Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kewarganegaraan

Vol. 1 No. 1 Juni 2017


P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SEBAGAI WAHANA PEMBENTUKAN SIKAP


TOLERANSI MAHASISWA

Adikara Prabowo
SMA N 1 Kundur
Adikaraprabowo12@gmail.com

Abstrak
Indonesia sebagai bangsa yang memiliki begitu banyak keragaman baik dari segi agama maupun etnis
yang dimiliki warga masyarakatnya, berkeyakinan bahwa Bhineka Tunggal Ika merupakan simbol
yang mampu mempersatukan bangsa yang memiliki budaya beraneka ragam ini, untuk bekerja sama
dalam hidup bernegara dan membangun Indonesia untuk kepentingan bersama. Namun disisi lain,
bangsa dan negara kita juga memiliki titik-titik rawan konflik berdasarkan agama, kedaerahan dan
gender (sara) yang cukup menghawatirkan. Oleh karena itu, pengetahuan, penilaian, sikap dan
perilaku serta pendidikan karakter yang menunjang tercapainya ke Bhineka Tunggal Ika-an dan
Pendidikan Multikultural itu perlu dikembangkan sehingga menjadi milik keseluruhan warga republik
ini. Untuk itu diperlukan pendidikan yang berorientasi multikultural. Sebenarnya, dalam praktik
pendidikan kita mulai dari jenjang pendidikan taman kanak-kanak telah banyak dilakukan pendidikan
yang menerapkan prinsip multikulturalisme itu. Lebih-lebih disekolah lanjutan atas atau universitas,
dalam ilmu-ilmu sosial khususnya antropologi, dipelajari lebih luas dan mendalam berbagai budaya
dan pola kehidupan yang merupakan ciri khas budaya daerah. Memang betul bahwa pendidikan
multikultural itu belum dimuat secara khusus dalam dokumen pendidikan, misalnya dalam Undang-
Undang Sisdiknas. Jangan sampai peserta didik hanya mengenal multikulturalisme deskriptif (ada
pengakuan kesetaraan atau kesamaan derajat) tapi tidak sampai kepada multikulturalisme normatif
(ada niatan untuk bersatu).
Kata Kunci : Pendidikan Multikultural, Toleransi, Mahasiswa

Abstract
Indonesia as a nation that has so much diversity both in terms of religion and ethnicity owned by its
citizens, believes that Bhineka Tunggal Ika is a symbol that is able to unite a nation that has a diverse
culture, to work together in state life, and build Indonesia for the common good. But on the other hand,
our nation and country also have conflict-prone points based on religion, regionality, and gender (Sara)
which is quite worrying. Therefore, the knowledge, assessment, attitude and behavior, and character
education that supports the achievement of Bhineka Tunggal Ika-an and Multicultural Education need to
be developed so that it belongs to the entire citizens of this republic. Therefore, a multicultural-oriented
education is required. Actually, in the practice of education, we start from the level of kindergarten
education has been done a lot of education that applies the principle of multiculturalism. More and more
high school or university, in social sciences especially anthropology, studied more broadly and deeply the
various cultures and patterns of life that are characteristic of regional cultures. It is true that
multicultural education has not been specifically contained in educational documents, for example in the
Sisdiknas Law. Do not let learners only know descriptive multiculturalism (there is recognition of equality
or equality of degrees) but not normative multiculturalism (there is an intention to unite).
Keywords: Multicultural Education, Tolerance, Students

PENDAHULUAN yang harus ditanamkan dan dikembangkan


Untuk dijadikan acuan, beberapa adalah prinsip-prinsip hidup demokratis,
bangsa yang maju telah memiliki progam toleransi dan multikulturalisme normatif.
pendidikan multikultural yang teratur Pengembangan ketiga hal itulah sebaiknya
seperti Australia, Inggris, Kanada dan yang menjadi tujuan pendidikan
Jerman. Pada prinsipnya, menurut mereka multikultural. Masyarakat Indonesia yang

