Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi,
untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah
subhanahu wa ta'ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari
seluruh yang diharamkan.
Di antara maksiat lisan adalah mencaci seorang Muslim, melaknatnya, melecehkannya, dan
mengatakan setiap perkataan yang menyakiti hatinya tanpa ada sabab syar'i (alasan yang
dibenarkan oleh syariat).
Hadits ini menyebut perbuatan mencaci seorang Muslim sebagai kefasikan karena ia
tergolong dosa besar.
Sedangkan melaknat artinya adalah mencaci orang lain serta mendoakannya agar
dijauhkan dari kebaikan dan rahmat Allah. Seperti mengatakan: Semoga Allah melaknatmu,
semoga laknat Allah menimpamu, engkau terlaknat, atau engkau termasuk orang yang
pantas mendapat laknat Allah. Melaknat seorang Muslim hukumnya dosa besar.
ِ ) َلعْ نُ ْالمُْؤ م
ِن َك َق ْتلِ ِه ( ُم َّت َف ٌق َع َل ْي ِه
Mencaci dan melaknat saudara sesama Muslim bukanlah sifat seseorang Mukmin yang
sempurna imannya sebagaimana ditegaskan Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Bahkan dalam hadits lain, Baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan tegas
bersabda:
ُّاري َ اس َمنْ َت َر َك ُه ال َّناسُ َأ ْو َودَ َع ُه ال َّناسُ ا ِّت َقا َء فُحْ شِ ِه
ِ (ر َواهُ ْالب َُخ ِ )ِإنَّ َشرَّ ال َّن
Maknanya: "Sesungguhnya termasuk manusia yang paling buruk adalah seseorang yang
ditinggalkan orang lain karena takut akan perkataan keji dan kotornya," (HR al-Bukhari).
Sebaliknya, Mukmin yang baik adalah seorang mukmin yang orang lain selamat dari
gangguan lidah dan tangannya. Baginda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
)المُسْ لِ ُم َمنْ َسلِ َم ْالمُسْ لِم ُْو َن مِنْ ل َِسا ِن ِه َو َي ِد ِه ( ُم َّت َف ٌق َع َل ْي ِه
Maknanya: "Muslim yang sempurna imannya adalah seseorang yang orang Muslim lainnya
selamat dari gangguan lidah dan tangannya," (Muttafaqun ‘alaih).
Oleh karena itulah, mari kita jaga lidah kita. Jangan sampai menjadi sumber bencana bagi
diri kita sendiri maupun orang lain. Lidah bisa menjadi bencana bagi diri sendiri, karena jika
tidak hati-hati, ucapan-ucapan yang haram dan mengandung dosa akan meluncur dari lidah
kita. Imam al-Ghazali menuturkan: "Lidah adalah nikmat yang agung. Bentuknya kecil. Tapi
akibat yang ditimbulkannya bisa sangat besar,"
Hadirin. Dengan sebab lidah, seorang anak bisa bertengkar dengan kedua orang tuanya.
Dengan sebab lidah, bisa terjadi perceraian antara suami istri. Dengan sebab lidah,
kerusuhan dan huru-hara dapat meletus di mana-mana dan meluas ke mana-mana. Dengan
sebab lidah, seseorang bisa membunuh teman atau tetangganya.
Dengan sebab lidah, bisa saja terjadi kekacauan yang memporak-porandakan seluruh
penjuru negeri. Dan dengan sebab lidah, bisa jadi kita kehilangan sesuatu yang sangat
berharga bagi keutuhan sebuah negara, yaitu persatuan dan kesatuan.
Sangat benar apa yang disabdakan Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Maknanya: "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata
yang baik atau diam," (Muttafaqun 'alaih).
Suatu ketika, sahabat Abdullah bin Mas'ud radliyallahu 'anhu mendaki gunung Shafa.
Setelah tiba di puncaknya, beliau memegang lidahnya sembari berucap:
"Wahai lidah, ucapkanlah perkataan yang baik niscaya engkau beruntung. Diamlah dari
perkataan yang buruk niscaya engkau selamat. Lakukanlah itu sebelum engkau menyesal.
Sungguh aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َّ ُ(ر َواه
ُّالط َب َرانِي ِ )َأ ْك َثـ ُر َخ َطا َيا اب
َ ْن آدَ َم مِنْ ل َِسا ِن ِه
Maknanya: "Sebagian besar dosa dan kesalahan manusia itu bersumber dari lidahnya," (HR
ath-Thabarani).
Sahabat Nabi yang lain, Mu'adz bin Jabal radliyallahu 'anhu suatu ketika bertanya kepada
Baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Apakah kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kita bicarakan?" Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bertanya balik:
ُّ(ر َواهُ ال ِّتـرْ ِمذِي َ ار َع َلى وُ ج ُْوه ِِه ْم َأ ْو َع َلى َم َناخ ِِر ِه ْم ِإاَّل َح
َ صاِئ ُد َأ ْلسِ َنت ِِه ْم؟ َ ) َو َه ْل َي ُكبُّ ال َّن
ِ اس فِيْ ال َّن
َّ ُ(ر َواه
ُّالط َب َرانِي َ ك َأ ْو َع َلي
َ ْك َ ِب َل َ َّت َفِإ َذا َت َكل
َ مْت ُكت َّ ك َل ْم َت َز ْل َسالِمًا َما َس َك
َ )ِإ َّن
Maknanya: "Sesungguhnya engkau senantiasa selamat selagi diam, namun jika engkau
telah berbicara, maka ucapanmu akan bermanfaat bagimu atau membahayakanmu," (HR
ath-Thabarani).
Dalam sebuah peribahasa dikatakan: "Terlongsong perahu boleh balik, terlongsong cakap
tak boleh balik," Artinya perkataan yang tajam kerap kali menjadikan celaka diri dan tidak
dapat ditarik kembali.
Sebab itu jika orang hendak berucap, hendaklah dipikirkan lebih dahulu. Sangat penting
bagi kita untuk berpikir sebelum berucap. Berpikir sebelum berkomentar. Berpikir sebelum
menulis di medsos. Tulisan adalah salah satu dari dua lisan kita.
Jika baik dan bermanfaat, kita katakan atau kita tulis. Jika tidak ada manfaatnya atau
bahkan berpotensi menimbulkan keburukan, kekacauan dan kesalahpahaman, maka lebih
baik diam. Jika ada manfaat di satu sisi, namun ada pula mudaratnya di sisi yang lain, maka
kita mengikuti prinsip:
Maknanya: "Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka
)terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” (QS an-Nur: 24
Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat
dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.
Khutbah II
صلِّيْ َوُأ َسلِّ ُم َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ْالمُصْ َط َفىَ ،و َع َلى آلِ ِه َوَأصْ َح ِاب ِه َأهْ ِل ْال َو َفاَ .أ ْش َه ُد َأنْ اَّل ِإل َه ِإاَّل هللاُ َوحْ دَ هُ اَل َش ِري َ
ْك َلهُ، هلل َو َك َفىَ ،وُأ َ اَ ْل َحمْ ُد ِ
َوَأ ْش َه ُد َأنَّ َسيِّدَ َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ.ـ
صاَل ِة َوال َّساَل ِم َع َلى مْر َعظِ ي ٍْمَ ،أ َم َر ُك ْم ِبال َّهللا َأ َم َر ُك ْم ِبَأ ٍ هللا ْال َعلِيِّ ْال َعظِ ي ِْم َواعْ َلم ُْوا َأنَّ َ َأمَّا َبعْ ُدَ ،ف َيا َأ ُّي َها ْالمُسْ لِم ُْو َنُ ،أ ْوصِ ْي ُك ْم َو َن ْفسِ يْ ِب َت ْق َوى ِ
ص ِّل َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ٰ
صلُّوا َع َل ْي ِه َو َسلِّمُوا َتسْ لِيمًا ،اَللّ ُه َّم َ ِين آ َم ُنوا َ ون َع َلى ال َّن ِبيِّ َ ،يا َأ ُّي َها الَّذ َ َن ِب ِّي ِه ْال َك ِري ِْم َف َقا َلِ :إنَّ هَّللا َ َو َماَل ِئ َك َت ُه ي َ
ُصلُّ َ
آل َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َك َما اركْ َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َع َلى ِ آل َس ِّي ِد َنا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َب ِْت َع َلى َس ِّي ِد َنا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َع َلى ِ صلَّي َ آل َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َك َما َ َو َع َلى ِ
ْ
ت والمُْؤ ِم ِني َْن ْ ْ ْ ّ ٰ َ
ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد .الل ُه َّم اغفِرْ لِلمُسْ لِ ِمي َْن َوالمُسْ لِ َما ِ َّ َ ْ َ
آل َس ِّي ِدنا ِإب َْرا ِه ْي َم ،فِيْ ال َعال ِمي َْن ِإن َ َ َ َ ار ْك َ
ت َعلى َس ِّي ِدنا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلى ِ َب َ
ف ْالم ُْخ َتلِ َف َة َوال َّشدَ اِئدَ مْواتِ ،اللهم ْاد َفعْ َع َّنا ْال َباَل َء َو ْال َغاَل َء َو ْال َو َبا َء َو ْال َفحْ َشا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْال َب ْغ َي َوال ُّسي ُْو َ ت اَأْلحْ َيا ِء ِم ْن ُه ْم َواَأْل َ
َو ْالمُْؤ ِم َنا ِ
ك َع َلى ُك ِّل َشيْ ٍء َق ِد ْي ٌر ان ْالمُسْ لِ ِمي َْن َعام ًَّةِ ،إ َّن َ َو ْالم َِح َنَ ،ما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َط َن ،مِنْ َب َل ِد َنا َه َذا َخاص ًَّة َومِنْ ب ُْلدَ ِ
ان َوِإ ْي َتا ِء ذِي ْالقُرْ َبى و َي ْن َهى َع ِن ال َفحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َكر َوال َب ْغيَ ،يع ُ ْأ
ِظ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َنَ .فاذ ُكرُوا َ
هللا ِ ِ هللا َي ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َس ِ عِ َبادَ ِ
هللا ،إنَّ َ
ْ َأ
هللا ك َب ُر ْ ُ ُ ْ
ْال َعظِ ْي َم َيذكرْ ك ْم َو َلذِك ُر ِ