PRAKTIKUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
PERCOBAAN IV
“IDENTIFIKASI EKSTRAK”
DISUSUN OLEH:
NAMA : ANDI BUNGA SINGKARRU
NIM : G70119010
KELAS/KELOMPOK : B/II (DUA)
HARI/TANGGAL : RABU / 14 APRIL 2021
ASISTEN : YUSUP
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Fenomena yang terjadi pada KLT adalah berdasar pada prinsip adsorpsi.
Setelah sampel ditotolkan di atas fasa diam, senyawa-senyawa dalam sampel
akan terelusi dengan kecepatan yang sangat bergantung pada sifat senyawa-
Da senyawa tersebut (kemampuan terikat pada fasa diam dan kemampuan
larut dalam fasa gerak), sifat fasa diam (kekuatan elektrostatis yang menarik
senyawa di atas fasa diam) dan sifat fasa gerak (kemampuan melarutkan
senyawa). Pada KLT, secara umum senyawa-senyawa yang memiiki
kepolaran rendah akan terelusi lebih cepat daripada senyawa-senyawa polar
karena senyawa polar terikat lebih kuat pada bahan silika yang mengandung
silanol (SIOH,) yang pada dasarnya memiliki afinitas yang kuat terhadap
senyawa polar (Kristanti, A.N. dkk. 2019)
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu, seorang farmasis dapat mengetahui cara
ekstraksi menggunakan KLT dan juga dapat mengetahui cara kerja serta
prinsipkerja dari alat KLT dan mengetahui apa itu fase diam dan fase gerak.
hal inilah yang melatarbelakangi percobaan ini dilakukan.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
1. Memahami prinsip kerja KLT
2. Memahami fase diam dan fase gerak
3. Memahami perbedaan pelarut polar, semi polar dan nonpolar
Ekstrak atau extracta diketahui terdapat tiga jenis ekstrak yaitu (1) ekstrak
kering, (2) ekstrak cair dan (3) ekstrak kental.ekstrak kering merupakan
sediaan berbentuk bubuk, yangterbuat dari hasil tarikan simplisia yang
diuapkan pelarutnya. susut pengeringan ekstrak kering tidak lebih besar dari
5% bobot/bobot. sedangkan ekstrak cair merupakan sediaan cair yang secara
umum campuran 1 bagian berat atau volume setara dengan 1 bagian obat
herbal kering atau bahan asal hewan. ekstrak kental merupakan sediaan
setengah padat atau kental yang dibuat dari hasil penyarian simplisia
kemudian pelarutnya diuapkan. bila ingin mendapatkan zat keras 10%, maka
simplisia yang diperlukan dapat menggunakan kadar 20%, dengan melakukan
penarikan zat aktif sesuai pelarut yang dikehendaki (Lazuardi., M. 2019).
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku
obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara
destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit
mungkin terkena panas. Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati,
yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai
pelarut dan pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing
monografi, tiap ml ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 g simplisia yang
memenuhi syarat. Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat
didiamkan dan disaring atau bagian yang bening dienaptuangkan.Beningan
yang diperoleh harus memenuhi persyaratan Farmakope. Ekstrak cair dapat
dibuat dari ekstrak yang sesuai (Wakantyasning., E. R. dkk. 2021)
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah metode yang digunakan untuk analisis
kualitatif campuran senyawa yang banyak digunakan.KLT merupakan
metode konvensional selain kromatografi kertas.KLT memiliki kelebihan
tertentu dari pada kromatografi kertas yaitu fleksibilitas, kecepatan dan
sensitivitas yang lebih baik. Prinsip kerja pada KLT yaitu komponen zat yang
akan dipisahkan bergerak naik mengikuti fase gerak oleh karena daya serap
adsorben (fase diam) terhadap komponen zat tidak sama sehingga komponen
zat bergerak berbeda beda berdasarkan tingkat kepolarannya, sehingga terjadi
pemisahan. KLT dapat memisahkan komponen campuran menjadi komponen
tunggal dengan menunjukkan warna yang berbeda sesuai dengan
komponennya. Keunggulan lain yaitu membutuhkan waktu lebih cepat
dengan bahan hanya sedikit dan dapat memisahkan komponen senyawa yang
bersifat hidrofobik (Nasyanka. 2020).
