Anda di halaman 1dari 10

HANDOUT

A. Definisi Hyperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk karena
terjadi dehidrasi. (Sinopsis Obstetri).

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari
- hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Kapita Selekta).

Hiperemesisi gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan
sehari-hari menjadi terganggu dan membuat keadaan umum menjadi lebuh buruk.
(arif)

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi
dehidrasi (Rustam Mochtar).

Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan
vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek
sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD).

Hiperemesis Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan


selama kehamilan (Hellen Farrer).

Hiperemesis gravidarum adalah bertambahnya emesis yang dapat mengakibatkan


gangguan kehidupannya sehari-hari. Hiperemesia gravidarum yang berlangsung lama
(umumnya antara minggu 6-12) dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin.
(Manuaba).

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama masa hamil.
Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sicknes normal yang umum

1
dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama
trimester pertama kehamilan. (Varney)

Hiperemesis gravidarum adalah mual berlangsung terus menerus dan muntah sering,
cepat mengalami dehidrasi dan asidoketotik. (Llwellyn)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa  Hiperemesis Gravidarum adalah suatu


keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah
berat) dan terus menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas, jadi
mual-muntah yang berlebihan disaat kehamilan yang mengganggu aktivitas sehari-hari

Hiperemesis gravidarum tingkat 1 adalah muntah terus menerus yang mempengaruhi


keadaan umum, menimbulkan rasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan turun dan
nyeri epigastrum. Frekuensi nadi pasien naik sekitar 100x permenit, tekanan darah sistolik
turun, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung (Kapita Selekta)

Mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-haridan bahkan


membahayakan kehidupannya. (Manuaba)

Mual dan muntah selama kehamilan biasanya di sebabkan oleh perubahan dalam sistem
endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar
hCG (human Chorionik gonadotropin), khususnya karena periode mual dan muntah
gestasional yang paling umum adalah pada 12-16 minggu pertama, yang pada saat itu hCG
mencapai kadar tingginya. hCG sama dengan LH (luteinizing hormon) dan di sekresikan
oleh sel-sel trofoblas blastosit. hCG melewati kontrol ovarium di hipofisis dan menyebabkan
korpus luteum terus memproduksi estrogen dan progesteron, suatu fungsi yang nantinya
diambil alih oleh lapisan korionik plasenta. Keluhan ini secara umum dikenal sebagai
“morning sickness” karena terasa lebih berat pada pagi hari. Namun, mual dan muntah dapat
berlangsung sepanjang hari. Rasa dan intensitasnya seringkali dideskripsikan menyerupai
mual muntah karena kemoterapi untuk kanker.

2
B. Etiologi Hyperemesis Gravidarum
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia.
Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh
kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisasi. Beberapa faktor predesposisi dan faktor
lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut:
Faktor predesposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuansi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormonal memegang peranan, karena pada kedua keadaan
tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. Kejadian hiperemesis
gravidarum belum diketahui dengan pasti. Tetapi beberapa faktor predisposisi dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum.
Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan
anemia, wanita primigravida dan over distensi rahim pada hamil ganda dan hamil mola
hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon
estrogen dan khorionik gonadrotropin, sedangkan pada hamil ganda dan mola hidatidosa,
jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hiperemesis
gravidarum itu.
2. Faktor Fisik
Terjadi peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi dengan kenaikan human
chorionic gonadothropin, Factor konsentrasi human chorionic gonadothropin yang tinggi :
Primigravida lebih sering dari multigravida, semakin meningkat pada pola hidatidosa,
hamil ganda dan hidramnion dan Faktor gizi / anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis
gravidarum.
3. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil
serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor
organik.
4. Faktor psikologis

3
Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup. Faktor psikologis, bergantung pada apakah si ibu
menerima kehamilannya. Atau  kehamilannya di terima atau tidak. Hubungan psikologik
dengan hiperemesis gravidarum belum diketahui pasti. Tidak jarang dengan memberikan
suasana baru, sudah dapat membantu mengurangi frekuensi muntah.
5. Faktor alergi
Pada kehamilan, di mana diduga terjadi invasi jaringan villi korialis yang masuk ke dalam
peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan kejadian hiperemesis
gravidarum. (Manuaba).

