048 E-mail:
rsm_lamongan@yahoo.co.id / rsmlamongan@gmail.com
Ijin Operasional: HK.07.Q6 / III /1280 Akreditasi Nasional: Penuh Tingkat Lanjut 16
Pelayanan
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN
Nomor : 038/KEP/III.6.AU/I/2014
Tentang :
PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS
DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN
Ditetapkan di Lamongan
Tanggal Tepat 28 R Awal 1435H.
tanggal 30 Januari 2014 M.
Direktur,
RS Muhammadiyah Lamongan.
Dr. H. Erwin Santosa, Sp.A., M.Kes NRP :
0011622
Tembusan :
1. Panitia Rekam Medis Komite Medis
2. Kepala Inst Rekam Medis.
3. Unit Terkait sk_pedoman pengelolaan__ pelayanan rekam medis
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah atas nikmat dan karunia yang telah
diberikan kepada kita selama ini, dan atas tersusunnya BUKU PEDOMAN PELAYANAN REKAM
MEDIS REVISI KE-4 di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, yang merupakan hasil
rumusan Panitia Rekam Medis dengan harapan dapat menjadi panduan bagi pelaksanaan
kegiataan pelayanan rekam medis di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.
Kami berharap dapat melaksanakan semua prosedur yang telah tersusun dengan
dukungan dari segenap staf serta unit-unit keija lain yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan di
Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.
Kami tidak menutup kemungkinan dikemudian hari akan ada banyak penambahan dan
penyempumaan dari buku pedoman ini demi peningkatan mutu pelayanan di Bagian Rekam
Medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.
Demikian pengantar singkat BUKU PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS REVISI
KE-4 ini, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya bagi kita semua.
Amin.
i\
DAFT ARISI
JUDUL............................................................................................................................ i
SK PEMBERLAKUAN BUKU PEDOMAN...................................................................... ii
KATAPENGANTAR........................................................................................................ iv
DAFTAR ISI.................................................................................................................... v
DAFTARGAMBAR.......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup.......................................................................................... 5
C. Batasan Operasional................................................................................. 12
D. Landasan Hukum...................................................................................... 13
E. Aspek Hukum Rekam Medis...................................................................... 14
BAB II STANDARKETENAGAAN.................................................................................. 25
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia............................................................. 25
B. Distribusi Ketenagaan................................................................................ 33
C. Pengaturan Shift....................................................................................... 34
BAB III STAND AR FASILIT AS..................................................................................... 36
A. Denah Ruang............................................................................................ 36
B. Standar Fasilitas........................................................................................ 39
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN........................................................................ 47
A. Penerimaan Pasien................................................................................... 47
B. Pelayanan Pendaftaran Rawat Jalan......................................................... 48
C. Pelayanan Pasien di Instalasi Gawat Darurat ........................................... 48
D. Alur Pasien Rawat Man............................................................................. 49
E. Pelayanan Pendaftaran Rawat Inap.......................................................... 53
F. Alur Pasien Rawat Inap............................................................................. 54
G. Sistem Identifikasi dan Penomoran........................................................... 59
H. Klasifikasi Penyakit.................................................................................... 73
I. Pengolahan, Analisa Data Dan Pelaporan................................................. 91
J. Simbol, Tanda Khusus Dan Singkatan........................................................ 100
K. Pencatatan Dan Pengisian Rekam Medis.................................................... 115
L. Peminjaman Dan Pemeliharaan Berkas Rekam Medis................................ 140
M. Pelepasan Informasi................................................................................... 166
N. Penyimpanan Rekam Medis....................................................................... 168
O. Pemisahan Dan Pemusnahan Rekam Medis In-Aktif.................................. 175
BAB V LOGISTIK............................................................................................................. 186
BAB VI KESELAMATAN KERJA..................................................................................... 188
BABVIIPENGENDALIANMUTU..................................................................................... 190
BAB VIII PENUTUP........................................................................................................ 199
DAFTAR GAMBAR
A. LATAR BELAKANG
Lahimya rekam medis berjalan sejajar dengan lahimya ilmu kedokteran karenanya
sejak Zaman Batu {Paleolithic) lebih kurang 25.000 SM di Spanyol rekam medis telah
ada, tetapi dalam bentuk yang primitif sekali berupa pahatan pada dinding gua.
Pada zaman Mesir Kuno {Egyptian Period) telah dikenal Dewa Thoth ahli
pengobatan yang dianggap Dewa Kebijaksanaan dikenal sebagai dewa berkepala iblis. Ia
mengarang 36- 42 buah buku. Diantaranya 6 buku mengenai masalah kedokteran (tubuh
manusia, penyakit, obat-obatan penyakit mata dan kebidanan)
Pada zaman Yunani dikenal Aesculapius yang dianggap sebagai dewa kedokteran
dan mempunyai tongkat dililit ular yang hingga kini masih dipakai sebagai simbol ilmu
kedokteran diseluruh dunia. Aesculapius melakukan praktek ilmu kedokteran di Delphi,
bekas reruntuhan kuilnya berada di dekat gunung Pama Zeus.
Pada 460 SM dikenal Hippocrates yang hingga kini disebut sebagai Bapak Ilmu
Kedokteran. Ia yang mulai mengesampingkan ramalan dan pengobatan secara mistik
dengan praktek kedokteran secara ilmu pengetahuan modem. Hipocrates yang membuat
sumpah Hipocrates dan banyak menulis tentang pengobatan penyakit, dengan observasi
penelitian yang cermat dan sampai kini dianggap benar. Hasil pemeriksaan pasiennya
(rekam medis) diajarkan pada Putra Hipocrates Thesalius, Racon, dan Dexxippus yang
hingga kini masih dapat dibaca oleh para dokter. Kecermatan cara kerja Hipocrates dalam
pengelolaan rekam medisnya sangat menguntungkan para dokter sekarang.
Pada zaman Islam dikenal dokter-dokter yang beragama Islam dan praktek di
rumah sakit Persia (Iran) antara lain Imam Gozali (Rhazes) tahun 865 - 925 SM, yang
telah menulis banyak buku kedokteran, antara lain mengenai pengobatan penyakit cacar
“Treatise on Smallpox and Measles” yang merupakan buku pertama yang membahas
penyakit menular. Ia juga merupakan dokter pertama yang menggunakan alkohol dan
usus kambing untuk menjahit luka. Kemudian Ibnu Sina (Avicena) hidup 980-1037 M yang
bekerja berdasarkan tulisan Hipocrates dan menggabungkan dengan sumber-sumber
kedokteran lainnya yang ia dapat. Ia telah menggunakan sistem pencatatan klinis yang
P t j o M t j l i iMWhfyl**, f&V - 2
Kongres Rekam Medis pertama diselenggarakan di London pada tahun 1952 yang
dihadiri oleh 9 negara. Pertemuan pertemuan berikutnya diadakan dalam kurun waktu dekat
setelah kongres yang pertama hingga Kongres yang kelima dimana pada kongres ini
terbentuk Organisasi Rekam Medis Dunia yang dikenal dengan IFHRO (International
Federation of Health Record Organization ). Kongres keenam yang juga merupakan
pertemuan pertama dari federasi ini diadakan di Sidney Australia pada tahun 1972. Salah
satu tujuan dari organisasi ini adalah sebagai sarana komunikasi bagi profesi Rekam Medis
dan meningkatkan standar ilmu Rekam Medis itu sendiri di berbagai negara. Federasi ini
mengenalkan perkembangan tehnik barn dalam Rekam medis untuk meningkatkan kualitas
pelayanannya. Hal ini dilakukan secara terpisah dengan program pendidikan dan media
pengembangan lain untuk memperbarui ide dan pengalaman bagi para praktisi Rekam medis
dalam skala intemasional.
Semenjak masa pra-kemerdekaan di Indonesia, beberapa rumah sakit sudah
melakukan kegiatan pencatatan, hanya saja penataannya masih belum dilaksanakan dengan
baik atau belum mengikuti sistem informasi yang benar. Penataan masih tergantung pada
selera pemimpin masing-masing rumah sakit.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1966, kepada semua
petugas kesehatan diwajibkan untuk menyimpan rahasia kedokteran, termasuk berkas rekam
medis. Kemudian pada tahun 1972 dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.
034/Birhup/1972, ada kejelasan bagi rumah sakit menyangkut kewajiban untuk
menyelenggarakan rekam medis. Pada bab I pasal 3 menyatakan bahwa guna menunjang
terselenggaranya rencana induk (master plan) yang baik. Maka setiap rumah sakit:
1. Mempunyai dan merawat statistik yang up to date.
2. Membuat rekam medis yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
Maksud dan tujuan dari peraturan-peraturan tersebut adalah agar di institusi
pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit, penyelenggaraan rekam medis dapat berjalan
dengan baik. Pada kurun waktu 1972 - 1989, penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit
masih belum berjalan sebagaimana yang diharapkan, sehingga perlu dipertegas lagi tentang
pengelolaan rekam medis. Diharapkan dengan diberlakukannya Permenkes No.
749a/Menkes/per/X/1989tentang rekam medis/Medical Record yang merupakan landasan
3
BAS I - PC
UHIA(UJ.
hukum, semua tenaga medis dan paramedis di rumah sakit yang terlibat di dalam
penyelenggaraan rekam medis dapat melaksanakannya.
Dalam pasal 22 sebagai salah satu pasal Permenkes no. 749a tahun 1989
tersebut disebutkan bahwa hal-hal teknis yang belum diatur dan Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan ini akan ditetapkan oleh Direktorat Jendral sesuai dengan bidang tugas masing-
masing. Sejalan dengan pasal 22 tersebut maka Direktorat Jenderal Pelayanan Medis
telah menyusun Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Rekam Medis/Medical Record
di Rumah Sakit dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medis No. 78 tahun
1991 tentang petunjuk Teknis Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit. Dengan
adanya perkembangan akan kebutuhan serta mengantisipasi perkembangan pelayanan
maupun IPTEK maka dilakukan penyempumaan petunjuk tentang pengelolaan rekam
medis rumah sakit.
Fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai kewajiban memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan pokok sasarannya masing masing. Selain itu, juga mempunyai
kewajiban administrasi untuk membuat dan memelihara rekam medis pasien. Hal ini
ditegaskan dalam beberapa peraturan dan undang-undang misalnya undang-undang
praktek kedokteran atau yang dikenal dengan UUPK no 29 tahu 2004 pasal 46 ayat 1
yaitu “Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran wajib
membuat rekam medis.” Seiring dengan perkembangannya maka diterbitkan Peraturan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia no 269/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.
Peraturan ini menjadi salah satu landasan hukum penyelenggaraan Rekam Medis di
Rumah sakit. Dengan disahkannya Permenkes yang baru ini sekaligus mencabut
peraturan yang lama yaitu Permenkes No. 749a/Menkes/per/X/1989.
4
PtiUy*h*h MtXit &
f- wvi*|
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Bagian Rekam Medis RS. Muhammadiyah Lamongan meliputi
Pendaftaran dan pengelolaan berkas Serta Pengolahan data dan Pelaporan.
1. Pengertian Rekam Medis
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien Namun dalam arti luas rekam medis adalah suatu sistem
penyelenggaraan Rekam Medis (DEPKES RI, 1997).
Penyelenggaraan Rekam Medis merupakan proses kegiatan yang dimulai pada
saat diterimanya pasien di RS, diteruskan dengan pencatatan data medis pasien,
selama di Rawat di RS kemudian dilanjutkan dengan pengamanan berkas Rekam
Medis yang meliputi, pengolahan data, penyimpanan serta pengeluaran berkas dari
tempat penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman guna keperluan lain.
5
d. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya mengandung data/informasi yang dapat
dipergunakan sebagai aspek keuangan.
e. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut data/informasi yang dapat
dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.
f. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut data/informasi tentang
perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat
dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran di bidang profesi si pemakai.
g. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus
didokumentasikan dan dapat dipakai sebagai bahan pertangungjawaban dan laporan rumahsakit.
Selanjutnya, dengan majunya teknologi informasi, kegunaan rekam medis dapat dilihat dalam 2 kelompok besar
(Dick et al., 1997, him. 77-79) Pertama, yang paling berhubungan langsung dengan pelayanan pasien (primer).
Kedua, yang berkaitan dengan lingkungan seputar pelayanan pasien namun tidak berhubungan langsung secara
spesifik (sekunder).
a. Tujuan utama (primer) Rekam Medis terbagi dalam 5 (lima) kepentingan yaitu :
1) Pasien, rekam medis merupakan alat bukti utama yang mampu membenarkan adanya pasien dengan identias
yang jelas dan telah mendapatkan berbagai pemeriksaan dan pengobatan di sarana pelayanan kesehatan
dengan segala hasil serta konsekuensi biayanya.
2) Pelayanan pasien, rekam medis mendokumentasikan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan,
penunjang medis dan tenaga lain yang bekerja dalam berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan
demikian rekaman itu membantu pengambilan keputusan tentang terapi, tindakan, dan penentuan diagnosis
pasien. Rekam medis juga sebagai sarana komunikasi antar tenaga kesehatan lain yang
6
f-
Pc
sama-sama terlibat dalam menangani dan merawat pasien. Rekaman yang rinci
dan bermanfaat menjadi alat penting dalam menilai dan mengelola resiko
manajemen. Selain itu rekam medis setiap pasien juga berfiingsi sebagai tanda
bukti sah yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Oleh karena itu
rekam medis yang lengkap harus setiap saat tersedia dan berisi data/informasi
tentang pemberian pelayanan kesehatan secara jelas.
3) Manajemen pelayanan, rekam medis yang lengkap memuat segala aktivitas yag
terjadi dalam manajemen pelayanan sehingga digunakan dalam menganalisis
berbagai penyakit, menyusun pedoman praktik, serta untuk mengevaluasi mutu
pelayanan yang diberikan.
4) Menunjang pelayanan, rekam medis yang rinci akan mampu menjelaskan
aktivitas yang berkaitan dengan penanganan sumber-sumber yang ada pada
organisasi pelayanan di RS, menganalisis kecenderungan yang teijadi dan
mengkomunikasikan informasi di antara klinik yang berbeda.
5) Pembiayaan, rekam medis yang akurat mencatat segala pemberian pelayanan
kesehatan yang diterima pasien. Informasi ini menentukan besamya tagihan
yang harus dibayar, baik secara tunai atau melalui asuransi
1
c) Menilai kepatuhan sesuai standar pelayanan
d) Sebagai dasar pemberian akreditasi bagi profesional dan rumah sakit
e) Membandingkan organisasi pelayanan kesehatan
3) Riset
a) Mengembangkan produk baru
b) Melaksanakan riset klinis
c) Menilai teknologi
d) Studi keluaran pasien
e) Studi efektivitas serta analisis manfaat dan biaya pelayanan pasien
f) Mengidentifikasi populasi yang beresiko
g) Mengembangkan registrasi dan basis/pangkalan data (data base)
h) Menilai manfaat dan biaya sistem rekaman
4) Pengambilan Kebijakan
a) Mengalokasikan sumber-sumber
b) Melaksanakan rencana strategis
c) Memonitor kesehatan masyarakat
5) Industri
a) Melaksanakan riset dan pengembangan
b) Merencanakan strategi pemasaran
9
PtAofbM* PtiUy*hM* Mt/l* & MwCfi*M**/Cy*£ &V -
1>AC
I-
(f
f - p£ < vl 1-
a. Berkas Rekam Medis Rawat Jalan
Isi berkas rekam medis pasien rawat jalan sekurang-kurangnya memuat:
- Identitas pasien
- Tanggal dan waktu
- Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit
- Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
- Diagnosis
- Rencana penatalaksanaan
- Pengobatan dan atau tindakan
- Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
- Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik dan
- Persetujuan tindakan bila diperlukan
b. Isi Rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang-
kurangnya memuat:
- Identitas pasien
- Tanggal dan waktu
- Hasil anamnesa mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit
- Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
- Diagnosis
- Rencana penatalaksaan
- Pengobatan dan atau tindakan
- Persetujuan tindakan bila diperlukan
- Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
- Ringkasan pulang
- Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan
- Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu
- Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
c. Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat sekurang-kurangnya memuat:
- Identitas pasien
- kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
- Identitas pengantar pasien
- Tanggal dan waktu
11
C. BATASAN OPERASIONAL
1. Managemen Rekam Medis
Adalah kegiatan penyelenggaraan rekam medis di RS. Muhammadiyah Lamongan
yang terdiri dari koding, indeksing, assembling, penyimpanan rekam medis,
pendistribusian rekam medis dan pelaporan rekam medis.
2. Rekam Medis
Adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnese,
penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang
diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun
yang mendapatkan pelayanan gawat darurat”.
3. Admission
Adalah tempat penerimaan / pendaftaran pasien rawat inap.
4. Registrasi
Adalah tempat penerimaan / pendaftaran pasien rawat jalan.
5. Tracer
suatu metode yang digunakan sebagai pengendali berkas rekam medis, pengendali
yang dimaksud adalah dengan adanya tracer maka dapat diketahui keberadaan berkas
rekam medis yang telah keluar dari ruang penyimpanan rekam medis. Tracer secara
umum diartikan sebagai lembar perunut yaitu suatu lembaran dengan kualitas kertas
tebal dan tidak mudah sobek yang didalamnya memuat informasi mengenai tanggal
keluar berkas rekam medis, tempat / peminjam berkas rekam medis, nama petugas
rekam medis dan tanggal kembali berkas rekam medis.
6. ICD-10
Adalah kepanjangan dari International Classification of Disease Ten Revision. ICD-10
digunakan untuk mengkode diagnosa penyakit pasien rawat jalan maupun rawat inap
7. ICD-9-CM
Adalah kepanjangan dari International Classification of Disease Ninth Revision Clinical
Modification. ICD-9-CM digunakan untuk mengkode/mengklasifikasikan tindakan atau
prosedur pasien rawat jalan maupun rawat inap
12
SUl
8. Kartu berobat f-
Adalah kartu yang diberikan kepada pasien dimana isi kartu tersebut adaalah nomor
rekam medis dan nama pasien. Kartu tersebut digunakan untuk mempermudah
pencarian kembali rekam medis pasien yang akan berobat.
D. LANDASANHUKUM
Instalasi Rekam Medis di RS. Muhammadiyah Lamongan adalah merupakan bagian
yang harus terselenggara sesuai dengan :
1. Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis merupakan landasan
hukum yang harus dipedomani bagi semua tenaga medis dan para medis serta tenaga
kesehatan lainnya yang terlibat di dalam penyelenggaraan rekam medis.
2. Undang Undang no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ( Pasal 46-47 tentang
rekam medis dan pasal 48 tentang wajib simpan rahasia kedoketeran)
3. Permenkes no 290/MENKES/PER/III/2008 Tentang persetujuan tindakan kedokteran
4. Undang Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
6. Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 tentang tenaga rekam medis.
7. Keputusan Menteri Kesehatan no 377/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan.
8. Surat Keputusan Menkes RI No.034/BIRHUP/1972. Ada kejelasan bagi rumah sakit
menyangkut kewajiban untuk menyelenggarakan rekam medis dengan kegiatannya
menunjang pelayanan medis yang diberikan kepada pasien, meliputi membuat rekam
medis berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan, serta merawat statistik yang telah
up to date. Melalui peraturan-peraturan tentang rekam medis, diharapkan rumah sakit
dapat menyelenggarakan rekam medis berjalan sebagaimana yang diharapkan.
5. SK Dir Jen Yan Medik tahun 1996, Nomor : YM.00.03.2.2. 1296 Revisi Pedoman
Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit.
6. Kebijakan Pelayanan Rekam medis RS Muhammadiyah Lamongan
PeJ,othM* l*t 13
E. ASPEK HUKUM REKAM MEDIS
1. Aspek Persyaratan Hukum
Sesuai dengan PERMENKES No. 269/MENKES/PER/III/2008, tentang Rekam
Medis serta keputusan Ditjen Yan Med Nomor YM.00.03.2.2. 1296 maka tenaga yang
berhak mengisi rekam medis di RS. Muhammadiyah Lamongan adalah:
1. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter spesialis yang melayani
pasien di RS. Muhammadiyah Lamongan.
2. Dokter tamu yang merawat pasien di RS Muhammadiyah Lamongan.
3. Residen yang sedang melakukan kepaniteraan klinik
4. Tenaga para medis perawatan dan non perawatan yang terlibat langsung dalam
pelayanan antara lain ; Perawat, Perawat Gigi, Bidan, Tenaga Laboratorium Klinik,
Gizi, Anastesi, Penata Rontgen, Rehabilitasi Medis, Rekam Medis dan lain
sebagainya.
5. Dalam hal dokter ke luar negeri maka yang melakukan tindakan/konsultasi kepada
pasien yang mengisi rekam medis adalah dokter yang ditunjuk oleh Direktur RS
Muhammadiyah Lamongan.
14
Pt/c*h*h RdUfK Htju M<*t**+***My*£
3. Kerahasiaan Rekam Medis
Rekam Medis adalah catatan penting tentang identitas pasien yang bersifat sangat
pribadi sehingga harus dijaga kerahasiaannya. Hal ini telah diatur dalam permenkes no
269/PER/III/2008 Bab IV Pasal 10 yang berbunyi: Informasi tentang identitas,
diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus
dijaga kerahasiannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas
pengelolaan dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Meskipun kita ketahui bahwa pada dasamya pasien dapat mengetahui tentang
keadaan sakitnya melalui dokter, dan bahwa pasien berkewajiban untuk memberikan
ijin/kuasa kepada pihak ke 3 yang ingin mengetahui keadaan sakitnya kecuali
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku namun satu hal yang harus
dilakukan petugas rekam medis dalam menjalankan tugasnya terhadap pembukaan
informasi medis pasien yaitu melaksanakannya dengan teliti dan hati-hati.
Ketelitian dan sifat hati-hati ini membuat petugas medis untuk memperhatikan:
1. Memastikan secara pasti informasi apa yang kiranya dapat memenuhi kebutuhan
sipenanya, serta hanya informasi itu yang hanya dikirimkan.
2. Bila ada pertanyaan tentang kebenaran atau sah tidaknya tanda tangan pada surat
kuasa pasien di surat ijin, lakukan pengecekan dengan tanda tangan lain pada saat
pasien dirawat dan surat ijin lainya yang ada dalam RM.
