Anda di halaman 1dari 4

A. Interview Menggunakan Informasi Lisan.

Interview kadang menjadi satu-satunya cara untuk mendapatkan informasi dasar dan
informasi yang didapat bisa digunakan untuk menambah, menjelaskan, menginterpretasikan
atau melawan informasi yang didapat melalui cara lain. Keahlian dalam menginterview dapat
diperbaiki seiring dengan pengalaman auditor.
Kegunaan dan kebenaran dari informasi lisan sangat tergantung pada hal-hal seperti sifat
dasar, sumber, dan apakah terdapat cara lain yang dapat diterapkan sehingga dapat diperiksa
(diverifikasi) yang meyakinkan. Informasi yang diperoleh melalui interview, sama dengan
konfirmasi mengeni pemahaman, pendapat atau perkataan dari orang yang diinterview.
B. Sumber Dari Informasi Interview.
Auditor harus mempertimbangkan pengetahuan orang yang diinterview terhadap subjek,
modif yang mungkin ada, dan apakah informasi yang diberikan konsisten dengan informasi
lain yang tersedia. Berikut contoh orang yang memiliki informasi yang diperlukan yang
didapatkan dari :
1. Tingkat diskusi. Aspek manajemen dan perbaikan di dalamnya harus didiskusikan
dengan pihak pimpinan untuk mendapatkan koreksi yang tepat.
2. Ahli-ahli dari luar. Interview semacam ini harus mengarah pada keyakinan bahwa ahli
dari luar tersebut dapat diandalkan dan sebaiknya dapat menambah kredibilitas untuk
penemuan dan kesimpulan auditor.
3. Informan. Seorang informan adalah orang yang membawa persoalan kea rah perhatian
auditor yang bisa dilakukan interview terhadapnya.
C. Perencanaan dan Persiapan Untuk Interview.
Pada interview yang sangat penting, sebaiknya interview diberi tahu mengenai topik yang
akan ditanyakan, sehingga mereka bisa menyiapkan dokumen yang diperlukan. Jika interview
ditunda, maka ingatkan kembali untuk mengatur jadwal interview susulan.
a. Catatan Lanjutan (Advance Notice)
Untuk interview yang lebih penting, akan lebih baik jika auditor memberi tahu
interview terlebih dahulu atas tipok utama yang akan dibicarakan.
b. Jumlah Staff Anggota
Penting atau tidaknya masalah yang akan didiskusikan auditor sebaiknya memiliki
dua staff anggota yang hadir di tempat audit untuk memberiakn tingkat keyakinan
yang lebih besar bahwa catatan tertulis dari interview mencerminkan informasi yang
didapat dan akurat.
D. Memulai Sebuah Interview.
Indentifikasi yang tepat biasanya menghilangkan keraguan pikiran orang yang akan di
interview, yaitu mengenai identitas dari interviewer.
1. Membahas topik setelah perkenalan, interviewer harus menjelaskan tujuan interview
sehingga interviewee mengerti apa yang dinginkan interviewer darinya. Saran lain
untuk mendappatkan diskusi yang sukses, meliputi : mendapatkan semua informasi
yang dibutuhkan selama satu interview. Pada kesimpulan interview, ringkaslah
informasi yang penting dengan singkat, dan hindari interview yang panjang diluar
jangka waktu yang ditetapkan.
2. Menggunakan alat perekam atau stenograf. Menggunakan alat perekam atau stenograf
biasanya tidak dilakukan dalam interview. Jika auditor mempertimbangkan hal itu
penting untuk membuat kesepakatan dengan interviewee.
E. Mencatat Hasil Wawancara dan Konfirmasi Dengan Pihak Yang Diwawancarai.
Informasi yang diperoleh dari wawancara harus dirangkum untuk kemudian ditulis
secepatnya. Beberapa bentuk catatan konfirmasi dari informasi lisan harus secara umumm
dapat diambil dalam wawancara. Konfirmasi tertulis sangatlah penting jika fakta penguat
lainnya tidak mendukung. Karena akan memastikan kelengkapan dan keakurat dari rekaman
informasi lisan.
Dalam beberapa hal, resiko kesalahan dalam mencatat informasi mungkin terdapat dalam
konfirmasi.
1. Bentuk konfirmasi, informasi lisan yang diperoleh dari interviewee biasanya dapat
dikonfirmasi oleh staf pada saat audit.
2. Penolakan untuk konfirmasi, jika interviewee menolak untuk konfirmasi tertulis
terhadap hasil informasi lisan, maka auditor harus melakukan konfrimasi dengan
membaca dan mengoreksi apa yang sudah ditulis.
F. Petunjuk Praktis Pelaksanaan Wawancara.
Wawancara adalah salah satu cara yang penting untuk mengumpulkan informasi dan
sebaiknya dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan situasi dan kondisi personel yang
diwawancarai. Auditor sebaiknya mempertimbangkan hal-hal berikut :
1. Wawancara sebaiknya diselenggarakan dengan personel dari tingkat yang sesuai dan
dari fungsi yang melaksanakan kegiatan atau tugas dalam ruanng lingkup audit.
2. Wawancara sebaiknya dilaksanakan selama jam kerja yang normal dan bila dapat