C. Tanda Dan Gejala Hyeperemesis Gravidarum


Tanda dan gejala hyperemesis gravidarum tingkat pertama :
 Muntah yang terus menerus disertai dengan intoleransi terhadap makan dan minum
sehingga mempengaruhi keadaan umum penderita
 Penderita merada lemah
 Nafsu makan tidak ada
 Penurunan berat badan
 Nyeri epigastrium karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esophagus
 Pertama-tama isi muntahan adalah makanan, kemudian lendir beserta sedikit cairan
empedu, dan kalau sudah lama bisa keluar darah.
Pada pemeriksaan fisik :
 Mata cekung
 Lidah kering
 Turgor kulit menurun
 Urin sedikit berkurang.
 Frekuensi nadi meningkat sampai 100 kali/menit
 Tekanan darah sistolik menurun

4
D. Diagnosis Hyperemesis Gravidarum
Diagnosis hiperemis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya
kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum.
Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis,
ulkus venntrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah. Hiperemesis
gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat
memepngaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan.
(Wiknjosastro)

E. Patofisiologi Hyperemesisi Gravidarum


Diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi,
tekanan darah turun, dan diuresis menurun.  Hal ini menimbulkan perfusi ke jaringan
menurun untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi O2. Oleh karena itu, dapat terjadi
perubahan metabolisme menuju ke arah anaerobik yang menimbulkan benda keton dan asam
laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH darah
menjadi lebih tinggi. Dampak dari semua masalah tersebut menimbulkan gangguan fungsi
alat vital berikut ini:
1. Liver
 Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun.
 Gangguan fungsi sel liver dan terjadi ikterus.
 Terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga mmenyebabkan gangguan fungsi
umum.
2. Ginjal
 Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun seperti asam laktat
dan benda keton
 Terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal
 Diuresis berkurang bahkan dapat anuria
 Mungkin terjadi albuminuria
3. Sistem saraf pusat
 Terjadi nekrosis dan perdarahan otak diantaranya perdarahan ventrikel

5
 Dehidrasi sistem jaringan otak dan adanya benda keton dapat merusak fungsi saraf pusat
yang menimbulkan kelainan ensefalopati Wernicke dengan gejala: nistagmus, gangguan
kesadaran dan mental serta diplopia
 Perdarahan pada retina dapat mengaburkan penglihatan. (Manuaba, 2007)
F. Komplikasi Hyperemesis Gravidarum
1 Bagi wanita hamil
Jika tidak diobati, HG dapat
menyebabkangagal ginjal, mielinolisis pontine pusat,koagulopati, atrofi, Mallory-
Weiss sindrom, hipoglikemia, sakit kuning, kekurangan
gizi,ensefalopati Wernicke, pneumomediastinum, rhabdomyolysis, deconditioning, avulsi
onlimpa, dan vasospasms arteri serebral. Depresi merupakan komplikasi sekunder umum
HG. Pada kesempatan langka seorang wanita dapat meninggal karena hyperemesis
Charlotte Bronte adalah korban diduga penyakit ini.
2 Bagi janin
Bayi dari wanita dengan hiperemesis berat yang mendapatkan kurang dari
7 kg(15,4 lb) selama kehamilan cenderung berat lahir rendah, kecil untuk usia
kehamilan, danlahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Sebaliknya, bayi dari wanita
denganhiperemesis yang memiliki keuntungan kehamilan berat lebih dari 7 kg muncul
miripsebagai bayi dari kehamilan tanpa komplikasi. Tidak ada jangka panjang
tindak lanjut penelitian telah dilakukan pada anak dari ibu hiperemesis.

G. Pencegahan Hyperemesis Gravidarum


Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar ridak terjadi hyperemesis gravidarum
dengan cara :
o Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik.
 Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
 Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi
sering

6
 Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih
dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat
 Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
 Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
 Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan factor penting, dianjurkan makanan
yang banyak mengandung gula (Wiknjosastro).

H. Penanganan/Penatalaksanaan Hyperemesis Gravidarum


Penanganan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih
sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit denagn teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau
lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan
panas atau sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan
kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan
yang banyak mengandung gula.
1. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan
pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen. Sedativa
yang sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah B1 dan B6.
Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat
diberikan antiemetik, seperti disiklominhidrokhlorid atau khlorpromasin. Penanganan
hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah dan peredaran udara yang
baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke
dalam kamar penderita, sanpai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan

7
makanan/minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik,
yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4. Cairan Parental
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose
5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah
kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
5. Kunjungan Ulang
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksa
sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap
4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan
dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24  jam penderita tidak muntah dan
keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk memberikan minum dan dapat
ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada umumnya
gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
6. Gangguan Kejiwaan
Gangguan kejiwaan ditandai dengan: delirium, apatis, somnolen sampai koma, terjadi
gangguan jiwa.
7. Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan ditandai dengan: pendarahan retina, kemunduran penglihatan.
8. Gangguan Faal
Ganggguan faal ditandai dengan: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria,
jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan darah menurun.
9. Penghentian Kehamilan

8
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan memburuk. Delirium,
kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Keputusan untuk melakukan abortus teraupetik sering sulit diambil, oleh karana itu di satu
pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai
terjadi gejala ireversibel pada organ vital. (Wiknjosastro).

I. Pembahasan Hyperemesis Gravidarum


Hiperemesis Pada Wanita Hamil dengan Usia Muda
Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan perkembangan alat reproduksi. Hal ini
berkaitan dengan keadaan fisiknya dari organ tubuh ibu di dalam menerima kehadiran dan
mendukung perkembangan janin. Seorang wanita memasuki usia perkawinan atau mengakhiri
fase tertentu dalam kehidupannya yaitu umur repoduksi (Yunita).
Kehamilan dikatakan beresiko tinggi adalah kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun.
Usia dibawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena organ-organ reproduksi
belum sempurna, hal ini tentu menyulitkan proses kehamilan dan persalinan. Sedangkan
kehamilan diatas usai 35 tahun mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan antara lain perdarahan, gestosis, atau hipertensi dalam kehamilan,
distosia dan partus lama (Manuaba).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan A dan Wahidudin (2007) umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. kehamilan diusia kurang 20 tahun
dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan Hiperemesis karena pada kehamilan diusia kurang 20
secara biologis belum optimal emosinya, cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga
mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap
pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilanya. sedangkan pada usia 35 tahun terkait
dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering
menimpa di usia ini (Ridwan dan Wahiduddin).
Hiperemesis Gravidarum di bawah umur 20 tahun lebih di sebabkan oleh karena belum
cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon ibu tentu menimbulkan

9
keraguan jasmani cinta kasih serta perawatan dan asuhan bagi anak yang akan di lahirkannya.
Hal ini mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang membuat ibu kurang
nafsu makan. Bila ini terjadi maka bisa mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi
reaksi pada impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah melalui saraf otak
kesaluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen sehingga
terjadi muntah. Permasalahan dari segi psikiatri dan psikologis sosial banyak di ulas akan
menekankan pentingnya usah usaha untuk melindungi anak- anak yang di lahirkan kemudian
(www.Bkkbn.co.id).
Sedangkan Hiperemesis Gravidarum yang terjadi diatas umur 35 tahun juga tidak lepas
dari faktor psikologis yang di sebabkan oleh karena ibu belum siap hamil atau malah tidak
menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian tertekan dan
menimbulkan stres pada ibu. Stres mempengaruhi hipotalamus dan memberi rangsangan pada
pusat muntah otak sehingga terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai
dengan penurunan diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam lambung, tekanan yang
tinggi dalam lambung memaksa ibu untuk menarik nafas dalam-dalam sehingga membuat
sfingter esophagus bagian atas terbuka dan sfingter bagian bawah berelaksasi inilah yang
memicu mual dan muntah

                                

10

Anda mungkin juga menyukai