Anda di halaman 1dari 7

JP Vol.1 No.

4 Agustus 2017 ISSN 2549-1008

ANALISIS KINERJA BELT CONVEYOR UNTUK OPTIMALISASI


PENGANGKUTAN BIJIH NIKEL DI
PT. ANEKA TAMBANG TBK
UBPN POMALAA

PERFORMANCE ANALYSIS OF BELT CONVEYOR TO OPTIMIZE THE TRANSPORT


OF NICKEL ORE IN PT. ANEKA TAMBANG TBK UBPN POMALAA

2
Raja Hendriko Barus1, Syamsul Komar dan Fuad Rusydi Suwardi3
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Jalan Srijaya Negara Bukit Besar,
Palembang, 30139, Indonesia
Email : hendrikobarus@gmail.com

ABSTRAK

Produksi nikel laterit untuk diubah menjadi feronikel diperkirakan akan terus bertambah, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya dari segi undang-undang minerba nomor 4 Tahun 2009 dimana barang mentah harus
diolah terlebih dahulu sebelum di ekspor. PT. Aneka Tambang, Tbk melakukan pengolahan bijih nikel di pabrik FeNi
Plant yang terdapat di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Transportasi nikel yang datang dari pelabuhan diangkut
menggunakan belt conveyor dengan design kecepatan belt conveyor 2 m/s dan kapasitas conveyor 1000 ton/jam. Akan
tetapi, kondisi aktual yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan design yang ditentukan. Untuk mencapai 1000 ton,
waktu yang diperlukan untuk sampai ke stockyard berkisar 5-6 jam. Lamanya waktu pengankutan disebabkan karena
beberapa faktor yang diantaranya, material yang diangkut mangalami perubahan densitas selama pengiriman
menggunakan tongkang menuju pelabuhan sebelum diangkut menggunakan belt conveyor. Dalam studi ini dilakukan
analisis terhadap kinerja belt conveyor dengan melakukan variasi terhadapat kecepatan belt conveyor, lebar sabuk dan
sudut idler untuk mendapatkan kapasitas angkut belt conveyor yang bervariasi, dari hasil variasi tersebut kemudian
dilakukan analisis terhadap kapasitas angkut belt conveyor. Hasil analisis yang dilakukan terhadap belt conveyor,
maka didapatkan harga kapasitas angkut minimum dan maksimum. Kapasitas angkut minimum belt conveyor sebesar
1010,6069 ton per jam, untuk sudut idler 30o, lebar sabuk 1,2 m dan kecepatan 2 m/s serta kapasitas angkut maksimum
sebesar 6885,1680 ton per jam untuk sudut idler 45o, lebar sabuk 1,6 m dan kecepatan 3,5 m/s.

Kata kunci: Belt Conveyor, Nikel, Transportasi

1. PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara dengan cadangan nikel dengan bentuk laterit yang sangat melimpah. Cadangan nikel
yang terdapat di Indonesia sekitar 577 juta ton ore yang tersebar di Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan Papua. Hingga
saat ini pengolahan bijih nikel laterit didalam negeri baru terbatas pada bijih yang berkadar tinggi untuk memproduksi
feronikel yang dilakukan oleh PT. Aneka Tambang, Tbk di Pomalaa [1].

Nikel laterit adalah hasil dari proses laterisasi batuan ultramafic atau batuan yang kaya magnesium dengan kandungan
nikel dalam bentuk peridotite dan serpentine . Karakter laterit tergantung akan iklim, topografi, tektonik, struktur, dan
tipe dari batuan induknya. Pada umumnya nikel laterit dapat ditemukan pada kedalaman yang cukup dangkal yaitu
sekitar 15-20 meter dibawah permukaan tanah. Sebagian besar sumber dari nikel laterit terdapat pada daerah
khatulistiwa dimana daerah yang memiliki kadar nikel yang lebih tinggi berada pada daerah yang memiliki zona
tektonik yang masih aktif [2-3].

48
JP Vol.1 No.4 Agustus 2017 ISSN 2549-1008

PT. Aneka Tambang, Tbk melakukan pengolahan bijih nikel di pabrik FeNi Plant yang terdapat di Pomalaa, Sulawesi
Tenggara. Transportasi nikel yang datang dari pelabuhan diangkut menggunakan belt conveyor dengan design
kecepatan belt conveyor 2 m/s, lebar sabuk 1 m dan sudut idler sebesar 30o dengan kapasitas conveyor 1000 ton/jam.
Akan tetapi, kondisi aktual yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan design yang ditentukan. Untuk mencapai 1000
ton, waktu yang diperlukan untuk sampai ke stockyard berkisar 5-6 jam [4-6].

Permasalahan saat ini adalah tentang lamanya waktu pengiriman material menggunakan belt conveyor dari pelabuhan
menuju stockyard, maka dari itu dilakukan analisis kinerja terhadap belt conveyor untuk mengoptimalkan kapasitas
angkut belt conveyor dengan malakukan variasi terhadap sudut idler, lebar sabuk dan kecepatan belt conveyor.

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam
menerapakan ilmu bidang pertambangan, khususnya untuk transportasi menggunakan belt conveyor bagi peneliti dan
mahasiswa pada umumnya. dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
perusahaan untuk mengoptimalkan kerja belt conveyor untuk pengiriman nikel dari pelabuhan menuju pabrik FeNi di
Pomalaa, Sulawesi Tenggara.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada areal pabrik FeNi milik PT. Aneka Tambang, Tbk yang berada di Pomalaa, Sulawesi
Tenggara. Pada penelitian ini akan diamati waktu pengiriman aktual yang terjadi dilapangan. Pada penelitian ini
dilakukan variasi terhadap sudut idler, lebar sabuk dan kecepatan belt conveyor.

Pengambilan data dilakukan di pabrik FeNi milik PT. Aneka Tambang, Tbk di Pomalaa, Sulawesi Tenggara dengan
melakukan perhitungan waktu transfer material yang dilakukan selama 30 hari, dimana dalam 1 hari diambil 1 data
kapasitas transfer material. Pada penelian ini juga menggunakan data sekunder yaitu spesifikasi belt conveyor yang
terdapat pada PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Pomalaa. Data sekunder tersebut digunakan untuk membandingkan dan
sebagai pedoman untuk melakukan variasi pada belt conveyor.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Perencanaan variasi penghitungan kapasitas pada belt conveyor yang akan dibuat pada penelitian ini didasarkan pada 3
hal penting yaitu variasi nilai lebar sabuk, variasi nilai sudut idler dan variasi nilai kecepatan konveyor. Hasil keluaran
dari variasi tersebut dapat dilihat, dengan menetapkan harga kecepatan konveyor tertentu, maka dapat diperoleh
keluaran berupa data kapasitas angkut belt conveyor untuk setiap lebar sabuk dan sudut idler yang dapat ditampilkan
dalam bentuk grafik. Variasi ini dilakukan untuk melihat pengaruh kecepatan konveyor, lebar sabuk dan sudut idler
terhadap kapasitas angkut dari belt conveyor selain itu diantara ke tiga variasi ini dapat dilihat mana yang paling
berpengaruh terhadap kapasitas angkut dari belt conveyor. Hubungan antara kecepatan angkut dan kapasitas konveyor,
hubungan antara lebar sabuk dan kapasitas konveyor dan hubungan antara sudut idler terhadap banyaknya kapasitas
angkut dari konveyor tersebut. Variasi kecepatan konveyor dilakukan pada nilai yang berkisar dari 2 m/s hingga 4 m/s
dengan skala 0,5 m/s. Kecepatan yang digunakan sebagai perwakilan untuk grafik hubungan antara kapasitas angkut
konveyor dengan kecepatan konveyor terdiri dari 4 nilai yaitu 2; 2,5 ; 3 dan 3,5 m/s. Hal ini dilakukan untuk
menentukan kecenderungan pengaruh kecepatan konveyor terhadap kapasitas angkut belt conveyor [7-8].

Untuk variasi nilai sudut idler 30o; 35o; 40o dan 45o dengan variasi lebar sabuk 1,2; 1,4 dan 1,6 m maka diperoleh grafik
yang ditunjukan pada Gambar 1. Untuk setiap sudut idler dan lebar sabuk, hubungan antara kapasitas dan kecepatan
konveyor meningkat, semakin tinggi kecepatan konveyor, maka kapasitas angkut yang dapat diangkut oleh konveyor
semakin besar. Bahkan untuk kenaikan kecepatan konveyor disetiap sudut idler yang berbeda rentan penngkatan
kapasitas angkut terbilang konstan. Berdasarkan Gambar 1 kapasitas konveyor yang dapat mengangut material yang
terbesar merupakan hasil keluaran dari variasi sudut idler, lebar sabuk dan kecepatan konveyor terbesar dan kapasitas
konveyor yang terkecil merupakan hasil keluaran dari variasi sudut idler, lebar sabuk dan kecepatan konveyor yang
terkecil. Sesuai dengan standarisasi sudut idler, yaitu standard di Eropa dimana sudut idler yang digunakan 20o, 30o, dan
40o dan juga standard di Amerika dimana sudut idler yang digunakan yaitu 20o, 35o, dan 45o, maka variasi terhadap
sudut idler dilakukan pada kemiringan 30o, 35o, 40o dan 45o, hal ini dilakukan untuk melihat kecenderungan pengaruh
dari sudut idler terhadap kapasitas angkut belt conveyor [9].

49
JP Vol.1 No.4 Agustus 2017 ISSN 2549-1008

8000
Sudut Idler 25, lebar
sabuk 1,2 m
7000 Sudut Idler 25, lebar
sabuk 1,4 m
Sudut Idler 25, lebar
6000 sabuk 1,6 m
Sudut Idler 35, lebar
sabuk 1,2 m
Kapasitas Angkut (ton/jam)

5000 Sudut Idler 35, lebar


sabuk 1,4 m
Sudut Idler 35, lebar
4000 sabuk 1,6 m
Sudut Idler 40, lebar
sabuk 1,2 m
3000 Sudut Idler 40, lebar
sabuk 1,4 m
Sudut Idler 40, lebar
2000 sabuk 1,6 m
Sudut Idler 45, lebar
sabuk 1,2 m
1000 Sudut Idler 45, lebar
sabuk 1,4 m
Sudut Idler 45, lebar
0 sabuk 1,6 m
2 2.5 3 3.5
Kecepatan Conveyor (m/s)

Gambar 1. Grafik hubungan antara kecepatan konveyor dan kapasitas angkut

Untuk variasi kecepatan konveyor 2; 2,5; 3; 3,5 m/s dengan variasi lebar sabuk 1; 1,2; dan 1,4 m maka diperoleh grafik
seperti yang ditunjukan pada Gambar 2. Hubungan antara kapasitas sudut idler yang didapat mengalami peningkatan,
meskipun peningkatan yang terjadi tak sebesar antara hubungan kapasitas dan kecepatan konveyor, sudut ilder sangat
berpengaruh terhadap kapasitas angkut material, semakin besar sudutnya maka kapasitas material yang diangkut
semakin meningkat. Kapasitas belt conveyor yang dapat mengangkut material dengan jumlah terbesar dari variasi yang
dilakukan yaitu yang memiliki kecepatan terbesar, lebar sabuk terbesar dan sudut idler yang terbesar.

Variasi nilai lebar sabuk dilakukan pada nilai berkisar 1 m, 1,2 m, dan 1,4 m. Hal ini dilakukan untuk melihat
kecenderungan pengaruh lebar sabuk terhadap kapasitas angkut dari belt conveyor. Untuk variasi sudut idler 30o, 35o,
40o dan 45o serta variasi kecepatan sebesar 2 m/s, 2,5 m/s, 3 m/s, 3,5 m/s. Maka diperoleh grafik seperti Gambar 3.
Hubungan antara lebar sabuk dan sudut idler yang didapat mengalami peningkatan, semakin besar lebar sabuk maka
semakin besar kapasitas material yang dapat diangkut. Selain itu, peningkatan lebar sabuk dari 1 m ke 1,2 m memiliki
peningkatan kapasitas angkut lebih kecil daripada untuk peningkatan lebar sabuk dari 1,2 m ke 1,4 m. jika dibandingkan
dengan pengaruh kecepatan konveyor, lebar sabuk memberikan kenaikan kapasitas angkut belt conveyor yang lebih
besar. Berdasarkan Gambar 3 dapat ditarik kesimpulan bahwa kapasitas belt conveyor yang dapat mengangkut material
yang terbesar merupakan hasil keluaran dari variasi sudut idler, lebar sabuk dan kecepatan konveyor yang memiliki
nilai terbesar begitupun sebaliknya. Kemiringan sudut idler juga berpengaruh terhadap kapasitas angkut suatu belt
conveyor, semakin besar sudut kemiringan idler maka akan semakin meningkatkan kapasitas angkut belt conveyor. Hal

50
JP Vol.1 No.4 Agustus 2017 ISSN 2549-1008

ini karena besarnya kemiringan sudut idler berpengaruh pada luas penampang material pada konveyor. Semakin besar
sudut idler memang akan semakin meningkatkan kapasitas angkut belt conveyor, akan tetapi sudut idler tidak dapat
dipilih dengan nilai yang sebesar-besarnya, hal ini karena pemilihan sudut idler harus memperhatikan karakteristik dari
jenis sabuk yang digunakan, terutama daya lentur yang digunakan. Sudut idler yang besar dapat dipilih jika sabuk yang
digunakan memiliki daya lentur yang baik. Maka dari itu variasi dari sudut idler yang dilakukan menggunakan sudut
idler yang sesuai dengan standarisasi [10].

8000.0000
Kecepatan Konveyor 2
m/s; Lebar Sabuk 1,2 m

7000.0000 Kecepatan Konveyor 2


m/s; Lebar Sabuk 1,4 m

Kecepatan Konveyor 2
6000.0000 m/s; Lebar Sabuk 1,6 m

Kecepatan Konveyor 2,5


m/s; Lebar Sabuk 1,2 m
Kapasitas Angkut (ton/jam)

5000.0000
Kecepatan Konveyor 2,5
m/s; Lebar Sabuk 1,4 m

4000.0000 Kecepatan Konveyor 2,5


m/s; Lebar Sabuk 1,6 m

Kecepatan Konveyor 3
m/s; Lebar Sabuk 1,2 m
3000.0000
Kecepatan Konveyor 3
m/s; Lebar Sabuk 1,4 m

2000.0000 Kecepatan Konveyor 3


m/s; Lebar Sabuk 1,6 m

Kecepatan Konveyor 3,5


1000.0000 m/s; Lebar Sabuk 1,2 m

Kecepatan Konveyor 3,5


m/s; Lebar Sabuk 1,4 m
0.0000
30 35 40 45 Kecepatan Konveyor 3,5
m/s; Lebar Sabuk 1,6 m
Sudut Idler

Gambar 2. Grafik hubungan antara sudut idler dan kapasitas angkut

51
JP Vol.1 No.4 Agustus 2017 ISSN 2549-1008

8000

Sudut Idler 30, Kecepatan


Konveyor 2 m/s
7000 Sudut Idler 30, Kecepatan
Konveyor 2,5 m/s
Sudut Idler 30, Kecepatan
6000 Konveyor 3 m/s
Sudut Idler 30, Kecepatan
Konveyor 3,5 m/s
Kapasitas angkut (ton/jam)

Sudut Idler 35, Kecepatan


5000
Konveyor 2 m/s
Sudut Idler 35, Kecepatan
Konveyor 2,5 m/s
4000 Sudut Idler 35, Kecepatan
Konveyor 3 m/s
Sudut Idler 35, Kecepatan
Konveyor 3,5 m/s
3000
Sudut Idler 40, Kecepatan
Konveyor 2 m/s
Sudut Idler 40, Kecepatan
2000 Konveyor 2,5 m/s
Sudut Idler 40, Kecepatan
Konveyor 3 m/s
1000 Sudut Idler 40, Kecepatan
Konveyor 3,5 m/s
Sudut Idler 45, Kecepatan
Konveyor 2 m/s
0
Sudut Idler 45, Kecepatan
1.2 1.4 1.6 Konveyor 2,5 m/s
Lebar sabuk (m)

Gambar 3. Grafik hubungan antara lebar sabuk dan kapasitas angkut

Dari semua grafik hasil variasi di atas, dapat disimpulkan bahwa lebar sabuk memberikan pengaruh yang paling besar
terhadap kenaikan rentang nilai kapasitas angkut jika dibandingkan dengan kecepatan konveyor ataupun sudut idler.
Serta dari semua grafik di atas, dapat disimpulkan juga bahwa kapasitas belt conveyor yang dapat mengangkut nikel
akan semakin besar dengan meningkatnya sudut idler, kecepatan konveyor, dan lebar sabuk. Akan tetapi, jika ditinjau
secara ekonomi, pemilihan lebar sabuk sebaiknya dilakukan untuk lebar sabuk yang minimum yang direkomendasikan
untuk suatu kecepatan konveyor tertentu, karena semakin kecil lebar sabuk maka total biaya akan semakin kecil. Untuk
itu, untuk mendapatkan kapasitas angkut yang sesuai dengan yang diinginkan, maka lebih baik untuk memilih
kecepatan konveyor dari variasi yang direkomendasikan yang sesuai dengan kapasitas angkut yang diinginkan. Jika
sudah diambil kecepatan yang maksimum dari yang direkomendasikan, dan lebar sabuk minimum dari yang
direkomendasikan masih belum mendapatkan kapasitas angkut yang sesuai dengan yang diinginkan, maka baru dapat
digunakan lebar sabuk yang berukuran lebih besar lagi dari yang sebelumnya. Di sisi lain, kecepatan konveyor yang
dipilih juga harus sesuai dengan yang direkomendasikan, karena mengingat dampak lain yang dapat ditimbulkan yaitu
seperti; kecepatan yang tinggi akan mempercepat keausan atau kerusakan komponen, dapat menyebabkan debu yang
lebih banyak dan juga dapat menyebabkan penurunan kualitas material.

52
JP Vol.1 No.4 Agustus 2017 ISSN 2549-1008

Tabel 1. Spesifikasi Belt Conveyor

Nickel ore, dengan ukuran butir max. 76 mm


Material yang diangkut
0,961 ton/m3
Bulk density material
2 m/s
Kecepatan konveyor
1m
Lebar sabuk
10o
Sudut inklinasi
30o
Sudut idler
1078 ton/jam
Kapasitas belt conveyor

Perbandingan kinerja aktual belt conveyor dengan kinerja belt conveyor hasil variasi, Variasi yang dilakukan terhadap
kinerja belt conveyor akan dibandingkan dengan data aktual kinerja belt conveyor yang didapatkan dari PT. Aneka
Tambang, Tbk. unit Pomalaa, untuk mengetahui ketepatan hasil yang didapat dari variasi dengan kondisi aktual yang
ada di lapangan. PT. Aneka Tambang, bijih nikel yang ditransfer melalui belt conveyor merupakan nikel hasil
penambangan dari Tj. Leppe dan Pulau Maniang kemudian disimpan di stockyard agar dapat diproses kedalam pabrik
untuk melakukan proses pengolahan Berdasarkan data yang didapat dari PT. Aneka Tambang. Pada PT. Aneka
Tambang UBPN Pomalaa, belt conveyor digunakan untuk mengangkut nikel dari pelabuhan ke stockyard dan juga
selama proses pengolahan nikel dialirkan menggunakan belt conveyor hingga tahap kalsinasi yang dilakukan pada
rotary kiln. Spesifikasi belt conveyor yang digunakan di PT. Aneka Tambang unit Pomalaa dapat dilihat pada Tabel 1