3. Bila tidak ada tanda tangan sebagai pembanding dan ada keraguan tentang sah
tidaknya tanda tangan itu, maka orang itu harus mengesahkan tanda tangannya
dinotaris terlebih dahulu . Demikian pula bila terjadi perubahan tanda tangan dari
masa gadis kemasa nikah (nona menjadi Nyonya)
Resume pasien cukup digunakan sebagai penjelas informasi yang diinginkan, kecuali
bila telah ditentukan lebih dari pada itu (Misal seluruh berkas)
Sumber hukum yang bisa dijadikan acuan di dalam masalah kerahasiaan suatu
informasi yang menyangkut Rekam Medis pasien adalah peraturan pemerintah No. 10
tahun 1966 yaitu mengenai “wajib simpan rahasia kedokteran”, Dengan adanya
peraturan permerintah itu maka siapapun yang bekerja di rumah sakit. Khususnya bagi
mereka yang berhubungan dengan data Rekam Medis wajib memperhatikan ketentuan
tersebut.
15
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya
dalam lapangan kedokteran.
Pasal 3:
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah :
a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-undang tenaga kesehatan
(lembaran Negara th. 1963 No. 78)
b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan
pengobatan dan/ atau perawatan & orang lain yang ditetapkan oleh menteri
Kesehatan.
16
PUorb** Mt/lt & R&f -
(f
oleh pasien dan/atau walinya, sedangkan pihak rumah sakit, termasuk doktemya, hanya menjadi saksi.
Sebenamya, consent (persetujuan) dapat diberikan dalam bentuk:
1. Dinyatakan (expressed): (a) secara lisan, dan (b) secara tertulis.
2. Tidak dinyatakan (implied). Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan maupun tertulis, namun melakukan
tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan jawabannya; misalnya menggulung lengan baju ketika akan diambil
darahnya.
Pemyataan tertulis diperlukan apabila dibutuhkan bukti dikemudian hari, umumnya pada tindakan yang invansif atau
yang beresiko mempengaruhi kesehatan pasien secara bermakna. UU No 29 Tahun 2004 tentang Paktik Kedokteran
dan Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran menyatakan bahwa setiap
tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh
yang berhak memberikan persetujuan.
Informed consent memiliki lingkup terbatas pada hal-hal yang telah dinyatakan sebelumnya, dan tidak dapat
dianggap sebagai persetujuan atas semua tindakan yang akan dilakukan. Dokter dapat bertindak melebihi yang telah
disepakati hanya apabila terjadi keadaan gawat darurat dan keadaan tersebut membutuhkan waktu yang singkat untuk
mengatasinya.
Proxy-consent adalah consent yang diberikan oleh orang yang bukan pasien itu sendiri, dengan syarat bahwa pasien
tidak mampu memberikan consent secara pribadi, dan consent tersebut harus mendekati apa yang sekiranya akan
diberikan oleh pasien apabila ia mampu memberikannya (baik buat pasien, bukan baik buat orang banyak). Umumnya
urutan orang yang dapat memberikan Proxy-consent adalah suami/istri, anak yang sudah dewasa (umur 21 tahun atau
pemah menikah), orangtua, saudara kandung, dan lain-lain.
Hak menolak terapi lebih sulit diterima oleh profesi kedokteran daripada hak menyetujui terapi. Banyak ahli yang
mengatakan bahwa hak menolak terapi bersifat tidak absolute, artinya masih dapat ditolak atau diterima oleh dokter
akan mengalami konflik moral dengan kewajiban menghormati kehidupan, kewajiban untuk mencegah perbuatan yang
bersifat bunuh diri atau self inflicted, kewajiban melindungi pihak ketiga, dan integritas etis profesi dokter. Namun
perkembangan nilai demikian cepat terjadi sehingga
17
f- pi
l'd*Ah
saat ini telah banyak dikenal permintaan pasien untuk tidak diresusitasi, terapi
minimal, dan menghadapi kematian yang alami tanpa menerima terapi/tindakan yang
extraordinary.
Dalam praktik sehari-hari, informed consent tidak hanya diperlukan pada tindakan
operatif, melainkan juga pada prosedur diagnostik atau tindakan pengobatan yang invasif
lainnya, misalnya pada waktu arteriografi, pemeriksaan laboratorium tertentu, kateterisasi,
pemasangan alat bantu napas, induksi partus, ekstraksi vakum dan lain-lain.
Dalam Pelaksanaannya Informed consent memiliki 7 elemen (Beauchamp and
Childress, 1994), yaitu:
1. Kompeten untuk memahami dan membuat keputusan,
2. Sukarela dalam membuat keputusan
3. Penjelasan yang informative dan lengkap
4. Rekomendasi atau rencana tindakannya
5. Pemahaman atas informasi yang diberikan
6. Pembuatan keputusan, dan
7. Otorisasi.
Menurut SK Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor : HK.00.06.3.5.1866 Tentang
Pedoman Persetujuan Tindakan Medik, Pelaksanaan informed consent dianggap benar
jika memenuhi ketentuan dibawah ini:
1. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan untuk tindakan medis yang
dinyatakan secara spesifik (the consent must he for what will be actually performied)
2. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan tanpa paksaan (voluntary)
3. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan oleh seseorang (pasien) yang
sehat mental dan yang memang berhak memberikannya dari segi hukum
4. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan setelah diberikan cukup
(adekuaf) informasi dan penjelasan yang diperlukan.
Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
mengatur tentang tata laksana pengadaan informed consent, atau dalam Permenkes ini
disamakan dengan Pesetujuan Tindakan Medik (Pertindik). Dan SK Direktur Jenderal
Pelayanan Medik Nomor : HK.00.06.3.5.1866 Tentang Pedoman Persetujuan Tindakan
Medik (informed consent) serta UU Praktik Kedokteran Pasal 45 ayat (3) memberikan
panduan pemberian informasi dalam rangka informed consent, yaitu sekurang-
f- pi
l'd*Ah 18
I>AI<
f-
sekurangnya meliputi diagnosis dan tata cara tindakan, altrenatif tindakan lain dan
risikonya, risiko dan komplikasi yang muungkin teijadi, dan prognosis terhadap tindakan
tindakan yang dilakukan.
Dengan merujuk kepada doktrin dan ketentuan hukum di atas maka pelaksanaan
informed consent adalah sebagai berikut:
1. Pertindik dalam bentuk tertulis diperlukan pada tindakan medis yang mengandung
risiko tinggi atau yang membutuhkan bukti.
2. Selalu didahului dengan penjelasan oleh dokter yang merawat atau oleh dokter
penggantinnya
3. Informasi dapat diberikan secara lisan ataupun tertulis dengan memberikan
kesempatan yang cukup untuk Tanya-jawab. Bentuk tertulis dapat dijadikan bukti
bahwa informasi tersebut telah diberikan.
4. Informasi yang diberikan setidak-tidaknya meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan, alternative tindakan lain dan risikonya,
risiko dan komplikasi yang mungkin teijadi, dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan
5. Kemungkinan perluasan tindakan (operasi), bila ada, harus diinformasikan
sebelumnya perluasan operasi yang tidak terduga dan belum diinformasikan hanya
dapat dilakukan pada keadaan darurat
6. Pertindik tertulis diberikan oleh pasien sendiri bila ia kompeten (dewasa, sadar dan
sehat mental), atau oleh keluarga terdekat atau walinya dalam hal ia tidak kompeten
7. Pertindik tidak diperlukan apabila pasien tidak kompeten dan tidak ada keluarga yang
mendampingi, sedangkan tindakan medis sangat diperlukan oleh karena pasien dalam
keadaan darurat
Urutan prioritas pemberi persetujuan yang umum adalah pasien sendiri, suami/istri,
anaknya yang sudah dewasa, orangtuanya dan saudara kandungnya. Sedangkan
keluarga lain, teman dan kenalan lain dapat memberikan persetujuan dalam hal orang-
orang yang disebut sebelumnnya tidak ada.
Dengan memperhatikan kaidah-kaidah diatas maka Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan, membuat kebijakan tentang informed consent adalah sebagai berikut;
22
17.Fakta bahwa seorang majikan telah membayar atau telah menyetujui untuk membayar ongkos rumah sakit bagi
seorang pegawainya, tidak dapat dijadikan alasan bagi rumah sakit untuk memberikan informasi medis pegawai
tersebut kepadanya tanpa surat kuasa atau persetujuan tertulis dari pasien atau walinya yang syah.
18.Pengesahan untuk memberikan informasi hendaklah berisi indikasi mengenai periode- periode perawatan tertentu.
Surat kuasa atau persetujuan itu hanya berlaku untuk informasi medis termasuk dalam jangka waktu atau tanggal
yang tertulis didalamnya.
Di sisi lain, rumah sakit sebagai institusi tempat dilaksanakannya pelayanan medis, memiliki
Kode Etik Rumah Sakit (Kodersi) yang diantaranya juga berkaitan dengan rekam medis, yaitu:
Pasal 04 : Rumah sakit harus memelihara semua catatan/arsip, baik medik maupun
nonmedik secara baik.
Pasal 09 : Rumah sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien
Pasal 10 : Rumah sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien dan tindakan
apa yang hendak dilakukan
Pasal 11 : Rumah sakit harus meminta persetujuan pasien (informed consent sebelum
melakukan tindakan medik
24
Ht/iir ££ Li4h0hp*\t &</ - (f-
BAB II
Adapun secara khusus pola ketenagaan di Bagian Rekam Medis disusun berdasarkan
kebutuhan dan tujuan pelayanan Rekam Medis di RSML. Tujuan pelayanan di Bagian Rekam
Medis adalah memberikan pelayanan rekam medis yang profesional dan bermutu sesuai dengan
target yang ingin dicapai. Sedangkan dalam menentukan kebutuhan tenaga di Bagian Rekam
Medis harus sesuai dengan standart tertentu melalui proses yang sistematis serta alasan yang
jelas mengenai jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan.
Standart tenaga rekam medis di RS Muhammadiyah Lamongan ditentukan dengan kriteria
debagai berikut:
1. Kompetensi tenaga rekam medis sesuai dengan Keputusan Mentri Kesehatan RI nomor
377/Menkes/SK/III/2007
2. Sesuai dengan Standar Akreditasi RS
Semua (100%) tenaga rekam medis harus memiliki sertifikat pelatihan Rekam Medis.
3. Berdasarkan perhitungan beban kerja dengan mempertimbangkan :
• Ruang Lingkup pekerjaan
- Pendaftaran - Surat Keterangan Medis
- Assembling - Filling
- Coding & Indeksing - Pelaporan
• Beban Kerja:
(berdasarkan ketentuan dari MenPAN dengan SK no 20 tahun 1990 tentang Pedoman Tindak
Lanjut Program Analisis Jabatan)
Keterangan:
Volume Hasil : diperoleh dengan mengalikan volume hasil rata-rata dengan hasil rata-rata
- Jam kerja dihitung 7 jam per hari
- Assigment : penugasan oleh atasan diluar tugas utama namun dipandang perlu untuk
kelancaran pelaksanaan tugas secara keseluruhan. Sesuai ketentuan yang berlaku
(BAKN), jumlah yang digunakan adalah 5% dari beban kerja
- Allowance : waktu yang digunakan oleh pegawai selama jam kerja tetapi bukan
untuk pelaksanaan tugas jabatan. Misal, waktu untuk sholat, ke toilet, dll.
Sesuai ketentuan yang berlaku (BAKN). jumlah yang digunakan adalah 25 %
dari beban kerja
Kualifikasi jabatan dari masing masing petugas yang ada di bagian rekam medis dap at
dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:
Kualifikasi
Jabatan /
No Kemampuan TeknisKemampuan Sikap Kerja Kemampuan Lainnya
Bagian
(Hard Competency) (Soft Competency) (Other Competency)
27
loyalitas yang tinggi.
Mampu berkomunikasi verbal
dan non verbal dengan baik.
• Mampu mengarahkan,
membina dan
mengembangkan
potensi staf.
Mampu mempersiapkan dan
memberikan presentasi.
2 Kepala Sub S1 Kesehatan Masyarakat Sehat jasmani dan rohaniBerstatus sebagai
Bagian (basic D3 Rekam Medis) / dan tidak sedang dalam karyawan organik dan
Pendaftaran D3 Rekam Medis dengan proses masalah keduanya. telah bekerja di RSML
dan pengalaman kerja Memiliki kemampuan manaj minimal 3 tahun.
Pengelolaan dibidang Rekam Medis > 3 emen pendaftaran dan • Aktif dalam kegiatan
Berkas tahun. pengelolaan berkas rekam Persyarikatan
Memiliki Sertifikat Manaj medis Muhammadiyah
emen Rekam Medis Memiliki kesehatan yang sampai saat ini.
• Mampu baik untuk melakukan tugas • Memiliki pengalaman
mengoperasionalkan internal maupun ekstemal. berorganisasi.
komputer minimal Inisiatif dan kreatif, dapat
microsoft office mengambil keputusan
dengan cepat dan tepat
Memiliki komitmen dan
loyalitas yang tinggi.
Mampu berkomunikasi
verbal dan non verbal
dengan baik.
Mampu mengarahkan,
membina dan
mengembangkan potensi
staf dibawahnya
3 Kepala Sub
bagian • SI Kesehatan Masyarakat Sehat jasmani dan rohani
Pelaporan dan (Basic D3 Rekam Medis) / dan tidak sedang dalamBerstatus sebagai
Pengolahan SI Statistik (Basic D3 proses masalah keduanya karyawan organik dan
Data Rekam Medis) dengan Memiliki kemampuan telah bekerja di RSML
pengalaman kerja manajemen pengolahan minimal 3 tahun.
dibidang Rekam dan pelaporan data Aktif dalam kegiatan
4 Koding dan Dill Rekam Medis danSehat jasmani dan rohani dan • Berstatus sebagai
Indeksing Informasi Kesehatan tidak sedang dalam proses karyawan di RSML
• Mampu masalah keduanya. • Aktif dalam kegiatan
mengoperasionalkan Memiliki kesehatan yang baik Persyarikatan
komputer minimal untuk melakukan tugas. Muhammadiyah
microsoft office Memiliki komitmen dan sampai saat ini.
loyalitas yang tinggi.
Mampu berkomunikasi verbal
dan non verbal dengan baik.
6 Pelaporan Dill Rekam Medis danSehat jasmani dan rohani • Berstatus sebagai
Informasi Kesehatan dan tidak sedang dalam karyawan di RSML
Ekstem SI Statistik / Dill Statistik proses masalah keduanya. • Aktif dalam kegiatan
yang memiliki SertifikatMemiliki kesehatan yang baik Persyarikatan
Pelatihan Manajemen untuk melakukan tugas. Muhammadiyah
Rekam Medis khususnyaMemiliki komitmen dan sampai saat ini.
mengenai Statistk Rekam loyalitas yang tinggi.
Medis Mampu berkomunikasi verbal
• Mampu dan non verbal dengan baik
mengoperasionalkan Memiliki kemampuan
komputer minimal mengolah dan menyajikan
microsoft office data rekem medis
Memiliki kemampuan dalam
mengintepretasikan data
rekam medis
9 Filling Pendidikan minimal SLTA Sehat jasmani dan rohani dan • Berstatus sebagai
Memiliki Sertifikat Pelatihan tidak sedang dalam proses karyawan di RSML
Manajemen Rekam Medis masalah keduanya. • Aktif dalam kegiatan
• Mampu Memiliki kesehatan yang baik Persyarikatan
mengoperasionalkan untuk melakukan tugas. Muhammadiyah
komputer minimal Memiliki komitmen dan sampai saat ini.
microsoft office loyalitas yang tinggi.
Mampu berkomunikasi verbal
dan non verbal dengan baik.
Memiliki ketelitian dalam
mengelola penyimpanan
berkas
10 Surat Pendidikan minimal SLTA Sehat jasmani dan rohani dan • Berstatus sebagai
Keterangan Memiliki Sertifikat Pelatihan tidak sedang dalam proses karyawan di RSML
Medis Manajemen Rekam Medis masalah keduanya. • Aktif dalam kegiatan
• Mampu Memiliki kesehatan yang baik Persyarikatan
mengoperasionalkan untuk melakukan tugas. Muhammadiyah
komputer minimal Memiliki komitmen dan sampai saat ini.
microsoft office loyalitas yang tinggi.
Mampu berkomunikasi verbal
dan non verbal dengan baik.
B. DISTRIBUSIKETENAGAAN
SDM instalasi rekam medis RS. Muhammadiyah Lamongan berjumlah 17 orang dan
sesuai dengan struktur organisasi bagian rekam medis terbagi menjadi 2 sub bagian
yaitu sub Bagian Pendaftaran dan pengelolaan berkas serta sub bagian Pengolahan
data dan Pelaporan Instalasi rekam medis RS. Muhammadiyah Lamongan dikepalai oleh
seorang kepala instalasi dengan pendidikan D3 Rekam Medis yang sudah
berpengalaman minimal 5 tahun, dan bersertifikat. Adapaun pendistribusian SDM
instalasi rekam medis adalah sebagai behkut:
Pe/o***h Pd&yM&h
if — y
Staf Pelaksana 1
D3 Rekam Sudah mengikuti Assembling dan
4
Medis Pelatihan Koding Koding RI
Staf Pelaksana 3
10 SLTA Belum Pelatihan Pendaftaran
Total 17
if — y
C. PENGATURAN SHIFT
Rekam Medis RS Muhammadiyah Lamongan dibagi menjadi dua sub bagian yaitu sub
bagian pendaftaran dan pengelolaan berkas serta sub bagian Pengolahan data dan
pelaporan. Adapun penempatan staf dan pengaturan shift pada bagian rekam medis
RS Muhammadiyah Lamongan dapat dijabarkan dalam tabel berikut:
Jumlah 17
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang
1. Denah Tempat Penerimaan/Pendaftaran Pasien IGD
Gambar 1
Keterangan :
36
iff — ^
2. Denali Instalasi Rekam Med is Utama
Ketoreog
aa. ijjj Computer
Keterangan:
Berdasarkan pedoman teknis sarana dan prasarana Rum ah Sakit, Kebutuhan fasilitas untuk bagian rekam medis dapat
dijabarkan dalam tabel berikut:
Nam a Besaran
No Ruangan Fungsi Ruang / Luas Kebutuhan Fasilitas
3 Ruang Ruang ini digunakan 3-5 m2 / petugas Meja, Kursi, Lemari Berkas
Administrasi untuk (luas area / arsip, Intercom/telepon,
Pendaftaran menyelenggarakan disesuajikan dan peralatan kantor
IGD kegiatan administrasi dengan jumlah lainnya.
meliputi: petugas)
1. Pendaftaran Pasien
IGD
2, Penandatangan surat
pemyataan dari
keluarga pasien IGD
6 Ruang Surat Ruang keija staf untuk Sesuai Meja, Kursi, lemari
Keterangan pengurusan surat berkas/arsip, Komputer,
Medis keterangan medis dan Kebutuhan printer, intercom/ telepon
klaim asuransi
Standar Fasilitas yang ada pada bagian rekam medis disesuaikan dengan kebutuhan petugas dalam kegiatan pengelolaan
rekam medis. Fasilitas pada setiap uraian tugas dapat di jabarkan sebagai berikut:
41
tit -
SfefaJ&A
Fasilitas ruangan Kepala Sub Bagian Pendaftaran dan Pengolahan berkas bersih dan dengan fasilitas AC.
Penerangan harus memadai sesuai dengan kualifikasi standart K3. Fasilitas yang digunakan petugas pendaftaran
antara lain:
a. 1 Set Meja Kantor
b. 1 Set Komputer pentium IV
c. Printer
d. 2 kursi tamu
e. 1 buah Aiphone
f. Antar jemput saat melaksanakan Dinas Luar
g. Barang Habis Pakai untuk Perkantoran
h. Buku Master Plan dan Strategic Plan RSML
i. Buku Kebijakan Operasional Umum RSML
j. Buku Peraturan Kekaryawanan RSML
k. Buku Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia
l. Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah Sakit
m. Buku Pedoman Pelayanan Rekam Medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
n. Peraturan Perundang - undangan lain yang terkait
Fasilitas ruangan Kepala Sub Bagian Pelaporan dan Pengolahan Data bersih dan dengan fasilitas AC.
Penerangan harus memadai sesuai dengan kualifikasi standart K3. Fasilitas yang digunakan petugas pendaftaran
antara lain:
a. 1 Set Meja Kantor
b. 1 Note Book
c. Printer
d. 2 kursi tamu
e. 1 buah Aiphone
f. Antar jemput saat melaksanakan Dinas Luar
g. Barang Habis Pakai untuk Perkantoran
42
fff
—
4. Pendaftaran
Dalam proses pendaftaran kondisi ruangan bersih dan dengan fasilitas kipas angin yang memadai. Penerangan harus
memadai sesuai dengan kualifikasi standart K3. Fasilitas yang digunakan petugas pendaftaran antara lain:
a. I Set Komputer pentium IV
b. Printer
c. Scanner
d. I buah kursi
e. I buah Aiphone
f. Barang Habis Pakai untuk Perkantoran
g. Buku Peraturan Kekaryawanan RSML
h. Buku Panduan Pendaftaran
i. Buku Pedoman Pelayanan Rekam Medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
j. Peraturan Perundang - undangan lain yang terkait
43
5. Assembling
Dalam proses assembling kondisi ruangan bersih dan dengan fasilitas AC.
