ACC
24/06/2021
PEMBUATAN YOGHURT
KELOMPOK 7 :
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Kelompok 7
Telah diperiksa, diperbaiki, dan disetujui sesuai hasil praktikum atas saran dan
petunjuk dari asisten dan dosen pembimbing
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Dasar Teknik Kimia
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat Nya dan atas
karunia Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mikrobiologi Industri
yang berjudul Pembuatan Yoghurt.
Laporan praktikum ini dibuat untuk memenuhi tugas praktikum
Mikrobiologi Industri. Disamping itu, kami juga berharap laporan ini mampu
memberikan konribusi dalam menunjang pengetahuan para mahasiswa khususnya
dan pihak lain pada umumnya.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini, kami tidak dapat menyelesaikan-
nya dengan baik tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang
berupa petunjuk, bimbingan, pengarahan maupun fasilitas yang diperoleh. Untuk
itu pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hati
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Dian Yanuarita P., S.T., M.T. selaku dosen pengampu.
2. Asisten laboratorium mikrobiologi industri 2021.
3. Teman-teman yang membantu kami baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Untuk lebih menyempurnakan laporan praktikum ini, kami memerlukan
kritik dan saran dari pembaca, sehingga dapat digunakan untuk membantu
memperbaiki laporan praktikum ini. Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam
penyusunan laporan praktikum ini terdapat kesalahan dan harapan kami semoga
laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penyusun
ABSTRAK
Yoghurt adalah susu pasteurisasi yang difermentasikan dengan bakteri tertentu (bakteri
probiotik streptococcus dan bakteri probiotik lactobaccillus) sehingga menghasilkan rasa asam dan
aroma yang khas.Salah satu sifat umum yang dimiliki susu fermentasi adalah mempunyai rasa
asam dan daya simpannya pendek, sehingga dilakukan penambahan gula dengan tujuan untuk
memperbaiki flavor (rasa dan bau) sehingga lebih disenangi sertamemperpanjang daya simpan.
Tingkat pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internmaupun ekstern. Faktor
intern meliputi suhu optimum masing-masing jenis bakteri, sedangkan faktor ekstern, meliputi
kondisi lingkungan sekitar tempattumbuhnya bakteri. Proses pertumbuhan bakteri starter dalam
pembuatan yoghurt diawali dengan peningkatan laju pertumbuhan Streptococcus thermophiles
memproduksi asam laktat pada pH rendah untuk mengoptimalkan laju pertumbuhan Lactobacillus
bulgaricus, sehingga pada akhirnya pertumbuhan Streptococcus thermophilus berlangsung lambat
dan Lactobacillus bulgaricus memproduksi asam laktat yang menimbulkan penurunan pH.
percobaan yoghurt kali ini menggunakan susu sapi murni, susu ultramilk full cream, dan susu
Greenfields UHT plan, dan starter yaitu yakult, cimory, kin bulgarian. Takaran gula pasir yang
digunakan pun bermacam-macam yaitu 80 gram, 90 gram, dan 100 gram. Dari hasil percobaan
yang telah dilakukan didapat hasil akhir pH antara 4-5, dan juga hasil percobaan yoghurt beraroma
khas yoghurt pada umumnya, dan rasa yang dihasilkan yaitu asam sedikit manis.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
ABSTRAK .............................................................................................................iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan .................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Yoghurt .................................................................................................... 3
2.2 Susu ......................................................................................................... 4
2.3 Gula ......................................................................................................... 5
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan Pembuatan Yoghurt .................................................... 6
3.2 Alat dan Bahan Percobaan ....................................................................... 6
3.2.1 Alat Percobaan ................................................................................ 8
3.2.2 Bahan Percobaan ............................................................................ 8
3.3 Gambar Alat ............................................................................................ 7
BAB IV DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan............................................................................... 9
4.2 Diskusi dan Pembahasan ....................................................................... 10
4.2.1 Pembahasan Oleh Vicha Alfania .................................................. 10
4.2.2 Pembahasan Oleh Lina Eksalia .................................................... 12
4.2.3 Pembahasan Oleh Clarisa Novela Romadahnia ........................... 14
4.2.4 Pembahasan Oleh Riza Andriani .................................................. 16
4.2.5 Pembahasan Oleh Wahyu Sandwi Vaggy .................................... 18
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 23
5.2 Saran ...................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... viii
LAMPIRAN
Laboratorium Dasar Teknik Kimia v
FTI – ITATS
Praktikum Mikrobiologi Industri 2021
Laporan Praktikum Pembuatan Yoghurt
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Pembuatan Yoghurt Oleh Vicha Alfania............. 9
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Pembuatan Yoghurt Oleh Lina Eksalia ............... 9
Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan Pembuatan Yoghurt Oleh Clarisa Novela R........ 9
Tabel 4.4 Data Hasil Percobaan Pembuatan Yoghurt Oleh Riza Andriani .......... 10
Tabel 4.5 Data Hasil Percobaan Pembuatan Yoghurt Oleh Wahyu Sandwi V ....... 10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Skema Percobaan Pembuatan Yoghurt ............................................... 6
Gambar 3.2 Hot plate ............................................................................................. 7
Gambar 3.3 Beaker Glass ....................................................................................... 7
Gambar 3.4 Pengaduk ............................................................................................. 7
Gambar 3.5 Botol ................................................................................................... 7
Gambar 3.6 Indikator pH Universal ....................................................................... 7
Gambar 3.7 Termometer......................................................................................... 7
Gambar 3.8 Inkubator ............................................................................................. 8
Gambar 3.9 Gelas ukur ........................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Yoghurt adalah produk yang dibuat dari susu melalui proses fermentasi
bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus (Collins,dkk, 1992). Yoghurt sangat baik untuk kesehatan, terutama
untuk menjaga keasaman lambung dan dapat menekan pertumbuhan bakteri
patogen di usus. Selain itu, yoghurt juga mengandung protein dengan kadar yang
tinggi, bahkan lebih tinggi daripada protein susu. Hal ini disebabkan penambahan
protein dari sintesa mikroba dan kandungan protein dari mikroba tersebut
(Winarno, 2003).
Untuk meningkatkan kualitas yoghurt sebagai minuman kesehatan,
dilakukan penambahan bakteri probiotik pada yoghurt, yaitu Lactobacillus
Acidophilus. Probiotik didefinisikan oleh FAO dan WHO sebagai
mikroorganisme hidup yang apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup akan
bermanfaat bagi kesehatan, mikroorganisme ini tidak bersifat toksik maupun
patogen. Probiotik digunakan untuk menyeimbangkan jumlah bakteri yang
bermanfaat dan bakteri yang merugikan tubuh. Ketidakseimbangan
mikroorganisme di dalam saluran pencernaan akan menimbulkan sejumlah
penyakit saluran pencernaan. Lactobacillus Acidophilus yang merupakan bakteri
probiotik, mampu bertahan pada kondisi asam lambung, dapat meningkatkan
fungsi pencernaan, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga manfaat
yoghurt sebagai minuman kesehatan semakin lengkap.
Masalah yang sering terjadi pada yoghurt adalah proses sineresis selama
proses penyimpanan. Sineresis tersebut disebabkan karena terlepasnya whey dari
body yoghurt. Penambahan bakteri probiotik pada yoghurt menyebabkan kondisi
susu menjadi lebih asam karena produksi asam laktat oleh bakteri tersebut lebih
banyak dibandingkan dengan bakteri utama dalam pembuatan yoghurt, yaitu
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus Thermophilus. Pada pH yang semakin
rendah, kemungkinan terjadinya sineresis lebih tinggi sehingga kelembutan
tekstur yoghurt dapat berkurang (Susanti, 2007). Oleh karena itu, perlu dilakukan
upaya untuk mencegah terjadinya sineresis pada yoghurt yang mengandung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Yoghurt
Yoghurt merupakan produk olahan susu dari hasil fermentasi kedua dari
Bakteri Asam Laktat (BAL) sebagai starter, yakni Streptococcus thermophilus
dan Lactobacillus bulgaricus yang hidup bersimbiosis. Lama proses fermentasi
akan berakibat pada turunnya pH yoghurt dengan rasa asam yang khas, selain itu
dihasilkan asam asetat, asetal dehid, dan bahan lain yang mudah menguap.
Komposisi yoghurt secara adalah protein 4-6%, lemak 0,1-1%, laktosa 2-3%,
asam laktat 0,6-1,3%, pH 3,8-4,6% (Susilorini dan Sawitri, 2007).
Yoghurt merupakan salah satu produk susu fermentasi yang telah lama
dikenal dan mempunyai rasa asam yang spesifik. Yoghurt dapat dibuat dari susu
yang telah dihomogenisasi, susu berkadar lemak rendah atau susu skim dengan
penambahan susu bubuk. Pembuatan yoghurt meliputi pemanasan, pendinginan
dan fermentasi dimana pembuatanya mengalami proses yang higienis (Abubakar,
A dan A. Harsono, 1998). Yoghurt mempunyai nilai gizi yang tinggi dari pada
susu segar sebagai bahan dasar dalam pembuatan yoghurt, terutama karena
meningkatnya total padatan sehingga kandungan zat-zat gizi lainya meningkat,
selain itu yoghurt sesuai bagi penderita Lactose Intolerance atau yang tidak
toleran terhadap laktosa (Wahyudi 2006).
Menurut Chandan dan Shahani (1993), yoghurt merupakan produk semi
solid yang dibuat dari susu standarisasi dengan penambahan aktivitas simbiosis
antara Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus.Yoghurt memiliki
kandungan asam laktat yang tinggi, sedikit atau tidak mengandung alkohol sama
sekali, mempunyai tekstur semi padat (smooth), kompak serta rasa asam yang
menyegarkan (Tamime dan Robinson, 1989).
Produk susu fermentasi sangat berguna dalam mengatasi lactose intolerance
karena terjadi penurunan kadar laktosa sampai 30%. Laktosa dihidrolisis oleh
bakteri starter penghasil asam laktat sebagai hasil akhir (Chandan dan Shahani,
1993). Proses metabolisme laktosa di dalam sel bakteri secara umum melibatkan
tiga macam alur metabolik, yaitu homolactat pathway, phosphoketolase dan
heterolactate pathway. Secara skematis, ketiga macam alur tersebut melibatkan
2.3 Gula
Gula merupakan bentuk hasil dari pengolahan nira tanaman yang
dihasilkan melalui proses pemanasan pada nira dan diubah menjadi bentuk
kristal maupun padat. Tanaman yang dapat menghasilkan nira antara lain tebu,
aren dan kelapa. Nira yang dihasilkan oleh setiap tanaman tersebut memiliki ciri
fisik serta kandungan zat gizi yang berbeda - beda.
Gula merupakan salah satu golongan karbohidrat yang rasanya manis. Hal
ini juga merupakan bahan bakar yang cepat dan mudah untuk digunakan tubuh.
Karbohodrat, terutama polisakarida, adalah salah satu dari empat kelompok
utama biomolekul. Yang lainnya adalah protein, asam amino, dan asam nukleat.
Karbohidrat mengacu pada salah satu kelompok senyawa organik yang terdiri
dari karbon, hidrogen, dan oksigen, biasanya dalam perbandingan 1 :2 :1, oleh
karena itu rumus umumnya: Cn (H2O) n. Karbohidrat adalah yang paling
melimpah di antara kelas-kelas utama biomolekul. Mereka adalah salah satu
nutrisi utama, menyediakan energi yang akan memicu berbagai proses
metabolisme (Ilmukimia.2020).
BAB III
METODE PERCOBAAN
4. Cimory : 5%
5. Yoghurt kin bulgarian original : 5%
6. Yakult : 5%
7. Gula : 80,90,100 gram
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
3. pH 5,30
4. Tekstur Kental
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Pembuatan Yoghurt oleh Lina Eksalia
No Analisis Hasil
3. pH 4,48
4. Tekstur Kental
Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan Pembuatan Yoghurt oleh Clarisa Novela R.
No Analisis Hasil
3. pH 4-5
4. Tekstur Kental
3. pH 4
4. Tekstur Kental
Tabel 4.5 Data Hasil Percobaan Pembuatan Yoghurt oleh Wahyu Sandwi V.
No Analisis Hasil
3. pH 4,5
4. Tekstur Kental
starter yoghurt, dan gula. Susu adalah bahan utama dalam pembuatan
yoghurt. Susu merupakan makanan yang hampir sempurna, karena
kandungan nutrisinya yang lengkap dan cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup pokok manusia. Sedangkan penambahan gula dalam proses
pembuatan yoghurt berfungsi dalam membantu pembentukan tekstur dan
memberi rasa manis. Macam gula yang berbeda yaitu gula pasir, gula aren
dan gula palem akan menghasilkan asam-asam organik yang berbeda yang
pada akhirnya akan menyebabkan perbedaan kualitas yoghurt yang
dihasilkan. Pada percobaan kali ini gula digunakan adalah gula pasir dengan
takaran yang bervariasi sesuai modul percobaan praktikum.
Adapun starter yoghurt yang digunakan pun bervariasi sesuai modul
percobaan, contohnya adalah Cimory, Kin bulgarian original, dan juga
Yakult. Persentase volume starter yoghurt kin Bulgarian yang digunakan
adalah 2-5% dari volume susu yang digunakan. Namun, pada praktikum kali
ini, persentase volume yang digunakan adalah 5% dari volume susu yang
digunakan. Sebelum memulai praktikum, baiknya untuk menyiapkan botol
yang sudah disterilisasi. Botol yang akan digunakan harus disterilisasi
terlebih dahulu agar tidak terdapat kontaminan yang akan mempengaruhi
hasil yoghurt.
Pertama-tama, hal yang harus dilakukan sebelum melakukan
praktikum, semua alat harus disterilisasi terlebih dahulu. Selanjutnya
menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan prosedur dan semua harus dalam
keadaan steril. Kemudian susu sebanyak 500 mL dipanaskan di dalam panci
dengan api kecil dan suhu harus dijaga stabil di angka 70℃ untuk
membunuh bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri asam
laktat. Selain itu, pemanasan susu bertujuan untuk menghilangkan kadar air
dalam susu agar menajdi lebih kental. Selanjutnya, gula sebanyak 100 gram
ditambahkan ke dalam susu yang dipanaskan sedikit demi sedikit sambil
diaduk. Penambahan gula berfungsi dalam membantu pembentukan tekstur
dan memberi rasa manis pada yoghurt. Setelah gula sudah dilarutkan dalam
susu dan diaduk hingga perlahan, kompor dimatikan dan panci diangkat
untuk segera didinginkan. Setelah campuran gula dan susu sudah dingin
yaitu kira-kira sama dengan suhu ruang, starter yoghurt kin bulgarian
hot plate. Memanaskan susu pada suhu sekitar 70℃ dengan menggunakan
termometer dengan bertujuan untuk menjaga pemanasan dalam susu agar
tetap konstan, karena pemanasan dengan suhu yang berlebih dapat
mengakibatkan rusaknya kandungan dalam susu dan dapat menghilangkan
nutrisi penting yang terdapat dalam susu tersebut seperti kelompok vitamin
B (B1,B2 dan B12). Karena vitamin ini menguap saat suhu panas
meningkat. memanaskan susu sambil terus menerus diaduk, pengadukan ini
dimaksudkan untuk menjaga agar emulsi susu tersebut tetap stabil, dan
supaya protein tidak mengalami koagulasi. Langkah kedua yaitu dengan
menambahkan sedikit demi sedikit gula sebanyak 90 gram, penambahan
gula di dalam proses pembuatan yoghurt ini berfungsi dalam membantu
pembentukan tekstur dan memberi cita rasa manis pada yoghurt.
Penambahan gula ke dalam beaker glass yang berisi susu dengan cara
menambahkan sedikit demi sedikit yang bertujuan agar gula tersebut larut
secara sempurna dalam susu.
Langkah ketiga yaitu mendinginkan susu, susu yang telah
dipanaskan tadi didiamkan dan didinginkan terlebih dahulu. sambil
menunggu susu dingin, sebelumya mengukur volume starter Yoghurt kin
bulgarian original sebanyak 24 mL dengan menggunakan gelas ukur.
Penentuan dalam penambahan starter yoghurt tersebut sekitar 5% dari
volume susu yang telah dipanaskan. Volume susu sebelum dipanaskan 500
mL dan didapat volume setelah dipanaskan yaitu sekitar 480 mL. setelah
dingin menambahkan stater yoghurt kedalam beaker glass campuran susu
dan gula kemudian aduk secara merata. stater merupakan bahan tambahan
yang digunakan pada tahap awal proses fermentasi, didalam penambahan
starter Yoghurt ini sangat berperan dalam proses biokimia untuk
menghasilkan produk fermentasi yang diharapkan. Penggunaan starter
dalam proses fermentasi bertujuan untuk menghindari kegagalan dalam
proses fermentasi dan dapat mempercepat proses fermentasi.
Langkah selanjutnya yaitu menyiapkan botol kemasan dan
memastikan botok kemasan yang akan digunakan sudah steril agar yoghurt
yang dihasilkan tidak terkontaminasi oleh bakteri/ mikroba lainnya yang
dapat berpotensi menggangu proses fermentasi pada yoghurt, dapat merusak
500 mL, gula sebanyak 100 gram, dan starter yoghurt berupa yakult
sebanyak 5% volume susu. Kemudian untuk alat yang akan dibutuhkan
yaitu botol kemasan, neraca analitik, gelas ukur, inkubator untuk
menginkubasi yoghurt, pengaduk, spatula, gelas arloji, hot plate, Beaker
glass, termometer, dan kertas indikator pH universal. Berikut langkah
pertama untuk praktikum membuat yoghurt dengan cara fermentasi yaitu
setelah semua alat dan bahan disiapkan, pertama menyiapkan hot plate
kemudian memasukkan susu segar greenfields UHT plan sebanyak 500mL
dalam Beaker glass yang telah disiapkan, lalu memanaskan susu tersebut
dengan menggunakan hot plate pada suhu 70℃ dengan memantau
menggunakan termometer bertujuan untuk menjaga pemanasan dalam susu
agar tetap konstan. Suhu yang terlalu panas pada susu menyebabkan
terjadinya penggumpalan di permukaan susu dan pada saat memanaskan
susu harus terus menerus diaduk.
Langkah kedua yaitu menimbang gula sebanyak 100 gram dan
menambahkan sedikit demi sedikit kedalam larutan tersebut, Selain
digunakan sebagai sumber energi dan dan sumber karbon, penambahan gula
di dalam proses pembuatan yoghurt ini berfungsi memberi rasa manis
terhadap yoghurt dan membantu pembentukan tekstur pada yoghurt.
Langkah ketiga yaitu mendinginkan susu, sambil menunggu susu
dingin, sebelum nya mengukur volume starter yoghurt yakult yaitu
sebanyak 25 mL dengan menggunakan gelas ukur. Penambahan starter
yoghurt tersebut adalah sekitar 5% dari volume susu. setelah susu terasa
dingin kemudian menambahkan starter yoghurt ke dalam beaker glass
berisi susu dan gula tersebut. Penggunaan starter dalam proses fermentasi
dapat mempercepat proses fermentasi. Langkah selanjutnya yaitu
memasukkan larutan tersebut ke dalam inkubator pada suhu sekitar (30-
40℃) selama 24 jam. dan memastikan tetap dalam keadaan steril. Susu sapi
mengandung protein yang berupa kasein yang cukup tinggi sehingga sangat
mudah terpengaruh oleh perubahan derajat keasaman.
Langkah terakhir setelah diinkubasi selama 24 jam. Mengeluarkan
yoghurt dari inkubator dan mengamati hasil yoghurt seperti pH, rasa, dan
bau. Mengamati hasil pH pada percobaan pembuatan yoghurt yang telah
menguraikan gula susu (laktosa) menjadi asam laktat. Adanya asam laktat
inilah yang menyebabkan yoghurt berasa asam. Aroma khas yoghurt terdiri
dari komponen karbonil dengan diacetil dan acetaldehid yang dominan.
Pada praktikum langkah awal yaitu menyiapkan alat dan bahan.
bahan – bahan yang dibutuhkan antara lain, susu full cream sebagai bahan
utuma pada pembuatan yoghurt, starter yang digunakan pada pembuatan
yoghurt ini yaitu biogurt, dan gula. Kemudian alat yang digunakan pada
proses pembuatan yoghurt ini yaitu kompor yang berfungsi untuk proses
pemanasan pada pembuatan yoghurt, kemudian terdapat panci yang
digunakan sebagai wadah untuk memanaskan susu, sendok untuk
mengaduk, gelas ukur plastik 1000 mL sebagai wadah, kemudian terdapat
gelas ukur 100 mL untuk mengukur kebutuhan starter, lalu pH indikator
universal yang digunakan untuk analisa kadar keasaman produk,
termometer digunakan untuk mengukur suhu ketika dilakukan pemanasan
dan neraca untuk menimbang gula yang akan digunakan.
Pada proses pembuatannya langkah awal yang harus dilakukan yaitu
mensterilkan alat yang akan digunakan dengan merendam alat
menggunakan air hangat kemudian memanaskan 500 mL susu full cream
menggunakan pada suhu 70 °C sambil diaduk, pada saat pemanasan suhu
harus tetap dijaga dan harus mengaduknya untuk menghindari terjadi
kerusakan susu agar susu tidak pecah yang dapat menyebabkan produk
yoghurt menjadi tidak baik. Setelah tercapai suhu tersebut langkah yang
selanjutnya itu menambahkan 100 gr gula sedikit demisedikit dan
mengaduknya hingga rata penambahan gula bertujuan untuk memperbaiki
rasa dan bau yoghurt sehingga rasa yoghurt lebih disenangi juga agar
yoghurt memiliki daya simpan yang lama. Gula sebagai bahan pengawet
dan juga menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Kemudian
mendinginkan larutan tersebut, lakukan pengecekan suhu dengan
termometer. Setelah dingin langkah yang dilakukan yaitu menambahkan
starter biogurt sebanyak 25 mL, lakukan pengukuran tersebut
menggunakan gelas ukur 100 mL dan lakukan pengadukan.
Kemudian langkah yang terakhir yaitu memasukkan larutan tersebut
kedalam wadah tepak makan dan tutup kemudian membungkusnya dengan
mL, gula 90 gram, dan yakult 25 mL. Susu adalah cairan yang berwarna
putih, yang diperoleh dari pemerasan kambing, sapi dan hewan-hewan
lainnya, yang dapat diminum atau digunakan sebagai bahan pangan yang
sehat, serta tidak dikurangi komponen-komponennya. Proses susu
fermentasi bertujuan untuk membuat produk baru dengan cita rasa yang
berbeda dengan bahan aslinya, menghilangkan cita rasa yang tidak
diinginkan dan memberi nilai tambah. Susu yang digunakan merupakan
susu skim yang berfungsi sebagai sumber laktosa dan protein untuk
meningkatkan nilai gizi yoghurt dan memberikan hasil dengan konsistensi
serta tekstur yang baik.
Starter yang digunakan yaitu yakult dengan komposisi 25 mL,
yakult merupakan zat inokulen yang digunakan. Yakult merupakan minuman
susu fermentasi berasal dari Jepang dan ditemukan oleh Dr. Shirota sejak
tahun 1930 bakteri itu dikenal dengan nama Lactobacillus casei Shirota
strain. Yakult memiilki bakteri Lactobacillus Casei, bakteri ini memiliki
peran dalam upaya menjaga pencernaan manusia. Minuman Yakult tidak
mengandung bahan pengawet artinya bahan semua bahan baku Yakult
bersifat alami. Percepatan pertumbuhan bakteri ini berkisar antara 50 asam
laktat setelah 48 jam. Peran gula tidak kalah penting dalam pembuatan
yoghurt, penambahan gula dalam proses pembuatan yoghurt berfungsi
dalam membantu pembentukan tekstur dan memberi rasa. Macam gula
berbeda-beda yaitu gula pasir, gula aren dan gula palem akan menghasilkan
asam-asam organik yang berbeda yang pada akhirnya akan menyebabkan
perbedaan kualitas yoghurt yang dihasilkan.
Laktosa berperan sebagai sumber energi utama untuk pertumbuhan
bakteri asam laktat. Peralatan yang digunakan pada pembuatan yoghurt
seperti peralatan rumah tangga umumnya seperti kompor, panci, botol kaca,
dan beberapa gelas dan sendok. Langkah pertama yaitu memanaskan 500
mL susu segar pada suhu sekitar 70°C di atas api kecil sambil diaduk.
Pemanasan pada susu yang difermentasikan sebenarnya bertujuan untuk
menurunkan populasi mikroba dalam susu dan memberikan kondisi kondisi
yang baik bagi perkembangbiakan yoghurt serta mengurangi kandungan air
dalam susu. Sebelum penguapan, susu segar ditambahkan gula sedikit demi
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari pembuatan yoghurt yaitu:
1. Cara pembuatan yoghurt dengan proses fermentasi adalah dengan
mencampurkan susu,starter yoghurt, dan juga gula lalu diinkubasi selama
24 jam.
2. Peran bakteri dalam proses fermentasi pada pembuatan yoghurt adalah
menguraikan laktosa menjadi asam laktat dalam susu.
5.2 Saran
Adapun saran ketika melakukan pembuatan yoghurt ini yaitu:
1. Pada saat melakukan pemanasan terhadap susu, suhu pemanasan harus
dijaga pada suhu 70oC agar kandungan nutrisi di dalam susu tidak rusak
atau hilang.
2. Pada saat melakukan pemanasan, pengandukan harus dilakukan secara
terus menerus agar campuran larut secara sempurna.
3. Peralatan yang digunakan pada saat praktikum harus disterilkan terlebih
dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Budi. A dan A. Harsono, 1998. Pengaruh Suhu dan Macam Suhu
Terhadap Mutu Yoghurt Selama Penyimpanan. hal 755-760. Dalam
Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor.
Buckle, K.A., dkk, 1987. Ilmu Pangan, Universitas Indonesia (UI. Press), Jakarta.
Hadiwiyoto, S., 1983. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil
Olahannya. Liberty. Yogyakarta.
Mukhtar, A. 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah. Universitas Sebelas Maret Press.
Surakarta.
LAMPIRAN
1. Sebelum
diinkubasi
2. Sesudah
diinkubasi
1. Sebelum
diinkubasi
2. Sesudah
diinkubasi
1. Sebelum
diinkubasi
2. Sesudah
diinkubasi
1. Sebelum
diinkubasi
2. Sesudah
diinkubasi
1. Sebelum
diinkubasi
2. Sesudah
diinkubasi
2.
04-06-2021 Semua BAB
Rizal
3.
05-06-2021 Semua BAB
Rizal
4.
07-06-2021 BAB IV Penulisan
Rizal
5.
11-06-2021 Daftar Pustaka
Rizal
6.
17-06-2021 Penulisan
Rizal
7.
24-06-2021 ACC
Rizal
8.
ACC
30/06/2021
PEMBUATAN ETANOL
KELOMPOK 7 :
1. VICHA ALFANIA NPM : 08.2020.1.01873
2. LINA EKSALIA NPM : 08.2020.1.01875
3. CLARISA NOVELA R. NPM : 08.2020.1.01888
4. RIZA ANDRIANI NPM : 08.2020.1.01891
5. WAHYU SANDWI V. NPM : 08.2020.1.01910
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Kelompok 7
Telah diperiksa, diperbaiki, dan disetujui sesuai hasil praktikum atas saran dan petunjuk
dari asisten dan dosen pembimbing:
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Dasar Teknik Kimia
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat Nya dan atas
karunia Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mikrobiologi Industri
yang berjudul Pembuatan Etanol.
Laporan praktikum ini dibuat untuk memenuhi tugas praktikum Mikrobiologi
Industri. Disamping itu, kami juga berharap laporan ini mampu memberikan
konribusi dalam menunjang pengetahuan para mahasiswa khususnya dan pihak lain
pada umumnya.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini, kami tidak dapat menyelesaikan-
nya dengan baik tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang
berupa petunjuk, bimbingan, pengarahan maupun fasilitas yang diperoleh. Untuk
itu pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hati
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Dian Yanuarita P., S.T., M.T. selaku dosen pengampu.
2. Asisten laboratorium mikrobiologi industri 2021.
3. Teman-teman yang membantu kami baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Untuk lebih menyempurnakan laporan praktikum ini, kami memerlukan
kritik dan saran dari pembaca, sehingga dapat digunakan untuk membantu
memperbaiki laporan praktikum ini. Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam
penyusunan laporan praktikum ini terdapat kesalahan dan harapan kami semoga
laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penyusun
ABSTRAK
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah
sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang
paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etanol dapat dibuat dengan cara fermentasi.
Fermentasi alkohol adalah salah satu metode pembuatan alkohol dengan cara mengkonversi larutan
yang mengandung glukosa menjadi alkohol dengan bantuan fermentation agent. Fermentation agent
yang digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae dalam ragi roti. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan proses fermentasi diantaranya adalah mikroba, suhu, dan oksigen. Prak-
tikum ini memanfaatkan buah-buahan seperti apel, jambu, melon, nanas, dan semangka. Banyaknya
ragi yang digunakan antara lain 1 gram, 1.5 gram, dan 2 gram. Setelah itu diinkubasikan di suhu
30oC-40oC selama 7 hari. Densitas yang didapatkan dari praktikum ini berkisar antara 0.99162
gram/cm3 sampai 0.98357 gram/cm3. Kadar alkohol yang didapat berkisar antara 3%-10 %.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
ABSTRAK .............................................................................................................iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan...................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pupuk ZA .................................................................................................3
2.2 Pupuk NPK ............................................................................................... 3
2.3 Asam Sulfat .............................................................................................. 4
2.4 Air Kapur..................................................................................................4
2.5 Gula .......................................................................................................... 5
2.6 Ragi Roti ..................................................................................................5
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan ...................................................................................... 6
3.2 Alat dan Bahan Percobaan ........................................................................ 7
3.2.1 Alat Percobaan ................................................................................. 7
3.2.2 Bahan Percobaan ............................................................................. 7
3.3 Gambar Alat .............................................................................................. 7
BAB IV DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan ............................................................................ 10
4.2 Data Hasil Perhitungan .......................................................................... 11
4.3 Diskusi dan Pembahasan ....................................................................... 12
4.3.1 Pembahasan oleh Vicha Alfania ................................................... 12
4.3.2 Pembahasan oleh Lina Eksalia ..................................................... 14
4.3.3 Pembahasan oleh Clarisa Novela Rohmadania ............................ 16
4.3.4 Pembahasan oleh Riza Andriani ................................................... 18
4.3.5 Pembahasan oleh Wahyu Sandwi Vaggy .....................................19
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................................. 23
5.2 Saran ....................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ix
APPENDIKS
LAMPIRAN
A. Gambar Percobaan
B. Log Book Percobaan
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Pembuatan Etanol oleh Vicha Alfania ............... 9
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Pembuatan Etanol oleh Lina Eksalia ................. 9
Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan Pembuatan Etanol oleh Clarisa Novela R .......... 9
Tabel 4.4 Data Hasil Percobaan Pembuatan Etanol oleh Riza Andriani ............. 10
Tabel 4.5 Data Hasil Percobaan Pembuatan Etanol oleh Wahyu Sandwi V ....... 10
Tabel 4.6 Data Hasil Perhitungan Pembuatan Etanol oleh Vicha Alfania .......... 10
Tabel 4.7 Data Hasil Perhitungan Pembuatan Etanol oleh Lina Eksalia ............. 11
Tabel 4.8 Data Hasil Perhitungan Pembuatan Etanol oleh Clarisa Novela R .....11
Tabel 4.9 Data Hasil Perhitungan Pembuatan Etanol oleh Riza Andriani .......... 11
Tabel 4.10 Data Hasil Perhitungan Pembuatan Etanol oleh Wahyu Sandwi V ....12
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etanol adalah nama sistematis yang didefinisikan oleh International Union of
Pure and Applied Chemistry (IUPAC) untuk molekul dengan dua atom karbon
(awalan “eth-“), memiliki ikatan tunggal diantaranya (akhiran “-ane”), dan terdapat
gugus fungsional –OH (akhiran “-ol”). Awalan etil diciptakan pada tahun 1834 oleh
kimiawan Jerman Justus Liebig. Etil berasal dari bahasa Inggris ethyl yang berasal
dari bahasa Perancis. Ether yang berarti “zat yang mudah menguap atau menyublim
pada suhu kamar” yang berasal dari bahasa Yunani ύλη (hyle) yang berarti “sub-
stansi”.
Istilah etanol diciptakan sebagai hasil dari resolusi Konferensi Internasional
tentang Kimia Nomenklatur yang digelar di Jenewa, Swiss pada bulan April 1892.
Istilah “alkohol” semakin luas digunakan dalam menyebut zat kimia nomenklatur,
tetapi dalam bahasa umum tetap disebut etanol. Istilah alkohol telah ada sejak Abad
Pertengahan yang berasal dari bahasa Arab al-Kuhl. Sedangkan penggunaan istilah
“alkohol” untuk menyebut minuman anggur beralkohol diperkenalkan pada perten-
gahan abad ke-18. Sebelum itu, dalam bahasa Latin Tengah, istilah alko-
hol digunakan untuk meyebut “bubuk bijih antimon, bubuk kosmetik”.
Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu penemuan awal di bi-
dang bioteknologi. Efek memabukkan akibat konsumsi etanol telah dikenal sejak
zaman kuno dan telah digunakan sebagai minuman beralkohol. Bukti tertua adanya
minuman beralkohol adalah di Tiongkok sekitar 9000 tahun yang lalu, meskipun
proses distilasi telah dikenal di Yunani dan Arab, namun yang tercatat pertama kali
memproduksi dari anggur adalah seorang alkemis dari School of Salerno pada abad
ke-12. Yang pertama kali menyebutkan bahwa alkohol berbeda dengan campuran
alkohol dan air adalah Raymon Lull.
Pada tahun 1796, seorang ahli kimia Jerman-Rusia Johann Tobias Lowitz ber-
hasil memperoleh etanol murni dengan penyulingan. Kimiawan Perancis Antoine
Lavoisier pertama kali menjelaskan bahwa etanol merupakan senyawa karbon, hi-
drogen, dan oksigen. Namun rumus kimianya baru ditentukan pada tahun 1807 oleh
Nicolas-Théodore de Saussure.
Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahun 1825 oleh Michael Far-
aday. Dia menemukan bahwa asam sulfat bisa menyerap gas batubara dalam
jumLah besar. Dia tidak sengaja menemukan bahwa etanol dapat diproduksi dari
etilena (komponen gas batubara) oleh asam-katalis hidrasi, proses yang sama
dengan industri etanol sintetis saat ini.
Etanol digunakan sebagai bahan bakar lampu di Amerika Serikat pada awal
1840, tetapi pajak yang dikenakan pada industri alkohol selama Perang Saudara
menyebabkan penggunaan etanol sebagai sumber energi menjadi tidak ekonomis.
Pajak tersebut dicabut pada tahun 1906. Penggunaan etanol untuk bahan bakar ken-
daraan bermotor pertama kali dilakukan pada tahun 1908. Ford Model T dapat ber-
jalan dengan bensin atau etanol. Etanol saat ini menjadi bahan bakar lampu spiritus.
Etanol pernah digunakan sebagai bahan bakar roket V-2 buatan Jerman pada saat
Perang Dunia II dan roket Redstone yang digunakan untuk meluncurkan satelit
Amerika Serikat pertama. Alkohol menjadi bahan bakar yang paling efisien untuk
roket (Hedi Sasrawan, 2019).
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan pembuatan etanol sebagai berikut :
1. Mengetahui proses pembuatan alkohol dengan cara fermentasi.
2. Menghitung kadar alkohol yang diperoleh.
3. Mengetahui peran yeast Saccharomyces cerevisiae dalam ragi roti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pupuk ZA
Pupuk ZA merupakan pupuk anorganik yang mengandung nitrogen dan
sulfur. Nitrogen merupakan unsur hara yang utama dalam pertumbuhan tanaman
sebagai penyusun protein, sedangkan sulfur merupakan penyusun 21 asam amino
pembentuk protein (Fauziah et al., 2018). Pupuk ZA atau disebut Ammonium
Sulfat adalah salah satu pestisida anorganik yang dirancang untuk memberikan
tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Selain itu, pupuk ZA
merupakan salah satu jenis herbisida organik yang dapat membunuh gulma
dibandingan jenis pupuk yang lain. Kandungan pupuk ZA sebesar 21% unsur
nitrogen dan 24% unsur sulfur. Dalam hal ini, peran nitrogen dalam pupuk ZA
adalah membuat bagian tanaman menjadi lebih hijau dan segar dalam proses
fotosintesis, mempercepat pertumbuhan tanaman dan menambah kandungan
protein pada hasil panen.
2.2 Pupuk NPK
Pupuk NPK merupakan pupuk anorganik yang memiliki jenis pupuk
majemuk karena mengandung unsur hara berupa nitrogen (N), fosfor (P). dan
kalium (K). Kandungan unsur nitrogen dalam pupuk NPK adalah sebesar 15%.
Nilai nitrogen sudah mewakili kadar nitrogen yang terkandung dalam pupuk
sehingga angkanya tidak perlu dikonversi kembali. N, P, dan K merupakan faktor
penting dan harus tersedia bagi tanaman karena berfungsi sebagai proses
metabolism dan biokimia sel tanaman. Nitrogen digunakan sebagai pembangun
asam nukleat, protein, bioenzim, dan klorofil. Fosfor digunakan sebagai
pembangun asam nukleat, fosforlipid, bioenzim, protein, senyawa metabolis yang
merupakan bagian dari ATP penting dalam transfer energi. Kalium digunakan
sebagai pengatur keseimbangan ion-ion sel yang berfungsi dalam mengatur
berbagai mekanisme metabolik seperti fotosintesis. Untuk itu, dengan pemberian
dosis pupuk N, P dan K akan memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman (Firmansyah et al., 2017).
Hara N, P, dan K merupakan hara esensial untuk tanaman dan sebagai faktor
batas bagi pertumbuhan tanaman. Peningkatan dosis pemupukan N di dalam
tanah secara langsung dapat meningkatkan kadar protein (N) dan produksi
tanaman, namun pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K akan menyebabkan
tanaman mudah rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan menurunnya
kualitas produksi usahatani (Tuherkih & Sipahutar, 2008).
2.3 Asam sulfat
Asam sulfat adalah asam mineral (zat anorganik) yang sangat kuat. Zat ini
larut di dalam air. Asam Sulfat memiliki rumusan kimia H2SO4, dan memiliki
massa molar sebesar 98,08 g/mol. Asam sulfat berpenampilan seperti cairan
higroskopis, berminyak, tak bewarna, dan tak berbau. Asam Sulfat ini kerap pula
dipanggil minyak vitriol. Asam Sulfat memiliki titik lebur sebesar 10°C (283 K)
serta titik didih sebesar 337°C (610 K). Asam ini bersifat korosif. Asam sulfat
murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh
karena sifatnya yang higroskopis. Walaupun demikian, asam sulfat merupakan
komponen utama hujan asam, yang terjadi karena oksidasi sulfur dioksida di
atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit). Sulfur dioksida adalah
produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar seperti batu bara dan
minyak yang mengandung sulfur (belerang) (dosenpendidikan, 2021).
2.4 Air Kapur
Batu kapur adalah material yang berasal dari batuan sedimen berwarna putih
halus, yang mengandung mineral kalsium. Tiga senyawa utama yang mewujudkan
kapur adalah kalsium karbonat, kalsium oksida dan kalsium hidroksida. Kapur
dapat bercampur dengan mineral magnesium yang bernama Dolomit. Pemben-
tukan kapur terjadi pada laut ketika organisme laut purba yang memiliki cangkang
berkalsium mati. Sisa jasadnya bertumpuk dan perlahan membentuk lapisan enda-
pan, setelah berjuta tahun lapisan ini menjadi batuan melalui proses geologi. Ka-
pur adalah bahan yang sangat bermanfaat dalam segala bentuk aktivitas manusia
dengan harga yang relatif lebih murah. Pemanfaatan terbanyak dalam bidang
bangunan dan pertanian. Kapur juga menjadi bagian dari campuran semen karena
memiliki sifat merekatkan dan mengubah penampilan. Sebagai salah satu kapur
pertanian, kapur berguna dalam menyediakan unsur kalsium dan memperbaiki ke-
masaman tanah.
Terbentuknya batu kapur menjadi dua yaitu batu kapur non klastik dan batu kapur
klastik. Batu kapur non klastik merupakan koloni binatang laut terutama terumbu
dan koral yang merupakan anggota coelenterata, sehingga tidak menunjukkan
lapisan yang baik dan belum banyak mengalami pengotoran mineral lain. Se-
dangkan batu kapur klastik merupakan hasil rombakan jenis batu kapur non klas-
tik. Batu kapur yang komponennya berasal dari fasies terumbu oleh fragmentasi
mekanik, kemudian mengalami transportasi dan terendap kembali sebagai partikel
padat diklasifikasikan dalam batu kapur/gamping/limestone (Prahu, 2020).
2.5 Gula
Gula merupakan bentuk hasil dari pengolahan nira tanaman yang dihasilkan
melalui proses pemanasan pada nira dan diubah menjadi bentuk kristal maupun
padat. Tanaman yang dapat menghasilkan nira antara lain tebu, aren dan kelapa.
Nira yang dihasilkan oleh setiap tanaman tersebut memiliki ciri fisik serta
kandungan zat gizi yang berbeda -beda. (Said, 2007). Gula merupakan salah satu
golongan karbohidrat yang rasanya manis. Hal ini juga merupakan bahan bakar
yang cepat dan mudah untuk digunakan tubuh. Karbohidrat, terutama
polisakarida, adalah salah satu dari empat kelompok utama biomolekul. Yang
lainnya adalah protein, asam amino, dan asam nukleat. Karbohidrat mengacu
pada salah satu kelompok senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen,
dan oksigen, biasanya dalam perbandingan 1:2:1, oleh karena itu rumus
umumnya: Cn(H2O)n. Karbohidrat adalah yang paling melimpah di antara kelas-
kelas utama biomolekul. Mereka adalah salah satu nutrisi utama, menyediakan
energi yang akan memicu berbagai proses metabolisme (Ilmukimia.2020).
2.6 Ragi roti
Ragi merupakan khamir yang sering digunakan dalam pembuatan roti.
Pertumbuhan khamir ini dipengaruhi oleh pH, suhu, sumber energi, dan air bebas.
Ragi (Saccharomyces cerevisiae) merupakan penghasil enzim protease yang
dapat memecah ikatan protein dengan minyak pada emulsi santan (Chandra,
2006). Salah satu mikroba yang dapat digunakan adalah khamir roti yang dapat
menghasilkan enzim proteolitik dan amilolitik. Enzim amilolitik dapat memecah
karbon dioksida sehingga menghasilkan asam. Adanya asam akan menurunkan
pH, santan sampai mencapai titik isoelektrik protein sehingga protein akan
terkoagulasi. Kemudian enzim proteolitik akan memecah protein terkoagulasi,
akhirnya mudah dipisahkan dari minyak (Rusmanto, 2004).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan
Mulut botol ditutup dengan plastisin yang telah diberi selang plastik
dan kedua ujung selang tercelup dalam air kapur dan sari buah.
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan oleh Vicha Alfania
1. pH 4,5 – 4,8
4. Tekstur Cair
1. pH 4,5 – 4,8
4. Tekstur Cair
1. pH 4,5 – 4,8
4. Tekstur Cair
1. pH 4,5 – 4,8
4. Tekstur Cair
1. pH 4,5 – 4,8
4. Tekstur Cair
dari buah yang telah ditentukan sesuai variabel, yang mana kali ini yang
digunakan adalah buah apel. Apel diblender dan ditambahkan air dengan
perbandingan 1:1. Setelah itu, sari buah disaring agar tidak terdapat ampas.
Selanjutnya, sari buah dimasukkan ke dalam botol kaca yang telah
disterilisasi dan ditambahkan pupuk NPK dan pupuk ZA sebagai nutrien
aktivitas mikroba.
Setelah ditambahkan pupuk NPK dan pupuk ZA, pH dari campuran
tersebut dicek untuk memastikan campuran berada di pH 4,5 – 4,8. Apabila
campuran memiliki pH kurang dari itu, ditambahkan asam sulfat sampai pH
campuran tercapai. Apabila campuran tersebut sudah memiliki pH disekitar
4,5 – 4,8 maka penambahan asam sulfat tidak perlu dilakukan. Dengan kata
lain, asam sulfat hanya berfungsi untuk mengkondisikan campuran agar
berada di kondisi pH asam. Setelahnya, campuran tersebut ditambahkan ragi
1,5 gram.
Selain itu, di botol kaca steril lain, kapur dilarutkan dengan air.
Penutup pada kedua botol diberi lubang untuk jalan masuknya selang yang
akan menghubungkan kedua botol yaitu air kapur dan sari buah. Pastikan
tidak ada celah di kedua tutup botol kaca. Apabila dirasa masih ada celah
untuk masuknya kontaminan, ditambahkan plastisin pada kedua tutup botol
agar menjadi lebih rapat. Setelah itu, campuran tersebut diinkubasikan selama
7 hari di suhu 30oC - 40oC dan diamati perubahannya dari waktu ke waktu.
Selain itu, air kapur harus dipastikan tidak habis. Pada 8 jam pertama proses
inkubasi, warna campuran berubah dari kuning oranye menjadi kuning muda
dan juga, air kapur yang digunakan berkurang. Pada hari kedua sampai
ketujuh, warna berubah dari kuning muda ke kuning pucat dan terdapat
endapan pada dasar botol. Setelah proses inkubasi, dilakukan analisis bau
dan didapat hasil fermentasi sari buah berbau seperti tape ketan. Selanjutnya,
dilakukan uji bakar dengan cara tisu dibasahi dengan sedikit campuran
tersebut lalu dibakar dengan api dan dibandingan dengan tisu tanpa
campuran sari buah yang dibakar. Hasilnya adalah tisu dengan campuran
sari buah tidak mudah terbakar. Hal ini bisa disebabkan
karena kadar alkohol yang terbentuk kurang dari 50%. Selanjutnya, dilakukan
uji perhitungan densitas dan kadar pada alkohol. Pada percobaan ini
didapatkan densitas alkohol sebesar 0,98557 gram/cm3. Selain itu, didapatkan
kadar alkohol sebesar 7,67857%.
mengukur sari buah sebanyak 500 mL menggunakan gelas ukur. Sari buah
dimasukkan ke dalam beaker glass. Lalu 1,2 gram pupuk ZA dan 0,32 gram
pupuk NPK ditambahkan ke dalam beaker glass yang berisi sari buah
jambu. Kemudian diaduk hingga larut secara sempurna. Dalam penambahan
pupuk diperlukan untuk merubah karbohidrat menjadi alkohol, untuk
mendapatkan fermentasi yang sempurna. Proses selanjutnya yaitu
penambahan asam sulfat, sebelum proses penambahan asam sulfat lebih baik
dicek terlebih dahulu pH campuran sari buah tersebut. Jika sudah dicek pH
dan menunjukkan bahwa hasilnya asam, tidak perlu ada penambahan asam
sulfat.
Langkah selanjutnya adalah penambahan ragi roti (fermipan) sebanyak
2 gram dicampurkan ke dalam beaker glass yang telah berisi campuran sari
buah dan diaduk secara merata hingga homogen. Pada proses fermentasi ini
melibatkan peran mikroba adalah saccharomyces cereviseae, s. uvarium,
schizosaccharomyces sp, kluyveromyces. Khamir yang sangat potensial untuk
fermentasi etanol adalah saccharomyces cereviseae karena memiliki daya
konversi menjadi etanol sangat tinggi, metabolismenya sudah diketahui,
metabolit utama berupa etanol, karbondioksida, dan air sedikit menghasilakan
metabolit lainnya.
Setelah larutan tercampur secara sempura, lalu campuran sari buah
yang berada didalam beaker glass dituangkan kedalam botol kaca. Sebelum
di alirkan menggunakan selang, terlebih dahulu membuat air kapur untuk
mengalirkan selang antara campuran sari buah dengan air kapur. Pembuatan
air kapur dengan cara dimasukkan beberapa batu kapur ke dalam botol kaca
dan ditambahkan air kemudian direndam. Selanjutnya menyumbat mulut
botol yang berisi campuran sari buah yang telah diberi selang plastik dengan
menggunakan plastisin, dan untuk salah satu ujung selang tercelup dalam
botol yang berisi air kapur.
Langkah terakhir larutan campuran sari buah diinkubasi selama 7 hari.
Setelah menunggu selama 7 hari, mengamati hasil tekstur yang dihasilkan
yaitu cair. Selanjutnya mengamati hasil warna yang dihasilkan yaitu putih
agak keruh, sedangkan bau yang dihasilkan yaitu khas alkohol. Volume yang
dihasilkan yaitu 500 mL. Densitas yang dihasilkan dari proses fermentasi sari
gram pupuk NPK yang telah ditimbang dengan neraca analitik. Karena nilai
pH sudah mencapai 4,5–4,8, langsung mencampur larutan ini dengan 1,5
gram ragi roti tanpa harus menambahkan asam sulfat. Proses ini dimaksudkan
untuk memperbanyak sel-sel khamir supaya sejumlah sel khamir tersebut
cukup digunakan dalam fermentasi alkohol.
Langkah terakhir yaitu memasukkan larutan tersebut ke dalam botol
kaca yang sudah disterilkan terlebih dahulu. Lalu menyumbat mulut botol
menggunakan plastisin yang telah diberi dengan selang plastik dan salah satu
ujung selang tercelup di dalam air kapur. Lalu menginkubasi larutan tersebut
selama 7 hari. Pengolahan bahan baku sangat penting dalam proses pembu-
atan alkohol. Pengolahan ini dimaksutkan untuk mendapatkan kondisi yang
optimum untuk pertumbuhan khamir dan untuk fermentasi selanjutnya. Hal-
hal yang perlu disesuaikan dalam pengolahan ini adalah pH serta konsentrasi
dalam pemakaian nutrisi untuk mencegah adanya mikroba kontaminan hidup
selama pembibitan maupun selama fermentasi. Dilakukan sterilisasi dengan
pemanasan pada suhu 75oC. Kemudian didinginkan selama 1 jam sampai
suhu 30oC. Bahan yang telah disterilkan untuk kebutuhan pembibitan dan fer-
mentasi. Fermentasi adalah proses peragian atau proses penguraian makanan
oleh mikroorganisme yang berlangsung dalam keadaan anaerob yang tidak
memerlukan oksigen dari udara bebas. Selain itu fermentasi juga berarti
pemecahan senyawa organik oleh mikroba yang berlangsung dalam suasana
anaerob dengan menghasilkan energi. Pada fermentasi alkohol glukosa
dirombak menjadi alkohol (etanol) dan karbondioksida. Berdasarkan waktu
fermentasi bahwa waktu berpengaruh terhadap hasil fermentasi. Makin lama
waktu fermentasi makin besar massa alkohol yang dihasilkan sehingga ka-
darnya besar.
Setelah diinkubasi selama 7 hari yaitu mengamati hasil praktikum
tersebut berupa pH, bau, rasa, tekstur dan warna. Mengamati hasil pH pada
percobaan pembuatan etanol yang telah dilakukan dengan menggunakan
kertas pH universal didapatkan hasil pH antara 4 sampai 5. pH berpengaruh
terhadap jumlah produk hidrolisis. pH ini sangat erat hubungannya dengan
konsentrasi asam, dimana pH semakin rendah bila konsentrasi asam yang
mudah menguap, mudah terbakar, larut dalam air, tidak karsinogenik, dan jika
terjadi pencemaran tidak memberikan dampak lingkungan yang signifikan.
Penggunaan etanol sebagai bahan bakar bernilai oktan tinggi atau aditif
peningkat bilangan oktan pada bahan bakar sebenarnya dan hal tersebut
dilakukan sejak abad 19. Mula-mula etanol digunakan untuk bahan bakar
lampu pada masa sebelum perang saudara di Amerika Serikat. Kemudian
pada tahun 1860 Nikolous Otto menggunakan bahan bakar etanol dalam
mengembangkan mesin kendaraan dengan siklus Otto. Etanol diproduksi
dengan cara fermentasi menggunakan bahan baku hayati yang dihasilkan dari
fermentasi gula yang mengandung bahan seperti sari salak, sari melon, ,sari
jeruk, tetes tebu (sari tebu atau sirup tebu), berbagai jenis tanaman, gula, dan
jagung manis.
Melon sebagai tanaman hortikultura, mudah mengalami kerusakan
karena faktor mekanis, fisis, fisiologis dan mikrobiologis. Hal ini disebabkan
karena melon mempunyai kadar air yang cukup tinggi yaitu sebesar 92.84%
dan kandungan karbohidrat sebesar 7,8 gram. Perubahan lain yang cukup
merugikan adalah terjadinya perubahan warna daging buah secara enzimatis
karena kandungan tanin (reaksi browning enzimatis). Warna hijau pada
daging buah melon. Melon merupakan salah satu tanaman buah asli
Indonesia. Nilai gizi buah ini cukup tinggi, di antaranya karbohidrat, protein,
kalsium, fosforus dan zat besi. Buah melon dapat dimakan sebagai buah
segar. Namun demikian masyarakat di desa hanya menanam buah melon
tanpa menikmatinya dikarenakan tuntutan yang cukup besar dari kota. Namun
banyak terjadi masalah jika buah melon mengalami pembusukan dikarenakan
supply ke kota yang cukup jauh. Hal tersebut perlu diatasi dengan cara buah
melon diolah menjadi minuman, sehingga tetap memberikan nilai ekonomi.
Sifat buah yang tidak tahan lama dan dengan mudah mengalami pembusukan
jika telah rusak secara fisik merupakan salah satu alasan yang menjadikan
limbah buah-buahan sebagai bahan baku potensial bagi pembuatan bioetanol.
Metode yang sering digunakan pada pembuatan bioetanol yaitu fermentasi.
Proses fermentasi dasar melibatkan kegiatan enzimatik lactobacilli,
leuconostoc, pediococci, ragi, dan jamur. Metabolisme mereka
menghasilkan produksi rantai pendek asam lemak seperti laktat, asetat, butirat
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari percobaan pembuatan etanol antara
lain :
1. Cara pembuatan etanol dengan proses fermentasi adalah dengan
mencampurkan sari buah, pupuk NPK, pupuk ZA, dan juga ragi roti
sesuai variabel yang ditentukan dan diinkubasi selama 7 hari.
2. Kadar alkohol yang diperoleh dari pembuatan etanol dengan
menggunakan sari buah semangka sebesar 3,13157%, sari buah melon
sebesar 4,46478%, sari buah apel sebesar 9,67857%, sari buah nanas
sebesar 9,51612%, dan sari buah jambu sebesar 9,41935%.
3. Peran bakteri Saccharomyces cerevisiae dalam proses pembuatan etanol
dengan cara fermentasi adalah untuk mengubah glukosa menjadi akohol
dan karbondioksida.
5.2 Saran
Adapun saran ketika melakukan percobaan pembuatan etanol ini antara lain :
1. Pastikan sari buah tersaring sempurna sebelum ditambahkan bahan-bahan
lain seperti pupuk NPK, pupuk ZA, dan ragi roti.
2. Alat-alat yang digunakan pada saat proses pembuatan etanol harus
disterilkan terlebih dahulu termasuk botol kaca yang akan digunakan
dalam proses fermentasi.
3. Pastikan selang yang menghubungkan kedua botol kaca dalam proses
inkubasi tidak ada celah atau rongga udara agar CO2 tidak terbuang.
4. Pastikan air kapur tidak habis saat proses fermentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ansory Rahman. 1992. Teknologi Fermentasi, Arcan, Jakarta.
Azizah, N., Al-Baarri, N. & Mulyani, S. 2012. Pengaruh lama fermentasi terhadap
kadar alkohol, pH dan produksi gas pada proses fermentasi bioetanol dari
whey dengan substitusi kulit nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi Pagan, 1(2),
72-77.
Dosen Pendidikan 2. 2021. Asam Sulfat – Pengertian, Sifat, Rumus, Bahaya dan
Proses. Asam Sulfat - Pengertian, Sifat, Rumus, Bahaya dan Proses
(dosenpendidikan.co.id). (Diakses pada tanggal (29 Mei 2021)
Fauziah, R., Prihatin, J., & Suratno. (2018). Pengaruh Pemberian Pupuk ZA pada
Tanaman Murbei terhadap Kokon Ulat Sutera Alam. Junal Bioeksperimen,
4(1), 37–41.
Firmansyah, I., Syakir, M., & Lukman, L. (2017). Pengaruh Kombinasi Dosis
Pupuk N, P, dan K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung
(Solanum melongena L .), 27(1), 69–78.
Hedi Sasrawan. 2019. Etanol. Etanol (Artikel Lengkap) | Hedi Sasrawan. (Diakses
pada tanggal 29 Mei 2021).
Ilmu Kimia. 2020. Pengertian Gula, Ciri, Jenis, Manfaat, Bahaya, dan Contohnya.
Pengertian Gula, Ciri, Jenis, Manfaat, Bahaya, dan Contohnya | Ilmu Kimia
(pakarkimia.com). (Diakses pada 29 Mei 2021
Muin, R., Lestari, D. & Sari, T. W. (2014). Pengaruh konsentrasi asam sulfat dan
waktu fermentasi terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan dari biji
alpukat. Jurnal Teknik Kimia, 20(4), 1-7.
Prahu. 2020. Batu Kapur Jenis, Kegunaan Serta Manfaatnya. BATU KAPUR
JENIS, KEGUNAAN SERTA MANFAATNYA (prahu-hub.com). (Diakses
pada tanggal 29 Mei 2021)
Rusmanto, D.P. 2004. Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Minyak Kelapa Hasil
Ekstraksi Secara Fermentasi [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Thamrin, R., M.J.R. Runtuwene dan M.S. Sangi. 2011. Produksi Bio-Etanol dari
Daging Buah Salak (Salacca zalacca). Jurnal Ilmiah Sains 11(2): 248 ± 252.
Tuherkih, E. dan I.A. Sipahutar. 2008. Pengaruh pupuk NPK majemuk (16:16:15)
terhadap pertumbuhan dan hasil jagung (Zea mays L) di tanah inceptisols. Hal
77-88. Balai Penelitian Tanah.
APPENDIKS
1. Data Hasil Perhitungan Kadar Etanol oleh Vicha Alfania
Diketahui : ρ air pada suhu 30oC = 0,99568 gram/cm3(didapatkan dari
buku Geankoplis Tabel A,2-5)
Massa piknometer kosong = 13,50 gram
Massa piknometer + aquades = 23,35 gram
Ditanya : Volume aquades = …?
Jawab :V=
V=
V=
V = 9,89273 mL
Diketahui : Massa piknometer kosong = 13,50 gram
Massa piknometer + etanol = 23,25 gram
Volume aquades = 9,89273 mL
Ditanya : ρ etanol = …?
Jawab :ρ=
ρ=
ρ=
ρ = 0,98557gram/cm3
Diketahui : Data diperoleh dari buku Perry Chemical Engineers
Handbook Seventh Edition pada tabel 2-110
% Densitas
7 (a) 0,98500 (ax)
8 (c) 0,98584 (cx)
Bx = densitas etanol = 0,98557 gram/cm3
= 0,67857
7 – x = -0,67857
-x = -7 – 0,67857
x = 7,67857 %
Jadi kadar alkohol dalam pembuatan etanol ini adalah 7,67857 %.
V=
V=
V = 9,91282 mL
Diketahui : Massa piknometer kosong = 13,06 gram
Massa piknometer + etanol = 22,81 gram
Volume aquades = 9,91282 mL
Ditanya : ρ etanol = …?
Jawab :ρ=
ρ=
ρ=
ρ = 0,98357 gram/cm3
Diketahui : Data diperoleh dari buku Perry Chemical Engineers
Handbook Seventh Edition pada tabel 2-110
% Densitas
9 (a) 0,98331 (ax)
10 (c) 0,98393 (cx)
Bx = densitas etanol = 0,98357 gram/cm3
= 0,41935
9 – x = -0,41935
-x = -9 – 0,41935
x = 9,41935 %
Jadi kadar alkohol dalam pembuatan etanol ini adalah 9,41935%.
V=
V=
V = 9,96304 mL
Diketahui : Massa piknometer kosong = 13,15 gram
Massa piknometer + etanol = 22,95 gram
Volume aquades = 9,96304 mL
Ditanya : ρ etanol = …?
Jawab :ρ=
ρ=
ρ=
ρ = 0,98363 gram/cm3
Diketahui : Data diperoleh dari buku Perry Chemical Engineers
Handbook Seventh Edition pada tabel 2-110
% Densitas
9 (a) 0,98331 (ax)
10 (c) 0,98393 (cx)
= 0,51612
9 – x = -0,51612
-x = -9 – 0,51612
x = 9,51612 %
Jadi kadar alkohol dalam pembuatan etanol ini adalah 9,51612 %.
V=
V=
V = 9,87264 mL
Diketahui : Massa piknometer kosong = 12,42 gram
Massa piknometer + etanol = 22,21 gram
Volume aquades = 9,87264 mL
Ditanya : ρ etanol = …?
Jawab :ρ=
ρ=
ρ=
ρ = 0,99162 gram/cm3
= 0,13157
3 – x = -0,13157
-x = -3 – 0,13157
x = 3,13157 %
Jadi kadar alkohol dalam pembuatan etanol ini adalah 9,51612 %.
V=
V=
V = 9,95299 mL
Diketahui : Massa piknometer kosong = 12,55 gram
Massa piknometer + etanol = 22,41 gram
Volume aquades = 9,95299 mL
Ditanya : ρ etanol = …?
Jawab :ρ=
ρ=
ρ=
ρ = 0,99065 gram/cm3
Diketahui : Data diperoleh dari buku Perry Chemical Engineers
Handbook Seventh Edition pada tabel 2-110
% Densitas
4 (a) 0,99032 (ax)
5 (c) 0,99103 (cx)
Bx = densitas etanol = 0,99065 gram/cm3
= 0,46478
4 – x = -0,46478
-x = -4 – 0,46478
x = 4,46478%
Jadi kadar alkohol dalam pembuatan etanol ini adalah 4,46478 %.
LAMPIRAN
A. Gambar Percobaan
1. Gambar Percobaan oleh Vicha Alfania (Variabel C)
1. Sebelum
diinkubasi
2. Setelah
diinkubasi
1. Sebelum
diinkubasi
3. Setelah
diinkubasi
1. Sebelum
diinkubasi
2. Setelah
diinkubasi
1. Sebelum
diinkubasi
2. Setelah
diinkubasi
1. Sebelum
diinkubasi
2. Setelah
diinkubasi
1. 11 – 06 – 21 Semua Bab
Rizal
2. 17 – 06 – 21 Semua Bab
Rizal
3. 25 – 06 – 21 Semua Bab
Rizal
Rizal
5.
29 – 06 – 21 Daftar Pustaka, Penulisan
Rizal
6.
30 – 06 – 21 ACC
Rizal
ACC 5/7/2021
KELOMPOK 7 :
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Kelompok 7
Telah diperiksa, diperbaiki, dan disetujui sesuai hasil praktikum atas saran dan petunjuk
dari asisten dan dosen pembimbing:
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Dasar Teknik Kimia
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat Nya dan atas
karunia Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mikrobiologi Industri
yang berjudul Pembuatan Virgin Coconut Oil.
Laporan praktikum ini dibuat untuk memenuhi tugas praktikum Mikrobiologi
Industri. Disamping itu, kami juga berharap laporan ini mampu memberikan
kontribusi dalam menunjang pengetahuan para mahasiswa khususnya dan pihak
lain pada umumnya.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini, kami tidak dapat menyelesaikannya
dengan baik tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang berupa
petunjuk, bimbingan, pengarahan maupun fasilitas yang diperoleh. Untuk itu pada
kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hati penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Dian Yanuarita P., S.T., M.T. selaku dosen pengampu.
2. Asisten laboratorium mikrobiologi industri 2021.
3. Teman-teman yang membantu kami baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Untuk lebih menyempurnakan laporan praktikum ini, kami memerlukan kritik
dan saran dari pembaca, sehingga dapat digunakan untuk membantu memperbaiki
laporan praktikum ini. Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam penyusunan
laporan praktikum ini terdapat kesalahan dan harapan kami semoga laporan
praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penyusun
ABSTRAK
Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak yang dihasilkan dari buah kelapa segar yang dalam
prosesnya memanfaatkan santan kelapa yang telah diparut kemudian diproses lebih lanjut. Virgin
Coconut Oil (VCO) bermanfaat bagi kesehatan tubuh, hal ini disebabkan Virgin Coconut Oil (VCO)
mengandung banyak asam lemak rantai menengah (Medium Chain Fatty Acid / MCFA). Tujuan
percobaan ini adalah untuk mengetahui peran bakteri dalam proses fermentasi minyak kelapa, dan
untuk mengetahui cara pembuatan minyak VCO dengan cara fermentasi. Proses pembuatan VCO ini
meliputi pemerasan santan kelapa, pemisahan krim dan santan, kemudian fermentasi hingga
menghasilkan minyak VCO yang sesuai dengan SNI. Minyak VCO yang dihasilkan pada praktikum
kali ini memiliki bau khas kelapa (tidak tengik), warna putih jernih, tekstur yang licin dan rasa yang
gurih. Densitas yang dihasilkan antara lain 0,89249 gram/mL, 0,90128 gram/mL, 0,89737 gram/mL,
0,87684 gram/mL, dan 0,88467 gram/mL.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
ABSTRAK .............................................................................................................iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan .................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3
2.1 Kelapa Parut ............................................................................................ 3
2.2 Virgin Coconut Oil (VCO) ......................................................................3
2.3 Santan Kelapa .......................................................................................... 4
2.4 Air ............................................................................................................ 4
2.5 Ragi Roti ..................................................................................................5
BAB III METODE PERCOBAAN .......................................................................6
3.1 Skema Percobaan Pembuatan Virgin Coconut Oil ..................................6
3.1.1 Skema Percobaan Pembuatan Krim Santan....................................6
3.2.1 Skema Percobaan Fermentasi dan Inkubasi ...................................6
3.2 Alat dan Bahan Percobaan .......................................................................7
3.2.1 Alat Percobaan ................................................................................ 7
3.2.2 Bahan Percobaan ............................................................................ 7
3.3 Gambar Alat ............................................................................................ 7
BAB IV DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN ......................... 9
4.1 Data Hasil Percobaan............................................................................. 10
4.2 Data Hasil Perhitungan .......................................................................... 11
4.3 Diskusi dan Pembahasan ....................................................................... 12
4.3.1 Pembahasan oleh Vicha Alfania ................................................... 12
4.3.2 Pembahasan oleh Lina Eksalia ..................................................... 13
4.3.3 Pembahasan oleh Clarisa Novela Romadahnia ............................ 15
4.3.4 Pembahasan oleh Riza Andriani ................................................... 14
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Pembuatan VCO oleh Vicha Alfania ................ 10
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Pembuatan VCO oleh Lina Eksalia .................. 10
Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan Pembuatan VCO oleh Clarissa Novela R ......... 10
Tabel 4.4 Data Hasil Percobaan Pembuatan VCO oleh Wahyu Sandwi V .......... 11
Tabel 4.5 Data Hasil Percobaan Pembuatan VCO oleh Riza Andriani ................ 11
Tabel 4.6 Data Hasil Perhitungan Pembuatan VCO ............................................ 11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Skema Percobaan Pembuatan Krim Santan ........................................ 7
Gambar 3.2 Skema Percobaan Fermentasi dan Inkubasi .......................................7
Gambar 3.3 Baskom ............................................................................................... 8
Gambar 3.4 Saringan .............................................................................................. 8
Gambar 3.5 Gelas Ukur 1000 mL .......................................................................... 8
Gambar 3.6 Beaker Glass 500 mL ......................................................................... 8
Gambar 3.7 Neraca Analitik ................................................................................... 9
Gambar 3.8 Toples Plastik...................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak kelapa murni atau biasa disebut virgin coconut oil atau VCO
merupakan salah satu hasil olahan buah kelapa (Cocos nucifera L). Tanaman
kelapa banyak tumbuh di daerah tropis sehingga minyaknya juga disebut minyak
tropis (tropical oil). Virgin coconut oil atau VCO merupakan minyak kelapa
murni yang dihasilkan dari daging buah kelapa tua yang segar. Minyak kelapa
murni merupakan minyak dengan kandungan asam laurat yang tinggi. Pembuatan
minyak kelapa murni dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
pemanasan suhu rendah (<95℃), pancingan, pengadukan, sentrifugasi,
fermentasi, dan lain-lain. Minyak kelapa dengan fermentasi santan kelapa atau
VCO banyak digunakan sebagai bahan obat-obatan karena dapat menyembuhkan
berbagai penyakit kulit, mata, dan penyakit rontok rambut (Setiaji dan Prayugo,
2006).
Sifat-sifat kimia dan fisika dari minyak kelapa murni yaitu tidak berwarna,
aroma berbau asam dan harum karamel, tidak larut dalam air, memiliki pH di
bawah 7, bilangan asam maksimal 0,2%, kadar air maksimal 0,2%, dan bilangan
peroksida 0,2 mg ek/kg (SNI, 2008). Komponen utama minyak kelapa murni
adalah asam lemak jenuh selalur 90% dan asam lemak tak jenuh selalur 10%.