Adikara Prabowo – SMA N 1 Kundur 12


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 1 No. 1 Juni 2017
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

dikenal dengan plural akan mudah bermakna mencerdaskan otak intelektual


mengalami gejolak disitegrasi bila tidak bangsa. Dari konsepsi tersebut di atas
ada kesepahaman nilai-nilai multikultural, jelaslah bahwa mencerdaskan kehidupan
salah satu contohnya adalah banyaknya bangsa sebenarnya tidak bisa dilepaskan
kerusuhan dan bentrokan antar warga di dari konsep nation and character building,
tengah gejolak masyarakat, jika tidak ada yaitu membangun karakter dan peradaban
solusi pencegahan akan berdampak pada kehidupan bangsa. Mambangun karakter
bahayanya nilai-nilai kesatuan dan kehidupan berbangsa jelas terkait dengan
keutuhan bangsa serta tegaknya NKRI. nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa dan
Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi kepribadian bangsa Indonesia.
sosio-kultural maupun geografis yang Pendidkan multikultural dalam
begitu beragam dan luas. bentuk karakter dan toleransi terbentuk
Kondisi tersebut memerlukan dari tiga macam bagian yang saling
strategi khusus untuk memecahkan berkaitan: pengetahuan moral, perasaan
berbagai konflik yang terjadi selama ini. moral, dan perilaku moral. Karakter yang
Salah satunya adalah dengan pendidikan baik terdiri atas mengetahui kebaikan,
multikultural. Tawaran ini merupakan menginginkan kebaikan, dan melakukan
konsep pendidikan dengan pemanfaatan kebaikan-kebiasaan pikiran, kebiasaan
keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, hati, kebiasaan perbuatan. Ketiganya
status sosial, gender, kemampuan, serta penting untuk menjalankan hidup yang
umur yang ada di masyarakat. Pada bermoral, ketiganya adalah faktor
pendidikan multikultural, seorang pembentuk kematangan moral. Ketika
pendidik tidak hanya dituntut mengajarkan berpikir tentang jenis karakter yang
materi saja, tetapi juga harus mampu diinginkan bagi anak-anak, jelas bahwa
menanamkan nilai-nilai multikultural dosen ingin agar mereka mampu menilai
kepada peserta didik. Nilai-nilai tersebut hal yang baik dan buruk, sangat peduli
adalah nilai demokrasi, nilai humanis, dan pada hal yang benar, dan melakukan apa
nilai keragaman inklusif, sehingga out-put yang menurut mereka benar bahkan di saat
yang dihasilkan memiliki kemampuan mereka dihadapkan pada tekanan dari luar
dalam menerapkan nilai-nilai itu dalam dan dalam.
kehidupan masyarakat. Penyebab konflik
yang terjadi akhir-akhir ini, tidak lain METODE PENELITIAN
adalah pandangan masyarakat yang Penelitian ini menggunakan metode
bersifat eksklusif. non-experimental, yaitu dilakukan
Oleh sebab itu untuk mencegah pengukuran, pada mahasiswa yang belum
berkembangnya pandangan tersebut, pernah mengikuti mata kuliah pendidikan
diperlukan adanya pandangan masyarakat multikultural dan pada mahasiswa yang
yang bersifat inklusif-pluralis, telah mengikuti pendidikan multicultural.
multikultural-humanis, dan dialogis- Subyek penelitian ditentukan dengan cara
persuasif. Membangun keharmonisan mengambil secara random beberapa
melalui multikultural, berkaitan dengan mahasiswa yang saya temui di daerah
tugas pendidikan adalah untuk sekitar tempat tinggal saya. Penelitian ini
mencerdaskan kehidupan bangsa, memiliki mengkaji dua variable yaitu sikap toleransi
konsepsi dan makna budaya dan bukan dan pendidikan multikultural. Variabel
konsepsi biologis-genetika semata. Dalam tergantung penelitian ini adalah sikap
konsepsi seperti ini mencerdaskan toleransi yaitu sikap mahasiswa untuk
kehidupan bangsa bukanlah hanya saling menghargai, menghormati orang lain