Penerangan harus memadai sesuai dengan kualifikasi standart K3. Fasilitas yang
digunakan petugas assembling antara lain:
6. Filling
Dalam proses Filling kondisi ruangan bersih dan dengan fasilitas kipas angin
yang memadai. Penerangan harus memadai sesuai dengan kualifikasi standart K3
serta disediakan anak tangga yang am an, tidak menyebabkan tergelincir. Fasilitas
yang digunakan petugas assembling antara lain:
1. 1 Set Komputer pentium IV
2. Printer
3. Scanner
4. 1 buah kursi
5. 1 buah Aiphone
6. Barang Habis Pakai untuk Perkantoran
7. Buku Pedoman Pelayanan Rekam Medis Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan
8. Peraturan Perundang - undangan lain yang terkait
lit —
S&jfAjbzA- f~
Dalam proses pelaksanaan koding dan indeksing kondisi ruangan bersih dan
dengan fasilitas AC. Penerangan harus memadai sesuai dengan kualifikasi standart
K3. Fasilitas yang digunakan petugas pelaksana Koding dan Indeksing antara lain:
a. 1 Set Komputer
b. 1 buah kursi
c. 1 buah Aiphone
d. Buku Pedoman Pelayanan Rekam Medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
e. Buku ICD 10 volume I, II dan III, serta ICD 9 CM untuk prosedur tindakan.
a. 1 SetKomputer
b. Printer
c. 1 buah kursi
d. 1 buah Aiphone
e. Buku Pedoman Pelayanan Rekam Medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
f. Buku Pedoman Pelaporan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
g. Buku - buku statistic kesehatan yang terkait
46
"Cad IV — lata JLatc^ana tcCavaxan
BAB IV
A. PENERIMAAN PASIEN
Pasien adalah pelanggan utama yang tidak dapat tergantikan di dalam suatu instansi
kesehatan. Pasien dirumah sakit dapat dikategorikan sebagai pasien poliklinik (pasien
berobat jalan), pasien gawat darurat dan pasien rawat inap. Sedangkan berdasarkan jenis
jenisnya dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Dilihat dari segi pelayanan rumah sakit pasien datang ke rumah sakit dibedakan menjadi:
a. Pasien yang dapat menunggu
b. Pasien berobat jalan yang datang dengan peijanjian
c. Pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat
d. Pasien yang segera ditolong (pasien gawat darurat)
2. Sedangkan menurut jenis kedatangannya, pasien dapat dibedakan menjadi:
a. Pasien barn : adalah pasien yang baru pertama kali datang ke rumah sakit untuk
keperluan berobat.
b. Pasien lama : adalah pasien yang pemah datang sebelumnya untuk keperluan
berobat.
3. Kedatangan pasien ke rumah sakit dapat terjadi karena :
a. Dikirim oleh dokter praktek di luar rumah sakit.
b. Dikirim oleh rumah sakit lain, Puskesmas atau jenis pelayanan kesehatan lainnya.
c. Datang atas kemauan sendiri.
47
B. PELAYANAN PEND AFT ARAN RAWAT JALAN
Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yang tidak
mendapatkan pelayanan rawat inap di fasilitas pelayaan kesehatan (Huffama, ’94). Pelayanan
rawat jalan merupakan pelayanan yang diberikan kepada pasien dengan kategori '’Pasien
yang dapat menunggu” yaitu Pasien berobat jalan yang datang dengan peijanjian ataupun
tidak dengan perjanjian, dan Pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat darurat.
Prosedur pertama dalam Penerimaan Pasien Rawat Jalan atau pasien Poliklinik adalah
Pasien akan diterima di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPPRJ). Pasien rawat jalan
yang masuk dalam kategori pasien lama akan didaftarkan pada loket pendaftaran pasien
lama, sedangkan pasien rawat jalan yang baru atau belum pemah berobat sama sekali di
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan akan didaftar pada loket pendaftaran pasien baru.
Menurut Savitri Citra Budi (2011), Pasien rawat darurat merupakan pasien yang datang ke
tempat penerimaan pasien gawat darurat yang dibuka selama 24 jam pelayanan, disini pasien
ditolong lebih dahulu setelah itu kemudian menyelesaikan administrasinya. Prosedur pertama
dalam Penerimaan Pasien di Instalasi Gawat Darurat (PPIGD) adalah pasien merupakan
kategori pasien yang harus segera ditolong (pasien yang dalam kondisi gawat darurat).
Namun tidak menutup kemungkinan juga melayani kategori pasien umum/tidak dalam
keadaan gawat darurat, hal ini disebabkan PPIGD buka selama 24 jam sehingga waktu diluar
jam 21.00 WIB (batas waktu layanan poliklinik/rawat jalan) PPIGD juga menerima pasien yang
datang tidak dalam keadaan gawat namun dengan prioritas pasien gawat darurat. Jadi pasien
yang tidak dalam keadaan gawat darurat akan mendapatkan pelayanan kesehatan setelah
pasien gawat darurat telah tertangani.
Prosedur selanjutnya sebagaimana TPPRJ yaitu terbagi atas dua pasien, Pasien Baru dan
Pasien Lama. Perbedaannya adalah jika pasien gawat darurat maka pasien akan ditolong
terlebih dahulu baru kemudian penyelesaian administrasinya (Pendaftaran). Proses
pendaftaran pasien gawat darurat dapat diwakilkan oleh keluarga pasien, jika pasien datang
bersama dengan keluarga atau pengantar. Pendaftaran pasien dapat dilakukan dengan
menanyakan kartu identitas pasien kepada pasien/keluarga/pengantar. Namun jika pasien
gawat darurat dan tidak ada keluarga pasien yang mengantarkan maka petugas melakukan
wawancara secara langsung dengan pasien, namun apabila pasien dalam kondisi tidak sadar
maka petugas mencari kartu identitas pasien dan bila temyata kartu identitas pasien tidak
ditemukan maka pasien diberi nama inisial yaitu Tn/Sdr/An X jika pasien laki-laki dan
Ny/Nn/An X jika pasien perempuan, kemudian setelah huruf X tersebut diberikan kode
petugas pendaftaran. Jika pasien yang belum teridentifikasi tersebut lebih dari satu maka
kode sanjutnya setelah kode nama petugas pendaftaran ditambahkan angka urut sesuai
jumlah kasus yang ditemukan.
Contoh:
1. Tn Xfl untuk pasien tanpa identitas pertama yang didaftar oleh petugas pendaftaran
yang berinisial ”f \
2. Ny Xf2 untuk pasien tanpa identitas kedua, Tn Xnl untuk pasien tanpa identitas
pertama yang didaftar oleh petugas pendaftaran yang berinisial ”n”, dan seterusnya
Sebagaimana prosedur penerimaan dan pendaftaran pasien diatas, akan lebih mudah
dimengerti dengan adanya alur pasien yaitu alur kegiatan yang harus dilalui oleh pasien. Alur
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut;
1. Untuk pasien dengan kondisi gawat maka dapat langsung menuju ke Instalasi Gawat
Darurat sedangkan untuk pasien tidak dalam kondisi gawat dan dapat menunggu maka
langsung menuju ke Tempat Penerimaan Pasien Poliklinik (TPPP) atau Tempat
Penerimaan Pasien Penunjang (TPP Penunjang).
2. Untuk Pendaftaran Pasien Peijanjian maka terbagi menjadi 2 yaitu;
a. Langsung : Pasien langsung datang ke TPPRJ untuk mendaftarkan diri ke Poliklinik
yang dituju.
b. Tidak langsung : Pasien menghubungi TPPRJ via Telepon untuk mendaftarkan diri ke
Poliklinik yang dituju.
t^siO *W lata jla^ana frcjavatuPM
—
50
ALUR PASIEN RAWAT JALAN/POLIKLINIK
FLOWCHART REKAM MEDIS RAWAT JALAN
Gambar 5
52
Satt ‘Tl- — 7at a jlafaanti fceCaitanaii.
Tata cara penerimaan pasien Rawat Inap disebut sebagai Prosedur Pasien Rawat Inap.
Pasien yang memerlukan perawatan, dapat menjadi 3 kelompok (Depkes RI-Rev. 1,1997;
him. 28) yaitu:
1. Pasien yang tidak gawat, penundaaan perawatan pasien tersebut tidak akan
menambah penyakitnya.
2. Pasien yang gawat, tetapi tidak darurat, dapat dimasukkan ke dalam daftar tunggu.
3. Pasien gawat darurat (emergency), langsung dirawat.
Pembinaan dan pelaksanaan pekeijaan penerimaan pasien dengan baik menciptakan
tanggapan yang baik dari pasien-pasien yang barn masuk, menjamin kelancaran dan
kelengkapan catatan-catatan serta menghemat waktu dan tenaga.
Untuk lancamya proses penerimaan pasien, harus memenuhi kriteria (Depkes RI-Rev.
11,2006; him. 42-43) sebagai berikut:
Untuk memperlancar tugas-tugas bagian lain yang erat hubungannya dengan proses
penerimaan pasien, telah diatur dalam ketentuan penerimaan pasien.
53
4. Membuat catatan yang lengkap tentang jumlah tempat tidur yang terpakai dan yang tersedia di seluruh rumah sakit.
5. Rekam medis yang lengkap, terbaca dan seragam harus disimpan oleh semua bagian selama pasien dirawat.
6. Instruksi yang jelas harus diketahui oleh setiap petugas yang bekeija dalam proses penerimaan dan pemulangan
pasien.
7. Semua pasien yang menderita segala macam penyakit, selama ruangan dan fasilitas yang memadai tersedia, dapat
diterima di rumah sakit.
8. Tanpa diagnosa yang tercantum dalam surat permintaan dirawat, pasien tidak dapat diterima.
9. Sedapat mungkin tanda tangan persetujuan untuk tindakan operasi dan sebagainya (apabila dilakukan) dilaksanakan
di IGD untuk kasus cito dan di Instalasi Rawat Inap untuk kasus elektif.
10. Pasien dapat diterima apabila :
a. Ada surat rekomendari dari dokter yang mempunyai wewenang untuk merawat pasien di rumah sakit.
b. Dikirim oleh dokter poliklinik
c. Dikirim oleh dokter Instalasi Gawat Darurat.
11. Pasien gawat darurat perlu diprioritaskan.
1. Setiap pasien yang membawa surat permohonan rawat inap dari dokter poliklinik, Unit gawat darurat, menghubungi
tempat penerimaan pasien rawat Inap. Sedang pasien rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya terlebih dahulu
diperiksa oleh dokter rumah sakit bersangkutan baik di IGD maupun Poliklinik.
2. Apabila tempat tidur di ruang rawat inap yang dimaksud masih tersedia petugas penerima pasien mencatat dalam
buku registrasi penerimaan pasien rawat inap : nama, no RM, Identitas dan data sosial lainnya serta menyiapkan/
mengisi data identitas pasien pada lembar masuk (DMK 1)
3. Berkas rekam medis rawat inap didistribusikan bersamaan dengan pemindahan pasien ke ruang rawat inap
4. Pasien diterima oleh petugas di ruang rawat inap dan dicatat pada buku register.
5. Dokter yang bertugas mencatat tentang riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, terapi serta semua tindakan yang
diberikan kepada pasien pada lembar assessment medis, catatan perkembangan pasien terintegrasi, serta lembar-
lembar lain yang dibutuhkan dan menandatanganinya.
6. Perawat/ Bidan mencatat pengamatan mereka terhadap pasien dan pertolongan perawatan yang mereka berikan
kepada pasien ke dalam assessment keperawatan/kebidanan, catatan perkembangan pasien terintegrasi dan
membubuhkan tanda tangannya, serta mengisi lembaran grafik tentang suhu, nadi, dan pemapasan seorang pasien.
7. Selama di ruang rawat inap, perawat / bidan menambahkan lembaran rekam medis sesuai dengan kebutuhan
pelayanan yang diberikan kepada pasien bila dianggap lembaran yang tersedia masih kurang.
8. Perawat / bidan berkewajiban membuat sensus harian yang memberikan gambaran mutasi pasien mulai jam 00.00
sampai dengan jam 24.00.
Sensus harian dibuat dan ditandatangani Kepala ruang rawat inap dan dikirim ke unit rekam medis, pengiriman
sensus harian paling lambat jam 08.00 pagi hari berikutnya.
9. Petugas ruangan memeriksa kelengkapan berkas rekam medis pasien, sebelum diserahkan ke unit rekam medis.
10. Setelah pasien keluar dari rumah sakit, berkas rekam medis pasien segera dikembalikan ke unit rekam medis paling
lambat 2 x 24 jam setelah pasien keluar, dalam keadaan lengkap dan benar.
11. Petugas rekam medis mengelola berkas rekam medis (assembling, evaluasi kelengkapan dan penyimpanan) dan
mengolah rekam medis yang sudah lengkap (kartu indeks penyakit, indeks Operasi, indeks kematian, dsb) untuk
membuat laporan dan statistik rumah sakit.
12. Petugas rekam medis membuat rekapitulasi sensus harian setiap akhir bulan dan menganalisa hasil kegiatan
tersebut kemudian mengirimkan ke sekretariatan untuk bahan laporan rumah sakit.
13. Bagian rekam medis menyimpan berkas-berkas rekam medis pasien menurut nomor rekam medisnya. Rekam Medis
pasien disatukan dalam satu berkas.
SW *?V — Jjafctcwa fcdayaKan
14. Petugas Bagian rekam medis mengeluarkan berkas rekam medis, apabila ada permintaan
baik untuk keperluan pasien berobat ulang atau keperluan lain.
15. Setiap permintaan rekam medis hams mengisi dalam buku peminjaman dan di entry pada
program peminjaman berkas.
16. Apabila rekam medis yang dipinjam sudah kembali, peminjam menandatangani dalam
buku peminjaman pada kolom tanda tangan pengembalian berkas. Petugas rekam medis
mengentry tangal pengembalian berkas pada program peminjaman berkas rekam medis.
17. Rekam medis pasien yang tidak pemah berobat lagi kerumah sakit selama tiga tahun
terakhir, dinyatakan sebagai Berkas In-Aktif.
18. Berkas-berkas rekam medis yang sudah dinyatakan sebagai berkas In-Aktif dikeluarkan
dari rak penyimpanan berkas aktif dan disimpan ditempat In-Aktif dan dibuat pertelaahan
berkas untuk dialihkan dalam bentuk soft file (scan), kemudiaan dapat dimusnahkan.
SW *?V — Jjafctcwa fcdayaKan
56
ptdot*** PlUy#h#h fat*** RS
ALUR PASIEN RAWAT
INAP
57
FLOWCHART BERKAS REKAM MEDIS RAWAT INAP
Gambar 9
58
*&&& *W — late Jja&aaa ficiaqa<zati
Rekam medis pada hampir semua pasien pelayanan kesehatan disimpan menurut
nomor, yaitu nomor pasien masuk (admision number).
Cara Penggunaan Unit Numbering System adalah pada saat seorang pasien
berkunjung pertama kali ke rumah sakit apakah sebagai pasien berobat jalan ataupun
pasien rawat inap, kepadanya diberikan satu nomor (Admison number) yang digunakan
selamanya untuk kunjungan seterusnya. Sehingga rekam medis pasien tersebut
tersimpan dalam berkas di bawah satu nomor.
59
Pt<Lo*h&b> Ht/U & &*/
-
OaO 9V — "lata ficCa^a itaii
Dengan sistem ini, semua rekam medis pasien memiliki satu nomor dan
terkumpul dalam satu map (folder). Sistem ini secara cepat memberikan kepada rumah
sakit/staf medis satu gambaran lengkap mengenai riwayat penyakit dan pengobatan
seorang pasien. Sistem unit menghilangkan kerepotan mencari/mengumpulkan rekam
medis seorang pasien yang terpisah-pisah dalam sistem seri. Sistem ini juga
menghilangkan kerepotan mengambil rekam medis lama, untuk disimpan kedalam
nomor baru dalam sistem seri unit.
Dalam hal penggunaan sistem unit, kepada petugas yang memberikan nomor
masuk (admision number), diperintahkan agar selalu mengecek apakah seorang pasien
sudah pemah berkunjung ke rumah sakit ini sebelumnya. Pasien lama tidak akan
diberikan nomor baru karena rekam medisnya yang sekarang akan diberi nomor yang
sama dengan nomor yang telah dimiliki pada kunjungan yang pertama.
Dalam hal sistem unit, nomor-nomor rekam medis tidak menunjukkan tua atau
mudanya suatu rekam medis sehingga untuk memilih rekam medis yang tidak aktif
harus dilhat satu persatu. Tahun berapa seorang pasien terakhir dirawat atau
berkunjung ke poliklinik. Sehingga satu pasien hanya mempunyai satu unit nomor
seumur hidup kemanapun ia berobat di suatu rumah sakit yang sama. Untuk itu, setiap
pasien dapat dimasukkan dalam kartu indeks pasien
a. Sumber Nomor
Satu rumah sakit membuat satu 4'bank nomor” dengan menentukan sampai nomor
tertinggi yang keberapa, baru mulai lagi dengan nomor satu. Sangat sukar
60
untuk mengeijakan atau mengingat nomor-nomor yang lebih dari enam angka,
meskipun sistem angka akhir (terminal digit) digunakan. Untuk hampir semua rumah
sakit, nomor yang dimulai dari 000001 sampai dengan 999999 menjadi sumber
(patokan) pemberian nomor yang bisa berjalan sampai bertahun-tahun.
Suatu cara penomoran dengan memberikan sen tahun pada setiap nomor,
misalnya dengan menuliskan angka tahun pada awal nomor seperti 95456231 tidak
dianjurkan, karena kesalahan menulis angka tahun mengakibatkan sangat sukamya
mengetahui lokasi berkas rekam medis.
Pemberian Nomor Rekam Medis (No. RM) kepada pasien adalah yang
terpenting karena nomor tersebut sebagai acuan dari seluruh pelayanan yang
diberikan kepada pasien, oleh karena itu setiap pasien di Rumah Sakit
Muhammadiyah Lamongan diberikan satu nomor rekam medis yang berlaku
selamanya. Nomor Rekam Medis ini didapatkan saat pasien pertama kali mendaftar
di rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan dan muncul secara otomatis melalui
program personal detail saat petugas mendaftar pasien baru. Entry pendaftaran
pasien baru untuk mendapatkan nomor rekam medis pasien dijabarkan lebih lanjut
dalam panduan pendaftaran
61
2. Pemberian Identitas Pasien Umum
Indentitas merupakan data awal atau data yang pertama kali di catat oleh petugas pelayanan kesehatan.
Dalam pelayanan kesehatan, informasi demografi merupakan informasi yang diperlukan dalam pengisian data dasar
indentitas diri seorang pasien.
Menurut Buku pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Revisi Juknis penyelenggaraan rekam medis
Rumah Sakit (1991) dan pedoman pengelolaan rekam medis rumah sakit di Indonesia (1994,1997) pada BAB 6 oleh
Gemala Hatta, Isi data demografi bersifat permanen (kekal) dan setidaknya mencakup informasi tentang :
a. Nama Lengkap (nama sendiri dan nama keluarga yaitu nama ayah/suami/marga/she). Tuliskan nama keluarga,
beri tanda koma, barn nama sendiri. Artinya, semua nama dimuka tanda koma adalah nama keluarga. Tulisan
demikian menyamarkan identitas pasien dari pihak yang tidak berwenang namun saat memanggil nama pasien
disesuaikan dengan kebiasaan yang diinginkan.
b. Nomor Rekam kesehatan pasien dan nomor identitas lain (asuransi).
c. Alamat lengkap pasien nama jalan/gang, nomor rumah, wilayah, kota yang dihuni.
d. Tanggal lahir pasien (tanggal, bulan, tahun) dan kota tempat kelahiran.
e. Jenis kelamin (perempuan atau laki-laki).
f. Status pernikahan(sendiri, janda, duda, cerai)
g. Nama dan alamat keluarga terdekat yang sewaktu-waktu dapat dihubungi
h. Tanggal dan waktu terdaftar ditempat penerimaan pasien rawat inap/rawat jalan/rawat darurat.
i. Nama Rumah sakit (tertera pada kop formulir: nama, alamat, telepon, kota)
Tujuan dari pengumulan informasi demografi ini adalah untuk menginformasikan identitas pasien secara
lengkap. Rumah sakit dan organisasi pelayanan kesehatan yang terkait juga menggunakan informasi demografi
pasien sebagai basis data statistik, riset dan sumber perencanaan.
Untuk memberikan kemudahan dalam pengumpulan data demografi di atas digunakan formulir identitas
pasien yang isinya mencakup diantaranya yaitu;
a.
No KTP/KK
b. Nama Lengkap
c. Alamat
d. Telepon/HP
e. Tempat/Tgl Lahir
h. Golongan Darah
i. Alergi
j. Status pemikahan
k. Pendidikan
l. Pekerjaan
t. Tanda tangan dan nama terang pembuat pemyataan dan petugas pendaftaran
63
disediakan di loket-loket pendaftaran baik di tempat pendaftaran poliklinik
maupun di tempat pendaftaran IGD.
Pemasangan gelang pasien dilakukan saat pasien datang di IGD atau saat pasien
ditentukan untuk rawat inap. Pemasangan gelang pasien dilakukan dengan prosedur
yang telah ditetapkan sebagai alat identifikasi pasien saat berada di ruang perawatan.
Gelang pasien dipakai selama pasien dirawat di Rumah Sakit dampai dengan pasien
pulang.
a. Mengisi Identitas bayi baru lahir pada DMK 1 meliputi: identitas pribadi dan sosial,
tanggal masuk, kelas perawatan dan paviliun tempat pasien dirawat.
b. Identitas untuk penamaan bayi mengikuti nama ibunya dengan penambahan “By Ny”
di belakang nama ibunya.
c. Segera setelah lahir, bayi ditunjukkan langsung ke ibunya atau keluarganya
d. Setelah ditunjukkan kepada ibu / keluarganya, bayi diberi identitas dengan ketentuan
sebagai berikut:
i. Pemasangan gelang tangan dan cap kaki bayi dilakukan di depan ibu yang
baru melahirkan bayi tersebut atau saksi lain bila ibu dalam keadaan tidak
sadar
ii. Gelang Tangan Bayi
• Wama biru untuk bayi laki - laki
• Wama merah muda untuk bayi perempuan
• Wama putih untuk bayi dengan jenis kelamin yang belum dapat
diidentifikasi
iii. Gelang tangan bayi ditulis : Nama ibu ditambah dengan ”By Ny” (sesuai
dengan sistem penamaan), Nomor rekam medis ibu, Tanggal lahir bayi dan
jam lahir, yang ditulis dengan menggunakan pulpen tahan air
iv. Gelang tangan bayi dipakai selama di rawat di rumah sakit sampai bayi
dipulangkan dari rumah sakit
e. Mengisi formulir identitas bayi secara lengkap dengan;
i. Mencantumkan nama dan tanda tangan dokter / bidan yang menolong /
perawat pelaksana
64
ii. Mencantumkan cap ibu jari tangan, dari ibunya bayi
iii. Mencantumkan cap telapak kaki bayi kiri dan kanan
f. Pada saat memulangkan bayi, tali gelang digunting dan identitas bayi ditunjukkan ke
orang tuanya
g. Apabila dinyatakan benar, orang tua bayi menandatangani pemyataan yang
tercantum pada formulir identitas bayi yang disiapkan perawat / bidan
Pemberian identitas dan penomoran pasien di IGD pada prinsipnya sama dengan
pemberian identitas dan penomoran untuk pasien umum, hanya perbedaannya adalah
pada pemberian identitas pasien yang belum jelas karena pasien datang tanpa
pengantar/keluarga atau tanpa membawa kartu identitas sedangkan pasien dalam
kondisi parah dan tidak sadar. sehingga masuk kategori pasien yang belum teridentifikasi
maka pemberian identitasnya adalah sebagai berikut;
Tn Xfl untuk pasien tanpa identitas pertama yang didaftar oleh petugas pendaftaran
yang berinisial F, Ny Xf2 untuk pasien tanpa identitas kedua, Tn Xnl untuk pasien
tanpa identitas pertama yang didaftar oleh petugas pendaftaran yang berinisial N,
dan seterusnya
65
d. Pada kolom alamat diisi dengan Lokasi tempat kejadian.
e. Tanggal lahir diisi tanggal dan bulan pasien datang sedangkan untuk tahun
kelahiran diperkiraan berdasarkan perkiraan usia dari tampilan fisik pasien.
f. Jenis kelamin diisi sesuai dengan jenis kelamin pasien.
g. Setelah identitas pasien dapat teridentifikasi maka data yang semula Tn X/Ny X
diperbaharui sesuai dengan identitas yang sebenamya.
h. Melakukan identifikasi diantaranya;
i. Rambut : wama (hitam, coklat, putih, lain-lain), bentuk (lurus, berombak,
kriting, lain-lain), ukuran (panjang, sedang, pendek)
ii. Kulit: wama kulit (putih, kuning, coklat, hitam, lain-lain)
iii. Postur tubuh : ukuran (tinggi, sedang, pendek) dan bentuk (gemuk, sedang,
kurus)
iv. Identitas lain : Pakaian (wama, corak/model, jenis, dll) dan barang-barang
lain yang di bawa
Pembeda utama antara pasien biasa dan gawat darurat dengan bencana terletak
pada kejadian “bencana” itu. Selebihnya, penanganan pasien kasus bencana adalah
mumi kegawatdaruratan yang bersifat life saving atau segera wajib dilakukan pertolongan
dan atau tindakan medis demi menyelamatkan nyawa pasien.
