Anda di halaman 1dari 22

Makalah

“VARIABILITAS”
(Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Evolusi
oleh dosen pengampuh Dr. Frida Maryati Yusuf, M.Pd)

Disusun oleh:

MOHAMMAD IQBAL (431419018)


Kelas A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan secara baik.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya Saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Makalah dengan judul “VARIABILITAS ” disusun dengan maksud
untuk membantu dalam proses belajar para mahasiswa. Saya sangat menyadari
bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnan, karena itu harapan
saya agar makalah ini dapat memenuhi tujuan dan bermanfaat bagi pembaca.
Saran dan kritik sangat saya harapan untuk menyempurnakan makalah ini.

Gorontalo, 15 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian variabilitas..........................................................................................3
2.2 Faktor-faktor timbulnya variabilitas terkait evolusi.............................................12
2.3 Kemampuan organisme untuk beradaptasi di lingkungan yang berbeda.............12
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan..............................................................................................................19
3.2 Saran.....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evolusi merupakan perubahan pada sifat yang terwariskan pada suatu
populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan ini
disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama, yaitu variasi, reproduksi, dan
seleksi. Sifat yang menjadi dasar evolusi dibawa oleh gen yang diwariskan
kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam
suatu populasi.
Variabilitas (keanekaragaman) merupakan faktor utama dari
evolusi.Variabilitas yang terdapat dalam populasi bisa disebabkan karena
pengaruh lingkungan, yaitu karena kondisi tempat tinggal organisme tersebut
tidak seragam dan konstan. Lingkungan sering mengaburkan sifat genetik
yang dimiliki oleh suatu organisme, sedangkan variabilitas genetik yaitu
keragaman yang disebabkan karena perbedaan genetik akibat adanya segregasi
dan interaksi dengan gen lain. Variabilitas genetik menunjukkan kriteria
keanekaragaman genetik. Variabilitas genetik yang luas merupakan salah satu
syarat efektifnya program seleksi, dan seleksi suatu karakter yang
diinginkan akan lebih berarti apabila karakter tersebut mudah diwariskan
(Safuan, et al.,2014)
Karakteristik yang bervariasi pada makhluk hidup dalam suatu populasi
bisa dilihat dari kenampakan morfologi (fenotipe) maupun yang lebih dalam
lagi adalah variasi secara molekuler yang berkaitan dengan variasi di dalam
protein dan bahan genetik (DNA).Baik variasi di dalam DNA, protein dan
fenotipe dari suatu individu telah diketahui sebenarnya berkaitan erat.Bahan
genetik yang terdapat di dalam sel melalui transkripsi dan translasi
diekspresikan informasinya dalam beberapa bentuk terutama rangkaian asam
amino (polipeptida) yang mempunyai berbagai fungsi di dalam metabolisme
tubuh (Handiwirawan, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan variabilitas dalam?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab timbulnya variabilitas terkait evolusi ?

3. Bagaimana kemampuan organisme untuk beradaptasi di lingkungan yang


berbeda?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahuiapa yang di maksud dengan variabilitas
2. Mahasiswa dapat mengetahuiapa saja faktor-faktor penyebab timbulnya
variabilitas terkait evolusi
3. Mahasiswa dapat mengetahuibagaimana kemampuan organisme untuk
beradaptasi di lingkungan yang berbeda?
BAB II
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian variabilitas
Evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan
suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-
perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi,
reproduksi, dan seleksi. Suatu individu tidak dapat mengalami evolusi ,
hanyalah suatu populasi  yang dapat mengalami hal tersebut. Komposisi
genetik  dari suatu individu  sudah ditentukan semenjak terjadinya fertilisasi,
yakni persatuan antara spermatozoid dengan sel sel telur. Kebanyakan dari
perubahan sepanjang hidupnya ialah suatu perubahan  dialam eksperesi dari
potensi pertumbuahan yang terkandung didalam gen. Didalam populasi , baik
komposisi genetik  maupun dari potensi pertumbuhan dapat berubah.
Perubahan komposisis genetik populasi adalah evolusi.
Keanekaragaman merupakan faktor utama dari evolusi. Meskipun
prosesnya diketahui pada masa dikemukan oleh lamarck  dan darwin, tanpa ada
variasi (kenanekaragaman), evolusi tiadak akan terjadi , dialam ada faktor yang
bekerja  untuk memepertahankan keutuhan suatu jenis. Bila ada secara sendiri
maka kedua faktor  tersebut seakan-akan bertentangan dengan kedua faktor 
tersebut bekerja secara harmonis (Zaifbio, 2009).
Teori evolusi modern berpandangan bahwa sifat-sifat benda hidup
berubah dengan bertambahnya waktu dan perubahan ini diarahkan oleh seleksi
alam.Perubahan pada individu sepanjang hidupnya menyangkut suatu populasi
dalam beberapa generasi.bSuatu individu tidak dapat dikatakan mengalami
evolusi, tetapi populasilah yang mengalami hal tersebut.perubahan yang
diperoleh individu adalah perubahan dalam ekspresi dari potensi pertumbuhan
yang dikandung gen yang dibawa. Di dalam populasi baik komposisi maupun
ekspresi dari potensi pertumbuhan dapat mengalami pertumbuhan.Perubahan
komposisi genetis inilah yang disebut evolusi.
2.2 Faktor-faktor penyebab timbulnya variabilitas terkait evolusi