(Pubchem, 2021)
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
tidak mempunyai rasa
Kelarutan : -
Khasiat : Sebagai zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pencuci sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar : -
(Pubchem, 2021)
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap
dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas.
Mudah terbakar denganmemberikan nyala biru
yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P dan dalam eter P
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya; di tempat sejuk; jauh dari nyala api
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 94.7 v/v atau
92,0% dab tidak lebih dari 95,2% v/v atau
92,7% C2H6O
(Pubchem, 2021)
Pemerian : -
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : -
Persyaratan kadar : -
(Pubchem, 2021)
Pemerian : Cairan tidak berwarna, stabil, sangat mudah
terbakar
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : -
Persyaratan kadar : -
(Pubchem, 2021)
Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk
hablur putih; tidak berbau; rasa asin
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian
air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian
gliserol P; sukar larut dalam etanol (95%) P
Khasiat : Sumber ion klorida dan ion natrium
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 99,5% NaCl,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
(Pubchem, 2021)
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur; hitam kehijauan;
bebas warna jingga dari garam hidrat yang
telah terpengaruh oleh kelembaban
Kelarutan : Larut dalam air, larutan beropalesensi berwarna
jingga
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar : -
(Pubchem, 2021)
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; bau khas,
menusuk kuat
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 27,0% dan tidak
lebih dari 30,0% NH4OH
8. Asam Sulfat (FI III, 1979 : 58)
(Pubchem, 2021)
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak
berwarna; jika ditambahkan ke dalam air
menimbulkan panas
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak
lebih dari 98,0% H2SO4
9. Asam Klorida (FI III, 1979 : 53)
(Pubchem, 2021)
Pemerian : Cairan; tidak berwarna; berasap; bau
merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian
air, asap dan bau hilang
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 35,0% dan tidak
lebih dari 38,0% HCl
II.3 Klasifikasi Tanaman
1. Kunyit (Curcuma domestica Valet) (Rezky.,R.S 2015)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisio : Spermatophyta
Class : Monocotyledonae
Subclass : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Valet
1. Uji Alkaloid
a. Dari larutan stok dipipet 1 ml ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan 1 ml HCl 2 N dan 1 ml NH4OH
c. Ditambahkan 10 ml aquadest
d. Ditambahkan pereaksi Wagner dan Dragendroff
e. Dikocok lalu diamati perubahan warna yang terjadi
f. Positif untuk pereaksi Wagner jika berwarna coklatdan
positif untuk pereaksi Dragendroff jika berwarnamerah
kekuningan
2. Uji Saponin
a. Diambil ekstrak metanol kering kemudian dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan air panas lalu dikocok kuat-kuat selama1 menit
dengan kekuatan konstan
c. Didiamkan, apabila busa yang terbentuk demam tinggi1-10
cm stabil selama 10 menit maka ditambahkanHCl melalui
dinding tabung
d. Apabila tetap berbusa berarti positif mengandung saponin
3. Uji Flavanoid
a. Diambil ekstrak metanol kering lalu ditambahkan air(pelarut
polar) dan ditambahkan heksan (pelarut nonpolar)
b. Dikocok, akan terpisah 2 lapisan dimana ekstrakmethanol
dalam air akan berada di bawah dan lapisan heksan berada di
atas
c. Lapisan heksan dipisahkan sementara lapisan airditambahkan
methanol lalu ditambah HCl dan serbuk Mg
d. Jika warna merah merah ungu berarti positifmengandung
flavanoid
4. Uji Steroid
a. Diambil ekstrak metanol kering lalu ditambahkan air(pelarut
polar) dan eter (pelarut nonpolar)
b. Akan terbentuk 2 lapisan dimana lapisan air berada dibawah
dan lapisan eter berada di atas
c. Lapisan air dikocok selama 1 menit, jika
berbusaditambahkan HCl 2 N atau H2SO4
d. Jika terjadi perubahan dari warna hiaju menjadiberwarna biru
berarti positif adanya steroid
e. Lapisan eter ditambahkan pereaksi Lieberman
f. Jika terjadi perubahan warna dari hijau menjadi biruberari
positif adanya steroid. Jika berwarna merahberarti positif
triterpenoid
5. Uji Tanin
a. Diambil ekstrak metanol kering
b. Ditambahkan air sebanyak 10 ml lalu dikocok
c. Ditambahkan garam dapur (NaCl) untuk
mengendapkanproteinnya
d. Lalu ditambahkan FeCl3 3-4 tetes
e. Jika berwarna hijau biru berarti positif adanya tanninkatekol
sedangkan jika berwarna biru hitam berarti positif adanya
tannin pirogalol
2. Pembuatan Eluen
a. Eluen Polar
Dibuat 20 ml dengan perbandingan :
Etil asetat : Heksan : Air
9:2:1
Etil asetat : 9/12 X 20 ml = 15 ml
Heksan : 2/12 X 20 ml = 3,3 ml
Air : 1/12 X 20 ml = 1,6 ml
Dicampurkan 15 ml etil asetat , 3,3 ml heksan dan 1,6 ml
air dalam gelas kimia.