Yang dikategorikan sebagai kasus bencana adalah kejadian yang diakibatkan oleh
kondisi yang tidak lazim. Misalnya bencana alam (seperti banjir, tsunami, kebakaran
hutan, badai, angin, halilintar, gempa bumi, tanah longsor atau es longsor), gejolak politik
(hum hara demonstrasi, serangan teroris, perang, lemparan bom), akibat kelalaian
manusia (arus pendek listrik, kebakaran lingkungan), penyebaran penyakit (epidemi,
pandemi); akibat unsur teknis (kecelakaan lalu lintas darat, laut, udara) dan lainnya. Ciri
khas bencana adalah peristiwa yang datang secara tidak terduga dikala orang tidak siap.
Hal yang pasti, dalam sekejap jumlah korban yang membutuhkan pertolongan pada
Dalam kejadian bencana, ada pasien korban bencana yang hanya memerlukan
pelayanan rawat jalan atau rawat inap bila kondisinya serius. Selain itu ada banyak
korban yang meninggal di tempat kejadian atau dalam peijalanan ke rumah sakit.
Bahkan, ada pasien yang memutuskan pulang paksa dengan berbagai alasan.
a. Nama (bila ada identitas penunjuk seperti KTP, melalui keluarga/kawan, pasien dapat
berbicara sendiri).
b. Lokasi wilayah pengambilan korban dan waktu kejadian bencana.
c. Kondisi saat korban tiba dan waktu tiba disarana pelayanan kesehatan
d. Mencatat nomor pasien korban bencana yang diberikan dari tempat bencana (triage
tag number) dan menghubungkannya dengan nomor rekam medis (rekam
kesehatan) atau identitas lainnya, baik yang lama atau yang barn diperoleh dari
tempat penerimaan pasien (TPP) gawat darurat sarana pelayanan kesehatan.
e. Sebagai tambahan, disarankan agar dilengkapi dengan rekam medis gigi (dental
chart) yang sesuai dengan standar intemasional.
Informasi darurat biasanya sangat singkat dan belum akurat karena data diperoleh
dalam kondisi yang seadanya, misalnya melalui pasien yang masih belum siap atau wali
bahkan pengantar. Ketidakmampuan petugas TPP untuk memperoleh informasi darurat
secara lengkap juga dapat dikarenakan kondisi pasien belum stabil, keluarga masih
panik atau bisa jadi pengantar, penolong tidak mengenal pasien. Bila keadaan sudah
lebih tenang dan dapat diatasi, petugas TPP IGD wajib melengkapi kekurangan data
melalui kartu identitas pasien atau melalui keterangan pasien, keluarga pasien/wali yang
ada.
&a6 *77/ ~ Hf.Ui fcc&Mjawte
67
Pt/o*PdUyfrhM* &£*** MtM* & hRti/ -
‘OaO
*71/'“lata
Secara umum untuk identifikasi pasien korban bencana adalah sama dengan pasien
umum dan pasien IGD (identitas pasien yang belum diketahui) dengan penambahan
sebagai berikut:
a. Jenis Bencana
b. Waktu kej adian bencana (Tanggal dan Jam)
c. Lokasi wilayah terjadinya bencana
6. Penulisan Nama
Sebelum penetapan sistem penamaan yang dipakai, terlebih dahulu kita harus
memahami keperluan yang mendasar dari sistem penamaan tersebut, sehingga
dianggap perlu ditetapkan dengan sistem tersendiri. Sistem penamaan pada dasamya
untuk memberikan identitas kepada seorang pasien serta untuk membedakan antara
pasien satu dengan pasien yang lainnya, sehingga mempermudah/ memperlancar di
dalam memberikan pelayanan rekam medis kepada pasien yang datang berobat ke
rumah sakit.
Di negara barat, penulisan nama pasien sangat mudah dilakukan, karena mereka
sudah memiliki patokan-patokan yang baku, misalnya mencatat nama untuk keperluan
resmi patokannya adalah nama keluarga (Surname) selalu dicantumkan terlebih dahulu,
lalu diikuti Nama diri (First Name). Di Indonesia, kurang dikenal penggunaan/ pencatatan
nama berdasar nama keluarga, sebagaimana yang berlaku di Negara Barat. Penamaan
harus dilakukan secara luwes karena sebetulnya nama hanyalah salah satu identitas
yang membedakan pasien yang satu dengan yang lainnya, disamping umur, alamat dan
nomor rekam medis pasien.
Prinsip utama yang harus ditaati oleh petugas pencatat adalah nama pasien harus
lengkap, minimal terdiri dua suku kata. Dengan demikian, nama pasien yang akan
tercantum dalam rekam medis akan menjadi satu diantara kemungkinan berikut:
a. Nama pasien sendiri, apabila nama sudah terdiri dari satu kata atau lebih;
b. Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama suami, apabila pasien sudah
bersuami;
68
c. Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama orang tua (biasanya nama ayah);
d. Bagi pasien yang mempunyai nama keluarga/marga, maka nama keluarga/ marga
atau surname didahulukan dan kemudian diikuti nama sendiri.
Namun untuk pemberian nama khususnya di daerah jawa dan di era sekarang ini
penggunaan nama marga/keluarga, nama suami sangat jarang digunakan, oleh karena
itu dalam sistem penamaan rekam medis di Rumah Sakit Muhammadiyah diberlakukan
ketentuan sebagai berikut:
a. Nama ditulis dengan huruf cetak/kapital (untuk penulisan identitas di cover berkas
pasien rawat inap) dan mengikuti ejaan yang disempumakan;
b. Sebagai pelengkap, di akhir nama lengkap pasien ditambah Ny, Nn, An, Sdr atau Tn
(sesuai dengan statusnya)
c. Titel atau gelar tidak dicantumkan dalam sistem penamaan pasien di RS
Muhammadiyah Lamongan, Hal ini harus dijelaskan dalam general consent yang
disetujui dan ditandatangi oleh pasien saat pasien pertama kali mendaftar.
d. Perkataan Tuan, Saudara, Bapak, Tidak dicantumkan dalam penulisan nama pasien
namun dengan penggunaan singkatan Tn/Sdr.
Cara penulisan nama pasien menjadi sangat penting artinya karena sering
dijumpai pasien dengan nama yang sama dan seringnya seorang pasien berobat di
rumah sakit. Dengan menggunakan cara penulisan, akan memudahkan seorang petugas
rekam medis bagian filling (penyimpanan) untuk mengambil berkas rekam medis di
tempat penyimpanan apabila sewaktu-waktu berkas rekam medis diperlukan. Untuk
keseragaman penulisan nama seorang pasien, dipakai ejaan baru yang disempumakan.
6
9
27^6 £cUi4'a<;<ru;
a. Ketentuarx Umum
i. Nam a yang dipakai menggunakan ejaan barn
ii. Penulisan nama dengan menggunakan huruf balok atau huruf yang
mudah dibaca
b. Menggunakan nama sendiri
i. Nama yang dipakai pasien adalah nama pasien sendiri sesuai
dengan kartu identitas pasien
ii. Untuk menghindari kesulitan penagihan, nama yang dipakai untuk
pasien rekanan adalah nama yang tertera pada surat pengantar /
buku berobat / surat jaminan / id card asuransi
c. Nama bayi
Bagi bayi baru lahir biasanya belum diberi nama oleh orang tuanya,
sehingga penulisan nama bayi baru lahir menggunakan nama ibunya
Contoh :
Ny Diindeks :
Setelah bayi tersebut kontrol atau berobat ulang baru kemudian nama
tersebut diganti dengan nama bayi yang sebenamya.
Tn Xfl untuk pasien tanpa identitas pertama yang didaftar oleh petugas pendaftaran yang
berinisial F, Ny Xf2 untuk pasien tanpa identitas kedua, Tn Xnl untuk pasien tanpa identitas
pertama yang didaftar oleh petugas pendaftaran yang berinisial N, dan seterusnya
g. Suku kata nama yang disingkat pada saat penulisan nama pasien
i. Nama pasien dengan minimal dua suku kata dan memiliki awalan kata ’’Muhammad” dan ejaan
sejenisnya dalam sistem penamaan disingkat menjadi huruf ”M”. Hal ini untuk mempermudah
pencarian data pasien berdasarkan nama, karena kata ’’Muhammad” dapat ditulis dalam ejaan
yang berbeda beda. Jika nama pasien hanya
Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam medis, petugas rekam medis hams membuat koding sesuai
dengan klasifikasi yang tepat.
Pengkodean di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan telah menggunakan fasilitas komputer artinya terdapat
program aplikasi yang memuat kode-kode penyakit. Istilah atau nama penyakit tidak sama sebagaimana nama atau
istilah penyakit yang terdapat dalam ICD 10. Ketentuan ini dibuat untuk mempermudah kelancaran pelayanan dan
pekeijaan petugas.
Istilah atau penyakit yang pemah teijadi di RS Muhammadiyah Lamongan dibahas dalam Panitia Rekam Medis
kemudian dibuat kode ICD nya dan diajukan ke Direktur untuk ditetapkan dalam penggunaan Istilah tersebut.
Istilah atau penyakit yang telah ditetapkan tersebut dimasukkan dalam database program aplikasi pengkodean.
Petunjuk teknis dalam penggunaan program aplikasi pengkodean 1. Entry master ICD
a. Buka Master ICD dengan cara pilih Access Project ’’Rekam Medis” hingga muncul tampilan gambar 38,
kemudian pilih file pada menu bar kemudian clik mater ICD X
b. Pada master ICD ketik/isi box initial dengan kode penyakit yang akan di kode dengan ICD dan ketik pada box
detail dengan nama penyakit yang terkode tersebut. Kemudian pilih 1 (diamati) jika penyakit tersebut termasuk
penyakit untuk kategori laporan RL 2 atau pilih 2 (tak diamati) jika penyakit tersebut diluar RL 2 atau lainnya.
75
------^-----
IliJDiarnatiF^ijTakbiamati i^Q;L«n-njw
■ ; iiiWii- M ^ : p i i ^ ^ i i = r ' L - i l f f S K
SfS^li^iH^l^lprii:. y j» iMtlolMJcf 63 ■
, 212 v
Sii!SHHW^KsSii ■ “ ioSM?"
“ “^r ^ -■ *■ IMA Lateral
Clew I
Record: H I < IT
; ■ . . ■ . i-ii-
:■■■■ :
;
T KlMMMNjefsis
i*a iiswl
Gambar 16. Master ICD 9CM
b. Entry kode ICD 9 CM pada database tindakan yang telah tersedia atau tindakan
3. baru
Penggunaan ICD rawat jalan
ICD untuk rawat jalan digunakan pada program aplikasi Medical Record Elektronik
(RME). Cara penggunaannya;
a. Buka Program aplikasi (Access Project) Symple Poly hingga muncul daftar pasien rawat
jalan. (wewenang program ini adalah dokter poliklinik, sehingga pada proses pembukaan
program ini akan diminta untuk logon sesuai dengan username dan password).
Pengkodean dilakukan sesuai dengan nama pasien yang terdapat didalam daftar pasien
rawat jalan tersebut.
II
231469! 12.05.79
Fadil An 5/10/2007 Veteran No 62 Lamongan RESEP Tinaro Rt iUmum
231468!08.86.92
Ahcrad Fahmi An............{ 5/10/2007 2 Rw2 Tikung [RESEP
231467:12.05 55
Mizan An 5/10/2007 Sukodad;......................................RESEP'
Joni Purbana Andi Pranal; 5/10/2007 Ngambek
ICO J.01A- _*| R T 4 R w 1 Pucuk [ RESEP
Diagnota
: Srimadun Ny 5/10/2007 Labuhan Rl 3 Rw 1 Brondong La; RESEP
Atin Nn
Diagnose Siptiit congenial 5/10/2007 Bulirtengger
(CO | Rt 6 Rw2 Sekaran J RESEP ^
TIiMinnoHo Wnnnkrnmn Tikiinfi . ; PFRFP
5nn/7
Siphfa late dri
SipbisfaeebnM
Skii d Eyefcd, ndufcig cand .
mi
SkWag ^
t" H M l»*ln
Snakebite m nn7
Smd-Tetledtauibance
- - .i'":::"..
\i TeropyI
b. Clik nama pasien dalam daftar pasien rawat jalan kemudian tekan tombol "proses” (lihat
gambar 40), maka akan muncul form RME kemudian pada listbox diagnosa pilih cari nama
diagnosa sesuai dengan diagnosa pasien, maka secara otomatis akan muncul kode ICD pada
listbox ICD (lihat gambar 41).
lb 1 «**4«
NO. RM 14*1 21
Nawo J limit Arffie T*
41
Eg Th
SB■KIBIN
HI 72
Gambar 18. Berkas Rekam Medis Elektronik (RME)
77
4. Penggunaan ICD rawat inap
a. Buka Aplikasi ’’Rekam Medis” kemudian pilih form Pasien Pulang dalam menu file
(menubar) hingga muncul daftar pasien pulang
Gambar 19. Buka Aplikasi Pasien Pulang
Gambar 20. Daftar Pasien Pulang
b. Pilih nama pasien dalam daftar pasien pulang kemudian clik tombol ’’summary” hingga
230763 12.04.16
Khoiru! Hud a Scr............... 5/1Q/2007:Shofa-01 SHOFA Hidup
230935:12.04.08 230940
Imam Supil Tn Putri Nur 5/10*2007 Shofa-11 SHOFA Hidup
06.72.08 ^ 231018
Hidayah An Ach Fatih Kumia 5/10/2007; MaiwaMO (MARWAH Hidup
12.06 15
Mahardik : Sumiali Ny 5/10/2007! Marwah-09 MARWAH Hidup
231318:12.06.21 231327
jSumaminq Ny Indrawati Ny 5/10/2007 Shofa-09 SHOFA MARWAH
12.06.25 231371 12.06
Suhud Tn..... 5/10/2007 Matwa h-13 SAKINAH : SHOFA
60 225523.11.97 58..
Ahmad Shidia Tn.H 5/10/2007 Sakinah-06
229616 11.99.99
5/9/2007 Shofa-12
78
c. Pilih listbox ICD (pada kolom Diagnosa akhir) kemudian ketik nama penyakit sesuai
dengan diagnosa akhir pasien, maka secara otomatis akan muncul kode penyakit
diagnosa tersebut.
2. Indeksing
Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat kedalam
indeks-indeks (dapat menggunakan kartu indeks atau komputerisasi). Pengindeksan di RS
Muhammadiyah Lamongan mengunakan komputer adapun secara standar jenis indeks yang
biasa dipakai adalah ;
a. Indeks pasien
Pengertian Indeks Utama Pasien adalah satu kartu katalog yang berisi nama semua pasien
yang pemah berobat di RS Muhammadiyah Lamongan. Informasi yang ada dalam kartu
indek ini adalah:
i. Isi Indeks Pasien : Nama lengkap, Nomor Rekam medis, jenis kelamin, umur atau
tanggal lahir, nama ayah/Ibu, Pekerjaan Tanggal masuk, hasil, dokter
ii. Kegunaan indeks pasien adalah kunci untuk menemukan berkas rekam medis seorang
pasien.
iii. Cara Penyimpanan :
iv. Indeks pasien elektronik tersimpan dalam serverdomain yang tor-backup 2 kali setiap
hari
v. Lama Penyimpanan : disimpan selamanya
Penggunaan Indeks Pasien di RS Muhammadiyah Lamongan adalah dengan Program
Personal Detail sebagaimana pada pembahasan IUPE.
b. Index Penyakit
Pengertian Index penyakit dan index operasi adalah satu kartu katalog yang berisi kode
penyakit dan kode tindakan operasi yang ada di rumah sakit.
Informasi yang ada di dalam kartu adalah : Kode ICD; Judul; Bulan; Tahun; No. RM pasien;
Jenis Kelamin; Umur.
Untuk Index Operasi ditambah : dokter bedah, dokter anesthesia, hari pre OP, Post OP, cara
pasien keluar (sembuh, cacat, meninggal)
79
Untuk Index penyakit ditambah : diagnose lain, dokter, hari perawatan, cara keluar (sembuh,
cacat, meninggal)
Kegunaan
80
S'aO' ~ lata Jlaktant\
v. Menyuguhkan data pelayanan yang diperlukan dalam survey kemampuan rumah
sakit.
vi. Menemukan RM dimana doktemya hanya ingat diagnosa atau operasinya
sedangkan nama pasien yang bersangkutan lupa.
vii. Menyediakan materi pendidikan untuk mahasiswa kedokteran, perawat dll.
Cara Penyimpanan :
Indeks penyakit elektronik tersimpan dalam serverdomain yang ter-backup 2 kali setiap hari
c. Index Dokter
Pengertian Index Dokter adalah daftar/tabulasi yang berisi nama dokter yang memberikan
pelayanan medik pada pasien.
Kegunaan adalah untuk menilai pekeijaan dokter dan bisa sebagai bukti pengadilan
d. Index Kematian
Informasi yang ada dalam index kematian adalah : Nama pasien, No. RM, Jenis Kelamin,
Umur, dokter yang merawat, Hari perawatan, wilayah, Kematian kurang dari sejam post OP.
Kegunaan index kematian adalah untuk statistik menilai mutu pelayanan dasar menambah
dan meningkatkan peralatan / tenaga.
Penyimpanan Indeks kematian elektronik tersimpan dalam serverdomain yang ter- backup 2
kali setiap hari
a. Buka program MS Access Project dengan judul file Ka MR sehingga muncul program
dengan nama “Registrasi Px RS Muhammadiyah Lamongan” kemudian pilih menu bar file,
lalu pilih report, lalu pilih indeks
Pada prinsipnya penggunaan progam indeks ini adalah need to know artinya
program akan menampilkan kriteria yang dipilih, jika semna kriteria dipilih maka
program akan menampilkan semua kriteria begitu pula jika kriteria tertentu yang
dipilih maka program akan menampilkan kriteria tersebut
b. Kemudian akan muncul tampilan program Indeksing adalah seperti tampak digambar
23 dibawah ini
Isi tanggal pada form diatas sesuai dengan periode indeksing yang akan dilakukan,
kemudian isi semua combo box dengan ketentuan :
i. Jika ingin menampilkan semua kriteria maka pilih semua kategori yang ada
ii. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pemilihan krteria tertentu adalah
sebagai berikut;
1) Jika ingin menampilkan report/indeks dokter/penyakit tertentu atau kasus
kematian saja maka hanya pada combobox terpilih saja yang diisi sesuai
dengan kriteria, selaiimya diisi dengan semua kriteria.
Contoh : jika ingin menampilkan dokter A saja maka semua kategori di pilih
semua kriteriannya kecuali pada combobox dokter. Diisi dengan nama
dokter A baik pada combobox sisi kiri maupun pada sisi kanan.
2) Jika ingin menampilkan report yang lebih spesifik maka setiap kategori
dipilih sesuai dengan kriterianya
Contoh : ingin menampilkan dokter tertentu (dokter B) dengan kasus
penyakit tertentu (kasus DHF) maka pada combox dokter dipilih nama
dokter B dan pada kategori penyakit dipilih DHF.
Cara membuat report indeks Dokter Rawat Jalan dan Indek penyakit rawat jalan
a. Untuk menampilkan report semua dokter maka isi combobox dokter sisi kiri dengan
nama dokter yang paling atas dan isi combobox dokter sisi kiri dengan nama
dokter yang paling bawah
b. Untuk menampilkan report dokter tertentu maka isi combobox dokter sisi kiri
dengan nama dokter yang akan ditampilkan dan isi combobox dokter sisi kanan
dengan nama dokter yang sama atau daftar nama dokter setelah atau dibawah
nama entryan dokter pada combobox dokter sisi kiri.
f orm Form
Indck Indek
Tanggai
Dokter
Abdul
: f orm INDB<
Manab. dr.
: form
11/1/2009
]
1 RB<AMMEDIS
BB*KAS s/d Tanggai YLI Indah Kuna, 11/30/2009
Dokter s/d
cfr
Yciarto, <*
YJy W.W, dr
r- ra x
R»imei By Dokter Pasien Bj Yifita Retno BucKarti, dr. SpK3
Pasien oy11/1/2009
IwKJ ; I® 11/30/2009
Yusworo, dr Zafrtal Artfil, S.Pd
Abdul Manab, dr.
IP bolcter
Penyaklt |
Status
4 Pasien I
Zalnuddm, SpA
m
- - M: *7V — lata Jla^aaa fi
Abdurahman Shidk !