Faktor-faktor yang mempengaruhi evolusi sekaligus mempengaruhi


variabilitas adalah sebagai berikut.
1. Variasi Genetik
Dalam populasi terdiri dari sejumlah individu tetapi tidak ada dua individu
yang serupa. Perbedaan ini akan tampak dengan nyata atau tidak nyata. Jika
terjadi suatu seleksi untuk menentukkan beberapa varian dan seleksi
menguntungkan untuk varian lain yang lain di dalam populasi, maka komposisi
itu dapat berubah dengan berjalannya waktu sebab sifat populasi itu di tentukan
oleh individu yang ada di dalamnya. Adanya variasi tersebut dapat diterangkan
secara fenotip dan genetik.
2. Variasi Fenotip
Variasi fenotip dalam populasi dapat menyebabkan adanya seleksi
(reproduksidiferensial) antar individu.Variasi ini belum tentu menunjukkan
adanya perbedaan- perbedaan secara genetis.Variasi yang disebabkan berbagai
keadaan luar dalam waktu pertumbuhan dapat dikenal oleh seleksi natural.
Aksi seleksi natural pada segala macamvariasi dapat mengubah susunan suatu
populasi dalam rentang waktu yang tidak lama,namun sebaliknya aksi pada
variasi yang mencerminkan perbedaan-perbedaan genetismempunyai pengaruh
jangka panjang. Jadi variasi yang memang benar-benar fenotipik bukanlah
bahan baku dalam evolusi (Widodo,dkk.2003).
Satu hal yang terdapat dalam variasi genetik, namun tidak berguna sebagai
bahan baku evolusi, yaitu variasi yang disebabkan mutasi somatic. Mutasi
penting dapat terjadi pada sel-sel ectoderm embrio muda dari suatu hewan. Sel-
sel hasil diferensiasisel yang mengalami mutasi ini akan diturunkan dalam
rentang pertumbuhan dan perkembangan individu ini. Hasil dari mutasi ini
akan berpengaruh pada system syaraf,namun mutasi ini tidak akan diturunkan
kepada generasi berikutnya sebab mutasi initidak terjadi pada sel kelamin. Sel
ectoderm bukanlah sel yang akan menjadi gamet.Sehingga, seleksi yang
dihasilkan mutasi somatic tidak dapat menghasilkan suatu perubahan secara
evolusi pada makhluk hidup yang berkembang biak secara
seksual(Widodo,dkk.2003).
3. Variasi Genotip
Evolusi menyangkut sifat genetis suatu populasi, bukannya sifat-sifat
individu.Alela baru selalu timbul dari adanya variasi.Sekali terbentuk suatu
variasi dari berbagaimacam alela, rekombinasi merupakan suatu mekanisme
yang memberikan variasigenetic yang tidak terhingga pada suatu
populasi.Variasi sebagai hasil meiosis danrekombinasi pada vertilisasi
organism merupakan factor yang sangat penting. Pindahsilang, translokasi,
aberasi kromosom merupakan rekombinasi berikutnya(Widodo,dkk.2003).
Untuk mengetahui keanekaragaman, harus memulai dari struktur yang
sangatkecil, tetapi sangat penting dalam penentuan factor keturunan.Struktur
tersebut adalahDNA. DNA terdiri dari empat macam asam nukleat, yaitu
Adenin (A), Sitosin (C),Guanin (G), dan Timin (T). asam terakhir pada RNA
diganti oleh Urasil (U) keempat macam asam nukleat akan membentuk 20
macam asam amino esensial. Kombinasi tigadari keempat asam nukleat akan
membentuk asam amino yang dikenal dengan tripletkodon atau kode genetic
(Widodo,dkk.2003).
Jika ada dua macam asam nukleat yang membentuk satu asam amino,
makahanya akan diperoleh 16 macam kombinasi untuk 16 asam amino,
sehingga tidak akanditemukan empat macam asam amino essensial yang lain.
