Anda di halaman 1dari 16

CASE REPORT

Kalazion

DISUSUN OLEH:

MiekeJosebaIstia

DokterPembimbing:

dr. Santi Wuriyani, Sp.M


KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RS PANTI WILASA DR CIPTO
Periode 9 Agustus 2021- 11 September 2021

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari / TanggalUjian / PresentasiKasus : Jum’at / 30 Juli 2021
SMF PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT PANTI WILASA DR CIPTO
 

TandaTangan
Nama : Mieke Joseba Istia
NIM : 112019163
………………….

Dokterpembimbing / penguji : dr. Santi Wuriyani, Sp.M


………………….

IDENTITAS PASIEN
Nama :Nn. AL Jenis Kelamin : Perempuan
Umur :17 tahun Agama :Islam
Pekerjaan :Pelajar Pendidikan :SMA
Alamat :Bangentayu Wetan Status Menikah : Belum

ANAMNESIS
Diambil secara : Autoanamnesis
Pada tanggal : 20 Agustus 2021
Keluhan utama : Benjolan kecil di kelopak mata kanan sejak 2 bulan

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien perempuan datang dengan keluhan benjolan di mata kanan sejak 2 bulan lalu, benjolan
nyeri namun saat ini tidak ada nyeri, teraba keras pada benjolan, benjolan tidak merah, tidak
muncul rasa panas pada benjolan, tidak ada gatal, tidak adanya penurunan penglihatan yang
diakibatkan dari benjolan, tetapi pasien saat ini menggunakan kacamata dalam membantu
penglihatan, tidak ada rasa silau saat melihat, mata tidak berair, saat berkedip biasa saja tidak ada
rasa mengganjal, tidak muncul sekret, pasien mengatakan tidak pernah mengalami trauma pada
area mata, pembersihan pada area mata baik, dan jarang menggunakan kosmetik pada area mata.
Pasien sebelumnya sudah melakukan pengobatan di puskesmas dan diberikan obat salep dan
asam mafenamat namun tidak ada perubahan perbaikan pada benjolan, hanya nyeri yang
dirasakan berkurang. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis dislipidemia, diabetes. Dua
hari setelah pasien memeriksakan diri ke poliklinik pasien dilakukan penjadwalan operasi dan
dilakukan eksisi pada kelopak mata, setelah itu pasien kontrol dan sudah mengalami perbaikan
pada luka eksisi dan adanya penekanan pada kelenjar minyak di kelopak mata yang kelopak mata
yang keluar lambat.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami yang sama pada mata kiri pada 4 bulan sebelumnya 23 april 2021,
namun pasien tidak merasakan nyeei pada benjolan tersebur dan telah dilakukan tindakan eksisi
dan kuratase.

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit menurun maupun penyakit serupa.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
 Keadaanumum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanandarah : 100/60 mmHg
 Nadi : 80x / menit
 Pernapasan : 20x / menit
 Suhu : 36 C
o

Status oftalmologis
Keterangan OD OS
Visus
Visusdasar 0.32 0.5
Addisi Tidak ada Tidak ada
Distansia Pupil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kacamata  Ada Ada
Kedudukan Bola Mata
Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada
Enoftalmus Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan Bola Mata Normal Normal
Supersilia
Warna Hitam  Hitam 
Simetris Simetris  Simetris 
Palpebra Superior dan Inferior
Edema Tidak ada Tidak ada
Masa Ada(ukuran 0.5, batas Tidak ada
tegas, tidak berwarna,
tidak lunak)
Nyeritekan Tidak ada Tidak ada
Ekteropion Tidak ada Tidak ada
Enteropion Tidak ada Tidak ada
Blefarospasme Tidak ada Tidak ada
Trikiasis  Tidak ada Tidak ada
Sikatriks  Tidak ada Tidak ada
Punctum lakrimal Massa (-), hiperemis (-) Massa (-), hiperemis (-)
FissuraPalpebra Tidak dilakukan Tidak dilakukan
TesAnel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Konjungtiva Superior dan Inferior
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil  Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Kalazion Ada Tidak ada
KonjungtivaBulbi
Sekret Tidak ada Tidak ada
Injeksikonjungtiva Tidak ada Tidak ada
Injeksisiliar Tidak ada Tidak ada
Perdarahansubkonjungtiv Tidak ada Tidakada
a
Pterygium Tidak ada Tidak ada
Pinguecula Tidak ada Tidak ada
Nevus pigmentosa Tidak ada Tidak ada
Kistadermoid Tidak ada Tidak ada
Sklera
Warna Tidak ada Tidak ada
Ikterik Tidak ada Tidak ada
Nyeritekan Tidak ada Tidak ada
Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Datar Datar
Ukuran Normal  Normal
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Infiltrate Tidak ada Tidak ada
Keratikpresipitat Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arcussenilis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
TesPlacido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Bilik Mata Depan
Kedalaman  Cukup Cukup
Kejernihan Jernih Jernih 
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion  Tidak ada Tidak ada
Tindal efek Tidak ada Tidak ada
Iris 
Warna Hitam  Hitam 
Kripte Jelas  Jelas 
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
Pupil
Letak Sentral  Sentral 
Bentuk Bulat  Bulat 
Ukuran 3 mm 3 mm
Reflekscahayalangsung +  + 
Reflex + +
cahayatidaklangsung
Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Letak Sentral Sentral
Tes Shadow Tidak dilakukan Tidak dilakukan
BadanKaca
Kejernihan  Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Fundus Occuli
Batas Tegas  Tegas 
Warna  Merah orange Merah orange
Eksavasio  Tidak ada Tidak ada
Rasioarteri : vena 2:3 2:3
C/D rasio 0.3 0.3
Makulalutea Refleks Fovea (+) Refleks Fovea (+)
Retina Intak  Intak 
Eksudat Tidak ada Tidak ada
Perdarahan Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Ablasio  Tidak ada Tidak ada
Palpasi 
Nyeritekan Tidak ada Tidak ada
Massa tumor Tidak ada Tidak ada
Tensiokuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tonometry Schiots Tidak dilakukan Tidak dilakukan
KampusVisi
Teskonfrontasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

RESUME
Pasien usia 17 tahun datang dengan keluhan benjolan pada kelopak mata kanan bagian
atas seudah 2 bulan, awalnya ada nyeri namun sekarang tidak ada nyeri, tidak warna merah, tidak
lunak, tidak ada sekret yang keluar, sudah pengobatan di puskesmas tetapi tidak mengalami
perbaikan, sebelumnya pernah mengalami hal yang sama pada mata kiri 4 bulan lalu dan sudah
dilakukan tindakan eksisi dan kuratase serta sudah sembuh.
HASIL PEMERIKSAAN FISIK
Visus OD OS
Visus dasar 0.32 0.5
Palpebra
Masa Masa Ada (ukuran 0.5, batas -
tegas, tidak berwarna, tidak
lunak) Tidak ada

Gambar 1. Sketsa Gambar Masa padaPalpebraDextraSuperior


DIAGNOSIS BELAJAR
Kalazion Palpebra Superior Occuli Dextra

DIAGNOSIS BANDING
1. Hordoeulum
2. Blefaritis

PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa :
 Rujuk untuk tindakan pembedahan eksisi dan kuratase pada masa
 Lakukan pemijatan pada kelenjar meibom untuk mengeluarkan sumbatan minyak
 Kompres hangat pada kelopak mataselama 15 menit 2-4 kali sehari

Medikamentosa :
 Dexamethasone 0.1% EO 3x1 Occuli Dextra
 Doxycyclin 100 mg No. XX
SII dd tab I
Injeksi :
Triamcynolon 40mg/ml inj 0,2 ml fl I

Edukasi :
 Menjelaskan mengenai tindakan pembedahan yang akan dilakukan
 Keadaan berulang yang dapat terjadi jika tidak dilakukan pemijatan pada kelenjar minyak
yang mengalami inflamasi
 Menjaga kebersihan pada kelopak mata terutama pada bulu mata bisa dibersihkan
menggunakan shampo bayi
 Menggunakan obat sesuai aturan

PROGNOSIS
OD OS
Ad vitam bonam bonam Tidak mengancam jiwa
Ad functionam bonam bonam Tidak mengakibatkan gangguan fungsi
kehidupan sehari-hari
Ad kosmetika bonam Dapat sembuh seperti semula

PEMBAHASAN
Kalazion

Kalazion merupakan lesi inflamasi pada kelopak mata yang paling sering disebabkan
oleh sumbatan kelenjar Meibom.2Kalazion muncul ketika saluran kelenjar tarsal (atau meibom)
terhambat yang mengakibatkan sekresi sebasea menumpuk di dalam kelenjar membentuk kista
yang tumbuh secara progresif pada kelopak mata.1Kalazion dapat disertai tanda-tanda
peradangan yang jelas seperti kelopak mata merah, nyeri, bengkak dan dapat juga hanya berupa
benjolan kecil berbatas tegas tanpa disertai nyeri.2 Kalazion adalah lipogranuloma steril kronis
dan biasanya perlahan membesar dan tidak lunak. Kalazion dalam disebabkan oleh peradangan
kelenjar tarsal meibom. Kalazion superfisial disebabkan oleh peradangan pada kelenjar
Zeis. Kalazion biasanya muncul sebagai pembengkakan tanpa rasa sakit pada kelopak mata
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan sebelum pasien mencari perawatan
medis. Seringkali kalazion menyebabkan gangguan penglihatan atau ketidaknyamanan atau
menjadi meradang, nyeri, atau terinfeksi. Seringkali, pasien akan memiliki riwayat lesi serupa
sebelumnya, karena kalazion cenderung kambuh pada individu yang memiliki kecenderungan.3

Epidemiologi
Insiden kalazion bervariasi di antara studi literatur. Di Amerika Serikat, insiden dan
prevalensi yang tepat tidak diketahui, tetapi sering ditemui di kalangan anak-anak sekolah dan
orang dewasa berusia antara 30 dan 50 tahun. 1 Salah satu penelitian yang dilakukan di India
melaporkan insiden sebanyak 0,57% (11.270 pasien baru dari 1 982 058 pasien baru yang datang
antara tahun 2010-2019). Dari jumlah tersebut, 1,085 (10%) pasien memiliki kalazion berulang.
Tingkat prevalensi adalah 0.95% pada anak-anak dan 0,51% pada orang dewasa. Prevalensi
kalazion terus meningkat dari dekade pertama (12,7%) dengan puncaknya pada dekade ketiga
kehidupan (30,84%) diikuti oleh penurunan dari dekade keempat (15,1%).4
Beberapa penelitian melaporkan perbedaan jenis kelamin dalam insiden kalazion dengan wanita
mengalami tingkat yang lebih tinggi dari laki-laki. Ini sering dikaitkan dengan pengaruh
hormonal dalam produksi sebum terutama selama masa pubertas dan kehamilan. Namun, peneliti
lain tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara kedua jenis kelamin. Usia juga
dilaporkan mempengaruhi insiden dan prevalensi dari kalazion. Kalazion terjadi pada semua
usia, tetapi sering pada anak-anak dan orang dewasa di bawah usia 30 tahun mungkin karena
tingkat hormon androgenik yang lebih tinggi yang merangsang produksi sebum dan viskositas.
Usia rata-rata kalazion dilaporkan sekitar 25 tahun, dan lebih dari dua pertiga kasus ditemukan
terjadi selama dekade kedua dan ketiga kehidupan. Chalazia lebih sering terjadi pada kelopak
mata atas karena jumlah kelenjar tarsal yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelopak mata
bawah.1

Faktor Risiko

 Perubahan hormonal
Banyak hormon berperan dalam sekresi sebum dari kelenjar meibom. Androgen dan reseptor
androgen meningkatkan sekresi dan viskositas kelenjar sebasea. Androgen meningkatkan
pertumbuhan kelenjar sebasea dalam tubuh dan mengatur homeostasisnya. Lipogenesis juga
meningkat dengan adanya androgen yang mengarah ke peningkatan viskositas sebum yang
dihasilkan. Oleh karena itu kalazion umumnya ditemui di kalangan remaja dan ibu hamil.
 Rosacea
Kalazion dilaporkan secara signifikan terkait dengan rosacea. Rosacea adalah kondisi
peradangan yang umum mempengaruhi kulit wajah di manapasien akan mengalami episode
eritema, kemerahan pada kulit, telangiektasia, dan erupsi kulit berupa papulopustular.
Peradangan pada mata dan kelopak mata juga berkembang dan mengarah pada pembentukan
kalazion.
 Paparan polusi udara
Kalazion dapat berkembang setelah terpapar dengan polusi udara. Benda asing dapat
menyumbat saluran kelenjar Meibom menyebabkan penyumbatan sebum dan terjadinya
perkembangan kalazion. Ini dapat mempengaruhi semua individu pada semua tingkat usia
terutama ketika kebersihan yang buruk dan kurangnya pembersihan mata secara teratur.
 Kebersihan kelopak mata yang buruk
Kebersihan kelopak mata yang buruk dilaporkan sebagai faktor risiko yang signifikan untuk
pembentukan kalazion. Pembersihan kelopak mata secara regular tampaknya penting untuk
menghilangkan benda asing, debris, atau agen kosmetik yang menyumbat saluran kelenjar
Meibom. Hal ini secara tidak langsung menjelaskan penyebab tingginya prevalensi kalazion
di kalangan wanita yang menggunakan kosmetik mata.
 Blefaritis kronis
Blefaritis juga merupakan faktor predisposisi untuk kalazion. Risiko pembentukan kalazion
dengan blefaritis meningkat dengan kebersihan kelopak mata yang buruk, dermatitis
seboroik, dan keadaan hiperimunoglobulin E.
 Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik adalah penyakit radang kulit kronis yang umum yang dapat terjadi pada
berbagai area tubuh terutama pada area yang terdapat kelenjar sebasea. Kelenjar Meibom
pada kelopak mata, yang merupakan kelenjar sebasea sering berpartisipasi dalam blefaritis
seboroik dan pembentukan kalazion.

 Hiperlipidemia
Hiperlipidemia dikaitkan dengan peningkatan sekresi sebum dari kelenjar meibom. Sebum
yang kental menyumbat saluran kelenjar meibom yang mengarah ke sekuestrasi sekresi dan
pembentukan kistik. Hiperlipidemia juga meningkatkan risiko blefaritis dan kemudian
kalazion.
 Trauma kelopak mata
Trauma kelopak mata menyebabkan gangguan pada struktur saluran kelenjar meibom.
Cedera tumpul pada tarsal platemenyebabkan oklusi lumen ductus, sekuestrasi sebum, dan
kemudian pembentukan kalazion. Trauma tajam pada kelopak mata dapat menyebabkan
cedera langsung padasaluran dan malfungsi pelepasan duktus darimenghasilkan sebum di
kelenjar meibom.
 Faktor predisposisi lainnya
Status imunodefisiensi dan sindrom hiperimunoglobulin E(sindrom pekerjaan) dilaporkan
terkaitdengan kalazion.Faktor predisposisi yang kurang signifikan termasuk paparan sinar
ultraviolet,penggunaan kosmetik pada kelopak mata, mata kering, trakoma, dan
stres.Namun, mekanisme dari faktor-faktor ini masihtidak dikenal.1

Patofisiologi
Kelenjar Meibom menghasilkan minyak penyusun lapisan air mata. Bila kelenjar
mengalami obstruksi, maka kandungan kelenjar dapat terinfiltrasi ke jaringan sekitar dan
memicu respons inflamasi granulomatous. Edema yang disebabkan dari obstruksi kelenjar
Meibom terbatas pada konjungtiva palpebra, namun adakalanya bila lesi membesar dan
menembus lempeng tarsal dan menembus palpebra bagian luar. Secara histologis, kalazion
menggambarkan radang lipogranulomatous kronis. Penyebab dari bakteri (paling sering adalah
Staphylococcus aureus) belum jelas. Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi
kelenjar, kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan
mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan antara kalazion dengan
hordeolum interna atau eksterna (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustula),
walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum, begitu pun sebaliknya. Secara klinik, nodul
tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal.
Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar Meibom yang berdilatasi.5
Manifestasi Klinis
Kondisi ini biasanya diawali dengan gejala akut inflamasi pada kelopak mata berupa
merah, nyeri dan bengkak. Jika inflamasi mereda, dapat terbentuk lesi seperti kista berbatas tegas
yang tidak nyeri. Onset penyakit dapat juga terjadi tanpa atau hanya disertai dengan sedikit tanda
inflamasi. Pada proses akut, kelopak mata mengalami edema, hiperemia dengan nyeri fokal di
area yang terlibat. Setelah proses inflamasi reda, lesi tampak seperti massa padat di daerah
tarsus. Lesi pada margin kelopak mata anterior (chalazion marginal), mungkin berhubungan
dengan chalazion tipikal yang lebih dalam di kelopak mata atau karena keterlibatan terisolasi
dari kelenjar Zeis.2,6Gejala pasien dengan kalazion dapat muncul dengan kelopak mata terasa
berat, iritasi konjungtiva, rasa kering, dan lakrimasi.1 Mungkin ada juga beserta dengan
granuloma konjungtiva. Kalazion berlangsung kronik, berulang, dan tidak responsif terhadap
pengobatan sehingga perlu dilakukan biopsi untuk menyingkirkan dugaan karsinoma.2,6

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Saat anamnesis, hal yang perlu ditanya harus mencakup karakter lesi, kecepatan onset,
perkembangan lesi, faktor yang memperberat/meringankan, gejala terkait, dan riwayat lesi
serupa. Lesi yang berulang di lokasi tertentu memerlukan pemeriksaan untuk menyingkirkan
karsinoma. Riwayat perjalanan juga penting ditanyakan untuk meyingkirkan penyakit yang
disalahartikan sebagai kalazion terutama apabila pasien berkunjung ke daerah endemik
tuberkulosis dan leishmaniasis. Pada pemeriksaan fisik, biasanya didapatkan nodul tidak nyeri
tekan (walaupun pada peradangan akut mungkin ada beberapa nyeri tekan yang terkait), nodul
tidak berfluktuasi, tidak eritematosa pada kelopak mata dengan ukuran kurang dari 1 cm.
Kalazion lebih sering muncul pada kelopak mata atas sebagai lesi tunggal, meskipun beberapa
lesi mungkin terjadi. Kalazion cenderung lebih dalam di dalam kelopak mata daripada
hordeolum. Hordeolum biasanya lunak, dangkal, dan berpusat pada bulu mata. Kelopak mata
harus ditekuk sebagai bagian dari pemeriksaan untuk mengevaluasi kalazion internal. Ketajaman
visual harus dinilai. Jika ada nyeri pada bola mata, pewarnaan fluorescein dapat mengevaluasi
abrasi kornea terkait.3

Tatalaksana
Pada fase inflamasi, dapat diberikan kompres air hangat dengan pemijatan untuk
mengeluarkan eksresi dari kelenjar meibom yang mengalami inflamasi. Kompres hangat harus
diterapkan pada kelopak mata yang sakit selama 15 menit 2 hingga 4 kali sehari. Pijat kelopak
mata dan penggunaan sampo bayi pada kelopak mata juga bisa efektif. Kebanyakan kalazion
sembuh dalam waktu satu bulan dengan tindakan konservatif ini. Jika gejala bertahan lebih dari
satu bulan, dianjurkan untuk rujuk ke oftalmologi. Jika ini terjadi, rujukan ke oftalmologi untuk
manajemen bedah disarankan. Ada potensi lesi sentral yang lebih besar untuk menyebabkan
komplikasi, sehingga rujukan lebih awal untuk manajemen bedah harus dipertimbangkan dalam
kasus ini juga. Oleh karena sebagian besar lesi kalazion bersifat steril, pemberian antibiotika
sering kali tidak diperlukan.  Namun, apabila curiga kalzion disebabkan oleh infeksi, dapat
diberikan tetrasiklin. Doxycycline 100 mgdua kali sehari selama 10 hari atau minocycline 50 mg
setiap hari selama 10 hari. Pada pasien yang tidak dapat menggunakan tetrasiklin, metronidazol
adalah pilihan alternative.
Jika tidak ada bukti infeksi, steroid intralesi dapat digunakan. Injeksi 0,2 sampai 2 mL
larutan triamcinolone 40 mg/mL dapat menjadi pilihan terapi. Lesi yang lebih besar mungkin
memerlukan injeksi ulang dalam 2 sampai 7 hari. Lesi persisten memerlukan intervensi
bedah. Pada lesi dengan ciri berbatas tegas tanpa randa-tanda peradangan, perlu dilakukan insisi
dan kuretase melalui konjungtiva tarsal. I&C adalah terapi konvensional untuk kalazion. Ini
melibatkan hampir drainase lengkap dari material yang tertahan sebagai pada prosedur ini isi
kalazion dikuret sampai bersih.2,3,7

Pembahasan Kasus

Pasien perempuan usia 17 tahun datang dengan keluhan benjolan pada kelopak mata
kanan bagian atas sudah 2 bulan, benjolan yang dirasakan awalnya nyeri tetapi sekarang tidak
nyeri, benjolan serupa pernah muncul 4 bulan lalu pada kelopak mata kiri bagian atas. Pada
pemeriksaan didapatkan ukuran benjolan 0,5 mm, teraba keras,batas tegas, tidak ada nyeri, dan
tidak ada perubahan warna atau merah pada benjolan. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
mengarah ke diagnosis kalazion palpebra superior occuli dextra. Pasien adalah seorang remaja
berdasarkan epidemiologi pada usia remaja terjadi banyak pada usia remaja dan adanya
perubahan hormonal pada usia remaja meningkatkan factor risiko kalazion.
Penatalaksanaan, pasien diberikan steroid dexamethasone 0.1% EO 3x1 Occuli Dextra
ataupun salah satunya dapat diinjeksi Triamcynolon 40mg/ml inj 0,2 ml fl I berdasarkan literatur
steroid diberikan untuk menekan peroses inflamasi yang terjadi, dan diberikan doxycyclin 100
mg 2 kali sehari jika adanya penyeba dari proses infeksi salah satunya infeksi yang terjadi pada
kelenjar meibon yang berada di kelopak mata karena ini menjadi penyebab terjadinya kalazion.
Pada tindakan selanjutnya dapat dirujuk untuk tindakan pembedahan eksisi dan kuratase pada
masa dan adanya pemijatan pada kelenjar meibom untuk mengeluarkan sumbatan minyak yang
berada pada kelenjar meiobon dan kompres hangat pada kelopak mataselama 15 menit 2-4 kali
sehari.
Pasien akan dijelaskan mengenai tindakan pembedahan yang akan dilakukan dan keadaan
berulang yang dapat terjadi jika tidak dilakukan pemijatan pada kelenjar minyak yang
mengalami inflamasi, pasien dijelaskan untuk menjaga kebersihan pada kelopak mata terutama
pada bulu mata bisa dibersihkan menggunakan shampo bayi. Prognosis pada pasien ini secara
fungsi baik, tidak mengacam jiwa, dan kosmetik setelah penatalaksanaan juga baik.

Daftar Pustaka
1. Alsammahi A et al. Incidence and predisposing factors of chalazion. International Journal
Community Medicine and Public Health. 2018 Nov;5(11)
2. Sitorus R, Sitompul R, dkk. Buku ajar oftalmologi. Edisi Pertama. Jakarta: FKUI; 2020
3. Jordan GA, Beier K. Chalazion. 8 Agustus 2020. Available from URL:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499889/, 27 Nov 2021
4. Das AV, Dave TV. Demography and Clinical Features of Chalazion Among Patients
Seen at a Multi-Tier Eye Care Network in India: An Electronic Medical Records Driven
Big Data Analysis Report. Dovepress. 2020 July; 14
5. Chalazion. Oktober 27, 20202. Available from URL:
https://www.lecturio.com/concepts/chalazion/, 27 Nov 2021
6. Kanski J. Kanski’s Clinical Ophtalmology A Systematic Approach. 8 th ed. Sydney:
Elsevier; 2016
7. Singhania R, Sharma N, Vashishst S, Dewan T. Intralesional Triamcinolone Versus
Incision and Curettage for Chalazia Nepal J Ophthalmol 2018; Vol 10 (19): 3-10

Anda mungkin juga menyukai