Asam lemak minyak kelapa murni didominasi oleh asam laurat yang memiliki
rantai C12. Minyak kelapa murni mengandung ± 53% asam laurat dan selalur 7%
asam kapriat memiliki rantai C10. Keduanya merupakan asam lemak jenuh rantai
sedang yang biasa disebut Medium Chain Fatty Acid (MCFA). Asam lemak rantai
sedang ini apabila dikonsumsi manusia tidak bersifat merugikan, bila terserap oleh
tubuh asam laurat akan diubah menjadi monolaurin dan asam kapriat akan diubah
menjadi monokaprin. Monolaurin merupakan senyawa monogliserida yang
bersifat antivirus, antibakteri dan antiprotozoa serta dapat menanggulangi
serangan virus seperti influenza dan HIV. Asam laurat juga berfungsi untuk
menghaluskan dan melembabkan kulit. Sehingga VCO juga cocok dijadikan
sebagai bahan baku pembuatan sabun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Parut
Pohon kelapa (Cocos nucifera) adalah tanaman perkebunan yang banyak
tersebar di wilayah tropis. Produk utamanya adalah kopra, yang berasal dari
daging buah yang dikeringkan. Pohon kelapa yang telah ditebang akan menjadi
limbah yang merugikan bagi perkebunan tersebut karena akan menjadi sarang
bagi perkembangbiakan kumbang badak (Oryctes rhinoceros) yang termasuk
hama utama perkebunan kelapa diselalurnya. Namun karena ketersediaan kayu
yang semakin terbatas, batang kelapa mulai banyak dimanfaatkan sebagai
pengganti kayu sehingga pembuangan limbah dapat dikurangi (Arancon, 1997).
Tanaman kelapa digolongkan atas 2 tipe, yaitu kelapa tipe Dalam dan tipe
Genjah. Kelapa tipe Dalam umumnya memiliki batang yang tinggi selalur 15
meter dan bagian pangkal membengkak (disebut bol), mahkota daun terbuka
penuh berkisar 30–40 daun, panjang daun berkisar 5–7 meter, berbunga pertama
lambat berkisar 7–10 tahun setelah tanam, buah masak selalur 12 bulan setelah
penyerbukan, umur tanaman dapat mencapai 80–90 tahun, lebih toleran terhadap
macam-macam jenis tanah dan kondisi iklim, kualitas kopra dan minyak serta
sabut umumnya baik, pada umumnya menyerbuk silang (Rompas, 1989).
Kelapa parut adalah isi buah kelapa yang sudah diparut, dikerok halus.
Untuk menghasilkan santan, biasanya parutan kelapa akan dicampur dengan air
dan diperas. Proses yang demikian ini diulangi beberapa kali hingga santan yang
dihasilkan terperas habis. Kelapa parut bisa disimpan beku di dalam lemari es.
Saat akan digunakan, parutan kelapa bisa dengan air panas dan diperas seperti
biasa. Untuk menghasilkan santan pekat digunakan kelapa tua. Selain itu,
ekstraksi hanya dilakukan sekali atau dua kali (Rompas, 1989).
2.2 Virgin Coconut Oil (VCO)
Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak kelapa murni yang
dihasilkan dari daging buah kelapa tua yang segar. Minyak kelapa murni
merupakan minyak dengan kandungan asam laurat yang tinggi. Asam laurat ini
berfungsi untuk menghaluskan dan melembabkan kulit. Sehingga VCO cocok
dijadikan sebagai bahan baku pembuatan sabun. Beberapa metode yang
merupakan molekul polar, dan mudah untuk dilihat. Selain itu, air termasuk
substansi yang memiliki banyak sifat yang menguntungakan dan memiliki banyak
kelebihan dibanding molekul-molekul lain. Air salah satu bahan yang sangat
penting dalam suatu kehidupan. Yang ikatan hidrogen akan mengikat molekul-
molekul air yang hingga menyatu. Saat air dalam wujud cair, ikatan hidrogen
sangat rapuh yang sehingga ikatan-ikatan tersebut terbentuk, berpisah dan akan
terbentuk kembali dengan sangat cepat. Dengan adanya ikatan hidrogen dapat
menyusun molekul-molekul air tersebut sehingga akan memiliki sifat air yang
bermanfaat. Beberapa bahan kimia tidak dapat membentuk suatu larutan, tetapi
hanya terdispersi dalam air (Samhis, 2021).
2.5 Ragi Roti
Ragi merupakan sediaan mikroorganisme hidup yang diperlukan dalam
proses fermentasi atau peragian produk pangan. Dalam kehidupan sangat
tergantung pada mikroorganisme pengurai, sebab mempunyai begitu banyak
keuntungan. Ragi memiliki bahasa umum ilmiahnya yaitu yeast. Untuk ragi roti
biasanya adalah Sachharomyces cereviciae. Ragi bisa berbelah menjadi banyak
untuk perkembangbiakannya, sebagaimana mikroba lainnya juga. Dalam industri
bir misalnya akhir fermentasi jumlah ragi atau yeast itu sangat banyak sekali,
karena kecepatan pembelahannya atau penggandaanya yang singkat. Ragi
merupakan zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi biasanya mengandung
mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi
mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran kecil
atau cairan nutrien. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untuk
membuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti acar, tempe, roti dan bir.
Mikroorganisme yang digunakan didalam ragi umumnya terdiri atas berbagai
bakteri dan fungsi (khamir dan kapang) yaitu Rhizopus, Aspergillus, Mucor,
Amylomyces, Endomycopsis, Saccharomyces, Hansenula anomala, Lactobacillus,
Acetobacter, dan sebagainya (Dosen pendidikan, 2021).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan
3.1.1 Skema Percobaan Pembuatan Krim Santan
Toples ditutup dan didiamkan selama 6-12 jam untuk memisahkan air
dan krim santannya.
Air hasil pemisahan dibuang sehingga hanya tersisa krim santan didalam
Krim santan ditimbang, lalu ditambah ragi roti sebanyak 0,5% dari berat
krim santan dan diaduk hingga rata.
Gambar 3.5 Gelas Ukur 1000 mL Gambar 3.6 Beaker Glass 500 mL
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
No Analisis Hasil
1. Rasa Gurih
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Pembuatan VCO oleh Lina Eksalia
No Analisis Hasil
1. Rasa Gurih
3. Tekstur Licin
Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan Pembuatan VCO oleh Clarissa N.R.
No Analisis Hasil
1. Rasa Gurih
2. Bau Tengik
3. Tekstur Kental
Tabel 4.4 Data Hasil Percobaan Pembuatan VCO oleh Wahyu Sandwi V.
No Analisis Hasil
1. Rasa Gurih
3. Tekstur Kental
Tabel 4.5 Data Hasil Percobaan Pembuatan VCO oleh Riza Andriani
No Analisis Hasil
1. Rasa Gurih
3. Tekstur Licin
No Analisis Hasil
santannya. Hal ini dilakukan sampai air sebanyak 2 Liter habis. Setelah didapat
santan dari kelapa, mendiamkan santan selama 6-12 jam menggunakan toples
plastik. Fungsinya adalah untuk memisahkan krim santan dan air dari santan.
Pada pemisahan ini, setelah 8 jam telah terlihat pemisahan antara krim dan air
pada santan. Selanjutnya, mengambil krim santan dan membuang airnya untuk
dilanjutkan pada proses fermentasi. Krim santan yang didapat kemudian
ditimbang beratnya dan mendapatkan hasil sebesar 350 gram. Selanjutnya, ragi
roti yang telah disiapkan ditimbang sebanyak 1,5% dari berat krim santan atau
sebanyak 5,25 gram. Kemudian memasukkan krim santan kedalam toples plastik
dan menambahkan ragi roti yang telah ditetapkan beratnya. Selanjutnya,
menyimpan toples plastik pada suhu ruang dan mendiamkannya selama 24 jam.
Setelah 24 jam, krim santan dalam toples telah memisah antara minyak dan
blondonya. Terbentuknya minyak merupakan akibat terhidrolisisnya ikatan
peptida pada krim santan. Jika ikatan peptida tersebut terhidrolisis akan
menyebabkan sistem emulsi menjadi tidak stabil maka minyak dapat keluar dari
sistem emulsi. Pemecahan emulsi santan dapat terjadi dengan adanya enzim
proteolitik. Enzim ini dapat mengkatalisis reaksi pemecahan protein dengan
menghidrolisa ikatan peptidanya menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana.
Minyak yang didapat berwarna putih jernih khas VCO. Sedangkan blondonya
berwarna putih krem bertekstur cair. Setelah minyak dipisahkan dari blondonya,
minyak yang didapat dipanaskan hingga mendidih. Hal ini dikarenakan blondo
yang dihasilkan masih mengandung minyak yang bisa dikeluarkan dengan cara
pemanasan. Analisis yang dilakukan terhadap minyak ini meliputi bentuk,
tekstur, rasa, dan bau. VCO yang didapat pada praktikum ini sebanyak 200 mL.
VCO ini memiliki bentuk cair dan kental. VCO ini juga memiliki rasa khas VCO
dengan aroma kelapa yang kuat. Bau yang dimiliki VCO adalah bau kelapa khas
VCO.
4.3.2 Pembahasan oleh Lina Eksalia
Minyak kelapa murni (Virgin coconut oil atau VCO) merupakan produk
olahan asli Indonesia yang terbuat dari daging kelapa segar yang diolah pada
suhu rendah atau tanpa melalui pemanasan, sehingga kandungan yang penting
dalam minyak tetap dapat dipertahankan. Minyak kelapa murni merupakan hasil
olahan kelapa yang bebas dari transfatty acid (TFA) atau asam lemak-trans.
Asam lemak trans ini dapat terjadi akibat proses hidrogenasi. Agar tidak
mengalami proses hidrogenasi, maka ekstraksi minyak kelapa ini dilakukan
dengan proses dingin.
Pada proses praktikum kali ini pembuatan VCO dilakukan dengan
berbagai metode salah satunya denggan menggunakan metode fermentasi dan
inkubasi yang bertujuan untuk mengetahui hasil organoleptik seperti rasa, bau,
tekstur dan juga untuk mengetahui hasil densitas dari VCO tersebut. Hal yang
harus dipersiapkan sebelum melakukan praktikum yaitu menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan. Bahan yang akan digunakan yaitu kelapa parut, air,
ragi roti (fermipan). Langkah pertama untuk membuat VCO dengan
menggunakan metode fermentasi dengan cara memasukkan kelapa sebanyak 2
kg kedalam baskom, kemudian menambahkan air sebanyak 1,5 Liter lalu kelapa
diperas sampai akhirnya menghasilkan santan. Selanjutnya memasukkan santan
kedalam plastik setelah itu ujung plastik diikat. Mendiamkan santan selama 6
jam hingga terbentuk dua lapisan yaitu air dan krim santan. Memasukkan krim
santan yang telah dipisahkan kedalam baskom. Langkah kedua yaitu menimbang
ragi roti (fermipan) sebanyak 6 gram dengan menggunakan timbangan digital.
Kemudian menambahkan ragi roti (fermipan) kedalam baskom sambil diaduk
sampai homogen. Ragi roti ini mengandung mikroorganisme yaitu S. cereviceae,
dan penambahan ragi roti bertujuan untuk mendorong terjadinya proses
fermentasi. Setelah penambahan ragi roti ke dalam krim santan, selanjutnya krim
santan diinkubasi selama 24 jam didalam suhu ruang. Ragi (Saccharomyces
cerevisiae) merupakan khamir yang sering digunakan dalam pembuatan roti.
Pertumbuhan khamir ini dipengaruhi oleh pH, suhu, sumber energi, air bebas
dan dapat tumbuh optimum pada suhu 30oC. Mekanisme kerjanya adalah dengan
menghasilkan enzim yang dapat memecah karbohidrat menjadi asam. Asam
yang terbentuk akan mengkoagulasikan protein emulsi santan. Selain itu, juga
menghasilkan enzim proteolitik dimana enzim ini dapat menghidrolisis protein
yang menyelubungi globula lemak pada emulsi santan.
atau tanpa oksigen), memiliki sifat yang stabil dan seragam, mampu tumbuh
dengan cepat saat proses fermentasi sehingga proses fermentasi berlangsung
dengan cepat pula serta mampu memproduksi alkohol dalam jumlah banyak.
Langkah pertama pada praktikum pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO)
dengan cara fermentasi adalah melakukan sterilisasi alat-alat yang digunakan
serta menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan. Pertama-tama kelapa parut
disiram air sebanyak 2 Liter, dan diambil sarinya. Langkah kedua yaitu
menuangkan santan yang diperoleh kedalam toples lalu menutup toples dan
mendiamkannya selama 6-12 jam untuk memisahkan air dan krim santannya.
Kemudian membuang air hasil pemisahan, sehingga hanya tersisa krim santan
didalam toples. Selanjutnya menutup toples dan menyimpannya pada suhu ruang
selama 24 jam. Proses fermentasi pun berlangsung. Faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pembuatan VCO adalah kualitas dari bahan baku yaitu kelapa.
Setelah mendiamkan selama 6-12 jam, hal yang harus dilakukan adalah
mengambil dan menimbang krim santan yang dihasilkan lalu menambahkan ragi
roti sebanyak 0,5% dari berat krim santan, lalu diaduk hingga rata. Semakin baik
mutu kelapa yang digunakan, kualitas VCO yang dihasilkan juga akan semakin
baik. Selain itu, rendemennya pun semakin tinggi, demikian sebaliknya.
Adapun hasil akhir yang diperoleh pada praktikum pembuatan VCO kali
ini yaitu, warna minyak VCO terlihat putih jernih (tidak berwarna). Selain
dengan penyaringan, untuk mendapatkan minyak kelapa murni yang benar•benar
jernih, dapat dilakukan dengan cara mendiamkan minyak beberapa lama agar
terjadi endapan. Bagian atasnya merupakan minyak kelapa murni yang berwarna
jernih. Minyak VCO berbau lumayan tengik. Asam lemak tak jenuh dapat
mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya, sehingga membentuk peroksida.