b. Eluen Nonpolar
Dibuat 10 mL dengan perbandingan :
Heksan : Etil asetat
9:1
Heksan : 9/10 X 10 ml = 9 ml
Etil asetat : 1/10 X 10 ml = 1 m
Dicampurkan 9 ml heksan dan 1 ml etil asetat dalam gelas
kimia
c. Dibuat perbandingan eluen yang lain
III.1.2 Bahan
1. Asam Sulfat 10 %
2. HCl 2 N
3. NH4OH
4. NaCl
5. FeCl3
6. Pereaksi Dragendorf
7. Pereaksi Liebermann
8. Pereaksi Wagner
9. Aquadest
10. Heksana
11. Eter
12. Serbuk Mg
13. Tisu
14. Handscoon
15. Masker
III.1.3 Sampel
1. RimpangKunyit (Curcumadomestica Rhizoma)
2. Daun Kelor (Moringa oleifera Folia)
3. Akar Biduri (Calotropis gigantea Radix)
III.3 Cara Kerja
Botol vial
Eluen
Chamber
- Ditotol masing-masing
Fraksi n-
heksan
Fraksi etil
asetat
Fraksi air
Fraksi n-
heksan
Fraksi etil
Fraksi air
Fraksi etil
Fraksi air
Fraksi air
0,5 cm
Rf 1= =0,071
7 cm
1,5 cm
Rf 2= =0,21
7 cm
4 cm
Rf 3= =0,57
7 cm
5,5 cm
Rf 4= =0,78
7 cm
6 cm
Rf 5= =0,85
7 cm
6,5 cm
Rf 6= =0,92
7 cm
IV.3 Pembahasan
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah metode yang digunakan untuk
analisis kualitatif campuran senyawa yang banyak digunakan.KLT
merupakan metode konvensional selain kromatografi kertas.KLT
memiliki kelebihan tertentu dari pada kromatografi kertas yaitu
fleksibilitas, kecepatan dan sensitivitas yang lebih baik (Nasyanka. 2020).
Prinsip dalam percobaan ini yaitu nenggunakan teknik atau metode KLT
atau kromatografi yaitu absorbs dan partisi serta memiliki fase yakni fase
gerak dan fase diam. Pada prinsip absorbdi yakni penyerapan eluen
terhadap lempeng silica gel termasuk dalam fase gerak. Dikatakan fase
gerak yakni karena eluen bergerak naik sampai batas eluen pada lempeng.
Sedangkan prinsip pada partisi yaitu pemisahan noda yang dihasilkan
pada lempeng yakni menggunakan fase diam yaitu lempeng hanya diam
satu tempat tanpa harus di gerakkan.
Pada identifikasi ekstraksi kunyit yaitu di siapkan alat dan bahan, lalu
diambil ekstrak kunyit dan dibuat eluen dengan perbandingan n-heksan
dan etil 9 : 1, etil dan h-heksan 9 : 1, etil, n-heksan dan air yaitu 9 : 2 : 1.
Kemudian dimasukkan ekstrak kunyit dalam vial. Kemudian digojok dan
diotol ekstrak pada plat KLT. Setelah itu, plat KLT dimasukkan dalam
chamber lalu disemprotkan plat KLT dengan H 2SO4 dan difiksasi di atas
hot plate. Diamati menggunakan lampu UV ukuran 254 nm dan 366 nm.
Begitu pula untuk cara kerja pada identifikasi ekstrak daun kelor dan akar
biduri hanya saja berbeda pada perbandingan pelarutnya itu, pada ekstrak
kelor menggunakan perbandingan pelarut n-heksan dan etil 9 : 1, etil dan
n-heksan 3 : 7, n-heksan, etil dan air 9 : 2 : 1. Sedangkan untuk
identifikasi ekstraksi akar biduri yaitu, perbandingan n-heksan dan etil 1 :
4, etil dan n-heksan 9 : 1, n-heksan, etil dan air 2 : 9 : 1.
Alasan digunakan etanol sebagai pelarut ekstrak yaitu etanol memiliki
fungsi sebagai pelarut yang dapat melarutkan ekstrak dari sampel yang
digunakan sehingga pada saat ditotol di plat KLT dapat terserap dengan
baik. Alasan digunakan lampu UV 254 nm untuk melihat frekuensi pada
lempeng.
Pelarut polar adalah senyawa yang memiliki rumus umum R-OH dan
menunjukkan adanya atom hidrogen yang menyerang atom elektronegatif
(oksigen). Contoh pelarut polar diantaranya air, metanol, etanol dan asam
asetat. Pelarut semipolar adalah pelarut yang memiliki molekul yang tidak
mengandung ikatan O-H. Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang
lebih rendah dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik digunakan
untuk melarutkan senyawa-senyawa yang juga bersifat semipolar dari
tumbuhan. Contoh pelarut semipolar adalah aseton, etil asetat. Pelarut
nonpolar merupakan senyawa yang memilki konstanta dielektrik yang
rendah dan tidak larut dalam air. Pelarut ini baik digunakan untuk menarik
senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar seperti
minyak. Contoh pelarut nonpolar adalah heksana, kloroform dan eter
(Darusman, dkk., 2016).
Eluen yang baik untuk sampel yang kita gunakan yaitu etil asetat yang
merupakan pelarut non polar ataupun smei polar karena dari eluen
tersebut di dapat fase gerak yang baik dibandingkan dengan eluen yang
lain. Hal ini telah sesuai dengan Forestryna (2020), Etil asetat diperoleh
pemisahan yang baik dikarenakan noda memisah dengan jelas dengan
semakin non polarnya sifat eluen. Noda yang diperoleh akan semakin
banyak sebanding dengan sifat ke non polaran dari eluen yang digunakan.
Pemilihan etil asetat karena dapat memisahkan senyawa non polar,
semipolar maupun polar, sehingga bercak hasil elusi dapat diidentifikasi
golongan senyawanya. Eluen yang baik ialah eluen yang bisa memisahkan
senyawa dalam jumlah yang banyak yang ditandai dengan munculnya
noda.
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu, seorang farmasis dapat mengetahui cara
ekstraksi menggunakan KLT dan juga dapat mengetahui cara kerja serta
prinsipkerja dari alat KLT dan mengetahui apa itu fase diam dan fase gerak.
hal inilah yang melatarbelakangi percobaan ini dilakukan.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakuakn dapat disimpulkan bahwa:
1. Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu metode analisis yang
digunakan untuk memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat
dan sederhana. Primsipnya didasarkan atas partisi dan absorpsi.
2. Hasil yang diperoeh pada nilai Rf yang dihasilkan yaitu kebanyak dari
yang paling kecil yaitu 0,05 dan yang paling besar yaitu 0,92 dari ketiga
sampel yang di identifikasi.
V.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya yaitu sebaiknya praktikan dapat
memperhatikan dengan baik dalam perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA
Nasir., S. dkk (2017). Pemanfaatan ekstrak biji kelor (Moringa oleifera) untuk
pembuatan bahan bakar nabati. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
Perina., I. dkk. (2017). ekstraksi pectin dari berbagai macam kulit jeruk.widya
teknik vol 6 no 1