Spesifikasi ini diambil pada rancangan pembuatan konveyor yang dibuat oleh PT. Aneka Tambang, Tbk. unit Pomalaa.
Spesifikasi aktual yang diambil pada harga rata-rata dari beberapa data yang ada, sehingga kapasitas aktual operasi
merupakan harga rata-rata yang diambil dari beberapa harga kapasitas aktual di lapangan. Berdasarkan spesifikasi
tersebut, kapasitas angkut terhitung yang didapat yaitu 1078 ton/jam. Hal ini berarti, kapasitas aktual operasi yang ada
di lapangan bernilai 20,9% dari kapasitas angkut terhitung. Kapasitas aktual operasi merupakan kapasitas yang dicapai
pada saat operasi aktual, dan kapasitas ini biasanya lebih kecil dari kapasitas angkut terhitung, karena adanya gangguan-
gangguan yang terjadi pada saat operasi.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Variasi nilai yang berpengaruh terhadap kinerja belt conveyor, antara lain variasi kecepatan belt conveyor dengan
nilai 2 m/s, 2,5 m/s, 3 m/s dan 3,5 m/s, variasi sudut idler dengan nilai 30o, 35o, 40o, dan 45o, serta variasi lebar
sabuk dengan nilai 1,2 m; 1,4 m; dan 1,6 m.
2. Perbandingan kinerja aktual belt conveyor dengan kinerja belt conveyor hasil analisis variasi menghasilkan besar
kapasitas angkut belt conveyor yang optimal yaitu 6.885 ton/jam dengan sudut idler 45o, lebar sabuk 1,6 m, dan
kecepatan belt conveyor 3,5 m/s

.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Napitupulu, Arifin Togar dkk, (2012). Kajian Supply Demand Mineral. Jakarta: Pusat Data ESDM
[2] Agung, Wahyu, (2009), Ekstraksi Nikel Dari Bijih Nikel Laterit Berkadar Rendah Dari Pomalaa Dengan Pelindian
Tumpukan, Bandung: Program Studi Teknik Metalurgi, ITB.
[3] Syafrizal dan Anggayana, Komang, (2011), Karakteristik Mineralogi Endapan Nikel Laterit di Daerah Tinanggea
Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara, Bandung: JTM Vol. XVII No. 4.
[4] Aneka Tambang, (2012), Technical Analysis of Design Calculation Conveyor, Pomalaa: PT. Aneka Tambang, Tbk.
[5] Swinderman, Todd R, (2004), Belt Conveyor for Bulk Material Fifth Edition, United States: CEMA.

53
JP Vol.1 No.4 Agustus 2017 ISSN 2549-1008

[6] Swinderman, Todd R, (2004), Belt Conveyor for Bulk Material Sixth Edition, United States: CEMA
[7] Agung, Hendris, (2005), Belt Conveyor, Bandung: PT. Supra Engineering.
[8] Chintiana, Lira, (2009), Analisis Kinerja Belt Conveyor Untuk Transfer Batubara ke Stockpile dan Hubungannya `
Dengan Packing Density, Bandung: Program Studi Teknik Metalurgi, ITB.
[9] Toha, Juanda, (2002), Perancangan, Pemasangan, dan Perawatan Konveyor Sabuk dan Peralatan Pendukung,
Bandung: PT. Junto Engineering.
[10] Fenner Dunlop, (2009), Conveyor Handbook, Australia: Fenner Dunlop.

54

Anda mungkin juga menyukai