Adikara Prabowo – SMA N 1 Kundur 13


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 1 No. 1 Juni 2017
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

yang berbeda suku, etnis, agama dan kepribadian yang toleransi yang dapat
budaya. Sedangkan variable bebas dari dibentuk melalui pendidikan
penelitian ini adalah pendidikan multikulturalisme. Maka dari penelitian ini
multicultural, yaitu proses intervensi akan dibuktikan suatu paradigma untuk
dalam bentuk proses pembelajaran mata membentuk sikap toleransi melalui
kuliah pendidikan multicultural. Data pendidikan multicultural yang sangat
Variable sikap toleransi yaitu skala diperlukan di Indonesia yang bercirikan
toleransi, terdiri dari beberapa pernyataan kemajemukan.
yang menggambarkan 4 karakteristik dari Sikap toleransi sendiri berarti
toleransi yaitu : kesaksian yang jujur dan bersifat atau bersikap menenggang
saling menghormati, prinsip kebebasan (menghargai, membiarkan, membolehkan)
beragama, saling menerima dan tolong terhadap pendirian (pendapat, pandangan,
menolong, dan berpikir positif dan percaya. kepercayaan, kebiasaan) yang berbeda dan
yang bertentangan atau pengurangan yang
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN masih diperbolehkan. Toleransi juga
Hasil Penelitian berarti batas ukur untuk penambahan dan
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang pengurangan. Toleransi bisa memberi
masyarakatnya terbagi menjadi majemuk kebebasan kepada semua manusia untuk
dan pluralis, kemajemukan ini sudah menjalankan keyakinan atau mengatur
menjadi ciri bangsa Indonesia. hidupnya dan menentukan nasibnya
Kemajemukan ini dapat dilihat dari dua masing-masing, selama menjalankan dan
perspektif, yaitu horizontal dan vertical. menentukan sikapnya itu tidak melanggar
Dalam perspektif horizontal kemajemukan dan tidak bertentangan dengan syarat-
bangsa dapat dilihat dari perbedaan syarat atas terciptanya ketertiban dan
agama, etnis, bahasa daerah, geografis, dan perdamaian dalam masyarakat.
budaya nya. Sedangkan dalam perspektif Mahasiswa harus memiliki prinsip-
vertical kemajemukan bangsa Indonesia prinsip toleransi yaitu, rasa hormat,
dapat dilihat dari perbedaan tingkat penerimaan dan penghargaan atau
pendidikan, ekonomi dan tingkat social keragaman budaya dunia yang kaya,
budaya nya. berbagai bentuk ekspresi diri, dan cara-
Dalam menghadapi pluralisme cara menjadi manusia. Jadi yang harus di
mahasiswa memerlukan paradigma baru praktekkan oleh mahasiswa dalam
yang lebih toleran dan elegan untuk bertoleransi adalah kerukunan dalam
mencegah dan memecahkan masalah perbedaan, suatu sikap atau perilaku
benturan-benturan budaya tersebut, yakni manusia yang tidak menyimpang dari
dengan cara paradigma pendidikan aturan, dimana seseorang menghargai atau
multicultural untuk membentuk sikap menghormati setiap tindakan yang
saling toleransi. Hal ini penting untuk dilakukan oleh orang lain.
mengerahkan mahasiswa dalam mensikapi Maka disini hasil yang saya dapat dari
realitas masyarakat yang beragam, sini toleransi itu terdiri dari antara lain,
sehingga mereka memiliki sikap apresiatif yaitu Confomity tolerance, Character
dan toleransi terhadap keragaman conditioning, Millitant tolerance, Passive
perbedaan tersebut. tolerance. Mahasiswa dalam melakukan
Bukti nyata tentang maraknya toleransi kepada siapapun, ini memiliki
kerusuhan dan konflik yang berlatar beberapa factor yang mempengaruhi, baik
belakang suku, adat, ras, dan agama itu di factor internal (tipe kepribadian,
menunjukkan perlunya memiliki control diri, etnonsentrisme) dan juga

Adikara Prabowo – SMA N 1 Kundur 14


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 1 No. 1 Juni 2017
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

factor eksternal (Lingkungan Pendidikan, ras, agama. Dalam menjalani kehidupan


Identitas Sosial, Fundamentalisme agama). social tidak bisa di pungkiri aka nada
gesekan-gesekan yang akan terjadi antar
Pembahasan kelompok masyarakat, baik yang berkaitan
Pendidikan multikultural merupakan ras maupun agama. Dalam rangka menjaga
pendidikan tentang keragaman keutuhan dan persatuan dalam masyakat
kebudayaan dalam merespon perubahan maka diperlukan saling menghormati dan
demografis dan kultural lingkungan menghargai sehingga gesekan-gesekan
masyarakat tertentu atau bahkan dunia yang dapat menimbulkan pertikaian dapat
secara keseluruhan. Menurut Paul Suparna dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk
multikulturalisme adalah kesediaan saling menjaga baik dan kewajiban
menerima kelompok lain secara sama diantara mereka antara yang satu dengan
sebagai kesatuan tanpa memperdulikan yang lainnya.
perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa, Dalam pembukaan UUD 1945 pasal
ataupun agama. Kesediaan dan sikap saling 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara
menghargai nilai, menerima budaya, menjamin kemerdekaan tiap-tiap
keyakinan yang berbeda tidak otomatis penduduk untuk memeluk agamanya
berkembang secara sendiri, karena dalam masing-masing dan untuk beribadah
diri seseorang ada kecenderungan untuk menurut agamanya dan kepercayaannya
mengharapkan orang lainmenjadi seperti itu”. Sebagai warga Negara sudah
dirinya. Sikap saling mempengaruhi seharusnya menjunjung tinggi sikap saling
apabila tidak diletakkan pada standar toleransi antar umat beragama dan saling
saling menghormati dan menghargai maka menghormati antar hak dan keawajiban
yang terjadi adalah konflik, pertengkaran, yang ada diantara kita demi keutuhan
dan perpecahan. Negara Indonesia.
Faktor pembentuk multikulturalisme Pembelajaran multikultural di
atau keragaman kebudayaan itu sendiri perguruan tinggi dapat dilakukan salah
antara lain karena factor kekuasaan dan satu caranya dengan memasukkan nilai-
persaingan dan perebutan dominasi. nilai multicultural dalam pembelajaran
Pendidikan multicultural tercipta bila agar terciptanya sikap saling toleransi pada
semua pihak senantiasa menjunjung tinggi mahasiswa. Jika ditinjau dari segi
nilai-nilai, kayakinan, heterogenitas, dan psikologis banyak factor yang dapat
keragaman, apapun aspeknya dalam memicu seseorang tidak toleransi. Menurut
masyarakat. Sikap mau menghargai Zakaria (2017) salah satu factor yang
keragaman ini memerlukan pengorbanan memicu sikap tidak toleransi adalah dunia
yang tinggi agar adanya saling toleransi. pendidikan, persoalan-persoalan intolera-
Membangun pendidikan bertoleransi si dimulai dari tingkat Paud hinga
adalah kewajiban bagi semua pihak, baik Perguruan Tinggi. Menurut Plato (2014)
lingkungan keluarga, sekolah, ataupun Pendidikan sebagai proses pembentukan
masyarakat. Pembentukan dan pendidikan kepribadian karena pendidikan merupakan
toleransi tidak akan berhasil bila di suatu proses transfer ilmu dan
lingkungan pendidikan tidak ada pnegetahuan antara individu satu dengan
kesinambungan dan keharmonisan. yang lainnya. Sedangkan menurut Banks
Tindakan toleransi itu tidak (1993) menyatakan melalui pendidikan
menunjukkan ciri kepribadian bangsa multikultural atau pendidikan untuk people
Indonesia, karena bangsa Indonesia adalah or color yang ingin mengeplorasi
bangsa dengan keberagaman suku, etnis, perbedaan sebagai anugerah Tuhan.

Adikara Prabowo – SMA N 1 Kundur 15


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 1 No. 1 Juni 2017
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

Pendidikan multikultural dalam persatuan. Pendidikan multikultural untuk


membentuk sikap toleransi tidak hanya membentuk sikap toleransi itu
sebatas ragam budaya, melainkan ragam menyangkut tiga hal, yaitu 1) Ide dan
pada berbagai aspek terutama berkaitan kesadaran akan nilai pentingnya
dengan pendidikan yang dikembangkan keragaman budaya, 2) Gerakan
oleh dosen sebagai pendidik di perguruan pembaharuan pendidikan, 3) Proses
tinggi dan mahasiswa di perguruan tinggi Pendidikan.
untukmengadaptasikan dirinya pada Ide dan kesadaran akan nilai
lingkungan yang didalamnya terdapat pentingnya keragaman budaya. Kiranya
berbagai ragam budaya disuatu daerah. perlu peningkatan kesadaran bahwa semua
Kesadaran adanya perbedaan mahasiswa memiliki karakteristik khusus,
keyakinan semakin lama dipahami sebagai karena agama, gender, kelas social, etnis,
suatu keniscayaan, apalagi didorong oleh ras, atau budaya tertentu yang melekat
kondisi bahwa perbedaan itu menjadi pada diri masing-masing. Ini berkaitan
sebuah keindahan yang disadari oleh dengan ide bahwa semua mahasiswa tanpa
mahasiswa di perguruan tinggi. Komitmen memandang karakteristik budaya nya.
untuk bertoleransi harus memiliki Perbedaan yang ada itu merupakan
kemampuan menangkap perbedaan adalah keniscayaan atau kepastian adanya,
salah satu wahana pembentukan sikap namun dengan begitu supaya harus bisa
karakter toleransi. Keberhasilan saling menerima secara wajar dan
pembentukan sikap karakter untuk bertoleransi. Artinya, perbedaan itu perlu
toleransi bagi mahasiswa dimulai dari diterima sebagai suatu kewajaran dan
melaksanakan nilai-nilai multikultural perlu sikap toleransi agar masing-masing
dalam kehidupan sehari-hari, ini sangat dapat hidup berdampingan secara damai
diperlukan demi keberhasilan penerapan tanpa melihat unsur yang membeda-
pembentukan pendidikan multicultural bedakan.
sebagai sikap toleransi mahasiswa. Gerakan pembaharuan pendidikan.
Satu hal lagi yang sering terlewatkan Ide penting yang lain dalam pendidikan
ketika mendiskusikan konsep pendidikan multicultural adalah sebagian mahasiswa
multicultural, yaitu eksistensi pendidik karena karakteristiknya, ternyata ada yang
harus diakui memegang peran yang sangat memiliki kesempatan yang lebih baik
dominan dalam keberhasilan menciptakan untuk belajar maka hasilnya akan bisa
sikap toleransi untuk mahasiswa. cepat untuk bertoleransi.
Pendidikan karakter bertoleransi tanpa Proses pendidikan. Pendidikan
identifikasi hanya akan menjadi sebuah multikultural yang juga merupakan proses
perjalanan tanpa akhir, petualangan tanpa pendidikan yang tujuan nya tidak akan
batas. Indonesia Heritage Foundation pernah terealisasikan secara penuh, namun
merumuskan sembilan karakter toleransi pendidikan multicultural adalah proses
dasar yang menjadi tujuan pembentukan menjadi dan proses yang berlangsung
toleransi bagi mahasiswa : 1) Cinta kepada secara terus menerus dan bukan sebagai
Tuhan dan semesta beserta isinya, 2) sesuatu yang langsung tercapai. Persamaan
Tanggung jawab, disiplin, dan saling tolong pendidikan , seperti halnya kebebasan dan
menolong, 3) Jujur, 4) Hormat dan santun, keadilan, merupakan ide yang harus
5) Kasih saying, peduli, dan kerjasama, 6) tercapai melalui perjuangan keras.
Percaya diri, kreatif, kerja keras dan tidak Perbedaan ras, gender, dan diskriminasi
sombong, 7) Ramah baik hati, 8) Rendah terhadap orang yang berkebutuhan akan
hati, 9) Toleransi, cinta damai dan tetap ada, sekalipun telah ada upaya keras

Adikara Prabowo – SMA N 1 Kundur 16


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 1 No. 1 Juni 2017
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

untuk menghilangkan masalah ini, jika Fundamentalisme agama, merupakan


prasangka dan diskriminasi dikurangi pada suatu yang paradoksal karena agama bisa
suatu kelompok, biasanya akan terarah menimbulkan toleransi, namun juga bisa
mengambil bentuk yang lain. Karena tujuan menyebabkan intomeransi.
pendidikan seharusnya bekerja secara
berkelanjutan meningkatkan persamaan Indonesia adalah Negara yang terdiri
pendidikan mahasiswa. Sekalipun banyak dari beragam masyarakat yang berbeda
perbedaan konsep pendidikan seperti Agama, suku, ras, kebudayaan, adat
multicultural, ada sejumlah ide yang istiadat, bahasa, dan lain sebagainya
dimiliki bersama dari semua pemikiran menajadikan masyarakat Indonesia
dan merupakan dasar bagi pemahaman sebagai masyarakat yang majemuk. Dalam
pendidikan multicultural untuk kehidupan yang beragam seperti ini
membentuk sikap toleransi. menjadi tantangan untuk memepersatukan
Ada beberapa faktor yang bangsa Indonesia menjadi satu kekuatan
mempengaruhi sikap toleransi pada yang dapat menjunjung tinggi perbedaan
mahasiswa : dan keragaman masyarakatnya. Hal ini
1. Faktor Internal dapat dilakukan dengan pendidikan
Tipe kepribadian, tipe kepribadian multicultural yang ditanamkan kepada
disini adalah tipe ekstrovet dengan ciri-ciri mahasiswa lewat pembelajaran di
bersifat terbuka, santai, aktif, dan perguruan tinggi.
cenderung optimis dan tipe introvert Untuk pendidikan multikultural
dengan ciri-ciri tertutup, pasif, dan pesimis. sendiri dalam membentuk mahasiswa
Tipe introvert lebih bersikap intoleransi untuk mempunyai sikap toleransi maka
daripada tipe ekstrovert. harus menanamkan sikap simpati, respek,
Kontrol diri, ini sebagai salah satu apresiasi dan empati, terhadap penganut
sifat kepribadian berbeda antara individu agama dan budaya yang berbeda.
yang satu dengan yang lain. Kontrol diri
yang tinggi akan mampu merubah kejadian KESIMPULAN
dan menjadi agen dalam mengarahkan dan Negara Indonesia masyarakatnya
mengatur perilaku. lebih banyak menjadi masyarakat majemuk
Etnosentrisme, kecenderungan untuk dan pluralis. Maka dalam menghadapi hal
memandang norma-norma dan nilai pada tersebut, maka mahasiswa memerlukan
kelompok budaya nya sebagai yang terbaik paradigma baru yang lebih murah untuk
dan digunakan sebagai standar untuk toleransi dan elegan yang mana tujuannya
mengukur dan bertindak terhadap semua untuk mencegah dan mengatasi masalah
kebudayaan lain. tersebut karena benturan-benturan budaya
yang sangat banyak di Indonesia. Maka hal
2. Faktor Eksternal ini sangat penting untuk mengerahkan
Lingkungan pendidikan, toleransi mahasiswa dalam mensikapi realitas
diwariskan dari generasi ke generasi masyarakat yang beragam, sehingga
melalui proses sosialisasi adalah mereka memiliki sikap apresiasif dan
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, toleransi terhadap banyaknya keragaman
dan lingkungan masyarakat. budaya di Indonesia. Pendidikan
Identitas social, keadaan dimana multicultural dalam membentuk sikap
individu mendefinisikan dirinya terhadap toleransi ada berbagai aspek, terutama
suatu kelompok dengan proses kognitif, berkaitan dengan pendidikan yang
dan proses motivasional. dikembangkan oleh tenaga pendidik dan

Adikara Prabowo – SMA N 1 Kundur 17


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 1 No. 1 Juni 2017
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

mahasiswa. Kesadaran adanya perbedaan melaksanakan sikap saling toleransi. Maka


keyakinan semakin lama dipahami sebagai keberhasilan dalam pembentukan sikap
suatu keniscayaan, dan perbedaan itu toleransi mahasiswa dimulai dari
menjadi sebuah keindahan yang disadari melaksanakan nilai-nilai multicultural
mahasiswa di perguruan tinggi untuk bisa dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Zaliyudin Baidhowy, (2005) Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Erlangga, DKI
Jakarta.
Donna M. Collmeck dan Philip C, (1998) Multicultural Education In A Pluralistik Society.

Adikara Prabowo – SMA N 1 Kundur 18

Anda mungkin juga menyukai