Adanya peroksida dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan distruksi
vitamin yang terkandung dalam minyak. Berat molekul juga berpengaruh pada
kualitas VCO, minyak yang berat molekulnya rendah akan memiliki bilangan
penyabunan lebih tinggi. VCO dengan berat molekul yang rendah mempunyai
asam lemak yang berantai pendek semakin besar sehingga minyak akan lebih
stabil dan tidak mudah teroksidasi sehingga tidak mudah tengik. VCO yang
dihasilkan memiliki tekstur yang kental dan lengket seperti minyak pada
umumnya.
untuk memisahkan air dari krim santan. Setelah memisahkan krimnya, hal yang
harus dilakukan adalah menimbang krim santan yang diperoleh yaitu sebanyak
371 gram dan menambahkan ragi roti sebanyak 1,855 gram yakni 0,5% dari
berat krim santan lalu mengaduknya hingga tercampur rata. Selanjutnya
menutup toples dan menyimpannya ditempat yang aman untuk diinkubasikan
selama 24 jam. Selama proses fermentasi terjadi pemecahan senyawa-senyawa
penyusun emulsi krim santan. Senyawa karbohidrat dalam krim santan
merupakan sumber karbon bagi bakteri asam laktat yang digunakan sebagai
sumber energi dalam metabolisme sel. Pembentukan asam laktat dari
karbohidrat menyebabkan penurunan pH substrat, sehingga dapat menyebabkan
protein yang juga sebagai emulsifier pada krim santan mengalami denaturasidan
penggumpalan. Penguraian protein juga berlangsung secara enzimatis oleh
enzim aminpeptidase yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat yang digunakan
sebagai bakteri starter. Aminopeptidase merupakan eksopeptidase yang
menguraikan peptide menjadi asam amino.
Setelah proses fermentasi berlangsung selama 24 jam, terlihat hasil dimana
terdapat 3 lapisan yaitu lapisan atas berupa minyak murni VCO, lapisan tengah
berupa krim warna putih dan lapisan bawah berupa air. Hal ini dikarenakan
terurainya karbohidrat dan protein dalam emulsi krim santan, maka molekul
minyak akan dibebaskan dan membentuk lapisan tersendiri yang dapat
dipisahkan dari bagian lainnya. Kemudian melakukan pengambilan minyak
murni menggunakan selang plastik dimana salah satu ujung selang dimasukkan
kedalam toples untuk mengambil minyak dan ujung lainnya dimasukkan
kedalam botol untuk pengaliran minyak. Kemudian melakukan penyaringan
minyak menggunakan kertas saring dan corong untuk memisahkan minyak dari
bahan lain. Kemudian memanaskan minyak untuk menghilangkan kandungan air
yang masih tercampur dalam VCO.
Hal ini dikarenakan kadar air sangat mempengaruhi kualitas dari
kemurnian minyak VCO tersebut. Semakin tinggi kadar air dalam VCO
menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis yang dapat mengubah minyak menjadi
asam lemak bebas dan gliserol yang dilakukan oleh enzim lipase. Enzim ini
dihasilkan oleh mikroba yang tumbuh pada bahan pangan dengan kadar air
tinggi. Reaksi hidrolisis ini mengakibatkan ketengikan yang menghasilkan cita
rasa dan bau tengik pada minyak tersebut.
Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan volune VCO sebanyak 198
mL setelah melalui proses pemanasan. Hasil penelitian menunnjukkan bahwa
kondisi fisik VCO menghasilkan minyak yang berwarna bening dan berbau
harum khas kelapa, memiliki tekstur licin seperti minyak pada umumnya dan
memiliki rasa khas minyak kelapa murni, yang berarti pembuatan VCO
menggunakan metode fermentasi menggunakan ragi roti pada praktikum kali ini
memenuhi persyaratan mutu minyak kelapa murni sesuai dengan SNI 7381 :
2008. Dalam percobaan ini dapat terlihat bahwa kesterilan pada proses
pembuatan dan suhu berpengaruh terhadap keberhasilan pembuatan VCO ini.
kelapa parut terhadap air yang sama cenderung meningkat kadar air. Hal ini
karena makin banyak jumlah starter ragi roti yang ditambahkan maka kadar air
minyak kelapa murni juga semakin banyak karena starter ragi roti akan
terakumulasi dengan kadar air minyak kelapa murni yang dihasilkan, sehingga
terjadi kenaikan kadar air akibat penambahan starter ragi roti. Air dalam bahan
makanan terdapat dalam berbagai bentuk diantaranya adalah air terikat secara
lemah, air terabsorbsi pada permukaan makromolekuler seperti protein, pectin,
pati, selulosa, dan lain sebagainya. Disamping itu keberadaan air dalam minyak
dapat merusak kualitas akibat reaksi hidrolisis.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada pembuatan VCO secara fermentasi Saccharomyces cerevisiae
menggunakan karbohidrat yang terkandung dalam krim santan sebagai
sumber energi utama sehingga ikatan karbohidrat. Minyak akan berada
dilapisan atas karena memiliki berat jenis yang lebih ringan, sedangkan
krim santan dan air berada dibawah.
2. Peran mikroba Sacacharomyces cerevisiae yaitu memecah glukosa menjadi
alkohol dan karbondioksida.
3. Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa pembuatan Virgin Coconut Oil
(VCO) menghasilkan bau yang khas, tidak berwarna, encer dan rasa yang
gurih.
4. Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa pembuatan Virgin Coconut Oil
(VCO) menghasilkan densitas paling tinggi yaitu 0,90128 gram/mL.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dilakukan penyaringan untuk mendapatkan minyak yang lebih
bening.
2. Sebaiknya dilakukan sesuai dengan urutan prosedur untuk mendapatkan
produk yang sesuai harapan.
3. Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum harus
disterilisasi terlebih dahulu untuk menghindari kontaminan.
4. Sebaiknya kelapa yang digunakan dalam pembuatan VCO adalah kelapa
tua karena kelapa tua memiliki banyak daging dan akan menghasilkan
santan yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, F. 2011. Analisis Komponen Tidak Tersabunkan Dalam Virgin coconut oil
(VCO) Yang Dibuat Dengan Metode Mixing. Skripsi. FMIPA
UNSRAT.Jakarta.
APPENDIKS
Perhitungan Densitas
A. Kalibrasi Volume Piknometer
Massa piknometer+air = 19,8 gram
Massa piknometer = 9,6 gram
Massa air = (massa piknometer+air) – (massa air)
= 19,8 gram – 9,6 gram
= 10,2 gram
Densitas air pada suhu 25oC = 0,99708 gram/cm3 atau 0,99708 gram/mL.
C. Kalibrasi Piknometer
= 10,2298 mL
Jadi volume piknometer sebenarnya adalah 10,2298 mL.
1. Densitas VCO
A. Densitas VCO oleh Vicha Alfania (Variabel C)
Massa piknometer+VCO = 18,83 gram
Massa piknometer kosong = 9,7 gram
Massa sampel = (piknometer kosong +VCO) – (piknometer kosong)
= 18,83 gram – 9,7 gram
= 9,13 gram
Densitas VCO =
= 0,89249 gram/mL
Jadi densitas VCO yang diperoleh adalah 0,89249 gram/mL.
Densitas VCO =
= 0,90128 gram/mL
Jadi densitas VCO yang diperoleh adalah 0,90128 gram/mL.
C. Densitas VCO oleh Clarisa Novela R. (Variabel D)
Massa piknometer+VCO = 18,88 gram
Massa piknometer kosong = 9,7 gram
Massa sampel = (piknometer kosong +VCO) – (piknometer kosong)
= 18,88 gram – 9,7 gram
= 9,18 gram
Densitas VCO =
= 0,89737 gram/mL
Densitas VCO =
= 0,87684 gram/mL
Jadi densitas VCO yang diperoleh adalah 0,87684 gram/mL.
Densitas VCO =
= 0,88467 gram/mL
Jadi densitas VCO yang diperoleh adalah 0,88467 gram/mL.
2. Rata-Rata Densitas
Rata-Rata Densitas =
= 0,89063 gram/mL
Jadi rata-rata densitas yang diperoleh adalah 0,89063 gram/mL.
LAMPIRAN
Keterangan Hasil
Setelah Inkubasi
Keterangan Hasil
Setelah Inkubasi
Keterangan Hasil
Setelah Inkubasi
Keterangan Hasil
Setelah Inkubasi
Keterangan Hasil
Setelah Inkubasi
4 Juli 2021
Chusnul Chotimah
KELOMPOK 7:
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM BERJUDUL :
PEMBUATAN NATA DE COCO
Oleh :
Kelompok 7
Telah diperiksa, diperbaiki, dan disetujui sesuai hasil praktikum atas saran dan
petunjuk dari asisten dan dosen pembimbing
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Dasar Teknik Kimia
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat Nya dan atas
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mikrobiologi Industri
yang berjudul Pembuatan Nata de Coco.
Laporan praktikum ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktikum Mikrobiologi
Industri. Di samping itu, kami juga berharap laporan praktikum ini mampu
memberikan kontribusi dalam menunjang pengetahuan para mahasiswa khususnya
dan pihak lain pada umumnya.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini, kami tidak dapat menyelesaikan
dengan baik dan benar tanpa adanya bantuan dorongan dari berbagai pihak yang
berupa petunjuk, bimbingan, pengarahan, maupun fasilitas yang diperoleh. Untuk
itu pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hati,
penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Dian Yanuarita P., S.T., M.T. selaku dosen pengampu.
2. Asisten laboratorium Mikrobiologi Industri 2021.
3. Teman-teman yang membantu kami, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Untuk lebih menyempurnakan laporan praktikum ini, kami memerlukan
kritik dan saran dari pembaca sehinga dapat digunakan untuk membantu
memperbaiki laporan praktikum ini. Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam
penyusunan laporan praktikum ini terdapat kesalahan dan harapan kami semoga
laporan praktikum ini dapat bemanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penyusun
ABSTRAK
Limbah air kelapa setiap harinya meningkat lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah
yang dimanfaatkan. Strategi yang dapat dilakukan adalah mengolah limbah air kelapa secar
sederhana melalui pembuatan nata de coco menggunakan starter bakteri Acetobacter xylinum yang
diperoleh dari ekstrak dan sari buah nanas serta biakan murni Acetobacter xylinum. Tujuan
percobaan mengetahui peran bakteri Acetobacter xylinum dalam proses fermentasi pembuatan nata
de coco, mengamati tekstur, aroma, rasa, warna, dan ketebalan nata de coco, mengukur pH dari nata
de coco. Metode percobaan dimulai dengan menyaring air kelapa kemudian dipanaskan. Air kelapa
ditambahkan gula sesuai variabel dan pupuk ZA 5 gram kemudian diaduk hingga homogen, lalu
didinginkan. Menambahkan asam cuka 3 mL diaduk hingga homogen. Menambahkan starter dan
dituangkan ke dalam loyang, kemudian ditutup dengan kertas koran dan diikat dengan karet.
Mengamati hasil nata selama 2 hari sekali dalam satu minggu. Hasil percobaan beberapa variabel
didapatkan hasil yang berbeda, hanya satu variabel yang berhasil. Hasil pengamatan pada nata de
coco yang berhasil didapatkan tekstur kenyal, warna putih, rasa hambar, aroma tidak berbau, pH 4,5
dan tingkat ketebalan yang maksimal diperoleh 1,38 cm pada konsentrasi starter 20 mL dengan
waktu fermentasi 8 hari. Rasa hambar pada nata de coco disebabkan karena aktivitas dari bakteri
yang diperoleh dari sari buah nanas kurang maksimal untuk menguraikan sukrosa pada air kelapa
kurang maksimal.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan air kelapa di Indonesia masih jarang digunakan, banyak yang
terbuang percuma. Namun, akhir-akhir ini sudah ada upaya untuk mengolah air
kelapa menjadi suatu makanan/minuman ringan. Limbah air kelapa cukup baik
digunakan untuk substrat pembuatan nata de coco. Dalam air kelapa terdapat
berbagai nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil nata de coco. Nutrisi
yang terkandung dalam air kelapa antara lain: sukrosa 1,28%, sumber mineral yang
beragam antara lain Mg2+ 3,54 gr/l serta menurut Lapus (Lapus et al., 1967) adanya
faktor pendukung pertumbuhan (growth promoting factor) merupakan senyawa
yang mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil nata (Acetobacter
xylinum) (Misgiyarta, 2007).
Nata de Coco dihasilkan oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan
cairan yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa
spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun
selama ini yang paling banyak digunakan adalah Acetobacter xylinum. Bakteri
Acetobacter xylinum termasuk genus Acetobacter (Ley & Frateur, 1974). Bakteri
Acetobacter xylinum bersifat gram negatif, aerob, berbentuk batang pendek atau
kokus (Forng et al., 1989). Adanya gula sukrosa dalam air kelapa akan
dimanfaatkan oleh Acetobacter xylinum sebagai sumber energi, maupun sumber
karbon untuk menghasilkan senyawa metabolit di antaranya adalah selulosa yang
menghasilkan nata de coco. Senyawa peningkat pertumbuhan mikroba (growth
promoting factor) akan meningkatkan pertumbuhan mikroba, sedangkan adanya
mineral dalam substrat akan membantu meningkatkan aktivitas enzim kinase dalam
metabolisme di dalam sel Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa
(Misgiyarta, 2007).
Pengolahan air kelapa menjadi nata de coco merupakan ide inovatif yang
dapat dijadikan alternatif agar tidak terjadi pembuangan air kelapa secara sia-sia.
Penggunaan nata de coco sebagai bahan campuran berbagai produk minuman saat
ini cukup digemari masyarakat. Nata de coco di pasaran pada umumnya berwarna
putih, bertekstur kenyal, dan tidak berasa. Sampai dengan saat ini belum banyak
produsen yang memproduksi nata de coco dengan penambahan pewarna baik itu
alami maupun pewarna buatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Pupuk ZA
Penggunaan ZA dalam produk makanan seperti nata de coco tidak berbahaya
bagi kesehatan apabila senyawa yang digunakan adalah ZA food grade yang bisa
diperoleh dari toko bahan kimia, serta penggunaannya sesuai dengan ambang batas
maksimum yakni 0,5% dari seluruh bahan. Penggunaan urea dalam fermentasi nata
berperan sebagai sumber nitrogen bagi pertumbuhan bakteri. Urea dalam proses
fermentasi nata akan memberikan pengaruh terhadap ketebalan selulosa yang
terbentuk, semakin banyak urea yang ditambahkan maka selulosa yang terbentuk
dalam layer juga semakin besar. Menurut Hamad dan Kristiono (2013), pemberian
urea akan menghasilkan yield yang lebih besar dibandingkan tidak ditambah urea
yang berarti Acetobacter xylinum membutuhkan sumber nitrogen untuk biosintesis
selulosa.
Penggunaan ZA dalam produk makanan seperti nata de coco sebenarnya
tidak berbahaya bagi kesehatan apabila senyawa yang digunakan adalah ZA food
grade yang bisa diperoleh dari toko bahan kimia, serta penggunaannya sesuai
dengan ambang batas maksimum yakni 0,5% dari seluruh bahan. Namun faktanya,
masyarakat menganggap penggunaan pupuk urea sebagai sumber nitrogen bagi
media tumbuh Acetobacter xylinum adalah hal lazim. Dosis pemakaian seringkali
tidak memperhatikan batas aman, sehingga dikhawatirkan residu pupuk urea
berpotensi mencemari produk nata. Adanya berita penggrebekan dan penutupan
pabrik nata de coco di Sleman, Yogyakarta (Berita Yogya 29/3 2015) menjadi salah
satu contoh bagaimana masyarakat kurang peduli dengan ambang batas maksimum.
Penggunaan pupuk ZA dalam pembuatan nata de coco tentu tidak memenuhi
standar pangan karena urea tersebut lebih dikhususkan untuk pupuk tanaman, bukan
bahan makanan. Hasil penelitian Kholifah (2010) membuktikan bahwa nata de
coco mentah produksi petani yang beredar di pasaran ternyata masih ditemukan
adanya kandungan Cu, Zn dan Pb.
2.5 Gula
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk
kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis pada
makanan atau minuaman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari
sukrosa dengan enzim atau hiidrolisi asam), menyimpan energi yang akan
digunakan oleh sel. Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira, tebu, bit gula, atau
aren. Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti
kelapa. Proses menghasilkan gula seperti ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan
pemurnian melalui distilasi (penyulingan).
Penggunaan gula pada nata akan mempengaruhi proses fermentasi karena
gula merupakan sumber karbon bagi nata dan sebagian gula yang digunakan
tersebut akan disintesis menjadi selulosa dan asam. Air kelapa juga mengandung
sebagian nutrisi seperti karbon yang dibutuhkan dalam proses pembuatan nata de
coco. Menurut Yanti et al. (2017), banyaknya gula yang ada pada media fermentasi
akan mempengaruhi produksi nata, hal ini karena semakin banyak gula yang
digunakan maka selulosa ekstraseluler yang terbentuk dari pemecahan gula juga
semakin banyak.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan Pembuatan Nata de Coco
Air kelapa ditambahkan gula pasir sesuai variabel dan pupuk ZA 5 gram.
Pengaduk : 1 Buah
Saringan : 1 Buah
Karet : 7 Buah
Koran : 1 Buah
3.2.2 Bahan Percobaan
Air kelapa : 1 liter
Starter nata de coco : 20 mL
Pupuk ZA : 5 gram
Gula pasir : sesuai variabel
Asam cuka : sesuai variabel
Variabel
Tabel 3.1 Variabel Percobaan Nata de Coco
Bahan Variabel
Percobaan A B C D E
100 90 80 80 90
Gula
gram gram gram gram gram
Asam
25 mL 30 mL 35 mL 35 mL 30 mL
Cuka
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Variabel
No Analisis
A B C D E
Tidak
2. Aroma Asam Asam Asam Asam
Berbau
Ketebalan
5. 1,38 - 0,2 - -
(cm)
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pembahasan oleh Riza Andriani (Variabel A)
Nata adalah produk fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum pada
substrat yang mengandung gula. Bakteri tersebut menyukai kondisi asam dan
memerlukan nitrogen untuk stimulasi aktivitasnya. Glukosa substrat sebagian
akan digunakan bakteri untuk aktivitas metabolisme dan sebagian lagi
diuraikan menjadi suatu polisakarida yang dikenal dengan extracelluler
selulose yang berbentuk gel. Polisakarida inilah yang dinamakan nata. Air
kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata harus berasal dari kelapa yang
masak optimal tidak terlalu tua atau terlalu muda. Tujuan dari percobaan
pembuatan nata de coco yaitu mengetahui peran bakteri Acetobacter xylinum
dalam proses fermentasi pembuatan nata de coco, mengamati tekstur,
aroma,rasa, warna, dan ketebalan nata de coco, serta mengukur pH dari nata de
coco.Bahan tambahan yang diperlukan oleh bakteri antara lain karbohidrat
sederhana sumber nitrogen dan asam asetat. Produk bioselulosa hasil
fermentasi air kelapa dengan bakteri asam asetat yaitu Acetobacter xylinum.
Pada praktikum kali ini pembuatan nata de coco diawali dengan menyiapkan
alat dan bahan, kemudian mencuci bersih semua alat yang digunakan
kemudian merendamnya menggunakan air panas untuk mensterilkan alat.
Menyaring 1 liter air kelapa lalu dipanaskan hingga mendidih. Sebelum air
kelapa mendidih kemudian menambahkan 100 gram gula pasir dan 5 gram
pupuk ZA kemudian diaduk hingga homogen lalu didinginkan. Penambahan
gula dan pupuk ZA dimaksudkan untuk menambah ketersediaan sumber
karbon, nitrogen dan kondisi asam untuk mendukung pertumbuhan
Acetobacter xylinum.
tersebut yaitu 4,5 yang berarti sesuai dengan standar mutu nata de coco.
Selama pembuatan nata sebaiknya memperhatikan bahwa selama proses
pembentukan nata berlangsung harus menghindari gerakan atau goncangan
disekitar tempat fermentasi. Akibat dari gerakan atau goncangan akan
membuat lapisan nata yang telah terbentuk pecah.
4.3.2 Pembahasan oleh Wahyu Sandwi Vaggy (Variabel B)
Nata merupakan salah satu produk makanan organik yang memiliki
kandungan serat tinggi melalui fermentasi air kelapa oleh Acetobacter
xylinum. Tujuan dari percobaan pembuatan nata de coco yaitu mengetahui
peran bakteri Acetobacter xylinum dalam proses fermentasi pembuatan nata
de coco, mengamati tekstur, aroma, rasa, warna, dan ketebalan nata de coco,
serta mengukur pH dari nata de coco. Starter Acetobacter xylinum yang
bersifat aerob dan akan tumbuh optimum pada suhu 28ºC pada pH 3,5 sampai
7,5. Menurut Sihmawati et al. (2014), produksi nata dapat dipengaruhi oleh
suhu fermentasi, tingkat keasaman medium, sumber karbon, sumber nitrogen,
lama fermentasi, dan konsentrasi starter.
Pada praktikum pembuatan nata air kelapa merupakan bahan utama
yang digunakan untuk starter dengan penambahan bakteri Acetobacter
xylinum. Percobaan dimulai dengan menyaring air kelapa 1,5 liter lalu
dipanaskan hingga mendidih. Sebelum mendidih menambahkan 100 gram
gula pasir dan 5 gram pupuk ZA kemudian diaduk lalu didinginkan. Urea
dalam proses fermentasi nata akan memberikan pengaruh terhadap ketebalan
selulosa yang terbentuk, semakin banyak urea yang ditambahkan maka
selulosa yang terbentuk dalam layer juga semakin besar.
Acetobacter xylinum juga membutuhkan sumber nitrogen yang
diperoleh dari pupuk ZA untuk biosintesis selulosa. Penggunaan gula pada
nata akan mempengaruhi proses fermentasi karena gula merupakan sumber
karbon bagi nata dan sebagian gula yang digunakan tersebut akan disintesis
menjadi selulosa dan asam. Air kelapa juga mengandung sebagian nutrisi
seperti karbon yang dibutuhkan dalam proses pembuatan nata de coco.
Banyaknya gula yang ada pada media fermentasi akan mempengaruhi
produksi nata, hal ini karena semakin banyak gula yang digunakan maka
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan pembuatan nata de coco, yaitu :
1. Peran bakteri Acetobacter xylinum dalam pembuatan nata de coco adalah
menguraikan sukrosa pada gula yang terdapat dalam air kelapa menjadi
selulosa pada saat proses fermentasi dengan nutrien dan sumber energi
berupa karbon dan nitrogen melalui proses terkontrol.
2. Tektur yang dihasilkan cair, dengan aroma seperti asam, mempunyai warna
rata-rata kuning keruh dan bening, rasanya masam dan ketebalannnya
tidak ada.
3. pH yang didapatkan dari proses pembuatan nata de coco adalah 4,5 pada
variabel A, 3 pada variable C, dan 3,5 pada variable B, D, dan E.
5.2 Saran
Adapun saran dari percobaan pembuatan nata de coco, yaitu :
1. Aspek kerja aseptik dan aspek higienis harus sangat dijaga agar
pembuatan nata de coco tidak mengalami kegagalan.
4. Air kelapa yang digunakan sebaiknya yang masih fresh dan langsung
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, M., Rahmiati, R., & Umrah, U. (2011). Pemanfaatan Limbah Cair Tahu
(Whey Tahu) Sebagai Media Tumbuh Acetobacter xylinum untuk
Memproduksi Nata. Biocelebes 5(2): 91-98.
Astawan M., 2004, Nata De Coco yang Kaya Serat, Kompas, 10 (klm 7‐8)
Fitria, A. 2010. Teknologi Pembuatan Nata de Coco. Bogor : Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Hamad A, Kristiono. 2013. Pengaruh penambahan sumber nitrogen terhadap
hasil fermentasi nata de coco. Momen. 9(1):62-65.
Hamad, A. dan Kristiono, K. (2013). Pengaruh Penambahan Nitrogen Terhadap
Hasil Fermentasi Nata de Coco. Majalah Ilmiah Momentum 9(1): 62-65.
Hamad, A. dan Kristiono, K. (2013). Pengaruh Penambahan Nitrogen Terhadap
Hasil Fermentasi Nata de coco. Majalah Ilmiah Momentum 9(1): 62-65.
Hamad, A., Andriyani, N. A., Wibisono, H. & Sutopo, H. 2011. Pengaruh
Penambahan Sumber Karbon Terhadap Kondisi Fisik Nata de Coco. Techno,
Jurnal Ilmu Teknik, 12.
Indiarti, L., dan Rahmini, E., 2008. Pengaruh Penambahan Gula dan Amonium
Sulfat Pada Medium Kulit Pisang Terhadap Pertumbuhan dan Sifat Mekanik
Bioselulosa. Majalah Polimer Indonesia Vol.11 No.1
Kholifah, S. 2010. Pengaruh Penambahan Pupuk Za Dan Gula Terhadap
Karakteristik Fisik, Organoleptic Dan Kandungan Logam Nata de Coco.
IPB-BOGOR
Latumahina, M., Awan, A., & Rumahlatu, D. (2017). Pengaruh Suhu dan Lama
Fermentasi Terhadap Uji Organoleptik pada Pembuatan Nata Buah Enau
(Areng pinNata Merr). BIOPENDIX: Jurnal Biologi, Pendidikan dan
Terapan 4(1): 29-37.hamad
Majesty, J., Argo, B.D., dan Nugroho, W.A. 2015. Pengaruh Penambahan Sukrosa
dan Lama Fermentasi terhadap Kadar Serat Nata dari Sari Nanas (Nata de
Pina). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. Vol.3. No.1.
Februari 2015. Hal. 80-85
6(2):13.
Melliawati, R., & Djohan, A. C. (2013). Analisis Karboksimetil Selulosa dari
Bakteri Acetobacter xylinum dan Acetobacter sp. RMG-2. Berita Biologi
12(3): 335-344.
Mesomya, W., Pakpeankitvatana, V., KOmindr, S., Leelahakul, P., Cuptapun, Y.,
Hengsawadi, D., Tammarate, P., & Tangkanakul, P. (2006). Effect of Health
Food from Cereal and Nata de coco on Serum Lipids in Human. Journal of
Nutraceutical and Fumetional Food 28(1): 23-28.
Pambayun, R. Teknologi Pengolahan Nata de Coco. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Pambayun, Rindit. 2006. Teknologi Pengolahan Nata de Coco. Yogyakarta :
Kanisius.
Pramesti, N. 2007. Pemanfaatan Air Kelapa Sebagai Media Pertumbuhan
Mikroalga Tetraselmissp. Lampung : FMIPA Universitas Lampung.
Rizal HM, Pandiangan DM, Saleh A. 2013. Pengaruh penambahan gula, asam
asetat, dan waktu fermentasi terhadap kualitas nata de coco. J Tek
Kim.19(1):34-39.
Rizal, H. M., & dkk. (2013). Pengaruh Penambahan Gula, Asam Asetat dan Waktu
Fermentasi terhadap Kualitas Nata de Corn. Jurnal Teknik Kimia, No1.
Vol19.
Rochinta, D. 2012 . Pembuatan Nata de Coco. Bandung : Jurusan Pendidikan
Biologi FMIPA IKIP Bandung.
Sari, M.T.I.P. 2014. Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun dan Bubuk Teh, Kopi
dan Coklat Terhadap Fermentasi Nata de Coco. Jurnal Biologi Universitas
Andalas 3(3):202-206
Setiaji B , A. Setyopratiwi dan N. Cahyandaru. 2002. Peningkatan nilai tambah
krim santan kelapa limbah pembuatan minyak kelapa sebagai substrat Nata
de Coco. Indonesian Journal of Chemistry 2(3):167-172.
Sihmawati, R. R., Oktoviani, D, & Wardah. (2014). Aspek Mutu Produk Nata de
Coco Dengan Penambahan Sari Buah Mangga. HEURISTIC: Jurnal Teknik
Industri 11(2): 63-74
Sihmawati, R. R., Oktoviani, D, & Wardah. (2014). Aspek Mutu Produk Nata de
coco Dengan Penambahan Sari Buah Mangga. HEURISTIC: Jurnal Teknik
LAMPIRAN
A. Gambar Percobaan
1. Gambar Percobaan oleh Riza Andriani (Variabel A)
No Keterangan Hasil
No Keterangan Hasil
No Keterangan Hasil
No Keterangan Hasil
No Keterangan Hasil
Chusnul Chotimah
ABSTRAK, DAFTAR ISI, BAB I,
2. 2 Juli 2021 BAB, II, BAB III
Chusnul Chotimah
Chusnul Chotimah
Chusnul Chotimah
5.
6.
7.
8.