Penyaklt Atv4| ir),nlpYin3ii Vi m iyaklt | rl
Status wuurrurvndri Ti£uif u tus
. Jii
Achmad Mahmudi Sp.BA
8 Afkan, &. Sp.OG Agung, ter By ICO
dr. Sp.A Agus Anton,
Sp.OT Inao I
Agus, dr. Sp.BD
c. Untuk kategori pasien pilih semua kriteria yaitu isi comobobox pasien sisi kiii
dengan kriteria “pasien” atau daftar kriteria yang paling atas dan isi combobox
pasien sisi kanan dengan kriteria Mahakam Kencana atau daftar kriteria yang
paling bawah. Jika ingin menampilkan kriteria tertentu gunakan cara yang sama
dengan point 2
E BRI fdt
PLN PETRO
LILY —
Itus
ter
>;■ ■■
By ICD
INAP
By Dead
Inap
d. Untuk kategori penyakit maka pilih semua kriteria penyakitnya dengan cara yang
sama dengan point 3. Untuk kategori status tidak perlu diisi karena comobobox
status hanya untuk indeksing terkait dengan rawat inap
Form Indek : Form
*7V — lata Jla^aaa fi
f. Untuk menampilkan indek penyakit rawat jalan maka klik/tekan tombol “By ICD RJ”
maka program akan menampilkan report indek penyakit rawat jalan sesuai dengan
kategori dan kriteria yang dipilih/diinginkan
S'ad rftf — 7'at'a Jjaiitciiui fccCayaaaa
a. Cara menampilkan report/indek rawat inap adalah sama dengan cara membuat
report atau indek rawat jalan, hanya perbedaan terletak pada kategori terakhir
yang combobox “Status”
b. Setelah semua kategori dan criteria dipilih (sebagaimana cara ideksing rawat jalan
diatas) pilih/isi combobox status dengan criteria yang diinginkan, jika ingin
menampilkan semua criteria maka sebagaimana cara2 sebelumnya yaitu pilih
daftar criteria yang paling atas yaitu “Dirujuk” untuk combobox status pada isi kiri
dan pilih criteria “pulang paksa” atau daftar criteria yang paling bawah untuk
combobox status pada sisi kanan
c. Tekan/klik tombol “By DOKTER INAP” maka program akan menampilkan indeks
dokter rawat inap sesuai dengan kategori dan criteria yang diinginkan
KENCAN
Penyaldt jJ A
DIRUJJK Status
DIRUJUK
By
°MtBT I By ICO R3 By Ookter MATI
PULANG
PAKSA
RAWAT INAP
88
VaO ^TV — lata J.at±ai:a ^ciagaitan
d. Tekan/klik tombol “By ICD INAP untuk menampilkan indek penyakit rawat inap
sesuai dengan kategori dan criteria yang dipilih
Gambar 35. Tampilan Indeks Penyakit Rawat
Cara membuat indek kematian adalah sama dengan cara membuat indek rawat jalan.
Yaitu setelah semua kategori dan kriteria dipilih maka hanya dengan
menekan/mengeclik tombol “By Dead Inap” maka program akan menampilkan indeks
kematian pasien rawat inap
*W — *7at<z ^eia^ai-taa
pengolahan rekam medis termasuk dalam system penyelenggaraan rekam medis namun dalam hal ini proses
pengolahan rekam medis terpisah dengan proses penyelenggaraan rekam medis, disebabkan pada pembahasan
pengolahan rekam medis lebih cenderung pada pengolahan data yang bersifat tersirat artinya pelayanannya tidak
langsung terlihat dan tidak berinteraksi langsung dengan customer atau unit lainnya.
Proses pengolahan rekam medis diselenggarakan oleh Bagian Rekam Medis, kegiatan dan ketentuan mengenai
proses pengolahan rekam medis adalah sebagai berikut;
1. Pengolahan Berkas Rekam Medis
Pengelolaan Rekam Medis adalah pengelolaan record yang dihasilkan rumah sakit, merupakan bagian dari
manajemen record. Susan Z Diamond (1995) dal am bukunya Record Management menyebutkan manajemen record
adalah berkenaan dengan control record itu sendiri mulai dari penciptaan, yang diteruskan pada masa aktif dan
inaktif, sampai kepada masa pemusnahannya. Menurunya record mempunyai empat tahapan dalam sikulusnya,
yaitu:
b. Tahap record aktif, pada tahap ini frekuensi penggunaan record masih tinggi. Dibutuhkan lebih cepat dalam
mengakses.
c. Tahap record Inaktif, pada tahap ini tetap disimpan karena alasan aspek hukum dan digunakan untuk referensi.
d. Tahap pemusnahan, terjadi karena organisasi tidak lagi membutuhkan dan tidak digunakan untuk masalah
legalitas.
91
pemeriksaannya pada Program Laboratorium dan Program Radiologi
f. Petugas Rekam Medis melakukan :
i. Pemeriksaan terhadap kelengkapan pengisian rekam medis elektronik
ii. Pembuatan rekapitulasi setiap akhir bulan untuk mengevaluasi kelengkapan, membuat laporan dan statistik
rumah sakit
a. Pasien yang sudah diperiksa oleh dokter pemeriksa, membawa surat permohonan rawat inap dari Dokter ke Tempat
Pendaftaran Rawat Inap
b. Petugas Rekam Medis (Pendaftaran):
i. Memeriksa ketersediaan kamar, kemudian berkoordinasi dengan perawat ruang pearwatan terkait dengan
permintaan dan ketersediaan kamar
ii. Memintakan persetujuan rawat inap kepada pasien/keluarga
iii. Membuat berkas rekam medis rawat inap baru, melengkapi pengisian form form terkait penerimaan pasien
rawat inap, mencetak label pasien rawat inap serta melengkapi identitas pasien pada berkas rawat inap
iv. Apabila pasien sudah pemah MRS, mencari rekam medis lama dan menyatukannya dengan berkas rekam
medis baru
v. Meyiapkan gelang pasien sebagai sarana identifikasi pasien rawat inap.
vi. Menyerahkan berkas kepada Dokter Pemeriksa dan memasang gelang identifikasi pasien.
c. Dokter pemeriksa mengisi dan melengkapi berkas rekam medis elektronik yang menjadi kewajibannya
d. Petugas IGD/IRJ menyatukan print out rekam medis elektronik dan lembar asuhan keperawatan IGD atau poliklinik
dengan berkas rekam medis rawat inap, mengirim pasien beserta berkas rekam medisnya ke ruang perawatan
e. Pasien diterima oleh petugas ruangan, kemudian petugas ruangan dan petugas IGD/IRJ melakukan timbang terima
mengenai kondisi pasien dan mencatatnya pada buku registrasi pasien rawat inap
92
f. Dokter yang merawat pasien mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, terapi
serta semua tindakan yang diberikan kepada pasien pada berkas rekam medis yang
menjadi tanggung jawabnya dan menandatanganinya
g. Perawat atau bidan :
i. Mencatat pengamatannya terhadap pasien dan pertolongan perawatan yang
diberikannya ke dalam lembar berkas rekam medis yang menjadi tanggung
jawabnya dan menandatanganinya
ii. Menambah lembar an -lembaran rekam medis sesuai dengan kebutuhan pelayanan
yang diberikan kepada pasien
iii. Memeriksa kelengkapan pengisian berkas rekam medis sebelum diserahkan ke
bagian Assembling (Rekam Medis)
iv. Mengembalikannya ke bagian Rekam Medis (Assembling) dalam waktu maskimal
2x24 jam, dalam kondisi lengkap dan benar
h. Petugas Rekam Medis (Assembling)
i. Mengevaluasi kelengkapan berkas rekam medis
ii. Apabila:
1) Belum lengkap, mengembalikan berkas rekam medis untuk dilengkapi oleh unit
terkait
2) Sudah lengkap, menata ulang (assembling) berkas sesuai dengan susunan
yang ditetapkan
iii. Melakukan koding dan indeksing
iv. Penyimpan berkas rekam medis yang sudah lengkap kedalam rak
penyimpanan
2. Assembling ( Perakitan )
Assembling atau perakitan adalah kegiatan yang harus ada di dalam system
penyelenggaraan rekam medis. Kegiatan Assembling dapat dikategorikan sebagai kegiatan
dalam proses penyelenggaraan rekam medis dan dapat juga dikategorikan sebagai kegiatan
dalam proses pengolahan rekam medis. Kegiatan yang termasuk dalam proses
penyelenggaraan rekam medis adalah kegiatan perakitan berkas rekam medis yaitu
menyiapkan berkas rawat jalan dan menyiapkan berkas rawat inap.
94
Penyusunan berkas rekam medis kemudian mengevaluasi kelengkapan berkas rekam
medis adalah kegiatan Assembling yang terkait dengan proses pengolahan rekam medis.
Penyusunan berkas rekam medis dilakukan setelah berkas kembali dari Ruang Perawatan.
Berkas rekam medis disusun berdasarkan ketentuan mengenai urutan berkas tersebut.
Urutan berkas tersebut adalah;
Lampiran
19) DMK 3.3 yang lebih terperinci : Pengkajian Assesment Keperawatan : Diagnosa
20) DMK 4.1 keperawatan/kebidanan dan Intervensi : Lembar Observasi Harian : Lembar Observasi Obat :
21) DMK 4.1 X Catatan kegiatan harian perawat : Resume Keperawatan : Hasil Laborat : Hasil ECG : Hasil
22) DMK 4.2 Radiologi : Hasil Patologi Anatomi : Konsultasi Gizi : Pemantauan ESO
: Bimbingan Rohani (elektronik, optional)
96
38) DMK 12
39) DMK 13
: Resume Medis Rawat
Inap : Data Pelayanan Medis
Lampiran-lampiran:
b. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk Neonatus Dalam dengan urutan
sama dengan urutan diatas namun yang berbeda hanya pada :
1) DMK 2.2 : Identifikasi bayi
2) Tanpa DMK 4 (4.1,4.2.1,4.2.2)
3) DMK 5.1 : Pengkajian Neonatus
4) Tanpa lampiran persetujuan rawat inap
c. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk Kasus Kebidanan dengan
urutan
sama dengan urutan diatas (point a) namun yang berbeda hanya pada DMK 5.1
yang diganti dengan Pengkajian Kebidanan
97
“Cad *71/ — 'late Jjakieuta ficCci^aeuza
Tujuan penyusunan berkas rekam medis adalah agar rekam medis tertata dengan
rapi sehingga diharapkan fungsi dan kegnnaan rekam medis dapat berguna lebih optimal.
1. Clear / Jelas artinya pengisian setiap lembaran rekam medis adalah jelas dan mudah
dibaca
2. Clean / Bersih artinya setiap lembaran tidak ada coretan yang tidak pada tempatnya
3. Complite / Lengkap artinya berkas rekam medis terisi dengan lengkap
4. Correct / Benar artinya isian di dalam berkas rekam medis adalah benar dan sesuai
dengan standar dan ketentuan yang berlaku (Juknis dan SOP)
Petunjuk teknis tentang proses evaluasi diatas sesuai dengan pembahasan serta
petunjuk teknis dalam proses penyelenggaraan pengembalian berkas rekam medis
98
3. Pelaporan Rekam medis
Pelaporan rumah sakit adalah hasil rekap kegiatan pelayanan baik rawat inap.
rawat jalan, instalasi penunjang dll selama kurun waktu tertentu sesuai ketetapan direktur
dan peraturan yang berlaku di Indonesia.
Pelaporan itu sendiri merupakan informasi atau data yang dibutuhkan oleh pihak
manajemen rumah sakit itu sendiri dan pemerintah guna mengambil keputusan. Oleh
karena itu pelaporan yang tepat dan akurat sangat dibutuhkan oleh semua pihak
terutama pihak pengambil keputusan atau kebijakan di rumah sakit dan pemerintah
dalam menyikapi seluruh hal yang dilaporkan tersebut. Adapun format laporan yang
disampaikan pada pihak - pihak terkait adalah sesuai dengan data atau informasi apa
saja yang dibutuhkan oleh pihak tersebut, sehingga data yang didapat dari unit - unit
pelaksana pelayanan dan unit yang melaporkan akan didapatkan hasil yang sama,
sehingga bisa dikatakan data tersebut akurat.
Jenis pelaporan di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan ini secara garis besar
dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:
Penjelasan lebih rinci mengenai pembagian diatas dijabarkan dalam panduan pelaporan
RS Muhammadiyah Lamongan
J. SIMBOL, TANDA KHUSUS DAN SINGKATAN
Simbol dan tanda khusus merupakan tanda peringatan yang ditempatkan pada sampul
berkas rekaxn medis penderita penyakit menular rawat inap dan rawat jalan sedangkan
singkatan adalah rangkaian huruf yang digunakan untuk mempersingkat dan mempermudah
pencatatan di dalam berkas rekam medis.
Oleh karena itu setiap pasien yang menderita penyakit menular, penderita alergi dan
pasien yang meninggal dunia harus memiliki tanda khusus di dalam berkas rekam medis.
1. Sebagai tanda bagi para petugas pelayanan kesehatan agar berhati-hati dalam
memberikan pelayanan yang mempunyai resiko tertular.
2. Agar dokter atau perawat cepat tanggap terhadap bahaya alergi obat pada pasien.
3. Sebagai tanda bagi petugas rekam medis untuk membedakan berkas pasien meninggal
dengan berkas pasien yang lain.
Prosedur penulisan simbol, tanda khusus dan singkatann adalah sebagai berikut;
101
2) Penulisan tanda peringatan kasus penyakit menular dilakukan dengan ketentuan;
1. Surat permohonan (SP) pemeriksaan laboratorium pasien yang dicurigai
mengidap penyakit menular (HIV/AIDS, Hbs Ag +, Tuberculosis +) diberi tanda
bulatan merah pada pojok kanan atas SP pemeriksaan laboratorium.
2. Bila hasil laboratorium positif dan dokter membuat diagnosa sebagai penyakit
menular maka simbol dicontreng pada sampul atas berkas rekam medis rawat
inap (sesuai point no. 3).
3. Penangungjawab penulisan simbol adalah unit terkait yang berinteraksi
langsung dengan penderita.
4. Singkatan yang digunakan di Rum ah Sakit Muhammadiyah Lamongan antara
lain;
A : Airway (jalan Napas)
AB : Antibiotik
App : Appendicitis
APS : Atas Permintaan Sendiri
cc : Common Cold
CHF : Congestive Heart Failure
Chi : Chloride
CM : Compos Mentis
Comcer : Commotio Cerebri
Cyan : Cyanoses
Dbn : Dalam Batas Normal
DD : Diferencial Diagnosa
DJJ : Denyut Jantung Janin
DL : Darah Lengkap
DM : Diabetes Mellitus
e.c : Et Causa
Hb : Haemoglobin
HCC : Hepatoma Cell Carcinoma
HM : Hematemesis Melena
HT : Hypertensi
ICD : International Classification of the
Diseases
let : Icterus
• L1.L2.L3. &V - (f
• L
• LBP
• LFT
• LMN
• M-
• MH
MODS : Multiple Organ Disfunction Sindrom
Mot : Motorik
MRS : Masuk Rumah Sakit
MRI : Magnetic Resonanre Imasing
N : Nadi
Na : Neonaterum (Bayi)
NGT : Nasogastric (Tube)
NIDDM : Non Insulin Dependen Diabetes Militus
NSAID : Ninstcroid Anti Inflamatory Drug
NT : Nyeri Tekan
O2 : Oksigen
OA : Osteo Arthritis
OB : Orang Baru
Obs : Observasi
OD : Occular Dextra
OK : Operating Kamer (Kamar Operasi)
OS : Occullar Sinistra
Os : Bone, Mouth
p.c : Sesudah Makan
p.h : Hydrogen Ton Concentrasion
p.o : Per Oral
p.r.n : Kalau Perlu
P/ : Pullnomal
PBI : Pupil Besar Isokor
PCT : Paracetamol
PDX : Planning Diagnose
Ped : Pediatrik
PEX : Planning Edukasi
PF : Premeriksaan Fisik
PL : Pulang
Psg : Pasang
PTX : Planning tx
Px : Penderita
R : Right (Kanan)
RA : Rheumatoid Arthritis
Reg : Resular
Ret : Retensio
RF : Refleks Fisiologis
RFT : Renal Function Test (Tes Fungsi Ginjal)
Rh : Ronchi
Ro : Rongten
ROM : Range Of Motion
RR : Respiratori Rate
RT : Rectal Touch
S : Suspect
SAH : Sub Arachnoid Hemorrhage
SCH : Supra Condiler Humerus
S1.S2..... .S5 : Tulang Belakang Bagian Sakral
Sat : Saturasi
SC : Sectio Caesaria
SDE : Sulit Dievaluasi
TBC : Tuberculosis
TM : Tidak Mampu
TOA : tuba Ovari Abscess
TS : Teman Sejawat
Tu : Tumor
AD, AS, AU Right ear, Left ear, OD, OS, OU () Right ear, left ear or
each ear each ear
OD, OS, OU right eye, left eye, each AD, AS, AU right eye, left eye,
eye each eye
Pencatatan dan pengisian rekam medis adalah suatu prosedur yang wajib
dilaksanakan karena tanpa ada isi dari setiap lembaran-lembaran rekam medis, maka
lembaran tersebut tidak memiliki nilai guna sama sekali. Oleh karena itu perlu adanya
prosedur yang mengatur secara jelas dan spesifik mengenai pencatatan dan pengisian
berkas rekam medis.
a. Setiap pasien harus mempunyai Rekam Medis yang lengkap dan akurat.
b. Setiap pelayanan yang diberikan kepada pasien harus dicatat dalam lembaran
rekam medis sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
c. Setiap tindakan yang diberikan kepada pasien harus atas persetujuan pasien, baik
lisan maupun tertulis. Tindakan yang beresiko tinggi harus memperoleh persetujuan
tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan persetujuan
d. Rekam Medis yang disimpan harus mudah di cari dan dijaga kerahasiaannya
Prosedur pencatatan dan pengisian berkas rekam medis harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut;
a. Prosedur Umum
i. Pencatatan berkas dilakukan segera seteiah pemberian pelayanan kepada
pasien (mutakhir)
ii. Pecatatan berkas dilakukan sesuai dengan juknis dan prosedur pengisian
berkas rekam medis yang telah ditetapkan.
iii. Penulisan dalam pencatatan berkas rekam medis menggunakan tinta hitam
tahan air serta penulisannya harus jelas, terbaca, tidak senjang dan tidak
mengadung sindiran
iv. Penulisan simbol dan singkatan dalam pencatatan berkas rekam medis harus
mengacu pada prosedur simbol dan singkatan yang telah ditetapkan
115
“&&& — *lo.t<x Jjdrk&tU'ta pctaycivtcin
116
“Registrasi” combo box “Personal Details”
iv. Petugas juga melakukam pencetakan kartu Berobat dan
menyerahkannya kepada pasien untuk dibawa kembali setiap berobat
di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
b) Pencatatan di Poliklinik yang dituju
a) Dokter:
(1) Mencatat anamnesa, hasil pemeriksaan, diagnosa, terapi dan
tindakan yang dilakukan pada berkas rekam medis rawat jalan
elektronik
(2) Memberi surat pengantar untuk pemeriksaan penunjang
diagnostik/MRS/dirujuk ke RS lain/dikonsulkan ke dokter spesialis
b) Perawat:
(1) Mencatat pada buku register tentang pelayanan yang telah diberikan
sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan
(2) Melakukan Sensus Harian, Pencatatan tindakan yang diberikan
kepada pasien serta pencatatan lainnya
c) Pencatatan di Rekam Medis
(1) Mencatat berkas keluar untuk kepentingan Poliklinik bila dibutuhkan
pada program Tracer. Rekam medis pasien rawat jalan
menggunakan rekam medis elektronik yang tersimpan dalam
komputer. Riwayat pasien dapat dimunculkan setiap kali pasien
berobat. Tetapi adakalanya dibutuhkan status rekam medis rawat
inap yang lama untuk kepentingan pemeriksaan rawat jalan maupun
rawat inap.
(2) Mencatat berkas yang mempunyai nomor rangkap dan berkas tidak
ketemu
2) Pencatatan Rekam Medis Pasien Instalasi Gawat Darurat (IGD)
a) Pencatatan di Tempat Pendaftaran Gawat Darurat
(1) Petugas memberikan penjelasan dan melakukan pengisian form general
consent
117
(2) Petugas melakukan registrasi dengan input mengenai identitas pasien
(3) Identitas tersebut diatas dimasukkan ke dalam komputer program
“Registrasi” combo box “Personal Details”
(4) Petugas mencetak kartu Berobat dan menyerahkannya kepada pasien
untuk dibawa kembali setiap berobat di Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan
(5) Petugas menyiapkan gelang identifikasi pasien
b) Pencatatan Rekam Medis di Instalasi Gawat Darurat
(1) Dokter:
1. Mencatat anamnesa, hasil pemeriksaan, diagnosa, terapi dan
tindakan yang dilakukan pada berkas rekam medis IGD
elektronik
2. Memberi surat pengantar untuk pemeriksaan penunjang
diagnostik/MRS/dirujuk ke rumah sakit lain/dikonsulkan ke dokter
spesialis
(2) Perawat:
1. Mencatat pada buku register tentang pelayanan yang telah
diberikan sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan
2. Melakukan Sensus Harian, Pencatatan tindakan yang diberikan
kepada pasien serta pencatatan lainnya
(3) Pencatatan di Rekam Medis :
1. Mencatat berkas keluar untuk kepentingan IGD pada program
Tracer
2. Mencatat berkas yang mempunyai nomor rangkap dan berkas
tidak ketemu
3. Menerima berkas rawat jalan poliklinik (MRE), surat rujukan
pasien rawat jalan, visum, surat kematian dan mencatatnya pada
buku catatan berkas masuk
3) Pencatatan Rekam Medis Pasien Rawat Inap
a) Pencatatan di Tempat Pendaftaran
119
(3) Umur
(4) Tanggal lahir
(5) Jenis Kelamin
(6) Pekeijaan
(7) Status Perkawinan
(8) Pendidikan terakhir
(9) Nama Keluarga
(10) Alamat Keluarga
(11) Nama penanggungj awab
(12) Alamat penanggungj awab
(13) Rujukandari
111.
Memeriksa kelengkapan form general consent
IV.