Dengan tiga kombinasi, makaakan diperoleh 64 macam kemungkinan.Ternyata
tiap satu macam asam amino dikodeoleh sekitar tiga macam kombinasi. Ada
asam amino yang dikode oleh satu kombinasi,sedangkan ada asam amino yang
dikode oleh enam macam kombinasi. Dengandemikian maka suatu asam amino
dapat dihasilkan lebih banyak, bukan saja karenakode tersebut terdapat
berulang-ulang tetapi karena adanya lebih banyak kemungkinan(probability).
Adanya satu kode genotip atau lebih belum dapat menerangkan
terjadinyakeanekaragaman. Variasi genetic adalah satu-satunya kemungkinan
yang dapatmenerangkan proses evolusi. Secara genetis, variasi dapat timbul
akibat mutasi(Widodo,dkk.2003).
2.3 Kemampuan organisme untuk beradaptasi di lingkungan yang berbeda
Untuk dapat memahami hal tersebut kita harus mulai dari salah satu
struktur yang paling kecil, tetapi sangat penting dalam penentuan
keturunan.Struktur tersebut adalah DNA. DNA terdiri dari empat macam asam
nukleat yaitu Adenin (A), Sitosin (C), Guanin (G), dan Timidin (T). Asam
terakhir pada RNA diganti oleh Urasil (U).Keempat macam asam nukleat
membentuk 20 macam asam amino essensial. Kini diketahui bahwa kombinasi
dari keempat macam asam nukleat akan membentuk satu asam amino.
Kombinasi ini dikenal dengan triplet kodon atau kode genetik (Widodo, dkk.,
2003).
Jika ada 2 macam asam nukleat yang membentuk satu asam amino,
maka hanya diperoleh 16 macam kombinasi untuk 16 asam amino sehingga
tidak akan ditemukan 4 macam asam amino essensial lain. Dengan tiga
kombinasi maka akan diperoleh 64 macam kemungkinan. Ternyata secara
umum, tiap satu asam amino dikode oleh sekitar 3 macam kombinasi.Ada asam
amino yang dikode oleh satu kombinasi, sedangkan ada asam amino dikode
oleh 6 macam kombinasi. Dengan demikian maka suatu asama amno dapat
dihasilkan lebih banyak, bukan saja karena kode tersebut terdapat berulang-
ulang tapi karena ada lebih banyak kemungkinan (probability) (Widodo, dkk.,
2003).
A. Tipe mutasi substitusi
Mutasi merupakan sumber utama dari semua variasi genetik dan
merupakan hal yang esensial dalam evolusi melalui seleksi alam karena
sebagian besar genom makhluk hidup terbentuk oleh mutasi dan aliran gen
yang acak (Barton, 2010). Suatu mutasi merupakan perubahan dalam materi
genetik suatu organisme yang dapat diwariskan kepada keturunannya.Mutasi
dapat merubah suatu gen, sehingga dapat mengahsilkan suatu alel yang baru
atau mempengaruhi struktur dan ekspresi gen tergantung pada lokasi tempat
mutasi tersebut terjadi (Lewis-Rogerset al. 2004).
Snustad et al. (2012) menyatakan bahwa mutasi yang meliputi
perubahan pada suatu area yang spesifik pada suatu gen disebut mutasi titik.
Mutasi titik meliputi susbstitusi sepasang basa dengan pasagan basa yang lain,
insersi, atau delesi salah satu dari beberapa pasangan nukleotida pada suatu
area spesifik pada gen tertentu.
Mutasi titik melipuri tiga tipe, yaitu transisi, transversi, dan frameshift
mutation.Mutasi transisi yaitu substitusi basa purin dengan purin dan pirimidin
dengan pirimidin.Mutasi transversi adalah substitusi basa purin dengan
pirimidin dan pirimidin dengan purin; sedangkan frameshift mutation adalah
penambahan atau delesi satu atau dua pasang basa nukleotida yang merubah
reading frame dari gen tersebut (Snustad et al. 2012).

1. Rekombinasi genetik
Seleksi alam dipandang sebagai kekuatan alam yang berperan paling
besar dalam proses evolusi, namun seleksi alam hanya menyeleksi berdasarkan
variasi yang sudah ada dalam suatu populasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa
seleksi alam tidak menciptakan variasi genetik yang baru.Sumber variasi
genetik di alam datang dari mutasi dan kombinasi baru dari alel yang ada
melalui rekombinasi (Snustad, et al. 2012).
Rekombinasi adalah pembentukan molekul DNA baru dari dua molekul
DNA parental atau segmen yang berbeda dari molekul DNA yang sama.
Transposisi merupakan bentuk rekombinasi yang sudah terspesialisasi. Pada
peristiwa trasposisi, satu segmen DNA berpindah dari satu lokasi ke lokasi
yang lain baik dalam satu kromosom atau menuju kromosom yang berbeda
(Lewis-Rogers, et al. 2004).
Rekombinasi melibatkan penyusunan kembali materi genetik dengan
cara menggabungkan fragmen-fragmen DNA yang terpisah melalui
memutuskan dan menyambungkan untai DNA. Rekombinasi biasanya berawal
dari pemisahan untai tunggal atau ganda DNA, dan proses ini diperlukan untuk
perbaikan DNA dan pemisahan kromosom selama meiosis. Antara rekombinasi
dan mutasi tidak ada hubungan kecuali kedua peristiwa tersebut menimbulkan
perubahan materi genetik dan merubah fenotip (Lewis-Rogers, et al. 2012).
8

Ada empat tipe rekombinasi, yaitu rekombinasi homolog, site-specific


recombination, transposition dan transfer untai DNA (strand transfer) (Gambar
2).Rekombinasi homolog adalah pertukaran resiprokal dari materi genetik
antara dua sekuen DNA homolog yang dapat bergabung, sejajar,
berpindahsilang dan bertukar informasi genetik.Site-specific
recombinationmelibatkan pindah silang antara sekuen pendek sinyal
rekombinasi yang merupakan sekuen DNA untai ganda yang spesifik yang
memungkinkan insersi DNA asing dari virus lisogenik atau transposon ke
dalam kromosom inang. Transposisi adalah proses insersi suatu copy elemen
transposabel pada lokasi yang baru. transposisi dapat juga dikatakan sebagai
pertukaran DNA antar kromosom. Virus RNA menggunakan tipe lain dari
rekombinasi yang disebut copy choice atau strand transfer. Dalam hal ini,
polimerase berpindah tempat dari satu untai DNA template ke DNA template
lain sehingga copy DNA yang dihasilkan merupakan hasil percampuran dari
DNA parental (Lewin, 1997).

Menurut Awadalla (2003), mengukur efek rekombinasi sangat penting


untuk memahami bagaimana keanekaragaman genetik terbentuk dan bertahan
dalam populasi, mengetahui landasan genetik suatu penyakit dan untuk
mempelajari evolusi virulensi dan patogenitas pada bakteri dan virus.
2. Peran rekombinasi dalam proses evolusi
Pindah silang bersama kombinasi bebas menghasilkan kombinasi gen
baru. Seleksi alam akan mempertahankan kombinaasi-kombinasi yang sesuai.
Rekombinasi merupakan variasi genetik disamping alternatif lain. Peran
rekombinasi lainnya yaitu evolusi mekanisme-mekanisme yang mendorong
pertukaran materi genetik antar individu benar-benar nyata pada seluruh
organisme (mulai prokariot hingga eukariot) (Klug, et al. 2012)
Rekombinasi akan memungkinkan sel memperbaiki urut-urutan
nukleotida yang hilang saat molekul DNA mengalami kerusakan akibat radiasi
atau senyawa kimia. Penggantian urutan dilakukan dengan mengganti bagian
yang rusak dengan sepenggal unting DNA dari kromosom homolognya. DNA
yang terlibat dalam rekombinasi umumnya berupa molekul-molekul berbeda
yang mempunyai suatu daerah homolog dengan urutan nukleotida yang sangat
mirip.Molekul-molekul homolog berdampingan dan berinteraksi melalui
pertukaran bagian-bagian polinukleotida identik yang dikatalisasi enzim
endonuklease. Rekombinasi juga dibantu dengan adanya pergeseran unting
yang menyebabkan terjadinya peristiwa pindah silang. Percabangan pindah
silang menghasilkan suatu heteroduplex.Pada heterodulex polinukleotida yang
terputus ditutup enzim ligase DNA. Selanjutnya unting-unting ditukar melalui
migrasi cabang (Lewis-Rogerset al. 2004)
Jika rekombinasi tidak terjadi, maka suatu alel mutan perusak akan
menyebabkan keseluruhan kromosom tereliminasi dari populasi. Namun,
dengan rekombinasi, alel mutan tersebut dapat terpisah dari gen lain dalam
kromosom. Kemudian seleksi negatif dapat menghilangkan alel yang tidak
sempurna dari suatu gen dari populasi sekaligus mempengaruhi frekuensi alel
yang terpaut pada gen mutan. Hal ini, dapat menjaga ukuran target untuk
mutasi masih dalam lingkup gen, bukan keseluruhan kromosom (Klug et al.
2012).

Mutasi
Mutasi merupakan sumber dari semua variasi genetik, dan menjadi
bahan dari evolusi.Kemampuan organisme untuk beradaptasi pada perubahan
lingkungan tergantung pada adanya variasi genetik pada populasi alami dan
variasi genetik yang sebagian dihasilkan oleh mutasi.Akan tetapi, mutasi juga
memliki efek yang berbahaya dan mutasi juga merupakan sumber dari berbagai
penyakit (Pierce, 2012).
Berdasarkan macam sel yang mengalami mutasi dikenal adanya mutasi
somatic dan mutasi germinal.Mutasi germinal disebut juga mutasi germ line
yaitu mutasi gametik yang terjadi pada sel - sel germinal.Sedangkan mutasi
somatik terjadi pada sel sel somatic.Akibat mutasi somatik pada hewan
(termasuk manusia) hingga saat ini belum dapat diwariskan sedangkan pada
tumbuhan (misalnya tumbuhan dikotil) mutasi somatic dapat diwariskan
melalui reproduksi aseksual maupun seksual.Mutasi germinal, akibat mutasi
yang dominan dapat segera terekspresi pada keturunan.Sebaliknya jika akibat
mutasi germinal itu bersifat resesif, efek mutasinya tidak terdeteksi (sekalipun
sudah terwariskan) karena kondisi heterozigot. Jika mutasi germinal itu terjadi
pada sebuah sel gamet spermatozoa atau ovum, maka hanya satu turunan saja
yang dapat mewarisi gen mutan tersebut jika gamet tersebut terlibat pada
proses fertilisasi tetapi jika yang mengalami mutasi itu adalah satu sel
spermatogonium atau satu oogonium maka beberapa gamet akan mewarisi gen
mutan itu (pada satu putaran meiosis) (Pierce, 2012).
Mutasi Kromosom
Mutasi kromosom dibagi menjadi dua macam yaitu berupa perubahan
struktur kromosom dan perubahan jumlah kromosom. Perubahan struktur
kromosom yang merupakan mutasi kromosom dapat berupa perubahan jumlah 14
gen dan perubahan lokasi gen. Perubahan jumlah gen terjadi karena delesi dan
duplikasi sedangkan perubahan lokasi gen terjadi karena inversi dan
translokasi. Macam mutasi kromosom yang menyebabkan terjadinya
perubahan jumlah kromosom adalah fusi sentrik, fisi sentrik, aneuploidi, serta
monoploidi maupun poliploidi (Pierce, 2012).
Gambar: Mutasi Kromosom Terdiri Atas Chromosome Rearrangements, Aneuploids,
dan Polyploids.Duplikasi, trisomi, dan autotriploidi merupakan contoh dari
masing-masing kategori mutasi kromosom (Pierce, 2012).
Delesi adalah suatu aberasi kromosom (mutasi kromosom) berupa
proses perubahan struktural yang berakibat hilangnya suatu segmen materi
genetic dari suatu kromosom. Jika delesi terjadi dibagian ujung kromosom
maka disebut delesi terminal, sedangkan bila delesi terjadi bukan di ujung
kromosom maka disebut delesi interkalar.
Delesi terjadi akibat pemutusan kromosom yang diinduksi oleh faktor
penyebab seperti panas, radiasi, virus, serta senyawa kimia atau bahkan oleh
kesalahan pada enzim rekombinasi.Deteksi delesi dapat terjadi dengan bantuan
analisis kariotipe, jika bagian kromosom yang mengalami delesi cukup besar,
sehingga dapat terlihat ketika kromosom homolog disandingkan.Deteksi delesi
juga dapat dilakukan dengan bantuan pengamatan tentang ada tidaknya
lengkungan disaat kedua kromosom homolog berpasangan (Klug, dkk. 2012).
Contoh delesi yang telah dilaporkan adalah Drosophila dan
manusia.Delesi pada Drosophila tersebut mengakibatkan efek Notch.Fenotip
dari notch dapat terlihat dengan adanya lekukan sayap pada tepi
posterolateral.Sedangkan pada manusia contoh delesi yang terkenal adalah
yang menimbulkan sindrom Cri-du-chat.Delesi penyebab hal itu bersifat
heterozigot. Mutan Notch pada Drosophila tersebut terpaut kromosom kelamin
X bersifat letal pada kondisi homozigot (betina) dan hemizigot (jantan), jadi
hanya pada individu betina heterozigot saja yang ditemukan fenotip mutan
seperti tersebut. Berkenaan mutan Notch pada Drosophila tersebut sudah
diketahui bahwa pada mutan w (white)akan berperilaku sebagai mutan
dominan jika mutan Notch ada pada kromosom homolognya. Sebenarnya
selain gen mutan w, gen resesif lain yang berada di sekitar loksi w juga
homoognya. fenomena gen-gen mutan resesif sebagaimana layaknya gen
mutan dominan semacam itu disebut sebagai psedodo-minansi.
Psedodominansi tersebut karena gen-gen mutan resesif itu terekspresi sendiri,
lokus-lokus pasangan pada kroosom homolognya tidak ada lagi akibat telah
mengalami delesi.Dalam hubungan inilah psedodominansi merupakan suatu
tanda adanya delesi (Pierce, 2012).

Gambar : Tipe Dasar dari Mutasi Chromosome Rearrangement meliputi


Duplikasi, Delesi, Inversi dan Translokasi (Pierce, 2012).
Duplikasi adalah aberasi kromosom yang terjadi karena keberadaan
suatu segmen kromosom yang lebih dari satu kali pada kromosom yang sama.
Jika segmen yang mengalami duplikasi itu berurutan maka disebut duplikasi
tandem. Jika sebaliknya disebut reverse tandem, dan jika duplikasi terletak di
ujung kromosom maka disebut duplikasi terminal. Satu contoh duplikasi adalah
yang menimbulkan mata Bar pada D. melanogaster.Individu D. melanogaster
yang bermata Bar memiliki mata serupa celah akibat berkurangnya faset mata.
Pewarisan sifat mata Bar ini memperlihatkan ciri semi dominan. Duplikasi
yang menimbukan mata Bar terjadi atas segmen kromosom 16 A dari
kromosom X.
Gambar : Fenotip Bar pada D. melanogaster merupakan hasil dari duplikasi
yang terpaut kromosom X (X-linked duplication) (Pierce, 2012).
Inversi merupakan mutasi kromosom sebagian dari suatu kromosom
memiliki lokus gen-gen yang urutannya terbalik bila dibandingkan dengan
urutan lokus gen-gen pada kromosom normalnya.Inversi menyebabkan suatu
segmen dari kromosom terbalik 180 derajat.inversi juga dapat menyebabkan 17
beberapa gen rusak dan dapat memindahkan gen lain pada lokasi yang baru.
Adapun translokasi merupakan peristiwa pemindahan suatu bagian dari sebuah
kromosom ke bagian dari kromosom lain yang bukan homolognya (Pierce,
2012).
Penggabungan (fusi) kromosom dan pemisahan (fisi) kromosom
kadang-kadang disebut sebagai perubahan Robertson atau Robertsonium
changes.Fusi kromosom terjadi jika dua kromosom homolog bergabung
membentuk satu kromosom sedangakn fisi terjadi bila satu kromosom terpisah
menjadi dua.Robersonium translocation merupakan suatu tipe translokasi
nonresiprok yang berakibat bergabungnya lengan-lengan panjang dari dua
kromosom akrosentrik (pada penggabungan tersebut hanya sentromer yang
disertakan).Satu contoh Robersonium translocation itu adalah yang
menimbulkan kelainan Familial Down Syndrome yang telah dikemukakan
sebelumnya.Pada translokasi nonresiprok itu lengan panjang kromosom 14.
Perkembangan selanjutnya individu semacam itu (fenotipe normal) akan
berperan sebagai carrier akan memunculkan kelainan familial down syndrome
di saat kawin dengan pasangan normal (Pierce, 2012).
3. Aneuploidi
Aneuploidi adalah kondisi abnormal yang disebabkan oleh hilangnya
satu kromosom atau lebih pada sesuatu pasang kromosom, atau yang
disebabkan oleh bertambahnya jumlah kromosom pada suatu pasang
kromosom dari jumlah yang seharusnya.Aneuploidi dibedakan menjadi
nullisomi, monosomi, trisomi, tetrasomi pentasomi, dan sebagainya. Pada
nullisomi kedua kromosom dari suatu pasangan kromosom hilang , jumlah
kromosom secara keseluruhan dinyatakan sebagai 2n - 2 jika nullisomi tersebut
hanya terjadi pada satu pasangan kromosom. Pada monosomi hanya satu
kromosom dari suatu pasangan kromosom yang hilang, jumlah kromosom
secara keseluruhan dinyatakan sebagai 2n - 1 (jika monosomi hanya terjadi
pada satu pasang kromosom).Pada triosomi jumlah kromosom sesuatu
pasangan kromosom bertambah satu, jumlah kromosom secara keseluruhan
dinyatakan sebagai 2n (jika trisomi hanya terjadi pada satu pasangan
kromosom). Aneuploidi dapat terjadi dari segregasi yang abnormal (ada
peristiwa gagal perpisah) pada saat meiosis (Klug, dkk., 2012). Secara umum
tetrasomi, pentasomi dan seterusnya lebih jarang dijumpai dibanding
trisomi.Individu-individu monosomik maupun nulisomik sering tidak dapat
hidup.Namun demikian individu monosomik sudah ditemukan pada tanaman
gandum Triticum aestivum.Sudah disebutkan bahwa pada manusia sudah
ditemukan contoh-contoh aneuploidi baik nullisomi, monosomi, trisomi, dan
seterusnya (Pierce, 2012).
Sindrom down yang disebut juga mongolism disebabkan oleh pada
kromosom 21, Sindrom down tersebut dilaporakna pada abad ke 19.Penderita
Sindrom downmengalami keterbelakangan mental parah, mempunyai
abnormalitas telapak tangan, raut wajah yang khas, serta tinggi badan dibawah
rata-rata. Para penderita ini mencapai umur rata-rata 16 tahun, sekalipun ada
pula yang dapat mencapai usia dewasa, jarang mempunyai turunan. Sindrom
palau disebabkan oleh trisomi pada kromosom 13. Para penderita sindrom ini
mempunyai bibir sumbing serta langai-langit terbelah, demikian pula
menderita cacat mata, otak, serta kardiofaskuler yang parah. Sindrom Edwards
juga disebabkan oleh trisomi, yaitu pada kromosom 18. Pada penderita ini
mengidap malformasi pada hanya tiap sistem organ.
4. Poliploidi
Poliploidi terjadi karena penggandaan perangkat kromosom secara
keseluruhan.Dalam hal ini dari individu-individu tergolong diploid dapat
muncul turunan yang triploid maupun tetraploid.Polipoidi juga dapat
menghasilkan individu-individu yang pentaploid, heksaploid, dan seterusnya.
Fenomena poliploidi lebih sering dijumpai pada spesies-spesies
tumbuhan dibandingkan spesies-spesies hewan.Dalam hubungan jarang
dijumpai fenomena poliploidi di kalangan hewan, berikut ini dikemukakan
beerapa alasan atau penjelasan.
1. Poliploidi mengganggu keseimbangan antara autosom dan kromosom kelamin
yang bermanfaat untuk determinasi kelamin.
2. Kebanyakan hewan melakukan fertilisasi silang dalam hal suatu individu
poliploid yang baru terbentuk tidak dapat bereproduksi sendiri.
3. Hewan memiliki perkembangan yang lebih kompleks yang dapat dipengaruhi
oleh perubahan yang disebabkan oleh poliploidi misalnya dalam kaitannya
dengan ukuran sel yang akhirnya mengubah ukuran organ.
4. Jika dikalangan tumbuhan, individu-individu poliploid sering timbul dari
duplikasi pada hibrid, tetapi dikalangan hewan hibrid-hibrid biasanya inviabel
atu steril.
Oleh karena poliploidi jarang dijumpi di kalangan hewan (misalnya
sebagai akibat hibrid atau turunan yang berbentuk bersifat inviabel), maka
deteksi fenomena tersebut pada kelompok hewan seringkali dilakukan melalui
telaah secara langsung dan spontan terhadap janin yang terabsorbsi.Jumlah
perangkat kromosom yang ganjil pada ploiploidi biasanya tidak bertahan dari
generasi ke generasi. Suatu makhluk hidup poliploidi yang mempunyai jumlah
kromosom-kromosom homolog yang tidak seimbang (tidak sama) memang
biasanya tidak menghasilkan gamet-gamet yang secara genetik seimbang
(Klug, dkk. 2012).
Poliploidi terkait dengan meiosis, informasi lain menyebutkan bahwa
poliploidi dapat terjadi akibat penyimpagan selama meiosis yang menghasilkan
gamet-gamet yang tidak mengalami reduksi. Dalam hal ini dikemukakan
bahwa jika suatu gamet yang tidak mengalami reduksi itu (misalnya pada
individu diploid) bergabung dengan suatu gamet normal (haploid) maka zigot
yang terbentuk tergolong triploid dan sebaliknya jika gamet-gamet yang
bergabung itu sama-sama tidak mengalami reduksi (pada individu diploid)
maka zigot yang terbentuk tergolong tetraploid (Pierce, 2012).
5. Monoploidi
Kejadian yang menyebabkan suatu makhluk hidup, misalnya yang biasa
tergolong diploid hanya mempunyai satu perangkat kromosom disebut
monoploidi.Kadang-kadang menoploidi disebut sebagai haploidi, tetapi istilah
terakhir biasanya digunakan khusus dikalangan sel-sel gamet. Monoploidi
jarang terjadi mungkin karena banyak individu monoploid tidak dapat hidup
akibat pengaruh gen mutan letal (termasuk yang resesif) (Klug, dkk., 2012).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Variabilitas genetik adalah ukuran bagi kecenderungan berbagai individu dalam
suatu populasi untuk memiliki genotipe yang berbeda-beda. Variabilitas dalam
suatu sifat (karakter) tertentu menggambarkan bagaimana sifat itu mampu
berubah-ubah untuk menanggapi pengaruh lingkungan dan genetic.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi evolusi sekaligus mempengaruhi variabilitas
adalah variasi genetik, variasi genotip, dan variasi fenotip.
3. Kemampuan organisme untuk beradaptasi pada perubahan lingkungan tergantung
pada adanya variasi genetik pada populasi alami dan variasi genetik yang
sebagian dihasilkan oleh mutasi. Mutasi terdiri dari mutasi gen dan mutasi
kromosom.
3.2 Saran

Melalui makalah ini penulis berharap agar pembaca dapat


mengembangkan maksud dari evolusi dan ikut berperan dalam menggali
evolusi dimuka bumi karena seperti yang kita tahu bahwa evolusi adalah
suatu hal yang belum jelas  dan dapat dibuktikan secara langsung, namun
janganlah dijadikan sebuah momen untuk berperang dalam memikirkan
karena akan menimbulkan perpecahan.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A, 2002.Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga
Fried, George., George J. Hademenos. 2005. Biologi Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga
Kimball. W. Jhon .2005 .Biologi .Jakarta: Erlangga
Setiadi, Agus. 1990. Pengantar Evolusi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Stansfield, Williams.,Raul Cano., Jeime Colome. 2006. Biologi Molekuler
dan Sel. Jakarta: Erlangga
Widodo, Umie Lestari, Mohammad Amin. 2003. Evolusi (Panduan Belajar,
Bahan Ajar, dan Panduan Asesmen). Malang: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek Peningkatan Manajemen Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai