Anda di halaman 1dari 43

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

PRAKTIKUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI

PERCOBAAN IV
“IDENTIFIKASI EKSTRAK”

DISUSUN OLEH:
NAMA : ANDI BUNGA SINGKARRU
NIM : G70119010
KELAS/KELOMPOK : B/II (DUA)
HARI/TANGGAL : RABU / 14 APRIL 2021
ASISTEN : YUSUP

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Ekstraksi merupakan salah satu teknik pemisahan kimia untuk memisahkan
atau menarik satu atau lebih komponen atau senyawa senyawa (analis) dari
suatu sampel dengan menggunakan pelarut tertentu yang sesuai.Ekstrakti
padat-cair atau leaching merupakan proses transfer secara difusi analit dari
sampel yang berwujud padat ke dalam pelarutnya.Ekstraksi dari sampel
padatan dapat dilakukan jika analit yang diinginkan dapat larut dalam pelarut
pengeskstraksi. Pada ekstraksi ini prinsip pemisahan didasarkan pada
kemampuan atau daya larut analit dalam pelarut tertentu.dengan demikian
pelarut yang digunakan harus mampu menarik komponen analit dari sampel
secara maksimal (Leba., M.A.U. 2017)

Fenomena yang terjadi pada KLT adalah berdasar pada prinsip adsorpsi.
Setelah sampel ditotolkan di atas fasa diam, senyawa-senyawa dalam sampel
akan terelusi dengan kecepatan yang sangat bergantung pada sifat senyawa-
Da senyawa tersebut (kemampuan terikat pada fasa diam dan kemampuan
larut dalam fasa gerak), sifat fasa diam (kekuatan elektrostatis yang menarik
senyawa di atas fasa diam) dan sifat fasa gerak (kemampuan melarutkan
senyawa). Pada KLT, secara umum senyawa-senyawa yang memiiki
kepolaran rendah akan terelusi lebih cepat daripada senyawa-senyawa polar
karena senyawa polar terikat lebih kuat pada bahan silika yang mengandung
silanol (SIOH,) yang pada dasarnya memiliki afinitas yang kuat terhadap
senyawa polar (Kristanti, A.N. dkk. 2019)

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu, seorang farmasis dapat mengetahui cara
ekstraksi menggunakan KLT dan juga dapat mengetahui cara kerja serta
prinsipkerja dari alat KLT dan mengetahui apa itu fase diam dan fase gerak.
hal inilah yang melatarbelakangi percobaan ini dilakukan.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
1. Memahami prinsip kerja KLT
2. Memahami fase diam dan fase gerak
3. Memahami perbedaan pelarut polar, semi polar dan nonpolar

I.2.2 Tujuan Percobaan


1. Mengetahui prinsip kerja KLT
2. Mengetahui fase diam dan fase gerak
3. Mengetahui perbedaan pelarut polar, semi polar dan nonpolar

I.3 Manfaat Percobaan


Manfaat dari percobaan ini yaitu dapat memahami dan mengetahui prinsip
kerja KLT, fase diam dan fase gerak dan juga memahami dan mengetahui
perbedaan pelarut polar, semi polar dan nonpolar.

I.4 Prinsip Percobaan


Prinsip dalam percobaan ini yaitu nenggunakan teknik atau metode KLT
atau kromatografi yaitu absorbs dan partisi serta memiliki fase yakni fase
gerak dan fase diam. Pada prinsip absorbdi yakni penyerapan eluen terhadap
lempeng silica gel termasuk dalam fase gerak. Dikatakan fase gerak yakni
karena eluen bergerak naik sampai batas eluen pada lempeng. Sedangkan
prinsip pada partisi yaitu pemisahan noda yang dihasilkan pada lempeng
yakni menggunakan fase diam yaitu lempeng hanya diam satu tempat tanpa
harus di gerakkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


Ekstraksi adalah proses perpindahan suatu zat atau solut dari larutan asal atau
padatan ke dalam pelarut tertentu. Ekstraksi merupakan proses pemisahan
berdasarkan perbedaan kemampuan melarutnya komponen-komponen yang
ada dalam campuran. Secara garis besar ekstraksi dibedakan menjadi dua
macam, yaitu ekstraksi padat-cair (leaching) dan ekstraksi cair-cair (Perina., I
dkk 2017).