dilaksanakan, pada lokasi kerja personel yang diwawancara.
3. Setiap upaya sebaiknya dilakukan sehinga personel yang diwawancarai tidak merasa
kesulitan sebelum dan selamma wawancara.
4. Alasan untuk wawancara dan setiap catatan yang dibuat sebaiknya dijelaskan.
5. Wawancara dapat diawali dengan meminta personel yang diwawancara untuk
mengurangi pekerjaannya.
6. Pertanyaan yang mengarahkan jawaban yang tidak objektif sebaiknya dihindarkan.
7. Hasil wawancara sebaiknya dirangkum dan ditinjau dengan personel yang
diwawancarai.
8. Personel yang di wawancarai sebaiknya diberi ucapan terimakasi atas peran dan kerja
samanya.
G. Menyeleksi Responden, Mendistribusikan Kuesioner, Menabulasi, dan
Mengumpulkan Jawaban.
Pengendalian terhadap responden harus dibuat dan tidak lanjut yang sistematis terhadap
responden yang terlambat harus dilakukan. Metode dalam menabulasi harus ditetapkan
terlebih dahulu sebelum desainn kuedioner lengkap. Desain dan proporsi metode tabulasi
harus sesuai. Berdasarkan pada audit obyektif dan tipe jawaban, harus dibuat rencana yang
diterima daripada menunggu semua respon.
H. Kualitas dan Reliabilitas Bahan Bukti.
Auditor harus menentukan apakah membutuhkan bukti atau tidak dalam tujuan auditnya.
Lalu memeriksannya dari sisi positif dan negative. Auditor harus menentukan mana yang
harus dipertimbangkan dan diterima sebagaimana hakim, auditor harus mempertimbangkan
dari kedua sisi, yaitu sisi menolak dan membenarkan.
Herbert (1979:143-145) mengatakan bahwa bukti yang diterima dan dipercaya mempunyai
empat dasar utama atau sering pula disebut sebagai standar bukti audit. Empat dasar tersebut
adalah :
1. Relevansi adalah informasi yang digunakan sebagai bukti harus memiliki hubungan
dan logis pada kriteria tujuan audit. Factor ini berarti bukti harus berkaitan dengan
tujuan audit. Relevansi mengacu pada hubungan antara informasi dengan
penggunaannya.
2. Materialitas berkaitan dengan ukuran masing-masing bagian yang menempatkan bukti
dalam mempengaruhi pikiran auditor. Hal ini meliputi kesimpulan pada tujuan audit.
Materialitas bukti adalah suatu yang subyektif.
3. Kompetensi. Bukti yang kompeten adalah bukti yang andal. Bukti tersebut haruslah
yang terbaik yang dapat diperoleh. Dokumen asli lebih kompeten dibandingkan
salinannya. Berikut adalah pedoman yang tepat untuk menentukan bukti tersebut
kompeten :
 Bukti didapat dari sumber yang independent yang memberikan lebih besar
jaminan kepercayaan atas organisasi yang diaudit.
 Bukti berkembang menurut suatu sistem pengendalian internal yang baik akan
lebih dipercaya dibanding dari pengendalian internal yang lemah.
 Bukti didapat oleh auditor melalui pemeriksaan fisik, obsevasi, perhitungan
dan inspeksi akan lebih terpercaya dari pada bukti yang diperoleh secara tidak
langsung.
 Dokumen asli lebih dapat dipercaya daripada duplikatnya.
4. Kecukupan. Bukti dianggap memadai jika bersifat factual, memadai, dan meyakinkan
sehingga bisa menuntun orang yang memiliki sifat hati-hati untuk mengambil
kesimpulan yang sama dengan auditor. Hal ini tentu merupakan masalah
pertimbangan tetapi pertimbangan tersebut haruslah obyektif.
K. Sumber- Sumber Bahan Bukti Audit.
Kompetensi bukti audit dihubungkan dengan sumber. Sumber ini dihubungkan dengan
pengamatan dan sesuai yang berasal dari dunia nyata. Herbet mengatakan bahwa bukti audit
berasal dari tiga sumber, yaitu :
1. Bukti nyata adalah bukti yang dikumoulkan oleh indra penglihatan dan perasaannya.
Auditor harus mengembangkan kebiasaan observitas yang bagus untuk meyakinkan
orang lain bahwa apa yang mereka lihat adalah akurat dan handal.
2. Bukti keterangan, merupakan informasi yang diterima dari orang lain atau dari diri
sendiri yang bertindak sebagai saksi ahli, sebagai hasil atas permintaan langsung.
Klasifikasi atas bukti testimobial adalah sebagai berikut :
 Bukti Interview Personal.
Auditor menerima bukti terpercaya dan handal melalui interview dengan
orang yang mempunyai pengentahuan atas subyek permasalahan.
 Bukti Konfirmasi dan Surat.
Penggunaan informasi sebagai bukti dalam laporan audit, sering diperoleh
melalui surat dan konfirmasi.
 Bukti Analisis.
Kesimpulan atas sub tujuan audit digunakan sebagai bahan bukti analisis.
3. Bukti catatan termasuk seluruh informasi tertulis seperti catatan akuntansi, kontrak-
kontrak, surat-surat, catatan-catatan pengadilan dan semua jenis dokumen. Auditor
memperoleh informasi dari catatan melalui pengamatan.

Anda mungkin juga menyukai