Mengiapkan pengisian form-form terkait penerimaan pasien rawat inap yaitu
Form peraturan rumah sakit, form orientasi farmasi dan form edukasi
terintegrasi
V.
Berdasarkan Surat Persetujuan Rawat Inap, mencatat paviliun dan klas
perawatan yang diinginkan pasien/keluarga Mencatat tanggal dan jam MRS
VI.
b) Pencatatan di IRJ/IGD i.
Dokter :
1. Mencatat anamnesa, hasil pemeriksaan, diagnosa, terapi dan tindakan yang
dilakukan pada berkas rekam medis IGD elektronik dan membuat print
outnya dan mencatat formulir DMK 2 sebagaimana prosedur kewenangan
pengisian berkas rekam medis
2. Memberi surat pengantar untuk pemeriksaan penunjang
diagnostik/MRS/dirujuk ke RS lain/dikonsuikan ke dokter spesialis
119
ii. Perawat:
1. Mencatat asuhan keperawatan yang telah dilakukan untuk pasien
2. Mencatat pada buku register tentang pelayanan yang telah diberikan
sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan
3. Pencatatan tindakan yang diberikan kepada pasien serta pencatatan
lainnya
4. Mengisi rekam medis / asuhan keperawatan dengan lengkap mulai
dari identitas pasien, implementasi instruksi dokter sampai dengan
tindakan / asuhan keperawatan mandiri perawat kemudian melakukan
pencetakan form tersebut untuk disatukan dalam berkas rekam medis
pasien
120
‘t>g{> *W — 7at a Jjak-iana IicCa-qai-
iait
ii. Dokter (di Ruang Perawatan):
1. Merawat pasien dan mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan
fisik, terapi, hasil pemeriksaan penunjang, tindakan yang telah
diberikan kepada pasien dalam assessment medis awal serta
membubuhkan tanda tangan dan nama terang pada berkas rekam
medis
2. Merencanakan pelayanan medis dan menjalin komunikasi secara
tertulis antar Dokter Penanggung jawab Pasien (DPJP) dan tenaga
kesehatan lain yang turut memberikan pelayanna terhadap pasien
tentang proses pelayanan pasien yang dilakukan dalam lembar CPPT
3. Membuat persetujuan tindakan medis dengan pasien/keluarga untuk
mendapatkan persetujuan terhadap tindakan yang beresiko tinggi
sesuai protap yang berlaku
4. Membuat Resume Medis, lembar pesanan pasien pulang, serta
melengkapi ringkasan masuk dan keluar pasien dalam DMK 1 jka
pasien pulang
121
Sad *71/ — Jlaktaaa fceCaitacaci
122
5) Pencatatan Identifikasi Bayi Baru Lahir
1) Perawat
a. Mengisi Identitas bayi baru lahir pada DMK 1 meliputi : identitas pribadi
dan sosial, tanggal masuk, kelas perawatan dan paviliun tempat pasien
dirawat.
b. Segera setelah lahir, bayi ditunjukkan langsung ke ibunya atau keluarganya
c. Setelah ditunjukkan kepada ibu / keluarganya, bayi diberi identitas
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pemasangan gelang tangan dan cap kaki bayi dilakukan di
depan ibu yang baru melahirkan bayi tersebut atau saksi lain bila
ibu dalam keadaan tidak sadar
2) Gelang Tangan Bayi
• Wama biru untuk bayi laki - laki
• Wama merah muda untuk bayi perempuan
• Wama putih untuk bayi dengan jenis kelamin yang belum
dapat teridentifikasi.
3) Gelang tangan bayi ditulis : Nomor Register dan nama ibu yang
melahirkannya disertai ”By Ny” serta tanggal dan jam lahir bayi
dengan menggunakan bolpoint tinta hitam tahan air
4) Gelang tangan bayi dipakai selama di rawat di rumah sakit
sampai bayi dipulangkan dari rumah sakit
d. Mengisi formulir identitas bayi secara lengkap dengan
1) Mencantumkan nama dan tanda tangan dokter / bidan yang
menolong / perawat pelaksana
2) Mencantumkan cap ibujari tangan, dari ibunya bayi
3) Mencantumkan cap telapak kaki bayi kiri dan kanan
e. Pada saat memulangkan bayi, tali gelang digunting dan identitas bayi
ditunjukkan ke orang tuanya
£ Apabila dinyatakan benar, orang tua bayi menandatangani pemyataan
yang tercantum pada formulir identitas bayi yang disiapkan perawat /
bidan
*71/—lata jjakiacia
2) Dokter
a) Merawat pasien dan mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik,
terapi, hasil pemeriksaan penunjang, tindakan yang telah diberikan
kepada pasien serta membubuhkan tanda tangan dan nama terang pada
berkas rekam medis.
b) Membnat persetujuan tindakan medis dengan keluarga pasien untuk
mendapatkan persetujuan terhadap tindakan yang berisiko tinggi sesuai
protap yang berlaku jika dibutuhkan.
c) Membuat Resume Medis, lembar pesanan pasien pulang, serta
melengkapi
ringkasan masuk dan keluar pasien dal am DMK 1 jka pasien
pulang 2. Pengisian Rekam medis
Selain prosedur pencatatan juga harus ada penanggung jawab terhadap pengisian
rekam medis, ketentuan umum mengenai penanggimgjawab pengisian rekam medis
adalah sebagai berikut;
Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang melakukan
pelayanan rawat jalan maupun rawat inap wajib membuat rekam medis. Yang
membuat/ mengisi rekam medis adalah dokter dan tenaga kesehatan lainnya:
a. Dokter
kemudian mencantumkan tanda tangan dan nama terang serta tanggal waktu
dilakukannya perbaikan.
5) Setelah pasien dinyatakan boleh pulang, dalam waktu maksimal 2 x 24 jam
harus segera mencatat dan mengisi dengan lengkap :
a) Ringkasan Pasien (DMK 1)
b) Ringkasan Penyakit (DMK 12)
6) Apabila pasien meninggal dunia, mengisi sebab kematian baik pada formulir
kematian maupun pada berkas rekam medis pasien
7) Penulisan dalam dokumen rekam medis harus dengan lengkap, benar, akurat
dan tulisan yang j elas dan mudah dibaca serta tanpa coretan.
8) Bertanggung jawab terhadap pengisian dan kelengkapan data medis pada:
a) DMK 1 (Ringkasan Pasien), DMK 3 (Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi), dan DMK 12 (Ringkasan Penyakit)
• Diisi oleh dokter yang merawat
• Apabila pasien meninggal dunia / PLP tanpa sepengetahuan dokter
yang merawat maka pengisian lembar ini oleh dokter yang merawat
• Apabila pasien meninggal dunia / PLP tetapi belum sempat divisite
oleh dokter yang merawat maka pengisian lembar ini oleh dokter jaga
ruangan yang bertugas saat itu
• Apabila pasien dirawat oleh Tim Dokter, maka pengisian lembar ini
oleh dokter yang visite paling banyak.
b) DMK2
• Diisi oleh dokter yang memvisite pasien pertama kali
c) DMK 7 (Lembar Konsultasi)
Sekurang - kurangnya memuat:
• Permohonan Konsultasi
• Jawaban Konsultasi
d) Surat Kematian
• Diisi oleh dokter yang mendampingi pasien tersebut saat meninggal dunia
b. Perawat
1) Mengisi atau mencatat perkembangan keadaan pasien pada lembar yang
menjadi tanggung jawabnya
126
Z>a6 *W '7afa Jla&jcuta ficCaefcuiav.
—
2) Mengisi atau membuat asuhan keperawatan dengan tulisan yang jelas, benar
dan mudah dibaca
3) Menuliskan tanggal, jam, tanda tangan dan nama terang perawat yang
memberikan tindakan atau pelayanan kepada pasien dalam lembar CPPT
4) Menuliskan nama pasien dan nomor rekam medis pada tiap dokumen yang
menjadi tugas dan kewenangannya
5) Melihat apakah Ringkasan Pasien dan Ringkasan Penyakit sudah terisi atau
belum, apabila belum segera memintakan ke dokter yang bersangkutan /
yang merawat pasien
6) Bertanggung jawab terhadap pengisian dan kelengkapan dokumen rekam
medis pada:
a)Lembar asuhan keperawatan dan observasi perawat
UGD/Poliklinik Diisi oleh Perawat Poliklinik atau IGD (yang
menerima pasien)
b) DMK 3 (CPPT), DMK 5.1, DMK 5.2, DMK 5.3.1, DMK 5.3.2, DMK 5.3.3
dan DMK 5.4
Diisi oleh Perawat Ruang rawat Inap (yang merawat pasien)
127
c. Petugas Penunjang Pelayanan Medis
1) Menyertakan data penunjang ke dalam dokumen rekam medis
2) Menuliskan data pada formulir rekam medis dengan jelas, benar dan mudah
dibaca
3) Mencantumkan tanggal, jam, nama dan tanda tangan petugas yang memberi
pelayanan atau tindakan
4) Bertanggung jawab terhadap kebenaran data penunjang
d. Petugas Pelayanan kesehatan lain
1) Mengisi lembar CPPT pada setiap observasi tang telah dilakukan
2) Petugas Fisioterapy mengisi lembar konsultasi fisioterapy pada pasien
dengan tindakan fisioterapy
3) Petugas Binroh (Bimbingan Rohani) melakukan pencetakan status binroh
untuk pasien rawat inap yang mendapatkan layanan binroh
e. Petugas Rekam Medis
1) Melengkapi identitas pasien baik data pribadi, nama ibu kandung serta data
sosial pada dokumen yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya (DMK 1)
2) Mencantumkan nomor rekam medis pada folder / map rekam medis dan
dokumen yang menjadi tanggung jawabnya (DMK 1)
3) Melakukan pencetakan label pasien rawat inap dan label map untuk berkas
rekam medis pasien rawat inap
4) Penulisan data identitas pasien dan data sosial pada dokumen rekam medis
hams menggunakan tinta hitam tahan air, huruf cetak serta dengan penulisan
yang jelas dan mudah dibaca.
5) Bertanggung jawab untuk mengevaluasi dokumen rekam medis guna
menjamin kelengkapan isinya.
6) Bertanggung jawab terhadap dokumen rekam medis dan menjaga
kerahasiaannya
128
Pc/ott*4+ PtUyAhAh Htju &
3. Informed Consent
a. Prosedur Pelaksanaan Informed Consent di Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan
130
OaQ- 9V — Hate ficCayanatt
Ketentuan lain yang sangat terkait dengan informed consent adalah otopsi dan
adopsi, yang dalam penerapannya membutuhkan proxy consent.
1) Otopsi
131
Pdten^ Mt/U RS Md**w*My*6
Rev -
OaO *?V late
—
2) Adopsi
132
4. Laporan Kecelakaan
Laporan kecelakaan dibuat oleh instalasi gawat darurat. Informasi mengenai kriteria
kasus kecelakaan telah tercantum dalam berkas rekam medis elektronik (RME).
Pencatatan dan pengisian terdapat dalam program MS Access Project dengan nama file
Vital sign, pengguna program ini adalah perawat Instalasi Gawat Darurat. Sumber data
pembuatan laporan kecelakaan adalah pada item check box ”Traffic Accident ”di dalam
program vitalsign, sebagaimana tampilan berikut:
Dari data tersebut dapat diketahui identitas dan jumlah korban kecelakaan, diagnosa,
tindak lanjut dan informasi lain sesuai dengan yang dibutuhkan.
1. Berkas Rekam Medis milik rumah sakit dan tidak boleh keluar dari rumah sakit
2. Permintaan Resume Medis harus oleh pasien sendiri. Apabila diwakilkan harus
dengan Surat Kuasa bermaterai 6000
3. Untuk pasien anak (usia < 14 tahun), permintaan Resume Medis bisa oleh orang
tuanya tanpa Surat Kuasa
4. Pelayanan permintaan Resume Medis selesai maksimal dalam waktu 3 hari. Jika
dokter yang merawat berhalangan hadir dalam waktu tersebut, maka blangko dapat
diisi oleh dokter lain yang berwenang yaitu :
b. Dokter lain yang pemah merawat/memeriksa
c. Kabag. Rawat Jalan
133
Sat/ 9V — lata Jla^aaa ficuu'ticaci
Prosedur mengenai permintaan surat keterangan medis terbagi menjadi dua yaitu;
134
2. Permintaan resume medis untuk klaim Asuransi
Prosedur :
a. Pasien
1) Menerima bukti/form Permintaan Resume Medis dari Petugas Rekam Medis,
kemudian mengisinya dengan lengkap serta membubuhkan tanda tangan
dan nama terang
2) Jika permintaan Surat Keterangan Medis bukan oleh pasien sendiri,
menerima format Surat Kuasa dari Petugas Rekam Medis
3) Mengisi Surat Kuasa dengan lengkap dan akurat dan membubuhinya dengan
materai 6000
4) Mengambil Resume Medis sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
dengan membawa tanda bukti permintaan dan Surat Kuasa bermaterai yang
telah diisi dengan lengkap
5) Menerima resume medis pasien
b. Petugas Rekam Medis
1) Menjelaskan prosedur Permintaan Resume Medis
2) Menyerahkan bukti / form Permintaan Resume Medis
3) Jika permintaan Resume Medis bukan oleh pasien sendiri, menyerahkan
format Surat Kuasa kepada penerima kuasa dan menjelaskan cara
pengisiannya
4) Menginformasikan cara pengambilan Resume Medis dan waktu
pengambilannya
5) Mencarikan berkas rekam medis pasien
6) Menyiapkan blangko Resume Medis
7) Menyerahkan blangko Resume Medis beserta berkas rekam medis pasien
kepada dokter yang berwenang
8) Jika tidak bertemu langsung dengan dokter yang berwenang mengisi blangko
Resume Medis, petugas rekam medis menitipkannya kepada unit pelayanan
dimana dokter tersebut biasa standby.
9) Menerima blangko Resume Medis yang sudah terisi lengkap dari dokter yang
merawat atau petugas unit pelayanan
'tJaO *W — 'lata Jlatc^aaa kcCactattau.
136
ALIJR DAN PROSEDIJR PENGIIRIJSAN SURAT KETERANGAN MEDIS
Khusus permintaan resume medis atau surat keterangan medis jtka pengurus bukan
pasien sendiri/Orangtua -anak-anak usia < 12 tahun—
Visum Et Repertum (VER) adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas
permintaan penyidik dari kepolisian yang berwenang, mengenai hasil pemeriksaan medis
terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh
manusia, berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah, untuk kepentingan peradilan
b. Dokter
- Memeriksa kondisi pasien
- Membuat Visum sesuai dengan SPVR yang diajukan oleh pihak
kepolisian pada program Visum
- Menandatangani visum yang telah di print oleh petugas rekam medis.
c. Petugas Rekam Medis
- Mencetak hasil visum rangkap 2
- Memintakan tanda tangan dari hasil visum yang telah di print
- Membubuhkan stempel pada hasil Visum yaitu pada tanda tangan dokter
- Merekam permintaan visum dan mengevaluasi persentase pengisian visum
oleh dokter.
7. Penulisan Diagnosis
Penulisan diagnosis mengacu pada klasifikasi penyakit yang diterbitkan oleh WHO yaitu
ICD 10, sedangkan untuk tindakan kedokteran menggunakan ICD 9 CM. Database penyakit
yang ada di RSML adalah diagnose atau tindakan untuk kasus yang sering muncul dan yang
ada di RSML. Database akan selalu diperbarui seiring penambahan kasus barn yang muncul.
Sistem pengkodean ini telah ditetapkan dalam daftar singkatan yang digunakan di RS
Muhammadiyah Lamongan dan telah terkode sesuai dengan ICD 10.
Pencatatan dan pengisian yang terkait dengan adanya penulisan diagnosis terletak pada
1) Berkas rekam medis elektronik pada rawat jalan dan instalasi gawat darurat
Untuk penulisan diagnose dan tindakan kedokteran pada berkas rekam medis rawat
jalan dan instalasi gawat darurat telah menggunakan data base penyakit dengan istilah
yang biasa digunakan di RS Muhammadiyah Lamongan sedangkan untuk pengkodean
mengacu pada kode WHO ICD 10 dan ICD 9 CM.
139
jZa&icu-ia ficCatfavaa
Dengan adanya kegiatan peminjaman rekam medis dibuat kebijakan sebagai berikut:
a. Berkas Rekam Medis milik rumah sakit dan tidak boleh keluar dari rumah sakit
b. Pasien boleh mengetahui / melihat isi rekam medis miliknya
c. Apabila pasien bermaksud meminjam berkas rekam medisnya, cukup diserahkan
Copy Resume Medis atau dibuatkan Ringkasan Penyakit sesuai dengan permintaan
informasi yang dibutuhkan
d. Peminjaman berkas rekam medis untuk keperluan penelitian internal (dari dan oleh
pegawai rumah sakit) dapat dilayani apabila telah mendapatkan persetujuan dari
direktur
e. Peminjaman Berkas Rekam Medis untuk kepentingan pihak luar rumah sakit harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
i. Harus dengan surat permohonan resmi yang ditujukan kepada direktur
ii. Harus oleh pasien sendiri atau telah mendapatkan persetujuan dari
pasien secara tertulis dengan bukti adanya Surat Kuasa bermaterai yang
ditanda - tangani oleh Pasien, Penerima Kuasa dan mengetahui Orang
tua/Suami/Istri/Ahli Waris
iii. Apabila untuk kepentingan penelitian maka harus ada surat penugasan
penelitian dari instansi yang bersangkutan dan surat permohonan untuk
melakukan penelitian yang ditujukan kepada direktur.
iv. Apabila untuk kepentingan penyidikan, harus disertai dengan Surat
Perintah Permintaan alat bukti resmi dari Kepolisian
Prosedur dan petunjuk teknis peminjaman berkas rekam medis adalah sebagai berikut:
Peminjaman berkas rekam medis untuk kepentingan pihak luar hams lebih hati-hati
dan teliti karena terdapat 3 masalah etik terkait dengan pengungkapan informasi
yaitu
Ketentuan peminjaman rekam medis untuk kepentingan pihak luar hams mengikuti
persyaratan sebagai berikut:
Pasal 43 Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana mengisyaratkan bahwa rekam
medis tidak dapat disita tanpa persetujuan sarana kesehatan atau orang yang bertanggungjawab atas rekam
medis tersebut.
144
d rfV — late Jla&^aaa fccuicf&aaa
“Penyitaan surat atau tulisan lain dari mereka yang berkewajiban menurut
undang-undang untuk merahasiakannya, sepanjang tidak menyangkut rahasia
Negara. Hanya dapat dilakukan atas persetujuan mereka atau atas izin khusus
Ketua Pengadilan Negeri setempat kecuali undang-undang menentukan lain.”
Untuk peminjaman yang bersifat rutin yaitu untuk pelayanan pasien Poliklinik dan
Rawat Inap, tidak menggunakan buku peminjaman sebagaimana ketentuan diatas.
Pengendaliannya cukup dengan menggunakan Tracer/Out Guide/Lembar perunut.
Pengendaliannya tidak hanya menggunakan manual (lembar perunut) saja namun juga
menggunakan Tracer Elektronik yaitu program yang berguna sebagai lembar perunut.
146
&a(j /W — lata Jla^ana freiayattcm
2. Pemasangan lembar Perunut Tracer/ Out Guide dan Pengambilan Berkas Rekam
medis
Pengertian dari tracer/lembar perunut adalah suatu metode yang digunakan sebagai
pengendali berkas rekam medis, pengendali yang dimaksud adalah dengan adanya
tracer maka dapat diketahui keberadaan berkas rekam medis yang telah keluar dari
ruang penyimpanan rekam medis. Tracer secara umum diartikan sebagai lembar perunut
yaitu suatu lembaran dengan kualitas kertas tebal dan tidak mudah sobek yang
didalamnya memuat informasi mengenai tanggal keluar berkas rekam medis,
tempat/peminjam berkas rekam medis, nama petugas rekam medis dan tanggal kembali
berkas rekam medis.
Tracer digunakan sebagai pengganti berkas rekam medis yang keluar dari rak filling.
Setiap berkas rekam medis yang diambil dari rak atau odner harus diganti dengan tracer,
sehingga pada saat terdapat permintaan yang sama berkas rekam medis dapat diketahui
keberadaanya atau ketika berkas rekam medis tidak terdapat ditempat pada saat diminta,
dapat diketahui tanggal terakhir berkas keluar dan tempat berkas rekam medis berada.
1. Pada saat terdapat permintaan berkas rekam medis baik permintaan rutin maupun
tidak rutin, petugas mengisi pada lembaran perunut (tracer), tanggal
permintaan/tanggal keluar berkas rekam medis dan keperluannya. Untuk pengisian
pada item keperluan dapat diisi dengan nama peminjam/nama ruang poliklinik/tempat
berkas rekam medis yang dipinjam.
2. Petugas mengambil berkas rekam medis sesuai dengan permintaan dan
menggantinya dengan tracer ditempat yang sama dengan berkas tersebut diambil.
3. Pada saat pengembalian berkas, petugas menempatkan kembali berkas rekam medis
ditempat semula dan mengambil tracer sebagai pengganti berkas tersebut kemudian
menuliskan tanggal kembali dalam lembaran perunut (tracer).
147
&a(j /W — lata Jla^ana freiayattcm
Terlihat dalam gambar 13, terdapat 153 pasien yang mendaftar pada waktu tersebut.
Apabila pada kolom Penah MRS kosong, berarti pasien tersebut pasien rawat jalan dan apabila
pada kolom MRE terisi keterangan MRE BOS berarti berkas pasien tersebut sudah termasuk
berkas Rekam medis elektronik dan tidak perlu dicarikan berkas manualnya.
Apabila pada kolom Pemah MRS terisi, contoh : lihat gambar 13, kolom Pemah MRS terisi
”Zam-zam” dan pada kolom rak terisi ’Taufiqurrahman, dr”, hal ini berarti berkas pasien tersebut
termasuk berkas rekam medis rawat inap namun berkas tersebut tidak berada pada rak
penyimpanan sebagaimana mestinya karena pada kolom Rak menunjukkan keberadaan berkas
tersebut berada di dalam rak dokter Taufiqurrahman.
Sebagaimana ketentuan yang berlaku bahwa Berkas Rekam Medis harus diserahkan dan
disimpan ke dalam ruang penyimpanan/rak penyimpanan dengan syarat terisi dengan lengkap.
Untuk menjalankan ketentuan tersebut dibuatlah Sistem peyimpanan berkas rekam medis tidak
lengkap. Sistem tersebut adalah sistem yang mengelola berkas rekam medis yang belum lengkap,
berkas rekam medis yang belum lengkap akan di evaluasi oleh bagian Assembling dengan
menggunakan program tracer, dari hasil evaluasi tersebut berkas akan disimpan berdasarkan
lembaran atau DMK (Data Medik) yang kosong/belum lengkap.
Rak penyimpanan ini hanya bersifat sementara yaitu sebagai tempat penampungan sebelum
berkas tersebut didistribusikan kembali dengan tujuan agar kelengkapan data medis dapat
terpenuhi dan berkas rekam medis tidak bercampur dengan berkas lengkap serta memudahkan
petugas dalam pencarian berkas untuk kebutuhan peminjaman atau pelayanan lainnya.
Apabila pada kolom peminjam terisi, maka keberadaan berkas tersebut tidak berada didalam
ruang rekam medis namun berada diluar ruang penyimpanan rekam medis sesuai dengan
informasi yang termuat didalamnya. Contoh : jika kolom peminjam berisi ’’Orizanov Mahisa, dr”
maka keberadaan berkas rekam medis di dalam ruang Dokter Jaga (karena dr. Orizanov Mahisa
bertugas didalam ruang tersebut) dan Jika kolom peminjam berisi nama dokter mitra (dokter luax
rumah sakit) maka keberadaannya di dalam ruang poliklinik tempat dokter tersebut praktek dan
begitu seterusnya.
149
Cara penggunaan program tracer adalah sebagai berikut
1. Pilih (clik dua kali) Shortcut ’’Tracer” didalam Desktop hingga muncul tampilan
gambar 14.
2. Gambar 41. Menu Utama Program Tracer
Clik Tombol Tracer Status Px Jalan pada menu program tracer (lihat gambar 14) maka
Wma
illiiliilll • pHl
' ........
Umoagan
Agar informasi daftar pasien rawat jalan selalu terbaru (Update) maka program tersebut harus
selalu/sering di Refresh dengan cara clik kolom ID pada daftar pasien rawat jalan (lihat gambar
13) kemudian Sort Descending atau urutkan ID
mulai dari yang terbesar ke terkecil, dengan cara clik simbol Z-> A (Ml), lebih jelas lihat gambar
15.
2
f
12.01.12 IMatoha Tn 229095
12 01 11 Kasih Ny 229934 12.01.09
MaskunTn 229932 11.86.97 iNurhayati
NY ] 229930 12.01.08 I Siti Nur
5 Kbolifah N
Setelah melawati proses pengambilan sebagaimana ketentuan diatas, berkas rekam medis
akan didistribusikan oleh petugas rekam medis, ketentuan mengenai pendistribusian adalah
sebagai berikut;
a. Berkas Rekam Medis tidak boleh keluar dari rumah sakit dan pendistribusian berkas
rekam medis hanya boleh didistribusikan oleh petugas rekam medis dan tidak dibenarkan
untuk dibawa pasien/keluarga pasien.
b. Setiap berkas rekam medis yang telah terambil dari rak penyimpanan harus tergantikan
oleh tracer dan segera didistribusikan.
c. Petugas Rekam Medis tidak dapat mengirim satu-persatu Rekam Medis secara rutin pada
saat permintaan mendadak. Untuk ini bagian lain yang memerlukan (untuk darurat) harus
mengirim petugasnya untuk mengambil sendiri kebagian Rekam Medis.
d. Penanggungjawab atas kebersihan, keamanan dan kerahasian berkas rekam medis ketika
proses pendistribusian sampai dengan tempat tujuan adalah petugas rekam medis.
Setelah berkas sampai ditempat tujuan maka kebersihan, keamanan dan kerahasiaan
berkas rekam medis menjadi tanggungjawab peminta (petugas pelayanan kesehatan di
tempat tujuan tersebut).
e. Berkas Rekam Medis tidak lengkap yang tersimpan dalam rak tidak lengkap harus segera
didistribusikan ke bagian yang bersangkutan setelah 2 kali 24 jam terhitung hari
pengembalian berkas dan jika belum terisi dengan lengkap, berkas rekam medis
didistribusikan kembali setelah 14 hari terhitung hari pengembalian berkas. Apabila masih
belum lengkap maka petugas mendistribusikan kembali setelah 30 hari terhitung hari
pengembalian berkas.
151
CaL> *7V — Hata pci-ayaxcm
f. Sebelum berkas rekam medis tidak lengkap didistribusikan, petugas harus mengentry tujuan
pendistribusian ke dalam program tracer (Tracer Elektronik). Dan begitu pula pada saat
pengembalian berkas tersebut petugas juga harus mengentry hasil pendistribusian pada
tracer elektronik.
1. Lanjutan point 4 cara penggunaan program tracer yaitu setelah melihat daftar pasien rawat
jalan kemudian membuat tracer manualnya dan mengambil berkas yang pada saat yang
sama mengganti keberadaan berkas tersebut dengan tracer manual, berkas siap
didistribusikan.
2. Pendistribusian berkas sesuai dengan informasi yang ditampilkan pada kolom layanan
daftar pasien rawat jalan (lihat gambar 13). Sebelum pendistribusian petugas memberikan
stampel tanggal kunjungan pada berkas rekam medis rawat jalan.
3. Untuk pendistribusian berkas tidak lengkap. Petugas menghubungi yang bersangkutan
(khususnya dokter) apakah siap untuk mengisi berkas tersebut. Kemudian petugas
mengambil berkas rekam medis pada rak sesuai dengan nama yang bersangkutan dan
mengentry berkas tersebut pada program tracer.
4. Tahapan pertama adalah buka program tracer sebagaiman cara penggunaan program
tracer point 1. yaitu clik dua kali icon tracer pada desktop hingga muncul menu program
(lihat gambar 14), kemudian clik tombol ”Distribusi Status Px” hingga muncul daftar berkas
tidak lengkap per pengisi sebagaimana gambar 16.
5. Setelah muncul gambar 16, clik tombol filter (A) pada menubar program tracer tersebut
(lihat tanda panah wana biru tua pada gambar 16) hingga tampilan daftar kosong
dan hanya terdapat satu baris. Kemudian pada kolom ’’Pengisi” entry dengan
nama yang bersangkutan. Kemudian clik tombol terapkan filter, yaitu
gambar 16). Maka akan tampil daftar berkas tidak lengkap per DMK yang menjadi
tangungan yang besangkutan.
6. Setelah tampil daftar berkas tidak lengkap per DMK diatas, entry kolom ’’tanggal
distribusi” sesuai dengan tanggal pendistribusian berkas tersebut. Kemudian
berkas didistribusikan sesuai dengan tujuan.
Berkas yang telah keluar dari rak penyimpanan harus segera dikembalikan ketempat
semula setelah urusan/kegiatan pelayanan atau penelitian selesai. Ketentuan mengenai
pengembalian dan penyimpanan berkas adalah sebagai berikut:
1. Penyimpanan dan pengambilan berkas rekam medis harus oleh petugas rekam medis
2. Selain petugas rekam medis dilarang memasuki ruang penyimpanan berkas rekam
medis, kecuali mereka yang telah mendapat ijin dari Direksi Rumah Sakit dan
didampingi oleh salah satu petugas rekam medis
3. Berkas yang kembali dari ruangan rawat inap dan rawat jalan disimpan di rak
penyimpanan berkas.
a. Berkas yang sudah diisi dengan lengkap disimpan di rak / di Filling dengan
menggunakan Sistem penjajaran Terminal Digit (angka akhir).
b. Berkas yang belum diisi dengan lengkap disimpan sementara di rak penyimpanan
berkas tidak lengkap berdasarkan dokter/unit yang berkewajiban mengisi
4. Berkas yang keluar dari rak Filling ataupun di rak penyimpanan berkas tidak lengkap
harus diganti dengan tracer.
5. Berkas yang telah kembali, disimpan kembali ke tempatnya setelah tracer diambil
6. Lama penyimpanan berkas 3 tahun aktif dan 2 tahun in aktif
Pengembalian berkas rekam medis terbagi menjadi 3 yaitu berkas kembali dari poliklinik,
berkas kembali dari ruang perawatan dan bekas kembali dari distribusi peminjaman/tidak
lengkap. Terdapat ketentuan umum tentang pengembalian berkas rekam medis yaitu
seorang yang menerima / meminjam rekam medis, berkewajiban untuk mengembalikan
dalam keadaan baik dan tepat waktunya (Depkes RI, 1997).
Dalam hal ini terdapat ketentuan bahwa setelah kegiatan pelayanan poliklinik telah
selesai maka petugas poliklinik tersebut mengembalikan berkas rekam medis ke
bagian rekam medis dalam keadaan telah terisi dengan lengkap.
a. Simpan kembali bekas rekam medis dengan sistem terminal digit filling
system
Ketentuan dalam pengembalian berkas rekam medis dari ruang perawatan adalah
sebagai berikut;
a. 2 x 24 jam terhitung dari tanggal pasien pulang berkas rekam medis harus kembali
ke bagian rekam medis dalam keadaan lengkap.
b. Waktu penyerahan berkas maksimal jam 09.00 pagi. Jika berkas belum kembali
maka petugas rekam medis (assembling) konfirmasi ke unit terkait tersebut. Daftar
berkas yang belum kembali dapat diketahui dengan menggunakan program tracer
(lihat gambar 17).
c. Berkas yang telah kembali diserahkan ke bagian assembling atau dimasukkan ke dal
am rak ’’Berkas Pasien Pulang”. Tugas bagian assembling menata ulang urutan berkas
rekam medis rawat inap sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengevaluasi
kelengkapan berkas tersebut. Kemudian mengentry ke dalam program tracer.
d. Berkas yang sudah di assembling dan dievaluasi akan diserahkan ke bagian
koding (jika DMK 1 telah terisi) atau dimasukkan ke dalam berkas siap koding
untuk pengkodean penyakit. Dan jika DMK 1 kosong maka berkas ditempatkan ke
dalam rak ’’berkas siap filling TL (tidak lengkap)”.
e. Jika berkas siap koding telah selesai dari proses pengkodean maka berkas
ditempatkan ke dalam rak ’’Siap Filling Lengkap” jika berkas tersebut lengkap. Dan
ditempatkan ke dalam rak ’’Siap Filling TL” jika masih terdapat DMK lain yang
belum lengkap.
f. Petugas penyimpanan akan menyimpan bekas rekam medis sesuai dengan
penempatan rak-rak tersebut diatas. Jika berkas berada di dalam rak ’’Siap Filling
Lengkap” maka petugas menyimpannya ke dalam rak utama (rak lengkap). Dan
jika berkas berada di dalam rak ’’Siap Filling TL” maka petugas menyimpan ke
dalam rak berkas tidak lengkap sesuai dengan informasi rak penyimpanan yang
terdapat pada lembar evaluasi berkas dari print out program tracer.
g. Proses penyimpanan menggunakan sistem terminal digit filling dan jika berkas
rekam medis termasuk berkas pasien lama maka pastikan terdapat tracer sebelum
berkas dikembalikan ke tempat semula.
3. Berkas kembali dari distribusi tidak lengkap atau peminjaman.
a. Berkas yang telah didistribusikan harus kembali ke bagian rekam medis dan
dimasukkan ke dalam rak ’’Kembali dari Distribusi” maksimal 2 x 24 jam terhitung
tanggal pendistribusian.
b. Berkas yang telah disetorkan ke bagian Assembling akan dievaluasi kembali
mengenai kelengkapannya. Kemudian mengentrynya ke dalam program tracer.
c. Berkas yang sudah lengkap akan dimasukkan ke dalam rak ’’Siap Koding” jika
DMK 1 dalam bekas tersebut belum terkoding. Jika berkas telah terkoding dan
lengkap maka berkas tersebut dimasukkan ke dalam rak ’’Siap Filling Lengkap”
157
jika berkas telah terkoding narnuxi masih belum lengkap maka berkas dimasukkan
ke dalam rak ”Siap Filling TL”
d. Petugas penyimpanan akan menyimpan bekas rekam medis sesuai dengan
penempatan rak-rak tersebut diatas. Jika berkas berada di dalam rak ”Siap Filling
Lengkap” maka petugas menyimpannya ke dalam rak utama (rak lengkap). Dan
jika berkas berada di dalam rak ”Siap Filling TL” maka petugas menyimpan ke
dalam rak berkas tidak lengkap sesuai dengan informasi rak penyimpanan yang
terdapat pada lembar evaluasi berkas dari print out program tracer.
e. Proses penyimpanan menggunakan sistem terminal digit filling dan jika berkas
rekam medis termasuk berkas pasien lama maka pastikan terdapat tracer sebelum
berkas dikembalikan ke tempat semula.
1. Buka program tracer sebagaiman cara penggunaan program tracer point 1 yaitu
clik dua kali icon tracer pada desktop hingga muncul menu program (lihat gambar
14), kemudian clik tombol ’’Status Belum Kembali” untuk menampilkan daftar
berkas yang belum kembali (lihat gambar 17).
2. Kembali ke Menu Utama kemudian clik tombol ’’Priksa Status Px” untuk masuk ke
dalam daftar berkas rekam medis pasien pulang dan berkas rekam medis tidak
lengkap (lihat gambar 18).
Gambar 45. Daftar Bekas Pasien Pulang dan Berkas TL
11.9B.59
229222M1.9B.93
229371 11.99.26 229532
11 99 20 229556 11
99.75 229730 11.98.48
229626 12.00.02 229631
M2.b6.b7 229755M
2.00.52 229547 11.99.92
229538 11.99.29 229203
07.26.06 229092! 11
95.B4 229035 11.98.34
228830 11.97.44 ..miiss-
ian...
i. Entry Box ’’Tanggal Kembali Status ke MR” sesuai dengan tanggal berkas
disetorkan.
ii. Jika berkas yang disetorkan lengkap maka isi listbox ’’Status Kembali dari
Paviliun Sudah Lengkap ” dengan pilihan ’’Sudah”. Kemudian isi listbox
’’Simpan” dengan pilihan ”Ya”. Maka setelah program tracer ditutup, berkas
tersebut sudah tidak terdapat dalam Daftar Bekas Pasien Pulang dan Berkas
TL.
iii. Jika berkas yang disetorkan temyata belum lengkap maka isi listbox ’’Status
Kembali dari Paviliun Sudah Lengkap ” dengan pilihan ’’Belum”. Kemudian
langsung menuju ke subform evaluasi (lewati listbox ’’Simpan”, biarkan tetap
kosong).
iv. Entry subform evaluasi sesuai dengan DMK yang kosong/tidak lengkap
berserta pengisinya. Abaikan kolom Tgl Distribusi dan kolom Tgl Kembali
distribusi. Kemudian isi kolom rak sesuai dengan isian salah satu dari kolom
pengisi. (jika DMK yang kosong banyak maka nama pengisinyapun banyak
pula, sehingga harus dipilih salah satu dari isian kolom ’’Pengisi” untuk
menempatkan ke dalam rak tidak lengkap)
v. Kemudian Clik Tombol ’’Cetak” untuk mencetak hasil evaluasi tersebut.
Informasi yang termuat dalam Print Out tersebut adalah nama DMK dan
pengisinya serta rak tempat penyimpanan. Print out inilah yang menjadi acuhan
bagi petugas penyimpanan untuk menyimpannya sesuai dengan ketentuan.
159
1) Tampilan form check kelengkapan status untuk berkas kembali dari distribusi
sedikit berbeda yaitu : Box ’’Tanggal Kembali Status ke MR” sudah terisi,
listbox ’’Status Kembali dari Paviliun Sudah Lengkap ” terisi dengan pilihan
’’Belum” dan pada subform, tanggal distribusi telah terisi (pengisian ini pada
saat pendistribusian).
2) Setelah melewati proses evaluasi, entry Tgl Kembali Distribusi -pada baris
yang sesuai dengan DMK/pengisi— dengan tanggal kembalinya berkas
tersebut. Kemudian ganti pada kolom ’’keterangan” yang sebelumnya terisi
’’Tidak Lengkap” dengan pilihan ’’Lengkap”. Jika masih terdapat keterangan
’’tidak lengkap” pada Form tersebut maka ganti isian kolom rak sesuai dengan
pengisi yang bersangkutan. Kemudian cetak atau coret dan ganti nama rak
pada print out hasil evaluasi berkas dengan nama yang barn.
3) Fasilitas lain yang terdapat di dalam program tracer adalah report hasil
kegiatan evaluasi diatas. Cara penggunaannya yaitu;
4) Pada Menu Utama pilih dan clik tombol ’’Laporan” maka akan muncul tampilan
menu laporan yang dapat disajikan (lihat gambar 20. Menu Laporan)
161
b) Laporan jumlah berkas rekam medis yang belum lengkap per DMK. clik tombol urutan ke-2 ’’Ketidaklengkapan Per
DMK” hingga muncul interval tanggal pembuatan laporan seperti dalam gambar berikut;
LIHAT | Detail |
j
r iMr:i#yi:ri^ tiin Mliii'Vriiit'rr''v.': '''''■ nv>M1fii1fi ''F WM
Entry batas tanggal sesuai dengan yang dikehendaki kemudian clik tombol ”Lihat” maka akan muncul laporan
jumlah total ketidak lengkapan berkas per DMK.
c) Laporan jumlah berkas rekam medis per pengisi DMK atau biasa disebut laporan berkas rekam medis per dokter.
Sebagaimana ketentuan diatas yaitu harus memasukkan interval waktu penyajian data. Pilih tombol urutan ke-3
’’Ketidaklengkapan
PerDokter” hingga muncul . n"x
LAPCMipKETIDAK
lilt
Jills
#111
; 1111 ''-
ii###!!;#::;
/
tampilan
Ketidaklengkapan Perdokter
Gambar 50. Laporan Ketidaklengkapan per Dokter
Setelah mengentry tanggal sebagaimana terlihat dalam gambar 23 maka akan muncul laporan berkas per nama
pengisi yang memuat informasi tentang jumlah total berkas yang menjadi tanggungan pengisi,
jumlah berkas yang tidak lengkap dari total tanggungan dan jumlah
berkas yang sudah tens! dengan lengkap dari jumlah total berkas yang
menjadi tanggungannya.
162
Pilih tombol urutan berikutnya yaitu tombol ’’Evaluasi Intern”. Kemudian
entry batas waktu laporan yang hendak disajikan (lihat gambar 27),
kemudian clik tombol ’’Lihat”. Maka akan muncul laporan sebagaimana
penjelasan diatas.
= Tamjijal ..
. .............................m
Kriteria Hari ' 0 1 4 Hari
|| ■/.: DETAIL |
Definisi dan ruang lingkup keamanan adalah perlindungan fisik dan elektronik untuk
informasi (baik convensional maupun*pen) berbasis computer secara utuh, sehingga
menjamin ketersediaan dan kerahasiaan. Termasuk kedalamnya adalah sumber-sumber
yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengolah dan menyampaikan, alat-
alat untuk mengatur akses dan melindungi informasi dari pengungkapan yang tidak
disengaja maupun yang disengaja (Harman, 2001a, him. 372). Sedangkan kerahasiaan
merupakan “ pembatasan pengungkapan informasi pribadi tertentu. Dalam hal ini
mencakup tanggung jawab untuk menggunakan, mengungkapkan, atau mengeluarkan
informasi hanya dengan sepengetahuan dan izin individu.’’(Harman, 2001a, him. 370).
Informasi yang bersifat rahasia dapat berupa tulisan ataupun verbal.
Pengamanan dan pemeliharaan berkas rekam medis adalah suatu hal yang sangat
penting dalam proses penyelenggaraan rekam medis. Oleh karena itu terdapat kebijakan
yang telah ditetapkan oleh Direktur yaitu Berkas rekam medis bersifat rahasia dan tidak
diperkenankan membawa berkas rekam medis keluar dari Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan, kecuali salinan fotocopy berkas, untuk kebutuhan dan kepentingan yang
diperbolehkan oleh peraturan hukum sesuai dengan prosedur yang berlaku. Petugas
rekam medis harus menjaga agar berkas rekam medis tersimpan dan tertata dengan
baik serta terlindung dari kemungkinan pencurian berkas atau pembocoran isi berkas
rekam medis
1. Berkas rekam medis harus tersimpan dalam map yang tertera tulisan rahasia
2. Peminjaman berkas rekam medis harus memenuhi persyaratan seperti yang
tercantum dalam Protap Peminjaman Berkas Rekam Medis
3. Penyimpanan dan pengambilan berkas rekam medis harus sesuai dengan
Prosedur yang telah ditetapkan.
4. Isi rekam medis hanya boleh dilihat dan diminta oleh pasien sendiri. Apabila pasien
mengijinkan orang lain untuk melihat isi rekam medisnya maka harus dengan Surat
Kuasa bermaterai 6000 yang ditanda tangani oleh pasien
164
SaO i7l) - Hata ujg&iaaa UcCcioaKan
Selain ketentuan keamanan dan kerahasiaan diatas juga terdapat ketentuan dasar
pemeliharaan berkas rekam medis yang dapat membantu memperlancar pekerjaan
pengelolaan rekam medis yaitu:
1. Pada saat rekam medis dikembalikan kebagian rekam medis, hams disortir menumt
nomor, sebelum disimpan.
2. Hanya petugas rekam medis yang dibenarkan menangani rekam medis. Dokter, staf
rumah sakit, pegawai dari bagian lain tidak diperkenankan mengambil rekam medis dari
tempat penyimpanan.
3. Rekam medis yang sampulnya msak atau lembarannya lepas, hams segera diperbaiki
untuk mencegah makin msak/ hilangnya lembaran-lembaran yang diperlukan.
4. Pengamatan terhadap penyimpanan hams dilakukan secara periodik untuk menemukan
salah simpan dan menemukan kartu pinjaman (tracer) yang rekam medisnya masih
belum dikembalikan.
5. Petugas penyimpanan hams memelihara kerapian dan keteraturan rak penyimpanan
yang menjadi tanggung jawabnya.
6. Berkas rekam medis yang sedang diproses/dipakai untuk keperluan lain harus
diletakkan diatas meja/rak tertentu dengan maksud bahwa Berkas tersebut setiap saat
dapat dipergunakan.