Ekstrak atau extracta diketahui terdapat tiga jenis ekstrak yaitu (1) ekstrak
kering, (2) ekstrak cair dan (3) ekstrak kental.ekstrak kering merupakan
sediaan berbentuk bubuk, yangterbuat dari hasil tarikan simplisia yang
diuapkan pelarutnya. susut pengeringan ekstrak kering tidak lebih besar dari
5% bobot/bobot. sedangkan ekstrak cair merupakan sediaan cair yang secara
umum campuran 1 bagian berat atau volume setara dengan 1 bagian obat
herbal kering atau bahan asal hewan. ekstrak kental merupakan sediaan
setengah padat atau kental yang dibuat dari hasil penyarian simplisia
kemudian pelarutnya diuapkan. bila ingin mendapatkan zat keras 10%, maka
simplisia yang diperlukan dapat menggunakan kadar 20%, dengan melakukan
penarikan zat aktif sesuai pelarut yang dikehendaki (Lazuardi., M. 2019).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku
obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara
destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit
mungkin terkena panas. Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati,
yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai
pelarut dan pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing
monografi, tiap ml ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 g simplisia yang
memenuhi syarat. Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat
didiamkan dan disaring atau bagian yang bening dienaptuangkan.Beningan
yang diperoleh harus memenuhi persyaratan Farmakope. Ekstrak cair dapat
dibuat dari ekstrak yang sesuai (Wakantyasning., E. R. dkk. 2021)

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah metode yang digunakan untuk analisis
kualitatif campuran senyawa yang banyak digunakan.KLT merupakan
metode konvensional selain kromatografi kertas.KLT memiliki kelebihan
tertentu dari pada kromatografi kertas yaitu fleksibilitas, kecepatan dan
sensitivitas yang lebih baik. Prinsip kerja pada KLT yaitu komponen zat yang
akan dipisahkan bergerak naik mengikuti fase gerak oleh karena daya serap
adsorben (fase diam) terhadap komponen zat tidak sama sehingga komponen
zat bergerak berbeda beda berdasarkan tingkat kepolarannya, sehingga terjadi
pemisahan. KLT dapat memisahkan komponen campuran menjadi komponen
tunggal dengan menunjukkan warna yang berbeda sesuai dengan
komponennya. Keunggulan lain yaitu membutuhkan waktu lebih cepat
dengan bahan hanya sedikit dan dapat memisahkan komponen senyawa yang
bersifat hidrofobik (Nasyanka. 2020).

Untuk fraksi yang mengandung air (karena fase gerak menggunakan


kombinasi air) merupakan masalah tersendiri karena cukup lama. Jika tidak
tersedia multivaporator yang kuat, pemekatan bisa dilakukan dengan rotatory
evaporator dengan suhu water bath 50°C, dengan volume pengisian labu 1/3
bagian untuk mencegah terjadinya buih yang mudah tersedot ke atas.
Beberapa peneliti menambahkan propanol pada labu untuk mempercepat
penguapan (Saifudin.A. 2014).
II.2 Uraian Bahan
1. Aquadest (FI III, 1979 : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA


Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02
Rumus struktur :

(Pubchem, 2021)
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
tidak mempunyai rasa
Kelarutan : -
Khasiat : Sebagai zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pencuci sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar : -

2. Etanol (FI III, 1979 : 65)

Nama resmi : AETHANOLUM


Nama lain : Etanol, alkohol
RM / BM : C2H6O / 46,07
Rumus struktur :

(Pubchem, 2021)
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap
dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas.
Mudah terbakar denganmemberikan nyala biru
yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P dan dalam eter P
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya; di tempat sejuk; jauh dari nyala api
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 94.7 v/v atau
92,0% dab tidak lebih dari 95,2% v/v atau
92,7% C2H6O

3. Eter (FI III, 1979 : 663)

Nama resmi : ETER


Nama lain : Dietil eter
RM / BM : C2H5.O.O2H5 / 74,12
Rumus struktur :

(Pubchem, 2021)
Pemerian : -
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : -
Persyaratan kadar : -

4. N-Heksana (FI III, 1979 : 680)

Nama resmi : N-HEKSANA


Nama lain : Heksana
RM / BM : C6H14 / 86,18
Rumus struktur :

(Pubchem, 2021)
Pemerian : Cairan tidak berwarna, stabil, sangat mudah
terbakar
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : -
Persyaratan kadar : -

