Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN BAB 2

“PENGELOLAAN SISTEM KEUANGAN INTERNASIONAL

KEUANGAN INTERNASIONAL

Nama : Andi Muhammad Akbar

NIM : 1993141057

Kelas : Manajemen C (2019)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021
BAB 9

1. Apakah yang dimaksud dengan risiko hukum?


Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan atau kelemahan aspek yuridis
yang dialami suatu perusaahan,
2. Jelaskan indikator apa yang dapat digunakan dalam menilai risiko hukum.
a. Parameter : Faktor Litigasi
Indikator :
-. Besarnya nominal tuntutan atau gugatan yang diajukan atau estinasi kerugian
yang mungkin dialami oleh perusahaan akibat dari gugatan dibandingkan dengan
modal perusahaan
-. Besarnya kerugian yang dalami oleh perusahuan karena suatu putusan dari
pengadilan yang telah memiki kokuatan hukurm tetap dibandingkan dengan
modal perusahaan
-. Dasar dan gugatan yang terjadi dan pituak yang tergugat/menggugat
perusahaan dalam suatu gugatan yang diajukan serta tindakan dani manajemen
atas suatu gugatan yang dajukan
-. Kemungkinan timbuinya gugatan yang serupa karena adanya standar perjanjan
yang sama dan estimas total kerugian yang mungkin timbul dbandngkan dengan
motal perusahaan.
b. Parameter : Faktor Kelemahan Perikatan
-. Tidak terpenuhinya syarat sah perjanjan
-. Terdapat kelemahan klausula perjanjian danlidak terponuhinya porsyaratan yang
telah disepakati
-. Pemahaman para pihak terkait dengan peranjian, terutama mengenai nsiko-risiko
yang ada dalan suatu transaksi yang kompleks dan menggunakan istilah-istilah
yang sulit dipahami atau tidak lazim bagi masyarakat umum
-. Tidak dapat dilaksanakannya suatu peyanjan baik untuk keseluruhan maupun
sebagian.
-. Ketidakcukupan dokumen pendukung terkait perjanjian yang dilakukan oleh
perusahaan dengan pihak ketiga.
-. Pembaruan dan tinjauan dari penggunaan standar perjanjlan oleh parusahaan
danvpihak independent.
-. Penggunaan plhan hukum atas perjanjian yang diadakan oleh perusahaan juga
penggunaan forum penyelesaian sengketa
c. Parameter : Faktor ketiadaan/perubahan perundang- undang
-. Jumlah dan niai nominal dari total produk perusahaan yang belum diatur oleh
peraturan perundang-undangan secara jelas dan produk tersebut cenderung
memliki tingkat kompleksitas yang tinggi, dibandingkan dengan modal yang
dimiliki perusahaan.
-. Penggunaan standar perjanjian yang belum dikinikan walaupun telah ada
perubahan best practice atau peraturan perundang-undangan.
3. Apa yang dimaksud dengan legal governance, legal consistency, dan legal
completeness?
a. Legal governance untuk membentuk peraturan dan ketentuan internal, Dewan
Komisaris dan direksi wajib menerapkannya.
b. Legal consistency keselarasan antara kegiatan dan aktifitas yang dilakukan dengan
peraturan yang berlaku, direksi wajib memastikan.
c. Legal completeness upaya yang dilakukan korporasi agar seluruh hal yang diatur
undang-undang dapat diimplementasikan, direksi wajb memastikan.
4. Apabila terjadi sebuah masalah hukum di sebuah perusaahan, unit organisasi manakah
yang paling bertanggung jawab menyelesaikannya?
Unit yang paling bertanggung jawab adalah direksi. Direksi adalah Organ Perseroan
yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk
kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili
Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar..
BAB 10

1. Apa yang dimaksud dengan Risiko Kepatuhan?


Risiko Kepatuhan adalah risiko akibat perusaahan tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku di sebuah
negara.

2. Jelaskan sumber-sumber terjadinya risiko kepatuhan.


a. Jenis Dan Signifikansi Pelanggaran Yang Dilakukan
Cakupan pelanggaran merupakan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku
dan komitmen kepada pemegang otoritas, termasuk sanksi yang dikenakan atas
pelangsaran yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan demikian, jumlah sanksi
denda kewajiban membayar yang dikenakan kepada perusahaan dan jeni
pelanggaran atau ketidakpatuhan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan
parameter penting dari sumber risiko kepatuhan ini.
b. Frekuensi Pelanggaran Yang Dilakukan Atau Track Record Kepatuhan
Perusahaan
Frekuensi lebih bersifat historis dengan melihat tren kepatuhan perusahaan
selama tiga tahun terakhir untuk mengetahui apakah jenis pelangsaran yang
dilakukan berulang ataukah memang atas kesalahan tersebut tidak dilakukan
perhaikan signifikan oleh perusahaan. Jenis dan frekuensi pelanggaran yang sama
yang ditemukan setiap tahunnya dalam tiga tahun terakhir dan signifikansi tindak
lanjut perusahaan atas temuan tersebut menjadi penting untuk melihat pengaruh
factor ini pada risiko kepatuhan.
c. Pelanggaran Terhadap Ketentuan Atas Transaksi Keuangan Tertentu
Dalam aktivitas perusahaan, terdapat kemungkinan di mana perusahaan
melakukan pelanggaran ketentuan transaksi keuangan tertentu yang diatur oleh
sebuah standar yang berlaku umum. Pelanggaran ini mungkin terjadi kareu
ktivitas perusahaan yang melakukan aktivitas ekspor dan impor yang harus
memenuhi standar yang berlaku umum, Sebagai contoh adalah pelanggaran
trhadap ketentuan International Swaps and Derivatives Assciation (ISDA)
Uniform Customs and Practice for Documentary Credits (UCT), International
Chamber of Commerce (ICC), ataupun standar-standar lainnya yang berlaku
secara umum pada sektor keuangan.
3. Untuk memperkaya pemahaman Anda, silakan membaca kasus kekalahan Citi Bank
di pengadilan pada butan Septermber 2009 di Internet. Pelajari dan pahami makna
kasus dimaksud. Apakah yang menyebabkan terjadinya kasus tersebut? Diskusikan
dengan dosen nanajemen risiko Anda.
Kasus ini bermula ketika kseorang klien melakukan transaksi dan menerima
penawaran dari Citibank terhadap produk Callable forward. Klien ini dijanjikan
keuntungan dari transaksi atau perdagangan mata uang dolar atau selisih nilai kurs
yang dijamin.
Namun kemudian para nasabahnya kemudian menerima pemberitahuan dari pihak
bank untuk membayar sejumlah uang akibat kerugian dari bank. Pihak bank, tidak
pernah memberikan pinjaman kepada kliennya namun mereka harus menanggung
kerugian bank. Ia juga mengatakan bank juga mengancam akan melapor ke BI dan
menyatakan mereka dalam kondisi utang dengan tidak lancar membayar.
Akibatnya PT Permata Hijau Sawit harus membayar kepada Citibank sebesar US$ 23
juta atau senilai Rp 230 miliar dan PT Fresh Ontime Seafood harus membayar senilai
Rp 1,3 miliar. Mereka lantas mengajukan gugatan ke pengadilan.
Citibank bersalah karena tidak menjelaskan secara terperinci produk perbankannya.
Citibank cuma menjelaskan produk callable forward ke Permata Hijau dalam bahasa
Inggris. "Istilahnya membingungkan,"
Citibank juga membuat peraturan yang tidak berimbang. Yakni hanya Citibank saja
yang bisa membatalkan perjanjian secara sepihak. Alhasil, "Perjanjian callable
forward batal demi hukum."

4. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan melakukan beberapa


pelanggaran ketentuan yang telah ditetapkan otoritas. Hal ini diketahui setelah
mendapatkan surat dari lembaga pemeriksa pajak untuk tahun pajak 2010 sampa
dengan 2015. Setelah dihitung, ternyata perusahaan dapat dikenakan denda yang
jumlahnya sangat besar, lebih kurang Rp100 miliar per tahun selama lima tahun
Sebagai pimpinan perusahaan, apakah yang akan Anda lakukan di tahun 2016 apakah
akan membayar denda tersebut atau Anda mengikuti programm amnesti pajak di
tahun 2016?
Karena angka Rp100 miliar terlampau besar, maka saya akan melakukan amnesti
pajak. Amnesti pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak
dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan,
dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang tentang Pengampunan Pajak.
Saya akan memilih membayar uang tebusan dan memenuhi syarat.
cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan Uang Tebusan. Dasar pengenaan Uang
Tebusan dihitung berdasarkan nilai Harta bersih yang belum atau belum seluruhnya
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Terakhir. Nilai
Harta bersih merupakan selisih antara nilai Harta dikurangi nilai Utang.
Untuk memperoleh Pengampunan Pajak, Wajib Pajak harus menyampaikan Surat
Pernyataan kepada Menteri Keuangan (“Menteri”). Surat Pernyataan tersebut
ditandatangani oleh:
a. Wajib Pajak orang pribadi;
b. Pemimpin tertinggi berdasarkan akta pendirian badan atau dokumen lain yang
dipersamakan, bagi Wajib Pajak badan; atau
c. Penerima kuasa, dalam hal pemimpin tertinggi sebagaimana dimaksud pada huruf
b berhalangan.

Anda mungkin juga menyukai