7. Rekam Medis sangat tebal hams dijadikan 2 atau 3 jilid.
M. PELEPASANINFORMASI
kepentingan lainnya yang tidak merugikan pasien yang telah diatur oleh undang - undang
1. Kaidah autonomy bahwa pasienlah yang memutuskan boleh atau tidaknya akses terhadap
informasi kesehatannya, bukan pasangannya ataupun pihak ketiga.
3. Kaidah nonmaleficence bahwa informasi tidak diberikan kepada pihak yang tidak
berwenang dan yang mungkin merugikan pasien (misalnya perusahaan asuransi meminta
informasi kesehatan untuk tujuan diskriminasi).
4. Kaidah justice bahwa informasi harus menerapkan ketentuan secara adil dan konsisten
untuk semua orang
Selain kaidah diatas juga terdapat kaidah umum terkait dengan pemberian informasi
rekam medis pasien yaitu:
1. Setiap informasi yang bersifat medis yang dimiliki oleh rumah sakit tidak boleh disebarkan
oleh pegawai rumah sakit, kecuali bila pimpinan rumah sakit mengijinkan.
2, Rumah sakit tidak boleh dengan sekehendaknya menggunakan rekam medis dengan cara
yang dapat membahayakan kepentingan pasien, kecuali jika rumah sakit itu sendiri yang
akan menggunakan rekarn medis tersebut bila perlu untuk melindungi dirinya atau
mewakilinya.
3. Para asisten dan dokter yang bertanggung jawab dapat berkonsultasi dengan bagian
rekam medis sehubungan dengan pencatatan berkas rekam medis pasien yang dirawat.
166
Z>ai> 9V — Hata Uclavaetaa
4. Dokter tidak diperkenankan memberikan resume medis pasien yang dirawat secara
langsung kepada perusahaan asuransi atau badan lain. Permintaan resume dan surat
keterangan medis diatur dalam prosedur permintaan resume medis di bagian rekam
medis.
5. Informasi rekam medis hanya boleh dikeluarkan dengan surat kuasa bermaterai yang
ditanda tangani oleh pasien (walinya jika pasien tersebut secara mental tidak kompeten
6. Dokter dari luar rumah sakit yang mencari keterangan mengenai pasien melalui data
rekam medis pasien yang dirawat di rumah sakit, harus memiliki surat kuasa dari pasien
tersebut.
7. Ketentuan ini tidak saja berlaku bagi bagian rekam medis, tetapi juga berlaku bagi semua
orang yang menangani rekam medis dibagian perawatan, bangsal-bangsal dan lain-lain.
8. Rekam medis yang asli tidak boleh dibawa keluar rumah sakit, kecuali bila atas permintaan
pengadilan, dengan surat kuasa khusus tertulis dari pimpinan rumah sakit.
9. Rekam medis tidak boleh diambil dari tempat penyimpanan untuk dibawa kebagian lain
dari rumah sakit, kecuali jika diperlukan untuk transaksi dalam kegiatan rumah sakit itu.
10. Dengan persetujuan dari pimpinan rumah sakit, pemakaian rekam medis untuk keperluan
riset diperbolehkan. Mereka yang bukan dari staf medis rumah sakit, apabila ingin
melakukan riset harus memperoleh persetujuan tertulis dari pimpinan rumah sakit.
11. Bila suatu rekam medis diminta untuk dibawa kepengadilan segala ikhtiar hendaklah
dilakukan supaya pengadilan menerima salinan foto static rekam medis yang dimaksud.
Apabila hakim minta yang asli, tanda terima harus diminta dan disimpan di folder jangan
sampai rekam medis yang asli tersebut kembali.
12. Fakta bahwa seorang majikan telah membayar atau telah menyetujui untuk membayar
ongkos rumah sakit bagi seorang pegawainya, tidak dapat dijadikan alasan bagi rumah
sakit untuk memberikan informasi medis pegawai tersebut kepadanya tanpa surat kuasa
atau persetujuan tertulis dari pasien atau walinya yang syah.
13. Pengesahan untuk memberikan informasi hendaklah berisi indikasi mengenai periode-
periode perawatan tertentu. Surat kuasa atau persetujuan itu hanya berlaku untuk
informasi medis termasuk dalam jangka waktu atau tanggal yang tertulis didalamnya.
Di sisi lain, rumah sakit sebagai institusi tempat dilaksanakannya pelayanan medis,
memiliki Kode Etik Rumah Sakit (Kodersi) yang diantaranya juga berkaitan dengan rekam
medis, yaitu:
Pasal 04 : Rumah sakit harus memelihara semua catatan/arsip, baik medik maupun nonmedik
secara baik.
Pasal 10 : Rumah sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien dan
tindakan
apa yang hendak dilakukan
Pasal 11 : Rumah sakit harus meminta persetujuan pasien (informed consent sebelum
melakukan tindakan medik
Definisi dari sistem semi sentralisasi adalah berkas rekam medis baik rawat inap
maupun rawat jalan tersimpan pada satu ruangan yang sama tetapi untuk berkas rawat
jalan disimpan dalam database, jika kemudian pasien rawat inap maka berkas rekam
medis rawat jalan akan di print dan disatukan dalam berkas rawat inap serta disimpan
didalam rak penyimpanan berkas rawat inap.
168
SaO — Hat a Jla^-ava fidayavaa
Semakin pesatnya perkembangan teknologi maka untuk berkas rekam medis rawat
jalan sudah menggunakan elektronik sehingga tersimpan langsung di server dengan
prosedur backup data minimal setiap hari dalam bentuk CD yang disimpan oleh Instalasi
EDP (Elektronic Data Prosessing) atau SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit).
Untuk dapat mengelola berkas rekam medis dengan baik pada sistem penyimpanan
harus ada suatu sistem yang mempermudah dalam pencarian atau pengambilan berkas,
yaitu Sistem Penjajaran. Selain sistem yang mempermudah pencarian atau
penyimpanan diperlukan juga suatu sistem pengendali dalam proses penyimpanan yaitu
Kode Wama dan Penomoran.
169
Sistem Penjajaran adalah sistem yang mengatur tatacara penyusunan berkas rekam
medis didalam rak penyimpanan dengan tujuan agar berkas rekam medis mudah dicari
dan diambil kembali. Sistem Penjajaran yang digunakan oleh Bagian Rekam Medis RS
Muhammadiyah Lamongan adalah Terminal Digit Filling System yaitu Sistem Angka
Akhir yang telah dimodifikasi, sehingga berbeda dengan standar yang digunakan.
angka pertama
Dalam penjajaran dengan sistem angka akhir (terminal digit filling sistem) ada 100
kelompok angka pertama (primary section) yaitu 00 sampai dengan 99.
Pada waktu menyimpan, petugas hams melihat angka pertama dan membawa
rekam medis ke dalam rak penyimpanan untuk kelompok angka pertama.
Pada kelompok angka pertama, berkas rekam medis disesuaikan urutan letaknya
menurut angka kedua, kemudian berkas rekam medis disimpan dan dijajarkan ke dalam
urutan sesuai dengan kelompok angka ketiga sehingga dalam setiap kelompok
penyimpanan nomor pada kelompok angka ketiga (tertiary digits), yang selalu berlainan.
170
Contoh:
1- 0 1- 0 2- 0
0-00 1-00 2-00
1- 0 1- 0 99-99-00
2-00
1-00
1- 0 01-99-00 00-00-01
2-00 2- 0 00 01-01
00-99-00 -
0-00
2- 0 02 00-01
1- 0 -
0-00 1-00
Keuntungan dari sistem penjajaran Angka Akhir atau Terminal Digit Filling Sistem adalah:
a. Pertambahan jumlah rekam medis selalu tersebar secara merata ke 100 kelompok
(section) di dalam rak penyimpanan. Petugas penyimpanan tidak akan berdesak-desakkan
di satu tempat (atau section), dimana rekam medis harus di simpan di dalam rak.
b. Petugas diserahi tanggung jawab untuk sejumlah section tertentu misalnya ada 4 petugas
masing-masing diserahi : section 00-24, section 25-49, section 50- 70, section 75-99
c. Pekeijaan akan terbagi rata mengingat setiap petugas rata-rata mengeijakan jumlah rekam
medis yang hampir sama setiap harinya untuk setiap section.
d. Rekam medis yang tidak aktif dapat diambil dari rak penyimpanan dari setiap section,
pada saat ditambahnya rekam medis baru disection tersebut.
e. Jumlah rekam medis untuk setiap section terkontrol dan terhindar dari timbulnya rak
kosong.
f. Dengan terkontrolnya jumlah rekam medis, membantu memudahkan perencanaan
peralatan penyimpanan (jumlah rak).
g. Kekeliruan penyimpanan (missfile) dapat dicegah, karena petugas penyimpanan hanya
memperhatikan dua angka saja dalam memasukkan rekam medis kedalam rak, sehingga
resiko untuk teijadi kekeliruan dalam membaca angka sangat kecil.
Berkas rekam medis rawat inap terdiri dari kumpulan berkas-berkas yang berisi
tentang pelayanan yang diberikan kepada pasien selama pasien dirawat inap, untuk
menjaga kerapian dan kesinambungan dari isi berkas tersebut diperlukan map atau
sampul.
Kode wama yang dimaksud adalah pemberian wama tertentu pada sampul
berkas rekam medis rawat inap. Hal ini diberlakukan untuk memudahkan pencarian
kembali, temtama untuk permintaan data medis yang terkait dengan penelitian atau
pendidikan.
Perwamaan digunakan berdasarkan kategori kasus yaitu;
• Hijau digunakan untuk Bayi baru lahir dengan umur kurang dari 3 bulan.
• Merah muda digunakan untuk kasus OBSGYN atau Kandungan
• Kuning digunakan untuk kasus Bedah
• Biru digunakan untuk kasus Umum baik dewasa maupun anak-anak.
2) Pewamaan pada primary digits (angka pertama) dalam sistem penjajaran dan tahun terakhir kunjungan.
Kode wama dalam sistem penjajaran adalah pemberian wama pada primary digits (angka pertama). Tujuan
dari perwamaan pada angka pertama sebagai angka yang menunjukkan letak rak. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir kesalahan dalam penyimpanan, karena dengan kode wama akan terlihat jelas jika salah dalam
penyimpanan atau pengelompokan berkas rekam medis rawat inap. Dan pewamaan juga diberikan untuk tahun
kunjungan terakhir pasien yaitu pemberian wama pada pojok kanan atas pada sampul/map berkas rekam medis
rawat inap.
Ketentuan kode wama pada primary digits yaitu mulai angka 0 sampai dengan 9 adalah sebagai berikut:
angka: wama
0 : kuning 5 : merah
1 : merah 6 muda
: hijau
2 : biru tua 7 : biru tua
3 : coklat 8 : ungu
4 : orange 9 : abu-abu
Ketentuan kode wama terakhir kunjungan rawat inap adalah sebagai berikut:
2005 : merah
2006 : kuning
2007 : hijau
2008 : bim tua
2009 : ungu
2010 ;..........kembali seperti tahun 2005, yaitu wama merah.
4. Penomoran
Pada deretan berkas rekam medis yang disimpan baik di dalam rak filling maupun di
dalam Odner diperlukan suatu cara/metode agar berkas rekam medis mudah diketahui
tempat/kelompok penyimpanannya yaitu dengan metode Penomoran, dalam arti memberikan
tanda penunjuk yang berupa angka/nomor pada rak-rak atau odner penyimpanan. Dengan
sistem penjajaran terminal digit memberikan kemudahan dalam memberikan penunjuk rak yaitu
dengan menggunakan 2 digit terakhir atau primary digit pada rak atau odner karena primary
digit adalah acuan pengelompokan file, sehingga dengan memberikan kode angka primary
digit pada setiap rak dan odner akan mempermudah dan mempercepat pekerjaan menyimpan
dan menemukan rekam medis.
Contoh penunjuk:
00 01 02 03 04 05
Yang diletakan pada petunjuk 00 adalah berkas rekam medis dengan nomor sebagai
berikut:
1. Memindahkan arsip rekam medis inaktif dari rak aktif ke rak inaktif dengan cara
memilah pada rak penyimpanan sesuai dengan tahun kunjungan
175
SaO OV — H&tfi a^-ana /icCcuiatian
Salah satu elemen yang diperlukan dalam penyusutan berkas adalah Jadwal Retensi
Arsip (JRA). JRA yang digunakan di RS Muhammadiyah Lamongan semuanya
memiliki ketentuan yang sama yaitu dalam kurun waktu 2 tahun terhitung dan tanggal
terakhir pasien berobat atau dipulangkan kemudian berkas rekam medis statusnya
menjadi berkas rekam medis In-Aktif. Kemudian setelah 3 tahun in-aktif atau terhitung
5 tahun dari tanggal terakhir kunjungan pasien maka berkas rekam medis dapat
dimusnahkan.
a. Untuk mengurangi kapasitas berkas dari rak penyimpanan berkas rekam medis
aktif
b. Untuk mengakomodir keterbatasan kapasitas rak penyimpanan berkas rekam
medis aktif.
c. Untuk memudahkan pencarian berkas rekam medis yang akan dimusnahkan
nantinya.
d. Untuk terciptanya sistem penyimpanan arsip yang efektif dan efisien
e. Menyelamatkan berkas yang bemilai guna tinggi serta mengurangi berkas rekam
medis yang nilai gunanya telah menurun.
Dalam penyelenggaran rekam medis khususnya pada proses penyusutan dan
penyimpanan berkas In-Aktif, memiliki ketentuan sebagai berikut;
a. Berkas in aktif adalah berkas yang telah disimpan minimal selama 2 tahun di
tempat penyimpanan berkas, terhitung sejak tanggal terakhir pasien tersebut
berobat atau dipulangkan.
b. Setelah diketahui berkas In-Aktif, Petugas meretensi berkas yang telah 2 tahun
tersimpan dalam file aktif dengan melihat tahun terakhir kunjungan.
c. Berkas yang dikeluarkan dari rak penyimpanan tidak perlu diganti dengan tracer
tetapi dicatat dalam buku retensi berkas rekam medis.
d. Berkas yang telah dikeluarkan dari rak penyimpanan dialih wujudkan dalam bentuk
elektronik dengan cara di-scan
176
g ?<aO rft/ — Hate Jlak-igaa tcCavaccii
Penggunaan alat scanner jauh lebih mudah dan lebih menghemat biaya dan
mengenai kerahasiaan dan autentikasinya dapat dijaga dengan metode password.
Sistem penyimpanan yang digunakan adalah sistem terminal digit filling system yaitu
file hasil scan disatukan dalam folder dengan nama 2 angka terakhir atau primary digit.
Kemudian data yang telah terkumpul dialih wujudkan dalam bentuk CD/DVD, kemudian
CD/DVD disimpan di ruang Rekam Medis.
Petunjuk teknis scanning berkas rekam medis setelah proses retensi adalah sebagai
berikut:
a. Proses scanning berkas rekam medis yaitu pilih program scan dalam start menu
program kemudian pilih program dan clik icon program scan dengan nama
”captureperfect 3.0” kemudian pilih file program aplikasinya dengan nama yang
sama. (lihat gambar 05).
178
Gambar 55. Scan Bacth to File Setting
c. Gambar 07 menunjukkan kriteria dimana tempat file disimpan, format file yang akan discan dan setting/aturan
yang akan digunakan untuk menscan data. Pada list box Save in : pilih tempat file yang akan disimpan,
contoh : file akan disimpan di dalam folder Hasil Scan MR maka cari pada kolom dibawah ’’Save in” nama
Folder Hasil Scan MR kemudian clik 2 kali (lihat lingkaran merah pada gambar 07). Setelah masuk dalam
folder HasilScanMR, buat folder baru dengan cara clik
tanda ISR pada simbol sebelah kanan list box Save in (lihat lingkaran biru gambar 07), kemudian beri nama
folder tersebut dengan primary digit yang terdapat pada berkas rekam medis yang akan discan.
d. Setelah folder baru dibuat, ketik nomor rekam medis berkas rekam medis yang akan di scan pada box ’’File
name”, contoh : nomor berkas yang akan discan adalah 060652 maka ketik 060652 pada Box File name.
Kemudian simpan file dalam format PDF, yaitu pilih PDF File (*.pdf) pada list box Save as type. Kemudian
pada box “type of bacth separator” pilih None, dan pada list box MultiPage Setting pilih “Multi Page (All
Pages)” (lihat tanda panah merah gambar 07).
Qty '7<zta
■- pcCayaKcitt
e. Setelah setting scan to batch file selesai kemudian yang terakhir sebelum memulai
scan yaitu harus mengatur kriteria output dari scan atau hasil scan nantinya,
dengan cara: clik tombol “Scanner Setting” pada gambar 07. hingga muncul
gambar 08.
3
sw,i.Q 200 dpi
111
^ &JL* . J 'A#**'
Cortr^r'^'' ';‘r
$ o h r M « ' $ d » 3
1 FiwdrfgOpbon: |siandaid^
i .=.? ---wk irfS ■ Hi. -t V *
*****
Gambar 56. Scanner Setting
181
‘SaO *7V ~ 'lata Aa&teuta ficCaqtixati
rekam medis. Petunjuk Teknis kegiatan membuat daftar pertelaan setelah retensi berkas
rekam medis in-aktif adalah sebagai berikut;
a. Buka Program Pertelaan (gambar 09) pada program aplikasi MS Access pertelaan
berkas rekam medis. Dengan extension *.mdb.
b. Kemudian akan muncul menu entry data dan print pertelaan seperti pada gambar
10. Klik entry data untuk memasukkan hasil scan yang akan di input dalam daftar
pertelaan.
c. Pada kriteria entry data akan muncul:
1) ID : Akan muncul secara otomatis.
2) NORM : Masukan nomor berkas rekam medis yang telah discan
3) Tahun Akhir : Masukkan tahun terakhir kunjungan pasien baik rawat jalan
182
5) Status :Masukkan sesuai dengan hasil scan apakah diagnosa
pasien terbaca, tidak terbaca atau tidak lengkap.
6) Kode ICD : Masukkan diagnosa pasien, secara otomatis kode ICD akan
muncul.
7) Keterangan : Isi apabila ada keterangan penjelas diagnosa.
8) Kunjungan : Pilih sesuai dengan berkas rekam medis yang diretensi
apakah kunjungan rawat inap atau kunjungan rawat jalan.
d. Print Pertelaan
Untuk melihat daftar pertelaan berkas rekam medis yang akan dimusnahkan pilih
menu (tombol) print pertelaan pada gambar 09.
e. Sehingga muncul gambar 11 sebagai berikut
183
g. Sehingga muncul daftar pertelaan sebagai berikut
Gambar 60. Daftar Pertelaan
1. Dibentuk tim pemusnah arsip dengan surat keputusan direktur yang beranggotakan
sekurang-kurangnya dari : Sekretariatan, Bagian Rekam Medis, Bagian Pelayanan
(Rawat Jalan dan Rawat Inap) dan Komite Medis (termasuk Panitia Rekam Medis).
2. Rekam Medis yang mempunyai nilai guna tertentu tidak dimusnahkah tetapi
disimpan dalam jangka waktu tertentu.
3. Membuat pertelaan arsip bagi Rekam Medis aktif yang telah dinilai.
£f
4. Daftar pertelaan arsip Rekam Medis yang akan dimusnahkan oleh tim pemusnah
dilaporkan kepada Direktur Rumah Sakit dan Direktnr Jenderal Pelayanan Medis
Departemen Kesehatan RI.
5. Berita acara pelaksanaan pemusnahan dikirimkan kepada Pemilik Rumah Sakit dan
Kepala Direktur Jenderal Pelayanan Medis Departemen Kesehatan RI.
Tata cara penilaian berkas rekam medis yang telah berakhir fungsi dan nilai gunanya
adalah berkas yang telah 5 tahun in aktif. Indikator yang digunakan untuk menilai berkas
rekam medis in aktif adalah ffekuensi rekam medis digunakan untuk pendidikan dan
penelitian, bemilai guna primer administrasi, hukum, keuangan dan IPTEK, serta bemilai
guna sekunder untuk pembuktian dan sejarah.
185
BABY
LOGISTIK
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat keija selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara eflsien.
c. Agar proses produksi dapat beijalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat keija dapat digolongkan pada
tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan keija
b. Kesadaran dan kualitas pekeija, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan keija, kecelakaan dan penyakit akibat keija
dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi;
- Ruang keija terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas
atau terlalu dingin;
- Tidak tersedia alat-alat pengaman;
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dll.
189
BAB VII
PENGEND ALLAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk mengukur
mutu pelayanan Rumah Sakit.
Defenisi Indikator adalah:
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator merupakan
suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik adalah yang
sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria:
Adalah spesifikasi dari indikator.
Standar:
• Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang
dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab untuk
mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.
• Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
• Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan prinsip
dasar sebagai berikut:
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
• Keprofesian
• Efisiensi
• Keamanan pasien
• Kepuasan pasien
• Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada untuk
perorangan.
inap
Dimensi mutu Efektifitas, kenyamanan dan efisiensi
Tujuan Tergambar kecepatan pelayanan pendaftaran rawat inap
Definisi Operasional Dokumen rekam medis rawat inap
Frekuensi 1 Bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa ; 1 Bulan.
Numerator * Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mendistribusikan
permintaan dokumen lama rawat inap pada pemeriksaan
pasien lanjutan/MRS
Denominator Jumlah permintaan dokumen rekam medis
Sumber Data Pemasaran
Nilai Rerata< 10 menit
Penanggung Jawab Kepala Bagian Rekam Medis
Pengumpulan Data Kepala Seksi Pendaftaran dan Pengelolaan Berkas/Pelaksana
Pendaftaran
■
BAB VIII
PENUTUP
Pedoman pelayanan rekam medis Rum ah Sakit Muhammadiyah Lamongan
tersusun berdasarkan kolaborasi antara regulasi nasional, refrensi dan implementasi
dilapangan. Pedoman ini dibuat untuk menstandarisasi proses pemberian pelayanan
rekam medis dengan harapan terciptanya pelayanan yang bermutu dan berkualitas.
Pemberian pelayanan yang berkualitas selain adanya standarisasi tata cara
penyelengaraannya juga harus dilakukannya evaluasi secara berkala apakah standar
yang telah ditetapkan ini dapat diterapkan secara maksimal atau ketidak patuhan staf
terhadap standar yang dilakukan. Oleh karenanya, tidak ada gading yang tak retak,
kesempumaan hanya milik Allah semata, sehingga pedoman ini tetap harus selalu
dilakukan review secara berkala agar tercipta pelayanan yang berkualitas secara terns
menerus.