5. Natrium Klorida (FI III, 1979 : 403)

Nama resmi : NATRII CHLORIDUM


Nama lain : Natrium klorida
RM / BM : NaCl / 18,02
Rumus struktur :

(Pubchem, 2021)
Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk
hablur putih; tidak berbau; rasa asin
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian
air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian
gliserol P; sukar larut dalam etanol (95%) P
Khasiat : Sumber ion klorida dan ion natrium
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 99,5% NaCl,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan

6. Besi (III) Klorida (FI III, 1979 : 659)

Nama resmi : FERROSI CHLORIDUM


Nama lain : Besi (III) Klorida
RM / BM : FeCl3/ 162,2
Rumus struktur :

(Pubchem, 2021)
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur; hitam kehijauan;
bebas warna jingga dari garam hidrat yang
telah terpengaruh oleh kelembaban
Kelarutan : Larut dalam air, larutan beropalesensi berwarna
jingga
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar : -

7. Amonium Hidroksida (FI III, 1979 : 86)

Nama resmi : AMMONIA HYDROXYDUM


Nama lain : Amonia hidroksida, amonium hidroksida
RM / BM : NH4OH / 35,05
Rumus struktur :

(Pubchem, 2021)
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; bau khas,
menusuk kuat
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 27,0% dan tidak
lebih dari 30,0% NH4OH
8. Asam Sulfat (FI III, 1979 : 58)

Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM


Nama lain : Asam sulfat
RM / BM : H2SO4 / 98,07
Rumus struktur :

(Pubchem, 2021)
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak
berwarna; jika ditambahkan ke dalam air
menimbulkan panas
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak
lebih dari 98,0% H2SO4
9. Asam Klorida (FI III, 1979 : 53)

Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM


Nama lain : Asam klorida
RM / BM : HCl / 36,46
Rumus struktur :

(Pubchem, 2021)
Pemerian : Cairan; tidak berwarna; berasap; bau
merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian
air, asap dan bau hilang
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 35,0% dan tidak
lebih dari 38,0% HCl
II.3 Klasifikasi Tanaman
1. Kunyit (Curcuma domestica Valet) (Rezky.,R.S 2015)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisio : Spermatophyta
Class : Monocotyledonae
Subclass : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Valet

1. Daun Kelor (Moringa oleifera) (Nasir. dkk. 2017)


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Rosidae
Ordo : Brassicales
Family : Moringaceae
Genus : Moringa
Species : Moringa oleifera
2. Akar Biduri (Calotropis gigantea) (Raharjo, 2012)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas :Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Asclepiadaceae
Genus : Calotropis
Spesies : Calotropis gigantea
II.4 Prosedur Kerja (Tim Dosen, 2020)
II.4.1 Identifikasi Ekstrak Dengan Pereaksi Kimia
 Ditimbang ekstrak metanol sampel sebanyak 4 g
 Dilarutkan dalam wadah labu erlenmeyer 250 ml
denganmenggunakan metanol (dibuat larutan stok)
 Dilakukan uji alkaloid, uji saponin, uji flavanoid, ujisteroid, dan uji
Tanin.

1. Uji Alkaloid
a. Dari larutan stok dipipet 1 ml ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan 1 ml HCl 2 N dan 1 ml NH4OH
c. Ditambahkan 10 ml aquadest
d. Ditambahkan pereaksi Wagner dan Dragendroff
e. Dikocok lalu diamati perubahan warna yang terjadi
f. Positif untuk pereaksi Wagner jika berwarna coklatdan
positif untuk pereaksi Dragendroff jika berwarnamerah
kekuningan

2. Uji Saponin
a. Diambil ekstrak metanol kering kemudian dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan air panas lalu dikocok kuat-kuat selama1 menit
dengan kekuatan konstan
c. Didiamkan, apabila busa yang terbentuk demam tinggi1-10
cm stabil selama 10 menit maka ditambahkanHCl melalui
dinding tabung
d. Apabila tetap berbusa berarti positif mengandung saponin

3. Uji Flavanoid
a. Diambil ekstrak metanol kering lalu ditambahkan air(pelarut
polar) dan ditambahkan heksan (pelarut nonpolar)
b. Dikocok, akan terpisah 2 lapisan dimana ekstrakmethanol
dalam air akan berada di bawah dan lapisan heksan berada di
atas
c. Lapisan heksan dipisahkan sementara lapisan airditambahkan
methanol lalu ditambah HCl dan serbuk Mg
d. Jika warna merah merah ungu berarti positifmengandung
flavanoid

4. Uji Steroid
a. Diambil ekstrak metanol kering lalu ditambahkan air(pelarut
polar) dan eter (pelarut nonpolar)
b. Akan terbentuk 2 lapisan dimana lapisan air berada dibawah
dan lapisan eter berada di atas
c. Lapisan air dikocok selama 1 menit, jika
berbusaditambahkan HCl 2 N atau H2SO4
d. Jika terjadi perubahan dari warna hiaju menjadiberwarna biru
berarti positif adanya steroid
e. Lapisan eter ditambahkan pereaksi Lieberman
f. Jika terjadi perubahan warna dari hijau menjadi biruberari
positif adanya steroid. Jika berwarna merahberarti positif
triterpenoid

5. Uji Tanin
a. Diambil ekstrak metanol kering
b. Ditambahkan air sebanyak 10 ml lalu dikocok
c. Ditambahkan garam dapur (NaCl) untuk
mengendapkanproteinnya
d. Lalu ditambahkan FeCl3 3-4 tetes
e. Jika berwarna hijau biru berarti positif adanya tanninkatekol
sedangkan jika berwarna biru hitam berarti positif adanya
tannin pirogalol

II.4.2 Identifikasi Ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis


1. Penjenuhan Chamber
a. Disiapkan chamber yang bersih lengkap denganpenutupnya
b. Chamber diisi dengan eluen yang diinginkan
c. Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yangpanjangnya
lebih dari tinggi chamber dan kemudian ditutup
d. Dibiarkan hingga eluen naik pada kertas saring
hinggamelewati penutup kaca (chamber telah jenuh)

2. Pembuatan Eluen
a. Eluen Polar
Dibuat 20 ml dengan perbandingan :
Etil asetat : Heksan : Air
9:2:1
 Etil asetat : 9/12 X 20 ml = 15 ml
 Heksan : 2/12 X 20 ml = 3,3 ml
 Air : 1/12 X 20 ml = 1,6 ml
Dicampurkan 15 ml etil asetat , 3,3 ml heksan dan 1,6 ml
air dalam gelas kimia.
b. Eluen Nonpolar
Dibuat 10 mL dengan perbandingan :
Heksan : Etil asetat
9:1
 Heksan : 9/10 X 10 ml = 9 ml
 Etil asetat : 1/10 X 10 ml = 1 m
Dicampurkan 9 ml heksan dan 1 ml etil asetat dalam gelas
kimia
c. Dibuat perbandingan eluen yang lain

3. Penotolan Sampel Pada Lempeng


a. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
b. Ekstrak metanol, hexan dan n-butanol dimasukkan ke dalam
vial yang berbeda
c. Ekstrak metanol dilarutkan dalam beberapa ml
campuranCHCl3 dan metanol dengan perbandingan 1:1 ;
Ekstrakhexan dilarutkan dalam beberapa ml CHCl3 ;
Ekstrakbutanol dilarutkan dalam beberapa ml metanol
d. Masing-masing ekstrak diambil dengan menggunakanpipa
penotol, kemudian ditotolkan pada lempeng yangtelah
disiapkan
e. Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentaruntuk
menguapkan pelarutnya lalu dimasukkan pada chamber yang
telah dijenuhkan
f. Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng silicagel,
maka lempeng tersebut dapat dikeluarkan
g. Diulangi dengan beberapa variasi perbandingan eluen yang
dibutuhkan

4. Penampakan Noda Pada UV 254 nm dan UV 366 nm


Setelah proses KLT selesai dilakukan, maka lempeng silika gel
diletakkan dibawah lampu UV 254 nm dan UV 366 nm, kemudian
diamati noda yang tampak, lalu digambar pada kertas kalkir yang
ukurannya disesuaikan dengan ukuran lempeng silika gel.

