Anda di halaman 1dari 4

LEARNING JOURNAL

Nama Mahasiswa : Sulistiana Ningsih


NIM : 200211278
Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik
Materi : Laporan Keuangan Sektor Publik
Pertemuan Ke : 10
Pokok Pikiran

Pengertian

Merupakan posisi keuangan penting yang berasal dari transaksi-transaksi yang dilakukan
oleh organisasi sektor publik. Laporan keuangan ini untuk menciptakan akuntabilitas sektor
publik.

Tuntutan yang besar terhadap akuntabilitas publik berimplikasi pada manajemen publik
untuk memberi informasi kepada publik, salah satunya adalah informasi akuntansi yang berupa
laporan keuangan dari suatu entitas yang berguna bagi sejumlah besar pemakai dalam membuat
dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu entitas
dalam aktivitasnya untuk mencapai tujuan.

Tujuan Dan Fungsi Laporan Keuangan Sektor Publik

1. Kepatuhan dan Pengelolaan (compliance and stewardship)


Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan
dan pihak otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber daya telah dilakukan sesuai dengan
ketentuan hokum dan peraturan lain yang telah ditetapkan.
2. Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif (accountability and retrospective reporting).
Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik, untuk
memonitor kinerja dan mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk
mengamati trend antar kurun waktu, pencapaian atas tujuan yang telah ditetapkan, dan
membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis jika ada, serta memungkinkan
pihak luar untuk memperoleh informasi biaya atas barang dan jasa yang diterima dan untuk
menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya organisasi.
3. Perencanaan dan Informasi Otorisasi (planning and authorization information)
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan daar perencanaan kebijakan dan aktivitas di
masa yang akan datang dan untuk memberikan informasi pendukung mengenai otorisasi
penggunaan dana.
4. Kelangsungan Organisasi (viability)
Laporan keuangan berfungsi untuk membantu pembaca dalam menentukan apakah suatu
organisasi atau unit kerja dapat meneruskan menyediakan barang dan jasa (pelayanan) di masa
yang akan datang.
5. Hubungan Masyarakat (public relation)
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada organisasi, untuk
mengemukakan pernyataan atas prestasi yang telah dicapai kepada pemilik yang dipengaruhi
karyawan dan masyarakat serta sebagai alat komunikasi dengan public dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
6. Suber Fakta dan Gambaran (source of facts and figures)
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada kelompok kepentingan yang
ingin mengetahui organisasi secara lebih mendalam.
Tujuan umum laporan keuangan bagi organisasi pemerintah
 Memberikan informasi yang digunakan untuk pembuatan keputusan ekonomi, sosial dan
politik serta sebagai bukti pertanggung jawaban (accountability) dan pengelolaan
(stewardship).
 Memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan
organisasional.
Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba menurut statement of financial accounting
concepts no 4 (sfac 4).
 Bermanfaat bagi penyusunan keputusan yang rasional
 Untuk menilai pelayanan
 Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya
 Memberi informasi tentang sumber daya ekonomi, kewajiban dan kekayaan
 Informasi kinerja selama satu periode
 Informasi cara memperoleh dan membelanjakan kas.
 memberi penjelasan dan interpretasi
Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan
1. Laporan realisasi anggaran.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi
pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan
anggaran, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
2. Laporan arus kas.
Laporan arus kas adalah salah satu bentuk laporan keuangan yang menyajikan informasi kas
sehubungan dengan kegiatan operasional, investasi, pembiayaan, dan transaksi non anggaran
yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah
pusat/daerah selama periode tertentu.
3. Neraca.
Neraca adalah laporan yang menunjukkan kekayaan atau posisi keuangan organisasi sektor
publik yang terdiri dari aktiva, kewajiban, modal yang berasal dari dana pada periode
tertentu.
4. Catatan atas laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan bertujuan untuk menginformasikan pengungkapan yang
diperlukan atas laporan keuangan seperti menyajikan informasi mengenai dasar penyusunan
laporan keuangan dan kebijakan akuntansi spesifik, mengungkapkan informasi yang
tidak disajikan dalam laporan keuangan.

Contoh kasus/peristiwa dan pembahasan penyelesaian


Masalah dalam laporan keuangan Pemerintah (juni 2020)
Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) telah menemukan 13 masalah dalam laporan keuangan
pemerintah pusat (LKPP) tahun 2019.
Ketua BPK Agung Firman Sampurna mengidentifikasi sejumlah masalah, baik dalam sistem
pengendalian internal (SPI) maupun dalam kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan
yang harus ditindaklanjuti.
Adapun temuan permasalahan terkait kelemahan sistem pengendalian internal dan kepatuhan
tersebut meliputi kelemahan dalam penatausahaan Piutang Perpajakan pada Direktorat Jenderal
Pajak.
Lalu, kedua kewajiban Pemerintah selaku Pemegang Saham Pengendali PT Asabri (Persero) dan
PT Asuransi Jiwasraya (Persero) belum diukur/diestimasi. Ketiga, pengendalian atas pencatatan
Aset Kontraktor Kontrak Kerjasama dan Aset yang berasal dari pengelolaan Bantuan Likuiditas
Bank Indonesia belum memadai.
Keempat, pengungkapan Kewajiban Jangka Panjang atas Program Pensiun pada LKPP Tahun
2019 sebesar Rp2.876,76 Triliun belum didukung Standar Akuntansi.
Kelima, penyajian aset yang berasal dari realisasi Belanja dengan tujuan untuk diserahkan
kepada masyarakat sebesar Rp 44,20 Triliun pada 34 K/L tidak seragam, serta terdapat
penatausahaan dan pertanggungjawaban realisasi belanja dengan tujuan untuk diserahkan kepada
masyarakat yang tidak sesuai ketentuan.
Keenam, penyaluran dana Peremajaan Perkebunan Kelapa Sawit (PPKS) Tahun 2016 hingga
2019 pada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Kementerian Keuangan
belum sepenuhnya dapat menjamin penggunaannya sesuai tujuan yang ditetapkan karena
identitas Pekebun penerima dana PPKS belum seluruhnya valid dan adanya dana PPKS yang
belum dipertanggungjawabkan.
Ketujuh, skema pengalokasian anggaran Untuk Pengadaan Tanah Proyek Strategis Nasional
pada Pos Pembiayaan tidak sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan dan Investasi Tanah PSN untuk kepentingan umum tidak sesuai dengan PP Nomor
63 Tahun 2019 tentang Investasi Pemerintah.
Kedelapan, ketidaksesuaian waktu pelaksanaan program/kegiatan dengan tahun penganggaran
atas kompensasi Bahan Bakar Minyak dan listrik.
Kesembilan, adanya Kelemahan dalam Penatausahaan dan pencatatan Kas Setara Kas,
Persediaan, Aset Tetap, dan Aset Tak Berwujud, terutama pada K/L. Masalah yang
teridentifikasi adalah penggunaan rekening pribadi untuk pengelolaan dana yang bersumber dari
APBN, Saldo Kas yang Tidak sesuai dengan fisik, sisa kas terlambat/belum disetor dan
penggunaan kas yang tidak dilengkapi dokumen pertanggungjawaban pada 34 Kementerian/
Lembaga, terdapat ketidaksesuaian pencatatan persediaan dengan ketentuan pada 53
Kementerian/Lembaga, dan pengendalian atas pengelolaan Aset Tetap pada 77
Kementerian/Lembaga yang belum memadai berdampak adanya saldo BMN yang akurat.
Kesepuluh , terdapat surat tagihan pajak atas kekurangan setor yang belum diterbitkan oleh
Ditjen Pajak dan keterlambatan penyetoran pajak dengan sanksi.
Kesebelas, pemberian fasilitas transaksi impor yang dibebaskan dan/atau tidak dipungut PPN dan
PPh-Nya pada Ditjen Pajak yang terindikasi bukan merupakan barang kena pajak tertentu yang
bersifat strategis dan terdapat potensi kekurangan penetapan Penerimaan Negara dari Pendapatan
Bea Masuk/Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) dan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) pada
Ditjen Bea dan Cukai.
Keduabelas, terdapat kewajiban restitusi pajak yang telah terbit Surat Keputusan Pengembalian
Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP) namun tidak segera diproses pembayarannya,
terindikasi belum diterbitkan SKPKPP-nya, serta keterlambatan penerbitan SKPKPP pada
Direktorat Jenderal Pajak
Terakhir, adanya pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Piutang, serta penganggaran,
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban Belanja yang belum sesuai ketentuan pada sejumlah
kementerian negara/lembaga.

Anda mungkin juga menyukai