5. Penampakan Noda H2SO4 10 %


Setelah penampakan noda pada UV, dilakukan juga penampakan
noda dengan menggunakan asam sulfat 10 %. Lempeng silika gel
disemprotkan dengan asam sulfat 10 %, lalu dipanaskan diatas
pemanas listrik hingga tampak noda yang terbentuk. Noda ini
digambar pada kertas kalkir yang ukurannya disesuaikan dengan
ukuran lempeng silika gel.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat, Bahan dan Sampel
III.1.1 Alat
1. Tabung reaksi
2. Gelas kimia

III.1.2 Bahan
1. Asam Sulfat 10 %
2. HCl 2 N
3. NH4OH
4. NaCl
5. FeCl3
6. Pereaksi Dragendorf
7. Pereaksi Liebermann
8. Pereaksi Wagner
9. Aquadest
10. Heksana
11. Eter
12. Serbuk Mg
13. Tisu
14. Handscoon
15. Masker

III.1.3 Sampel
1. RimpangKunyit (Curcumadomestica Rhizoma)
2. Daun Kelor (Moringa oleifera Folia)
3. Akar Biduri (Calotropis gigantea Radix)
III.3 Cara Kerja

III.3.1 Pembuatan Eluan


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil 3 chamber yang telah dibersihkan
3. Dibuat perhitungan perbandingan pelarut pada eluen I, II, dan
III dengan volume total eluen sebanyak 15 ml
4. Diambil 9 ml heksana dan n-heksan etil 6 ml dan etil 6 ml
5. Diambil untuk etik sebanding n-heksan yaitu 13,5 dan 1,5 ml
6. Diberi label pada masing-masing chamber

III.3.2 Identifikasi Ekstrak Daun Kelor


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil 3 chamber yang telah dibersihkan
3. Dibuat eluen dengan perbandingan n-heksan dan etil 9:1, etil
dan n-heksana 3:7 dan n-heksana, etil dan air 9:2:1
4. Diambil ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dan dilarutkan
dengan etanol
5. Dimasukkan ekstrak ke dalam vial
6. Ditotol ekstrak dengan menggunakan pipet kapiler pada plat
KLT
7. Dimasukkan ke dalam chamber
8. Disemprotkan plat KLT dengan H2SO4 dan difiksasi di atas hot
plate
9. Diamati menggunakan UV ukuran 254 nm dan 366 nm

III.3.3 Identifikasi Ekstrak Kunyit


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil ekstrak kunyit (Curcuma longa L)
3. Dibuat eluen dengan perbandingan n-heksan dan etil 9:1, etil
dan n-heksan 9:2 dan n-heksan, etil dan air 9:2:1
4. Dimasukkan ekstrak ke dalam vial
5. Ditotol ekstrak menggunakan pipet kapiler ke plat KLT
6. Dimasukkan ke dalam chamber
7. Disemprotkan plat KLT dengan H2SO4 dan difiksasi di atas hot
plate
8. Diamati menggunakan UV ukuran 254 nm dan 366 nm

III.3.4 Identifikasi Ekstrak Akar Biduri


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil 3 chamber yang telah dibersihkan
3. Dibuat eluen dengan perbandingan n-heksan dan etil 1:4, etil
dan n-heksana 9:1 dan n-heksana, etil dan air 2:9:1
4. Diambil ekstrak akar biduri (Calotropis gigantea) dan
dilarutkan dengan etanol
5. Dimasukkan ekstrak ke dalam vial
6. Ditotol ekstrak dengan menggunakan pipet kapiler pada plat
KLT
7. Dimasukkan ke dalam chamber
8. Disemprotkan plat KLT dengan H2SO4 dan difiksasi di atas hot
plate
9. Diamati menggunakan UV ukuran 254 nm dan 366 nm
III.4 Skema Kerja

Alat dan Bahan

- Dilarutkan dengan etanol


- Dimasukkan fraksi

Botol vial

Eluen

N- heksan Etil Air

n-heksan : etil Etil : n-heksan n-heksan : etil :


air
9:1 9:1
9:2:1

Chamber

- Ditotol masing-masing

Lampu 2254 nm dan


366 nm
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan


No Nama sampel Hasil Hasl UV Hasil UV Hasil
chamber 254 366 H2SO4

1 Daun kelor (Moringa oleifera)

Fraksi n-
heksan

Fraksi etil
asetat

Fraksi air

2. Rimpang kunyit (Curcuma longa L)

Fraksi n-
heksan

Fraksi etil

Fraksi air

3. Akar biduri (Calotropis gigantea L)


Fraksi n-
heksan

Fraksi etil

Fraksi air

IV.2 Analisis Data


1. Daun kelor
 Fraksi n-heksan
0,5 cm
Rf 1= =0,071
7 cm
1,5 cm
Rf 2= =0,21
7 cm
2,5 cm
Rf 3= =0,35
7 cm
3,5 cm
Rf 4= =0,5
7 cm
4 cm
Rf 5= =0,57
7 cm
5 cm
Rf 6= =0,71
7 cm
6 cm
Rf 7= =0,85
7 cm
6,5 cm
Rf 8= =0,92
7 cm

 Fraksi etil asetat


0,5 cm
Rf 1= =0,071
7 cm
1 cm
Rf 2= =0,21
7 cm
2 cm
Rf 3= =0,28
7 cm
4,5 cm
Rf 4= =0,64
7 cm
6 cm
Rf 5= =0,85
7 cm
6,5 cm
Rf 6= =0,92
7 cm
 Fraksi air
0,5 cm
Rf 1= =0,071
7 cm
1,5 cm
Rf 2= =0,21
7 cm
2,5 cm
Rf 3= =0,35
7 cm
3,5 cm
Rf 4= =0,5
7 cm
5 cm
Rf 5= =0,71
7 cm
5,5 cm
Rf 6= =0,78
7 cm
6 cm
Rf 7= =0,85
7 cm
6,5 cm
Rf 8= =0,92
7 cm
2. Rimpang kunyit
 Fraksi n-heksan
0,5 cm
Rf 1= =0,071
7 cm
1 cm
Rf 2= =0,14
7 cm
1,5 cm
Rf 3= =0,21
7 cm
2 cm
Rf 4= =0,38
7 cm
2,5 cm
Rf 5= =0,35
7 cm
3,5 cm
Rf 6= =0,5
7 cm
4,5 cm
Rf 7= =0,64
7 cm
5,5 cm
Rf 8= =0,72
7 cm
6 cm
Rf 9= =0,85
7 cm
 Fraksi etil asetat
0,5 cm
Rf 1= =0,071
7 cm
2,5 cm
Rf 2= =0,14
7 cm
4 cm
Rf 3= =0,57
7 cm
4,5 cm
Rf 4= =0,64
7 cm
5 cm
Rf 5= =0,71
7 cm
6,5 cm
Rf 6= =0,92
7 cm
 Fraksi air
1 cm
Rf 1= =0,14
7 cm
2 cm
Rf 2= =0,28
7 cm
3,5 cm
Rf 3= =0,5
7 cm
4 cm
Rf 4= =0,57
7 cm
4,5 cm
Rf 5= =0,64
7 cm
6 cm
Rf 6= =0,78
7 cm
3. Akar biduri
 Fraksi n-heksan
1 cm
Rf 1= =0,14
7 cm
2 cm
Rf 2= =0,28
7 cm
3,5 cm
Rf 3= =0,5
7 cm
5,5 cm
Rf 4= =0,72
7 cm
6 cm
Rf 5= =0,85
7 cm
6,5 cm
Rf 6= =0,92
7 cm

 Fraksi etil asetat


0,5 cm
Rf 1= =0,071
7 cm
1 cm
Rf 2= =0,14
7 cm
2cm
Rf 3= =0,28
7 cm
4,5 cm
Rf 4= =0,64
7 cm
6 cm
Rf 5= =0,85
7 cm
6,5 cm
Rf 6= =0,92
7 cm

 Fraksi air
0,5 cm
Rf 1= =0,071
7 cm
1,5 cm
Rf 2= =0,21
7 cm
4 cm
Rf 3= =0,57
7 cm
5,5 cm
Rf 4= =0,78
7 cm
6 cm
Rf 5= =0,85
7 cm
6,5 cm
Rf 6= =0,92
7 cm

IV.3 Pembahasan
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah metode yang digunakan untuk
analisis kualitatif campuran senyawa yang banyak digunakan.KLT
merupakan metode konvensional selain kromatografi kertas.KLT
memiliki kelebihan tertentu dari pada kromatografi kertas yaitu
fleksibilitas, kecepatan dan sensitivitas yang lebih baik (Nasyanka. 2020).

Tujuan dari percobaan ini yaitu mengetahui cara mengidentifikasi ekstrak


dalam suatu tanaman dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) pada penampakan noda.

Prinsip dalam percobaan ini yaitu nenggunakan teknik atau metode KLT
atau kromatografi yaitu absorbs dan partisi serta memiliki fase yakni fase
gerak dan fase diam. Pada prinsip absorbdi yakni penyerapan eluen
terhadap lempeng silica gel termasuk dalam fase gerak. Dikatakan fase
gerak yakni karena eluen bergerak naik sampai batas eluen pada lempeng.
Sedangkan prinsip pada partisi yaitu pemisahan noda yang dihasilkan
pada lempeng yakni menggunakan fase diam yaitu lempeng hanya diam
satu tempat tanpa harus di gerakkan.

Pada identifikasi ekstraksi kunyit yaitu di siapkan alat dan bahan, lalu
diambil ekstrak kunyit dan dibuat eluen dengan perbandingan n-heksan
dan etil 9 : 1, etil dan h-heksan 9 : 1, etil, n-heksan dan air yaitu 9 : 2 : 1.
Kemudian dimasukkan ekstrak kunyit dalam vial. Kemudian digojok dan
diotol ekstrak pada plat KLT. Setelah itu, plat KLT dimasukkan dalam
chamber lalu disemprotkan plat KLT dengan H 2SO4 dan difiksasi di atas
hot plate. Diamati menggunakan lampu UV ukuran 254 nm dan 366 nm.
Begitu pula untuk cara kerja pada identifikasi ekstrak daun kelor dan akar
biduri hanya saja berbeda pada perbandingan pelarutnya itu, pada ekstrak
kelor menggunakan perbandingan pelarut n-heksan dan etil 9 : 1, etil dan
n-heksan 3 : 7, n-heksan, etil dan air 9 : 2 : 1. Sedangkan untuk
identifikasi ekstraksi akar biduri yaitu, perbandingan n-heksan dan etil 1 :
4, etil dan n-heksan 9 : 1, n-heksan, etil dan air 2 : 9 : 1.
Alasan digunakan etanol sebagai pelarut ekstrak yaitu etanol memiliki
fungsi sebagai pelarut yang dapat melarutkan ekstrak dari sampel yang
digunakan sehingga pada saat ditotol di plat KLT dapat terserap dengan
baik. Alasan digunakan lampu UV 254 nm untuk melihat frekuensi pada
lempeng.

Metode KLT memiliki keuntungan dalam menggunakannya yaitu: hanya


membutuhkan sedikit pelarut, membutuhkan waktu yang singkat untuk
melakukan analisis (Primadiamanti., dkk. 2018).

Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara


energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi
yang berupa molekul. Besar energi yang diserap tertentu dan menyebabkan
elektron tereksitasi dari ground state ke keadaan tereksitasi yang memiliki
energi lebih tinggi (Nasar, 2018).

Pelarut polar adalah senyawa yang memiliki rumus umum R-OH dan
menunjukkan adanya atom hidrogen yang menyerang atom elektronegatif
(oksigen). Contoh pelarut polar diantaranya air, metanol, etanol dan asam
asetat. Pelarut semipolar adalah pelarut yang memiliki molekul yang tidak
mengandung ikatan O-H. Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang
lebih rendah dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik digunakan
untuk melarutkan senyawa-senyawa yang juga bersifat semipolar dari
tumbuhan. Contoh pelarut semipolar adalah aseton, etil asetat. Pelarut
nonpolar merupakan senyawa yang memilki konstanta dielektrik yang
rendah dan tidak larut dalam air. Pelarut ini baik digunakan untuk menarik
senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar seperti
minyak. Contoh pelarut nonpolar adalah heksana, kloroform dan eter
(Darusman, dkk., 2016).

Hasil pengamatan pada nilai Rf yang dihasilkan yaitu kebanyakan pada


smapel kunyit dari fraksi n-heksan dari 0,07 sampai 0,5 kemudian pada
fraksi etil asetat dari 0,07 sampai 0,92. Kemudian pada fraksi air dari 0,5
sampai 0,78. Kemudian pada samopel daun kelor dari fraksi n-heksan dari
0,5 sampai 0,92. Pada fraksi etil asetat dari 0,14 sampai 0,92. Pada fraksi
air dari 0,5 sampai 0,92. Pada sampel akar biduri dari fraksi n-heksan dari
0,5 sampai 0,92. Pada fraksi etil asetat dari 0,07 sampai 0,92 dan fraksi air
dari 0,07 sampai 0,92.

Menurut Musyahidah (2017), Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,4-0,8


jika Rf terlalu tinggi yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran
eluen dan sebaliknua. Hal ini disebabkan karena suhu atau komposisi
pelarut (eluen) yang dapat memengaruhi Rf. Sedangkan pada hasil
pengamatan yang dilakukan pada identifikasi ekstrak menggunakan KLT
yaitu menggunakan eluen polar, penambahan noda pada ekstrak partisi n-
heksan (non polar) lebih baik dibandingkan pada ekstrak partisi etil asestat
dan air. Hal ini disebabkam karena silica gel yang bersifat polar sehingga
senyawa yang bersifat polar akan stabil. Sedangkan non polar cenderung
akan naik sehingga menurunkan nodanya maka perlu dinaikkan
konsentrasi pada pelarut yang lebih polar.

Eluen yang baik untuk sampel yang kita gunakan yaitu etil asetat yang
merupakan pelarut non polar ataupun smei polar karena dari eluen
tersebut di dapat fase gerak yang baik dibandingkan dengan eluen yang
lain. Hal ini telah sesuai dengan Forestryna (2020), Etil asetat diperoleh
pemisahan yang baik dikarenakan noda memisah dengan jelas dengan
semakin non polarnya sifat eluen. Noda yang diperoleh akan semakin
banyak sebanding dengan sifat ke non polaran dari eluen yang digunakan.
Pemilihan etil asetat karena dapat memisahkan senyawa non polar,
semipolar maupun polar, sehingga bercak hasil elusi dapat diidentifikasi
golongan senyawanya. Eluen yang baik ialah eluen yang bisa memisahkan
senyawa dalam jumlah yang banyak yang ditandai dengan munculnya
noda.
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu, seorang farmasis dapat mengetahui cara
ekstraksi menggunakan KLT dan juga dapat mengetahui cara kerja serta
prinsipkerja dari alat KLT dan mengetahui apa itu fase diam dan fase gerak.
hal inilah yang melatarbelakangi percobaan ini dilakukan.
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakuakn dapat disimpulkan bahwa:
1. Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu metode analisis yang
digunakan untuk memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat
dan sederhana. Primsipnya didasarkan atas partisi dan absorpsi.
2. Hasil yang diperoeh pada nilai Rf yang dihasilkan yaitu kebanyak dari
yang paling kecil yaitu 0,05 dan yang paling besar yaitu 0,92 dari ketiga
sampel yang di identifikasi.

V.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya yaitu sebaiknya praktikan dapat
memperhatikan dengan baik dalam perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen kesehatan republic Indonesia.(1979). Farmakope Indonesia edisi III.


Jakarta. Departemen kesehatan republic Indonesia.

Darusman, L., K.,dkk.(2016).DomestikaBuahMerah. Bogor:IPBPress.

Forestryna. (2020). phytochemical screenings and thin layer chromatography


analysis of ethanol extract jeruju leaf (hydrolea spinosa l.). Jurnal Ilmiah
Farmako Bahari Dyera Forestryana Vol.11; No. 2; Juli 2020

Kristanti., A. N. dkk (2019).Buku ajar fitokimia. Surabaya: airlangga university


press
Lazuardi., M. (2019). Bagian khusus ilmu farmasi veteriner. Surabaya; Airlangga
university press.

Nasar, M. (2018). Spektroskopi Molekul. Aceh : Syiah Kuala University Press.

Nasir., S. dkk (2017). Pemanfaatan ekstrak biji kelor (Moringa oleifera) untuk
pembuatan bahan bakar nabati. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya

Nasyanka., A.L. dkk. (2020). Pengantar fitokimia.Pasuruan. IKAPI

Perina., I. dkk. (2017). ekstraksi pectin dari berbagai macam kulit jeruk.widya
teknik vol 6 no 1

Primadiamanti., dkk. (2018). identifikasi hidrokuinon pada krim pemutih racikan


yang beredar di pasar tengah bandar lampung secara kromatografi lapis
tipis (klt). jurnal analis farmasi. Volume 3, No. 2 April 2018

Raharjo., N.P. (2012). Pengaruh penggunaan getah biduri (Colotropis gigantean)


terhadap kualitas fisik dan kimia keju asal susu kambing. Surakarta.
Universitas sebelas maret
Rizky., R.S. dkk (2015). Ekstraksi multi tahap kurkumin dari kunyit (Curcuma
domestica Valet) menggunakan pelarut etanol.jurnal teknik kimia USU.
article in press

Saifudin., A (2014). Senyawa alam metabolit sekunder. Yogyakarta; Deepublish

Tim Dosen. (2020). Penuntun Praktikum Fitokimia. Palu : Universitas Tadulako.

Wakantyasning., E. R. dkk. (2021). Farmasetika dasar. Surakarta; universitas


muhammadiyah
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai