KELOMPOK 4 :
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Kelompok 4
Telah dilakukan, diperbaiki, dan disetujui sesuai hasil praktikum atas saran dan
petunjuk dari asisten dan dosen pembimbing.
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Dasar Teknik Kimia
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya dan
atas karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Mikrobiologi
Industri yang berjudul pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO).
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktikum Mikrobiologi
Industri. Disamping itu, kami juga berharap laporan praktikum ini mampu
memberikan kontribusi dalam menunjang pengetahuan para mahasiswa
khususnya dan pihak lain pada umumnya.
Dalam penyususunan laporan praktikum ini, kami tidak dapat
menyelesaikannya dengan baik dan benar tanpa adanya bantuan dorongan dari
berbagai pihak yang berupa petunjuk, bimbingan, pengarahan maupun fasilitas
yang diperoleh. Untuk itu pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan
hati dan ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dian Yanuarita P,, S.T., M. T, selaku dosen pengampu.
2. Asisten laboratorium mikrobiologi industri 2021.
3. Teman-teman yang membantu kami baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Untuk lebih menyempurnakan laporan praktikum ini, kami memerlukan
kritik dan saran dati pembacanya, sehingga dapat digunakan untuk membantu
memperbaiki laporan praktikum ini. Akhir kata, kami mohon maaf apabila
dalam penyusunan laporan praktikum ini terdapat kesalahan dan harapan kami
semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Penyusun
ABSTRAK
VCO adalah produk olahan dari daging kelapa segar yang diambil minyaknya. Tujuan dari
praktikum kali ini adalah untuk mengetahui tekstur, rasa, bau, dan warna yang dihasilkan dalam
pembuatan VCO, mengetahui hasil perhitungan densitas dalam pembuatan VCO, dan megetahui
peran bakteri dalam proses fermentasi pembuatan virgin coconut oil. Cara pembuatan VCO yaitu
memeras kelapa parut hingga memperoleh santan lalu didiamkan 12 jam. Ambil kanilnya lalu
dicampurkan ragi dan didiamkan lagi 24 jam hingga membentuk 3 lapisan. Lapisan bawah adalah
air, lapisan tengah adalah kanil, dan lapisan atas adalah minyak. Agar minyak yang dihasilkan
jernih maka harus disaring. Minyak yang dihasilkan memiliki tekstur yang cair seperti minyak,
warna yang putih jernih, bau yang menyengat, dan rasa seperti kelapa. Analisis densitas minyak
yang diperoleh memiliki rata-rata yaitu 0,91798 gram/cm3.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan .................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 3
2.1 Definisi VCO ........................................................................................... 3
2.2 Kandungan VCO ..................................................................................... 3
2.3 Sifat Fisika-Kimia VCO .......................................................................... 4
2.4 Manfaat VCO........................................................................................... 5
2.5 Metode Pengolahan VCO ........................................................................ 5
BAB III METODE PERCOBAAN ............................................................................ 8
3.1 Skema Percobaan .................................................................................... 8
3.1.1 Skema Percobaan Pembuatan Krim Santan .................................... 8
3.1.2 Skema Pembuatan VCO Metode Fermentasi .................................. 9
3.2 Alat dan Bahan Percobaan.......................................................................9
3.2.1 Alat Percobaan ................................................................................... 9
3.2.2 Bahan Percobaan................................................................................ 9
3.3 Gambar Alat ..........................................................................................10
BAB IV DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN......................... 11
4.1 Data Hasil Percobaan.............................................................................11
4.2 Data Hasil Perhitungan ..........................................................................12
4.3 Pembaahasan dan Diskusi .....................................................................12
4.3.1 Pembahasan oleh Rohulloh Rosikh Almasyh ................................ 11
4.3.2 Pembahasan oleh Chintha Ananda Fidia Ningrum ........................ 12
4.3.3 Pembahasan oleh Fahrur Riqi ........................................................ 14
4.3.4 Pembahasan oleh Mayang Puspita Ningtyas ................................. 15
BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 17
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 17
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi Kandungan Asam Lemak VCO. .......................................... 4
Tabel 2.2 Sifat Fisika Kimia VCO ......................................................................... 5
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Pembuatan VCO ............................................... 11
Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan Densitas .......................................................... 12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Skema Percobaan Pembuatan Krim Santan ....................................... 8
Gambar 3.2 Skema Pembuatan VCO Metode Fementasi...................................... 9
Gambar 3.3 Baskom ............................................................................................ 10
Gambar 3.4 Kertas Saring ................................................................................... 10
Gambar 3.5 Saringan ........................................................................................... 10
Gambar 3.6 Timbangan ....................................................................................... 10
Gambar 3.7 Galon ............................................................................................... 10
Gambar 3.8 Selang .............................................................................................. 10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sumber bahan alam Indonesia yang sangat melimpah adalah
tumbuhan kelapa. Indonesia memiliki lahan tanaman kelapa terluas di dunia yaitu
sekitar 3.697 juta hektar pada tahun 2010. Sejak bertahun-tahun kelapa banyak
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Para ibu rumah tangga biasa
membuatnya menjadi santan untuk bahan memasak. Kelapa (Cocos nucifera L)
termasuk dalam genus Cocos dan dapat tumbuh dengan mudah di daerah tropis.
Tanaman kelapa banyak ditemukan di daerah pantai karena memerlukan
kelembaban yang tinggi. Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran
kurang lebih sebesar kepala manusia. Komposisi buah kelapa terdiri dari 33%
sabut, 12% tempurung, 28% daging buah, dan 25% air.
Buah kelapa yang sudah tua mengandung kalori yang tinggi, sebesar 359 kal
per 100 gram daging kelapa setengah tua mengandung kalori 180 kal per 100
gram. Kelapa merupakan salah satu jenis tanaman serba guna dan mempunyai
nilai ekonomis yang tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa dapat memberikan
manfaat bagi manusia mulai dari akar sampai bagian daun dan tentunya buahnya.
Saat ini pemanfaatan kelapa lebih berkembang. Salah satunya dengan
membuatnya menjadi minyak kelapa Virgin Coconut Oil (VCO). Hingga kini
minyak kelapa murni ramai diperbincangkan karena khasiatnya bagi kesehatan.
Para ahli pun mulai tertarik untuk meneliti kandungan VCO dan kaitannya dengan
kesehatan manusia.
Kelapa segar mengandung 30-50% minyak, bila dikeringkan menjadi kopra,
kadar lemaknya mencapai 63-65%. Kadar minyak sangat dipengaruhi oleh tingkat
ketuaan buah, semakin tua buah semakin tinggi kadar minyaknya. Buah kelapa
yang sudah tua atau matang umumnya dipanen pada umur 11–12 bulan. Oleh
karena itu buah kelapa yang sesuai untuk diolah menjadi minyak kelapa murni
harus berumur 12 bulan. Minyak kelapa atau lebih dikenal dengan Virgin Coconut
Oil (VCO), merupakan modifikasi proses pembuatan minyak kelapa sehingga
dihasilkan produk dengan kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah,
berwarna putih jernih, berbau harum, serta mempunyai daya simpan yang cukup
lama yaitu lebih dari 12 bulan.
Proses pembuatan minyak VCO bisa menggunakan dengan bantuan dari
proses fermentasi. Metode fermentasi untuk memproduksi VCO dilakukan dengan
memanfaatkan bakteri atau jamur tertentu yang berperan dalam mendegradasi
emulsifier protein pada santan. Nama bakteri yang berperan dalam pembuatan
VCO adalah bakteri asam laktat. Fermentasi merupakan suatu proses metabolisme
sel bakteri untuk menghasilkan energi. Energi tersebut kemudian digunakan oleh
bakteri untuk pertumbuhannya. Selain menghasilkan energi, fermentasi santan
oleh BAL juga menghasilkan protein protase ekstraseluler dan asam laktat. Oleh
karena itu, minyak VCO dapat dihasilkan dengan proses fermentasi dari bantuan
bakteri asam laktat tersebut.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui pembuatan minyak kelapa dengan cara fermentasi.
2. Megetahui peran bakteri dalam proses fermentasi pembuatan Virgin
Coconut Oil (VCO).
3. Mengetahui tekstur, rasa, bau, dan warna yang dihasilkan dalam
pembuatan VCO.
4. Mengetahui densitas yang dihasilkan dari VCO.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi VCO
Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil) merupakan produk olahan asli
Indonesia yang terbuat dari daging kelapa segar yang diolah pada suhu rendah
atau tanpa melalui proses pemanasan, sehingga kandungan yang penting dalam
minyak tetap dapat dipertahankan. Minyak kelapa murni merupakan hasil olahan
kelapa yang bebas dari TFA (Transfatty Acid) atau asam lemak trans. Asam lemak
trans ini dapat terjadi akibat proses hidrogenasi. Agar tidak mengalami proses
hidrogenasi, maka ekstraksi minyak kelapa ini dilakukan dengan proses dingin.
Misalnya, secara fermentasi, pancingan, pemanasan terkendali, pengeringan
parutan kelapa secara cepat dan lain-lain (Darmoyuwono, 2006).
Virgin coconut oil atau lebih dikenal dengan VCO merupakan minyak yang
dihasilkan dari pemurnian santan kelapa dengan metode tertentu untuk
memisahkan unsur-unsur kimiawi secara bertahap. Pada dasarnya VCO bersifat
bening disebabkan hasil pemisahan unsur kimiawi yang bertahap dengan
pengolahan yang benar, VCO tidak berasa dan berbau jika pengolahannya benar.
Dengan kandungan asam laurat yang tinggi menjadikan VCO sebuah produk yang
mampu digunakan untuk banyak keperluan medis dan kecantikan (Darmoyuwono,
2006).
2.2 Kandungan VCO
Kandungan utama VCO adalah asam lemak jenuh sekitar 90% dan asam
lemak tak jenuh sekitar 10%. Asam lemak jenuh VCO didominasi oleh asam
laurat. VCO mengandung ±53% asam laurat dan sekitar 7% asam kaprilat.
Keduanya merupakan asam lemak rantai sedang yang biasa disebut Medium
Chain Fatty Acid (MCFA). VCO mengandung 92% lemak jenuh, 6% lemak mono
tidak jenuh dan 2% lemak poli tidak jenuh.
Menurut Hernanto dkk (2008) kandungan antioksidan didalam VCO pun
sangat tinggi seperti α-tokoferol dan polifenol. Kandungan tokoferol (0,5 mg/100
g minyak kelapa murni) dapat bersifat sebagai antioksidan dan dapat mengurangi
tekanan oksidatif (suatu keadaan dimana tingkat oksigen reaktif intermediat yang
toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen) yang diakibatkan oleh paparan
sinar UV. Tinggi rendahnya kandungan α-tokoferol dan polifenol dalam VCO
sangat ditentukan oleh kualitas bahan bakunya (kelapa) dan proses produksi yang
digunakan. Secara umum, proses produksi yang menerapkan penggunaan panas
dapat menurunkan kadar α-tokoferol dan polifenol sekitar 25%. Bahkan dapat
hilang sama sekali dengan pemanasan yang berlebihan (Dayrit, 2003). Komposisi
kandungan asam lemak VCO dapat dilihat dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi Kandungan Asam Lemak VCO
Asam Lemak Presentase (%)
Asam Kaproat 0.4-0.6
Asam Kaprilat 5.0-10.0
Asam Kaprat 4.5-8.0
Asam Laurat 43.0-53.0
Asam Miristat 16.0-21.0
Asam Palmitat 7.5-10.0
Asam Stearat 2.0-4.0
Asam Oleat 5.0-10.0
Asam Linoleat 1.0-2.5
Sumber : Dayrit,2003
2.3 Sifat Fisika-Kimia VCO
Minyak kelapa murni memiliki sifat kimia-fisika antara lain Organoleptis
(tidak berwarna dan berbentuk kristal seperti jarum) dan bau (ada sedikit berbau
asam ditambah bau caramel). Kelarutan dari VCO yaitu tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam alcohol (1:1). pH VCO tidak terukur, karena tidak larut dalam
air (Darmoyuwono, 2006).
Sifat fisika kimia VCO dapat dilihat pada Tabel 2.2
cara ini sulit untuk mengendalikan suhu agar tetap di bawah 80ºC karena masih
menggunakan api kompor yang harus dimatikan dan dinyalakan berulang kali
untuk menjaga suhu. Cara basah metode pengasaman diawali dengan membuat
emulsi santan dalam keadaan asam. Asam akan memutus ikatan lemak-protein
dalam santan sehingga minyak dapat dipisahkan. Asam yang dicampurkan dalam
santan hanya bisa bekerja maksimal pada kondisi pH yang sesuai. Pada
pembuatan VCO, pH yang optimum yaitu 4,3.
Pembuatan minyak kelapa dengan cara pemanasan secara tradisional relatif
mudah dan peralatan yang digunakan juga relatif sederhana, tetapi kualitas
minyak kelapa yang dihasilkan kurang baik karena selama pemanasan pada suhu
tinggi (100ºC–110ºC) protein, lemak, dan antioksidan yang dikandung akan rusak.
Selain itu, minyak yang dihasilkan tidak jernih dan tidak tahan lama, hanya
bertahan sekitar 2–3 minggu.
3) Sentrifugasi
Sentrifugasi merupakan cara pembuatan VCO dengan cara mekanik.
Masukkan krim santan kedalam alat sentrifugasi, kemudian nyalakan alat
sentrifusi lalu atur pada kecepatan putaran 20.000 rpm dan waktu pada angka 15
menit. Ambil tabung dimana didalam tabung terbentuk 3 lapisan. Ambil bagian
VCO dengan menggunakan pipet tetes.
4) Cara Pengasaman
Cara ini tidak memerlukan pemanasan sehingga minyak yang dihasilkan
jernih, tidak cepat tengik, dan daya simpannya sekitar 10 tahun. Diamkan santan
sampai terbentuk krim dan skim. Buang bagian skim kemudian tambahkan
beberapa mL asam cuka kedalam krim santan. Ambil kertas lakmus, celupkan
kedalam campuran santan-cuka, kemudian dicek pH-nya. Jika kurang dari 4,3
maka, tambahkan lagi asam cuka. Jika lebih dari 4,3 maka, tambahkan lagi air.
Jika pH sudah cocok diamkan campuran tersebut selama 10 jam hingga terbentuk
minyak, blondo, dan air. Buang bagian air dan ambil bagian minyak kemudian
lakukan penyaringan.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan
3.1.1 Skema Percobaan Pembuatan Krim Santan
Galon ditutup rapat lalu didiamkan selama 6-12 jam hingga air dan krim
santan terpisah.
Air hasil pemisahan dibuang, sehingga tersisa krim santan. Lalu krim
santan dimasukkan kedalam toples.
Toples ditutup dan disimpan dalam suhu ruang selama 24 jam, kemudian
proses fermentasi akan berlangsung.
Minyak yang diperoleh diamati tekstur, rasa, bau, warna, dan densitas.
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Pembuatan virgin coconut oil
No Variabel Tekstur Rasa Bau Warna
1 A Cair Rasa kelapa Menyengat Putih jernih
Harum Putih jernih
2 B Cair Rasa kelapa
kelapa kekuningan
Seperti bau Jernih seperti
3 C Cair _
kelapa kelapa
Kelapa, jadi
4 D Cair Rasa kelapa Putih jernih
baunya gurih
3 Densitas C 0,91994gram/cm3
air. Penyebab terbentuknya 3 lapisan ini dikarenakan perbedaan densitas dari air,
blondo, dan minyak. Selanjutnya melakukan proses penyaringan, kemudian
dilakukan proses pemanasan menggunakan panci dengan api kecil sampai
kandungan air dalam minyak berkurang. Saat proses pemanasan dianjurkan
menggunakan api kecil karena jika menggunakan api besar minyak menjadi
kecoklatan, dan ciri minyak yang sudah tidak ada kandungan airnya yaitu
minyak sudah tidak mendidih atau tidak terdapat gelembung air.
Dari 1500 gram kelapa dan 1500 mL air dihasilkan minyak sebanyak 100
mL dan berdasarkan hasil analisis diperoleh karakteristik minyak yang memiliki
bau yang harum khas kelapa, minyak dalam bentuk cair, bertekstur lembut dan
licin, memiliki warna bening kekuning-kuningan dan memiliki densitas sebesar
0,91211 gram/cm3. Kelebihan VCO menggunakan metode fermentasi adalah
minyak yang dihasilkan lebih jernih dan lebih banyak, tidak membutuhkan
banyak alat dalam proses pembuatannya, lebih sehat karena tidak memerlukan
pemanasan, dan cara pembuatan yang mudah. Kekurangan dalam VCO
menggunakan variabel B adalah tingkat kekentalan minyak masih kurang,
minyak cenderung cair dan masih memiliki kandungan air didalamnya sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses pembuatannya.
4.3.3 Pembahasan oleh Fahrur Riqi
Kelapa merupakan salah satu dari sekian banyak biji tanaman yang dapat
digunakan dalam pembuatan minyak. Minyak kelapa murni atau lebih dikenal
dengan nama Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan modifikasi proses
pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan produk dengan kadar air dan
kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna putih jernih, serta mempunyai
daya simpan yang cukup lama yaitu lebih dari 12 bulan. Jika dibandingkan
dengan minyak kelapa biasa atau minyak goreng, minyak kelapa murni
mempunyai kualitas yang lebih baik. Minyak goreng akan berwarna kuning
kecoklatan, berbau tidak harum, dan mudah tengik sehingga daya simpannya
tidak bertahan lama yaitu kurang dari dua bulan (Riqi, 2009).
Adapun cara pembuatan VCO bisa menggunakan cara fermentasi, yaitu
menggunakan bantuan dari bakteri Saccharomyces sp atau ragi roti untuk
memisahkan minyak dari karbohidrat dan protein yang terdapat dalam sel-sel
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pembuatan minyak kelapa dengan cara fermentasi yaitu menambahkan
ragi roti pada krim yang dihasilkan dan melakukan inkubasi selama 1-3
hari.
2. Peran bakteri dalam proses fermentasi pembuatan Virgin Coconut Oil
(VCO) untuk mengemulsi protein pada santan.
3. Tekstur yang diperoleh dari variabel A-D yaitu cair, rasa yang dihasilkan
seperti rasa kelapa, bau yang diperoleh yaitu harum seperti kelapa, dan
warna yang diperoleh yaitu putih jernih.
4. Hasil perhitungan densitas yang diperoleh memiliki rata-rata yaitu 0,91798
gram/cm3.
5.2 Saran
1. Sebaiknya ketika proses pemisahan antara air dengan kanil dilakukan
secara perlahan-lahan agar air tidak tercampur lagi kedalam kanil.
2. Ketika proses pemanasan sebaiknya menggunakan api kecil karena jika
menggunakan api besar akan mengubah warna minyak.
3. Ketika akan mencampurkan ragi dengan kanil sebaiknya ragi dilarutkan
terlebih dahulu menggunakan air agar cepat larut.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Andi Nur .2005. Virgin Coconut Oil Minyak Penakluk Aneka
Penyakit. Penerbit Agro Media Pustaka : Jakarta.
Nugroho, Rizzaq Aynur. 2019. Manfaat Minyak Kelapa untuk Kesehatan dan
Kecantikan. Retrieved Mei 20, 2021 from Hot Liputan 6:
https://hot.liputan6.com/read/3941380/12-manfaat-minyak-kelapa-untuk.
Diakses 20Mei 2021 pukul 08.00
Selvina. (2020). Laporam Praktikum UMM. Virgin Coconut Oil, 32. Retrieved
Juni 07, 2021
Suryami. 2020. Virgin Coconut Oil: Bakteri Asam Laktat dan Bakteriosin.
Surabaya: Unitomo Press.
Sutarmi dan Rozaline. 2005. Taklukan Penyakit Dengan VCO. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya.
APPENDIKS
Variabel A
Kalibrasi piknometer 10 mL
Massa piknometer + air = 19,8 gram
Massa pikno kosong = 9,6 gram
Suhu Air = 25ºC, maka densitas = 0,99823 gram/cm3
Untuk massa air = Massa pikno berisi air – massa pikno kosong
= 19,8 – 9,6 = 10,2 gram
V = = = 10,218 gram
= = = 0,89547 gram/mL
Variabel B
Kalibrasi piknometer 10 mL
Massa Pikno + air = 19,8 gram
Massa pikno kosong = 9,6 gram
Suhu Air = 25ºC, maka densitas = 0,99823 gram/cm3
Untuk massa air = Massa pikno berisi air – massa pikno kosong
= 19,8 – 9,6 = 10,2 gram
V = = = 10,218 gram
Variabel C
Kalibrasi piknometer 10 mL
Massa pikno+ air = 19,8 gram
Massa pikno kosong = 9,6 gram
Suhu Air = 25ºC, maka densitas = 0,99823 gram/cm3
Untuk massa air = Massa pikno berisi air – massa pikno kosong
= 19,8 – 9,6 = 10,2 gram
V = = = 10,218 gram
Variabel D
Kalibrasi piknometer 10 mL
Massa pikno + air = 19,8 gram
Massa pikno kosong = 9,6 gram
Suhu Air = 25ºC, maka densitas = 0,99823 gram/cm3
Untuk massa air = Massa pikno berisi air – massa pikno kosong
= 19,8 – 9,6 = 10,2 gram
V = = = 10,218 gram
= = = 0,94441 gram/cm3
LAMPIRAN
A. Lampiran Percobaan
No Percobaan Hasil
5 Proses pemanasan
Mifta AK
Mifta AK
Mifta AK
Mifta AK
PEMBUATAN ETANOL
KELOMPOK 4 :
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Kelompok 4
Telah dilakukan, diperbaiki, dan disetujui sesuai hasil praktikum atas saran dan
petunjuk dari asisten dan dosen pembimbing.
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Dasar Teknik Kimia
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya dan atas
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Mikrobiologi Industri
yang berjudul Pembuatan Etanol.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktikum Mikrobiologi Industri.
Disamping itu, kami juga berharap laporan praktikum ini mampu memberikan
kontribusi dalam menunjang pengetahuan para mahasiswa khususnya dan pihak
lain pada umumnya.
Dalam penyususunan laporan praktikum ini, kami tidak dapat
menyelesaikannya dengan baik dan benar tanpa adanya bantuan dorongan dari
berbagai pihak yang berupa petunjuk, bimbingan, pengarahan maupun fasilitas
yang diperoleh. Untuk itu pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati
dan ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dian Yanuarita P,, S.T., M. T, selaku dosen pengampu.
2. Asisten laboratorium Mikrobiologi Industri 2021
3. Teman-teman yang membantu kami baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Untuk lebih menyempurnakan laporan praktikum ini, kami memerlukan
kritik dan saran dati pembacanya, sehingga dapat digunakan untuk membantu
memperbaiki laporan praktikum ini. Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam
penyusunan laporan praktikum ini terdapat kesalahan dan harapan kami semoga
laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penyusun
ABSTRAK
Etanol atau etil alkohol merupakan senyawa yang memiliki gugus hidroksil (OH –) yang
terikat pada atom karbon. Dalam perdagangan dikenal dengan nama alkohol, dengan rumus kimia
C2H5OH. Etanol memiliki banyak kegunaan, disamping sebagai bahan pelarut, etanol juga
digunakan sebagai bahan baku untuk berbagai keperluan industri, seperti bidang farmasi, industri
bahan kimia, bidang mikrobiologi dan lain-lain. Tujuannya untuk mengetahui cara pembuatan
alkohol dengan proses fermentasi, untuk mengetahui peran yeast Saccharomycescerevisae dalam
ragi roti, dan untuk menghitung kadar alkohol yang diperoleh. Cara pembuatannya yaitu sari buah
dan air dicampur dan dimasukkan ke dalam botol kaca. Menambahkan ragi dan menyiapkan air
kapur di sebuah gelas. Botol kaca ditutup dan disambugkan selang dengan air kapur.
Menginkubasinya selama 7 hari. Hasil yang diperoleh yaitu adanya perubahan warna menjadi
bening, teksturnya cair, aromanya menyengat, dan kadar alkohol yang diperoleh oleh Rohulloh
Rosikh Almasyih adalah 4,41717%, Chintha Ananda Fidia N adalah 7,47468%, Fahrur Riqi adalah
7,46202%, dan Mayang Puspita Ningtyas adalah 3,268572%.
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan .................................................................................... 2
BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA
2.1Definisi Etanol .......................................................................................... 3
2.2 Fermentasi................................................................................................ 3
2.3 Ragi .......................................................................................................... 4
2.4 Pupuk ZA ................................................................................................. 5
2.5 Pupuk NPK .............................................................................................. 6
BAB I11 METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan ..................................................................................... 7
3.2 Alat dan Bahan Percobaan ...................................................................... 8
3.3 Gambar Alat............................................................................................. 9
BAB IVDATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan ............................................................................. 10
4.2 Data Hasil Perhitungan .......................................................................... 11
4.3 Pembahasan dan Diskusi ....................................................................... 12
4.3.1 Pembahasan oleh Rohulloh Rosikh Almasyih ............................ 12
4.3.2 Pembahasan oleh Chintha Ananda Fidia Ningrum ..................... 14
4.3.3 Pembahasan oleh Fahrur Riqi ...................................................... 16
4.3.4 Pembahasan oleh Mayang Puspita Ningtyas ............................... 18
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 21
5.2 Saran ...................................................................................................... 21
DAFTARPUSTAKA ............................................................................................ ix
APPENDIKS
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Rohulloh Rosikh Almasyih ............................... 10
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Chintha Ananda Fidia Ningrum ........................ 10
Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan Fahrur Riqi ........................................................ 10
Tabel 4.4 Data Hasil Percobaan Mayang Puspita Ningtyas ................................. 10
Tabel 4.5 Data Hasil Perhitungan Rohulloh Rosikh Almasyh ............................. 11
Tabel 4.6 Data Hasil Perhitungan Chintha Ananda Fidia Ningrum ..................... 11
Tabel 4.7 Data Hasil Perhitungan Fahrur Riqi ..................................................... 11
Tabel 4.8 Data Hasil Perhitungan Mayang Puspita Ningtyas............................... 11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Skema Pembuatan Etanol .................................................................. 7
Gambar 3.2 Panci Besar ........................................................................................ 9
Gambar 3.3Botol Kaca .......................................................................................... 9
Gambar 3.4 Selang ................................................................................................ 9
Gambar 3.5Plastisin ............................................................................................... 9
Gambar 3.6 Gelas Plastik ...................................................................................... 9
Gambar 3.7 Gelas Ukur ......................................................................................... 9
Gambar 3.8 Kompor .............................................................................................. 9
Gambar 3.9 Kertas pH ........................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi bahan bakar merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk
hidup. Jumlah energi yang dibutuhkan akan meningkat seiring berjalannya waktu
dan meningkatnya jumlah penduduk. Di Indonesia, konsumsi energi meningkat
dengan cepat karena populasi penduduk berkembang. Minyak mentah telah
menjadi sumber utama untuk memenuhi kebutuhan energi namun sumber energi
ini berasal dari bahan baku fosil yang tidak terbaharukan, sedangkan sumber
bahan bakar minyak saat ini semakin menipis. Oleh sebab itu, diperlukan suatu
alternatif untuk memecahkan permasalahan kebutuhan energi tersebut (Saud,
1990).
Beberapa energi alternatif yang bisa dikembangkan dan dapat diperbarui
adalah pemanfaatan tumbuh-tumbuhan yang mengandung gula, pati, serat maupun
limbah organik. Berdasarkan hal tersebut, peneliti berpikir memanfaatkan limbah
yang bersifat organik untuk dijadikan energi. Kupasan kentang merupakan limbah
dari kentang yang dapat digunakan sebagai bahan baku energi. Menurut Tima
(2011)Energi yang dihasil dari tumbuh-tubuhan disebut dengan bioethanol,
bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari sumber daya alam terbarukan
Etanol atau etil alkohol merupakan senyawa yang memiliki gugus hidroksil
(OH–) yang terikat pada atom karbon. Dalam perdagangan dikenal dengan nama
alkohol, dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol memiliki banyak kegunaan,
disamping sebagai bahan pelarut, etanol juga digunakan sebagai bahan baku untuk
berbagai keperluan industri, seperti bidang farmasi, industri bahan kimia, bidang
mikrobiologi dan lain-lain. Selain itu etanol juga dapat digunakan sebagai
alternatif bahan bakar. Molekul bioetanol mengandung oksigen yang
menghasilkan pembakaran bahan bakar dalam mesin menjadi lebih sempurna,
sehingga dapat mengurangi emisi gas buang. Dengan begitu, bioetanol turut
berperan menekan polusi udara. Bioetanol juga mudah terurai dalam air sehingga
tidak menimbulkan pencemaran air (Bukit, 2008).
Etanol dapat diperoleh melalui proses fermentasi. Fermentasi glukosa dengan
menggunakan galur khamir Saccharomyces cerevisiae, atau dari jenis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Etanol
Etanol adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan
oksigen, sehingga dapat dilihat sebagai derivat senyawa hidrokarbon yang
mempunyai gugus hidroksil dengan rumus C2H5OH. Etanol merupakan zat cair,
tidak berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar dan menguap, dapat bercampur
dengan air dengan segala perbandingan(A Chandra, 2014).
a. Sifat-sifat fisis etanol
1. Rumus molekul : C2H5OH
2. Berat molekul : 46,07 gram / mol
3. Titik didih pada 1 atm : 78,4°C
4. Titik beku : -112°C
5. Bentuk dan warna : cair tidak berwarna
b. Sifat-sifat kimia etanol
1. Berbobot molekul rendah sehingga larut dalam air.
2. Diperoleh dari fermentasi gula Pembentukan etanol C6H12O6enzim
CH3CH2OH glukosa etanol.
3. Pembakaran etanol menghasilkan CO2 dan H2O Pembakaran etanol
CH3CH2OH + 3O2 2CO2 + 3H2O + energi (Fessenden & Fessenden,
1997).
2.2 Fermentasi
Fermentasi berasal dari kata latin “fervere” yang berarti mendidih yang
menunjukkan adanya aktivitas dari mikroba ragi pada ekstrak buah-buahan atau
biji-bijian. Peristiwa mendidih tersebut disebabkan karena terbentuknya 14
gelembung-gelembung gas CO2 yang diakibatkan katabolisme (biodegradasi)
secara anaerobik dari gula yang ada dalam ekstrak. Istilah fermentasi diartikan
berbeda oleh ahli mikrobiologi dan biokimia. Ahli mikrobiologi menjelaskan
bahwa fermentasi merupakan suatu proses untuk mengubah bahan baku menjadi
suatu produk oleh mikroba. Ahli biokimia mengartikan fermentasi sebagai suatu
proses untuk menghasilkan energi yang diperoleh dari proses anaerobik tanpa
adanya oksigen (Aris Kurniawan, 2021).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan
Sari buah dibuat sesuai variabel yang telah ditentukan sebanyak 500 mL
dengan perbandingan 1:1.
Ditambahkan 1,2 gram pupuk ZA dan 0,32 gram pupuk NPK, kemudian
diaduk sampai larut.
Larutan ini dicampur dengan ragi roti sesuai variabel yang telah ditentukan
sebanyak 1,5 gram.
Mulut botol disumbat dengan penutup karet yang telah diberi dengan selang
plastik dan salah satu ujung selang tercelup dalam air kapur.
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Rohulloh Rosikh Almasyh
No Parameter Hasil Pengamatan
1. pH 4
2. Aroma Ada sedikit bau semangka
3. Warna Coklat bening
4. Tekstur Cair
adalah CO2 maka fungsi dari batu kapur adalah sebagai pengikat karbon
dioksida (CO2) agar tidak lepas ke udara.
Proses pembuatan etanol yaitu diawali dengan menyiapkan alat dan
bahan setelah itu mensterilkan botol kaca dalam air mendidih selama kurang
lebih 15 menit. Sambil menunggu, buat sari buah apel dengan menggunakan
blender kemudian disaring hingga sari buah apel tersebut tidak bercampur
dengan ampasnya. Setelah itu angkat botol lalu masukkan sari buah apel
tersebut ke dalam botol dan ditambah air dengan perbandingan 1 : 1.
Kemudian buat campuran pupuk NPK 0,32 gram, pupuk ZA 1,2 gram dan
ragi roti 1,5 gram dalam suatu wadah lalu campurkan ke dalam botol yang
berisi sari buah tersebut selanjutnya di tes pH nya terlebih dahulu, jika pH
nya diatas 4,8 maka harus diturunkan hingga pH nya turun ke 4,8 bisa dengan
menggunakan asam sulfat, air zuur atau yang lainnya. Setelah itu membuat
campuran air kapur. Selanjutnya lubangi tutup botol kemudian beri selang
untuk menghubungkan sari buah di botol dengan campuran air kapur tersebut
lalu tutup menggunakan plastisin agar tidak ada udara yang masuk ke dalam
botol tapi juga jangan terlalu rapat dikhawatirkan nanti bisa menyumbat
selang tersebut, dan yang terakhir dilakukan proses inkubasi selama 1
minggu. Setelah satu minggu dilakukan analisa kadar alkohol nya. Sehingga
menghasilkan tekstur cair, ada sedikit bau apel, warna kuning agak keruh dan
kadar alkohol sebanyak 7,46202%.
4.3.4 Pembahasan oleh Mayang Puspita Ningtyas
Etanol adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan
oksigen, sehingga dapat dilihat sebagai derivat senyawa hidrokarbon yang
mempunyai gugus hidroksil dengan rumus C2H5OH. Etanol merupakan zat
cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar dan menguap, dapat
bercampur dengan air dengan segala perbandingan. Etanol memiliki sifat sifat
fisis seperti memiliki titik didih pada 1 atm sebesar 78,4°C, dengan titik beku
-112°C. Sifat-sifat kimia etanol diantaranya berbobot molekul rendah
sehingga larut dalam air, diperoleh dari fermentasi gula Pembentukan etanol
C6H12O6 enzim CH3CH2OH glukosa etanol, dan pembakaran etanol
menghasilkan CO2 dan H2O. Dalam pembuatan etanol menggunakan proses
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam praktikum pembuatan ethanol sebagai berikut :
1. Fermentasi yang dilakukan pada proses pembuata etanol yaitu
menggunakan Saccharomyces cerevisae.
2. Manfaat dariyeast Saccharomyces cerevisae dalam ragi roti yaitu untuk
memfermentasikan karbohidrat dan menghasilkan CO2 (karbon dioksida)
3. Kadar alkohol yang didapatkan oleh Rohullah 4,41717%, oleh Chintha
7,47468%, oleh Fahrur 7,46202%, dan oleh Mayang 3,26857%.
5.2 Saran
Adapun saran dalam praktikum pembuatan ethanol sebagai berikut :
1. Ketika menyumbat mulut botol dengan plastisin jangan terlalu rapat agar
sari buah yang terdapat dalam tutup botol di masuk kedalam air kapur
yang terdapat digelas.
2. Ketika membuat sari buah sebaiknya buah jangan diblender, karena itu
bisa membuat hasil akhir ethanol menghasilkan endapan.
3. Ketika membuat sari buah sebaiknya dengan cara diparut atau dikukus
hingga buah menjadi lunak kemudian buah diperas menggunakan kain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, F. (2018, Januari 15). Retrieved Mei 26, 2021, from Ruang Guru:
https://www.ruangguru.com/blog/macam-macam-kegunaan-alkohol
Aris, K. (2021, Mei 21). Fermentasi – Pengertian, Sifat, Faktor, Tujuan,
Tahapan, Manfaat, Asam Laktat, Contoh. Retrieved Mei 26, 2021, from
gurupendidikan: https://www.gurupendidikan.co.id/fermentasi/
Chandra, A. (2014). ABSTRAK JURNAL ONLINE UNIVERSITAS KATOLIK
PARAHAYANG. Ekstraksi Daun Stevia, 1-60.
Fathorrahman (Ed.). (n.d.). 12(Proses Pembuatan Etanol ), 1-8. Retrieved Mei 26,
2021
Gandjar, d. (2006). 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Inokulum Probiotik Inokulum.
Retrieved Mei 26, 2021, from studylibid:
https://studylibid.com/doc/1084945/7-ii.-tinjauan-pustaka-a.-inokulum-
probiotik-inokulum
Ikawati, Z. (2015, April 19). Makan Nata De Coco siapa takut. Tribun Jogja.
Retrieved Mei 26, 2021
Maulana, A. H. (2021, Februari 07). Banyak Digunakan dalam Perawatan
Tanaman, Apa Manfaat Pupuk NPK? Retrieved Mei 26, 2021, from
Kompas:
https://www.kompas.com/homey/read/2021/02/07/115400876/banyak-
digunakan-dalam-perawatan-tanaman-apa-manfaat-pupuk-npk-?page=all
Sinta. (2021, Mei 26). Bab 1 Pendahuluan. Retrieved from 1 BAB 1
PENDAHULUAN 1.1 lATAR Belakang Energi:
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1108105006-2-BAB%20I.pdf
Utari, R. (2021, Januari 13). Mengenal Etanol, Alkohol yang Banyak Digunakan
dalam Keseharian. Retrieved Mei 26, 2021, from sehatq:
https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-etanol-alkohol-yang-banyak-
digunakan-dalam-keseharian
APPENDIKS
Variabel A
1. Diketahui : ρ air pada suhu 30ºC = 0,99568 gram
(didapatkan dari buku Geankoplis A, 2-5)
Massa piknometer kosong = 12,55 gram
Massa piknometer + aquades =22,48 gram
Ditanya : Volume aquades...?
Jawab :
=9,97308 mL
=0,98765 gram/cm3
Jawab :
Variabel B
1. Diketahui : ρ air pada suhu 30ºC = 0,99568 gram
(didapatkan dari buku Geankoplis A, 2-5)
Massa piknometer kosong = 12,88 gram
Massa piknometer + aquades = 22,87 gram
Ditanya : Volume aquades...?
Jawab :
= 10,03334mL
= 0,98272 gram/cm3
Jawab :
Variabel C
1. Diketahui : ρ air pada suhu 30ºC = 0,99568 gram
(didapatkan dari buku Geankoplis A, 2-5)
Massa piknometer kosong = 13,08 gram
Massa piknometer + aquades = 23,09 gram
Ditanya : Volume aquades...?
Jawab :
= 10,05343mL
= 0,98274 gram/cm3
Jawab :
Variabel D
1. Diketahui : ρ air pada suhu 30ºC = 0,99568 gram
(didapatkan dari buku Geankoplis A, 2-5)
Massa piknometer kosong = 13,31 gram
Massa piknometer + aquades = 23,26 gram
Ditanya : Volume aquades...?
Jawab :
= 9,99317 mL
= 0,98967 gram/cm3
Jawab :
LAMPIRAN
A. Gambar Percobaan
1. Gambar Percobaan oleh Rohulloh Rosikh Almasyih
No Keterangan Hasil
1 Sebelum diinkubasi
2 Sesudah diinkubasi
2 Sesudah diinkubasi
2 Sesudah diinkubasi
2 Sesudah diinkubasi
Rizal
PEMBUATAN YOGHURT
KELOMPOK 4 :
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Kelompok 4
1. Mayang Puspita Ningtyas 08.2020.1.01892
2. Chintha Ananda Fidia N 08.2020.1.01903
3. Fahrur Riqi 08.2020.1.01904
4. Rohulloh Rosikh Almasyih 08.2020.1.01909
Telah dilakukan, diperbaiki, dan disetujui sesuai hasil praktikum atas saran dan
petunjuk dari asisten dan dosen pembimbing.
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Dasar Teknik Kimia
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya dan atas
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Mikrobiologi Industri
yang berjudul Pembuatan Yoghurt.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktikum Mikrobiologi Industri.
Disamping itu, kami juga berharap laporan praktikum ini mampu memberikan
kontribusi dalam menunjang pengetahuan para mahasiswa khususnya dan pihak
lain pada umumnya.
Dalam penyususunan laporan praktikum ini, kami tidak dapat
menyelesaikannya dengan baik dan benar tanpa adanya bantuan dorongan dari
berbagai pihak yang berupa petunjuk, bimbingan, pengarahan maupun fasilitas
yang diperoleh. Untuk itu pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati
dan ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dian Yanuarita P,, S.T., M. T, selaku dosen pengampu.
2. Asisten laboratorium mikrobiologi industri 2021.
3. Teman-teman yang membantu kami baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Untuk lebih menyempurnakan laporan praktikum ini, kami memerlukan
kritik dan saran dati pembacanya, sehingga dapat digunakan untuk membantu
memperbaiki laporan praktikum ini. Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam
penyusunan laporan praktikum ini terdapat kesalahan dan harapan kami semoga
laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penyusun
ABSTRAK
Yoghurt adalah susu asam hasil fermentasi susu oleh Bakteri Asam Laktat (BAL). Peran
bakteri dalam proses fermentasi yoghurt adalah untuk menguraikan laktosa menjadi asam laktat
dalam susu. Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui peran bakteri dalam proses
fermentasi yoghurt, mengetahui pH yang dihasilkan oleh pembuatan yoghurt, mengetahui rasa dan
aroma dari pembuatan yoghurt, dan mengetahui tekstur dari pembuatan yoghurt. Metode
pembuatan yoghurt yaitu memanaskan susu hingga 70oC dan menambahkan gula, penambahan
starter ditambahkan setelah suhu pada susu mencapai 30-40oC. Selanjutnya didiamkan selama 24
jam. Hasil analisis pH dari pembuatan yoghurt yaitu 5 dan 4, memiliki kriteria yoghurt dengan
kualitas baik yaitu memiliki aroma normal atau khas yoghurt, rasa khas atau asam yoghurt dan
tekstur cairan kental atau semi padat.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan ....................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 2
2.1 Yoghurt ....................................................................................................... 2
2.2 Fermentasi .................................................................................................. 5
2.2.1 Pengertian Fermentasi.................................................................................. 4
2.2.2 Reaksi Kimia Fermentasi ............................................................................ 4
2.2.3 Fungsi Fermentasi ........................................................................................ 4
2.2.4 Jenis-Jenis Fermentasi ................................................................................. 5
2.2.5 Manfaat Fermentasi ...................................................................................... 6
BAB III METODE PERCOBAAN ...................................................................... 7
3.1 Skema Percobaan ....................................................................................... 7
3.1.1. Skema Percobaan Pembuatan Yoghurt ..................................................... 7
3.2 Alat dan Bahan Percobaan ......................................................................... 8
3.2.1 Alat Percobaan .............................................................................................. 8
3.2.2 Bahan Percobaan .......................................................................................... 8
3.3 Gambar Alat ............................................................................................... 8
BAB IV DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN ...................... 11
4.1 Data Hasil Percobaan ............................................................................... 11
4.2 Pembahasan dan Diskusi .......................................................................... 11
4.2.1 Pembahasan oleh Rohulloh Rosikh Almasyh ..................................... 11
4.2.2 Pembahasan oleh Chintha Ananda Fidia Ningrum ............................. 13
4.2.3 Pembahasan oleh Fahrur Riqi ............................................................. 15
4.2.4 Pembahasan oleh Mayang Puspita Ningtyas....................................... 16
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 19
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 19
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Pembuatan yoghurt ........................................... 11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Skema Percobaan Pembuatan Yoghurt .............................................. 8
Gambar 3.2 Kompor .............................................................................................. 9
Gambar 3.3 Panci .................................................................................................. 9
Gambar 3.4 Penyaring ........................................................................................... 9
Gambar 3.5 Pengaduk ........................................................................................... 9
Gambar 3.6 Gelas Ukur 600 mL ......................................................................... 10
Gambar 3.7 Toples .............................................................................................. 10
Gambar 3.8 Termometer...................................................................................... 10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produk fermentasi saat ini sangat digemari oleh masyarakat. Secara umum
fermentasi merupakan salah satu bentuk dari respirasi anaerob. Produk yang
sering difermentasi salah satunya adalah susu. Susu fermentasi merupakan suatu
versifikasi bahan pangan, yang telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, susu
fermentasi juga merupakan produk olahan tradisional dan terus berkembang
bersamaan dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Salah satu bentuk dari
produk susu fermentasi yang banyak dikonsumsi dan digemari masyarakat adalah
yoghurt.
Yoghurt juga merupakan minuman yang kaya akan gizi dan memiliki harga
yang relatif murah. Bila dinilai dari kandungan gizinya, yoghurt tidak kalah
dengan susu. Hal ini karena bahan dasar yoghurt adalah susu, bahkan ada
beberapa kelebihan pada yoghurt yang tidak dimiliki oleh susu murni diantaranya
sangat cocok dikonsumsi oleh orang yang sensitif dengan susu, bila dikonsumsi
secara rutin dapat menghambat kadar kolesterol dalam darah karena yoghurt
mengandung bakteri lactobacillus dan yoghurt lebih awet dibanding susu segar.
Yoghurt dapat disimpan lama sebab asam laktat pada yoghurt berfungsi seperti
pengawet alami, yoghurt dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena yoghurt
mengandung banyak bakteri yang baik sehingga secara otomatis dapat
menyeimbangkan bakteri jahat yang terdapat dalam susu. Dari kelebihan diatas,
yoghurt juga mempunyai kekurangan karena kadar asam yang terdapat pada
yoghurt dapat menyebabkan nyeri pada lambung. Yoghurt disukai karena
memiliki rasa yang segar, tekstur dan aroma yang khas.
Sejak saat itu mulai banyak kajian mengenai manfaat dari yoghurt. Yoghurt
berasal dari susu yang kemudian ditambahkan bakteri asam laktat. Bakteri yang
biasa digunakan adalah Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus
yang menghasilkan bentuk atau konsistensi menyerupai puding. Bakteri tersebut
merubah laktosa menjadi asam laktat yang akan membentuk rasa yang khas dari
yoghurt. Asam tersebut menyebabkan koagulasi protein susu dan membantu
mengawetkan yoghurt. Pembuatan yoghurt terbilang sederhana dan tidak
membutuhkan banyak waktu. Maka dari itu melakukan praktikum pembuatan
yoghurt, agar dapat menghasilkan produk olahan susu fermentasi yang bergizi dan
tahan lama.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Megetahui peran bakteri dalam proses fermentasi yoghurt.
2. Mengetahui pH yang dihasilkan oleh pembuatan yoghurt.
3. Mengetahui rasa dari pembuatan yoghurt.
4. Mengetahui tekstur dari pembuatan yoghurt.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Yoghurt
Kata yoghurt berasal dari bahasa turki yaitu “jugurt” yang berarti susu asam.
Yoghurt merupakan hasil fermentasi susu oleh Bakteri Asam Laktat (BAL).
Yoghurt biasanya dibuat dengan menggunakan dua jenis BAL yaitu Streptoccus
termophilus dan Lactobacilus bulgaricus sebagai starter. Selain itu ada juga
yoghurt yang ditambahkan dengan BAL yang bersifat probiotik, misalnya
Lactobacilus acidophilus, Lactobacilus casei, dan Bifidobacterium. Bakteri
probiotik bisa hidup dan melakukan proses metabolisme didalam usus (Budiastuti,
2012).
Asam laktat dapat bersifat mengawetkan bahan pangan. pH yang rendah
dapat menghambat mikroorganisme patogen, pembusuk, serta mikroorganisme
penghasil racun akan mati. Fungsi dari bakteri probiotik yang terdapat dalam
yoghurt adalah kemampuannya membunuh bakteri jahat yang terdapat dalam
saluran pencernaan. Prinsip pembuatan yoghurt yaitu fermentasi susu dengan cara
penambahan BAL seperti Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus. Dengan fermentasi ini maka rasa yoghurt akan menjadi masam,
karena adanya perubahan laktosa menjadi asam laktat oleh bakteri-bakteri terebut.
Kedua bakteri tersebut akan menguraikan laktosa (gula susu) menjadi asam laktat
dan berbagai komponen aroma dan cita rasanya. Selanjutnya disimpan selama ± 7
jam pada temperatur 45ºC (Budiastuti, 2012).
Selama penyimpanan tersebut pH akan turun menjadi 4 disebabkan dari
kegiatan bakteri asam laktat. Lactobacillus bulgaricus lebih berperan pada
pembentukan aroma, sedangkan Streptococcus thermophiles lebih berperan pada
pembentukan cita rasa yoghurt. Yoghurt mempunyai tekstur yang agak kental
hingga kental atau semi padat dengan kekentalan yang homogen akibat dari
penggumpalan protein karena asam organik yang dihasilkan oleh kultur starter.
Tingkat pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun
eksternal. Faktor intenal meliputi suhu optimum masing-masing janis bakteri,
sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan sekitar tempat tumbuhnya
bakteri (Taufiq, 2009).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan
3.1.1 Skema Percobaan Pembuatan yoghurt
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
4.1.1 Data Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Pembuatan yoghurt
No Variabel Tekstur Rasa Bau pH
Harum seperti
1 A Cair Masam 5
susu
Kental, Seperti bau susu
2 B Masam 4
lembut basi
Manis
Ada sedikit bau
3 C Kental agak 4
busuk
masam
Manis
Harum seperti
4 D Kental agak 4
susu
masam
berkembang biak lebih cepat dan menghasilkan asam serta karbon dioksida.
Asam dan karbondioksida yang dihasilkan akan merangsang pertumbuhan dari
Lactobacillus bulgaricus. Disisi lain, aktivitas proteolitik dari Lactobacillus
bulgaricus memproduksi peptida penstimulasi dan asam amino untuk dapat
dipakai oleh Streptococcus thermophillus. Dengan kata lain Lactobacillus
bulgaricus menyediakan nutrien untuk pertumbuhan Streptococcus
thermophillus. Keduanya saling melengkapi dalam bekerjasama. Lactobacillus
bulgaricus akan menguraikan laktosa menjadi asam laktat dalam susu. Asam
laktat inilah yang menyebabkan rasa masam. Semakin lama disimpan rasa
masam yang dihasilkan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan ion hidrogen
bebas dalam susu fermentasi juga meningkat. Selain itu, peningkatan asam laktat
juga mengakibatkan turunnya pH yoghurt karena semakin banyaknya
konsentrasi ion H+.
Proses pembuatan yoghurt dengan cara fermentasi yaitu menggunakan
susu sapi murni sebanyak 500 mL, lalu memanaskan susu hingga suhu 70oC.
Apabila susu tersebut sampai mendidih, susu tersebut nanti bisa merusak
kandungan nutrisi yang terdapat pada susu tersebut. Selanjutnya menambahkan
gula sebanyak 80 gram yang berfungsi untuk membantu pembentukan tekstur
dan dapat memberi rasa manis pada yoghurt, sehingga yoghurt yang dihasilkan
teksturnya akan kental. Setelah susu tersebut hangat, selanjutnya mendinginkan
susu tersebut yang bertujuan untuk menjaga susu tetap terasa hangat saat proses
inkubasi. Selanjutnya menambahkan starter yoghurt sebanyak 2% atau sama
dengan 10 mL.
Selanjutnya mengaduknya hingga bercampur rata. Setelah itu memasukkan
kedalam toples, lalu menutup dengan rapat. Tetapi sebelum dimasukkan
kedalam toples, toples tersebut harus disterilkan terlebih dahulu agar tidak ada
kotoran atau bakteri lain pada saat proses inkubasi. Setelah masuk kedalam
toples, toples tersebut ditutupi kain atau handuk agar suhu susu tidak dingin dan
proses inkubasi lebih cepat.
Langkah terakhir adalah melakukan inkubasi selama 1 hari. Inkubasi disini
adalah waktu patogen atau bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophiles untuk berlipat ganda. Hasil pengamatan diperoleh yoghurt yang
teksturnya cair. Hal ini disebabkan kurangnya pemberian starter yoghurt. Lalu
yoghurt yang dihasilkan memiliki aroma yang harum seperti susu, rasanya
masam, dan pH yang dihasilkan adalah 5.
4.2.2 Pembahasan oleh Chintha Ananda Fidia Ningrum
Menurut Hasruddin dan Pratiwi (2015) yoghurt adalah produk susu
fermentasi berbentuk semi solid yang dihasilkan melalui proses fermentasi susu
dengan menggunakan bakteri asam laktat. Perubahan kimiawi yang terjadi
selama proses fermentasi, menghasilkan suatu produk yang memiliki tekstur,
dan rasa yang khas. Selain itu juga mengandung nilai nutrisi yang lebih baik
dibanding susu segar. Prinsip dasar proses pembuatan yoghurt adalah fermentasi
susu dengan menggunakan biakan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophillus. Susu yang akan difermentasikan harus dipanaskan terlebih dahulu
yang bertujuan untuk menurunkan populasi mikrobia dalam susu dan
mengurangi kandungan air dalam susu.
Yoghurt mengandung bakteri asam laktat yang berperan untuk merubah
bentuk laktosa kedalam bentuk yang lebih sederhana. Proses fermentasi
merupakan kunci keberhasilan dari produksi yoghurt karena karakteristik produk
akhir terbentuk selama proses fermentasi berlangsung. Pada umumnya
fermentasi dilakukan pada suhu 40-45oC selama 2,5–3 jam. Pada proses
fermentasi akan terjadi hidrolisis enzimatis laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa. Selanjutnya glukosa akan diuraikan melalui beberapa tahap
dekomposisi sehingga menghasilkan asam laktat.
Tahapan pertama dalam pembuatan yoghurt adalah menyiapkan alat dan
bahan, kemudian mensterilkan semua alat dengan cara direbus selama 10 menit,
kemudian dikeringkan. Kemudian memanaskan susu Ultamilk full cream
sebanyak 500 mL pada suhu 70oC sampai susu hangat dan ditambahkan gula 90
gram dan diaduk merata. Tujuan proses pemanasan tersebut adalah untuk untuk
mematikan semua mikroorganisme dan kandungan air pada susu. Proses tersebut
disebut dengan proses pasteurisasi. Pasteurisasi juga memiliki tujuan untuk
pengawetan yang banyak dilakukan terutama untuk susu dan produk olahannya,
seperti es krim dan yoghurt, sari buah, anggur, bir, dan buah kering.
Langkah selanjutnya mendinginkan susu dan menambahkan starter yakult
sebanyak 3% atau sekitar 15 mL, kemudian memasukkannya kedalam toples
yang sudah disetrilkan. Toples ditutup dengan dilapisi kain kemudian melakukan
inkubasi pada ruangan hangat selama 24 jam. Inkubasi atau fermentasi yoghurt
bisa dilakukan pada suhu kamar ataupun suhu 45oC. Pada suhu yang lebih
tinggi, aktivitas mikroba akan semakin tinggi pula. Inkubasi pada suhu ruang
memerlukan waktu 14 sampai 16 jam, pada suhu 32oC memerlukan waktu
sekitar 11 jam, sedangkan inkubasi pada suhu 45oC hanya memerlukan waktu
sekitar 4-6 jam (Kusantati dkk, 2007).
Hasil analisis dari percobaan pembuatan yoghurt yaitu memiliki tekstur
yoghurt yang lembut, memiliki rasa masam, dan memiliki bau seperti susu basi,
dan memiliki pH 4. Bila pH susu rendah sampai ±4,6, maka kasein menjadi
tidak stabil dan akan terkoagulasi (menggumpal) sehingga membentuk padatan
yang disebut yoghurt. Kasein merupakan komponen terbanyak dalam protein
susu. Kasein mempunyai sifat peka terhadap tingkat keasaman (pH).
4.2.3 Pembahasan oleh Fahrur Riqi
Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses
fermentasi. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi
produk tertentu dengan menggunakan bantuan mikroba. Proses fermentasi selain
memberi efek pengawetan juga mengubah rasa susu menjadi masam dan juga
mengubah struktur dan cita rasa susu. Susu mempunyai nilai gizi tinggi yang
dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, lemak, hidrat arang, vitamin, dan mineral.
Nilai biologis susu yang tinggi menyebabkan susu mudah terserang
mikroorganisme, sehingga susu mudah rusak dan tidak tahan lama apabila
disimpan dalam bentuk segar. Oleh karena itu, dibutuhkan pengolahan lanjutan
agar susu menjadi produk yang lebih tahan lama tanpa merusak nilai gizi yang
terkandung didalamnya. Yoghurt digolongkan kedalam salah satu produk
bioteknologi berbasis konvensional karna dalam proses pembuatannya melalui
proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus
bulgaricus yang berperan dalam poses pembentukan aroma dan Streptococus
termophillus yang berperan dalam proses pembentukan cita rasa.
Proses pembuatan yoghurt diawali dengan memasukkan 500 mL susu
greenfields UHT plain kedalam panci dan dipanaskan suhu 70°C. Kemudian
menambahkan gula 100 gram sedikit demi sedikit sambil diaduk. Kemudian
mendinginkan susu lalu mencampurkan starter (Kin Bulgarian yoghurt
Original) 4% dari volume susu dan memasukkannya kedalam toples.
sebanyak 5% dari volume susu sehingga starter yang dibutuhkan adalah 25 mL.
Selanjutnya memasukkan susu kedalam toples lalu menutup rapat dengan diberi
lakban agar udara tidak masuk dan ditutupi menggunakan kain. Kemudian
melakukan inkubasi selama 1 malam. Setelah inkubasi yoghurt siap diamati.
Analisa yang didapat dalam pembuatan yoghurt yaitu memiliki rasa manis agak
masam, tesktur yang kental, bau yang harum seperti susu, dan mendapatkan pH
4.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Peran bakteri dalam proses fermentasi yoghurt adalah untuk menguraikan
laktosa menjadi asam laktat dalam susu.
2. pH yang dihasilkan dalam pembuatan yoghurt untuk pH tertinggi yaitu 5
dan pH terendah adalah 4.
3. Rasa yang dihasilkan dalam proses pembuatan yoghurt adalah masam.
4. Tekstur yang diperoleh dalam proses pembuatan yoghurt adalah agak
kental.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dalam penambahan starter pastikan suhu dalam susu tidak
melebihi 30-40ºC dan tidak kurang dari 30-40ºC agar yoghurt yang
dihasilkan tidak cair.
2. Sebaiknya ketika memanaskan susu tidak boleh melebihi suhu 70oC agar
lemak dalam susu tidak rusak.
3. Ketika melakukan proses inkubasi sebaiknya dilakukan dalam ruangan
yang redup agar bakteri dapat berkembangbiak.
DAFTAR PUSTAKA
Belitz, H. D., Grosch, W., Schieberle, P. 2009. Food Chemistry. Edisi 4 Revisi.
Riadi, M. (2020, Juni 19). Yoghurt (Definisi, Manfaat, Jenis, Kandungan Gizi dan
Proses Pembuatan). Retrieved Mei 31, 2021, from KajianPustaka.com:
https://www.kajianpustaka.com/2020/06/yoghurt-definisi-manfaat-
jenis.html
LAMPIRAN
A. Lampiran Percobaan
No Perlakuan Hasil
1 Proses pendinginan
4 Mengaduk Campuran
Memasukkan campuran
5
kedalam toples
6 Proses menginkubasi
7 Sesudah diinkubasi
Mifta AK
Mifta AK
Mifta AK
Mifta AK
Mifta AK
Mifta AK
LAPORAN
KELOMPOK4 :
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM BERJUDUL :
PEMBUATAN NATA DE COCO
Oleh :
Kelompok 4
Telah dilakukan, diperbaiki, dan disetujui sesuai hasil praktikum atas saran dan
petunjuk dari asisten dan dosen pembimbing.
Surabaya, 9 Juli 2021
Menyetujui
Mengetahui
Kepala Laboratorium Dasar Teknik
Kimia
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya dan
atas karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Mikrobiologi
Industri yang berjudul Pembuatan Nata de Coco.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktikum Mikrobiologi
Industri. Disamping itu, kami juga berharap laporan praktikum ini mampu
memberikan kontribusi dalam menunjang pengetahuan para mahasiswa
khususnya dan pihak lain pada umumnya.
Dalam penyususunan laporan praktikum ini, kami tidak dapat
menyelesaikannya dengan baik dan benar tanpa adanya bantuan dorongan dari
berbagai pihak yang berupa petunjuk, bimbingan, pengarahan maupun fasilitas
yang diperoleh. Untuk itu pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan
hati dan ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dian Yanuarita P,, S.T., M. T, selaku dosen pengampu.
2. Asisten laboratorium Mikrobiologi Industri 2021
3. Teman-teman yang membantu kami baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Untuk lebih menyempurnakan laporan praktikum ini, kami memerlukan
kritik dan saran dati pembacanya, sehingga dapat digunakan untuk membantu
memperbaiki laporan praktikum ini. Akhir kata, kami mohon maaf apabila
dalam penyusunan laporan praktikum ini terdapat kesalahan dan harapan kami
semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Penyusun
ABSTRAK
Nata de Coco adalah makanan hasil fermentasi dari air kelapa tua. Proses fermentasi
dibantu oleh bakteri Acetobacter xylinum. Tujuan percobaan ini adalah Mengetahui peran
bakteri Acetobacter xylinum dalam proses fermentasi, mengamati tekstur, rasa, aroma, warna,
ketebalan, dan mengukur pH nata de coco. Metode percobaan dengan menyaring air kelapa 500
mL agar bersih dari impurities lalu didihkan. Menambahkan gula sesuai dengan variabel (100
gr, 90 gr, dan 80 gr) dan pupuk ZA 5 gr, aduk dan didiamkan hingga dingin. Menambahkan
asam cuka 20 mL kemudian diaduk dan ditambahkan starter. Larutan dituangkan ke dalam
loyang plastik dan ditutup dengan koran selama satu minggu. Pada hari ke tujuh didapatkan
hasil percobaan gagal karena tidak terbentuk serat nata. Hasil pengamatan didapatkan yaitu
tekstur yang cair, aromanya asam, warnanya bening kecoklatan, rasanya masam, dan pH yang
diperoleh adalah 4.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Syarat Mutu Nata de Coco Kemasan SNI 01-4312-1996 ...................... 4
Tabel 2.2 Perbandingan Komposisi Air Kelapa ..................................................... 5
Tabel 2.3 Kadar Monosakarida dalam Air Kelapa ................................................. 6
Tabel 2.4 Material Safety Data Sheet Asam asetat .............................................. 10
Tabel 3.1 Variabel Percobaan Nata de Coco........................................................ 13
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Nata de Coco .................................................... 15
Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan Nata de Coco .................................................. 15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Acetobakter xylinum ......................................................................... 4
Gambar 3.1 Skema Percobaan Pembuatan Nata de Coco .................................. 12
Gambar 3.2 Loyang plastik ................................................................................ 13
Gambar 3.3 Kompor ........................................................................................... 13
Gambar 3.5 Penyaring ........................................................................................ 14
Gambar 3.6 Pengaduk ........................................................................................ 14
Gambar 3.7 Gelas ukur ....................................................................................... 14
Gambar 3.8 Baskom ........................................................................................... 14
Gambar 3.9 Koran .............................................................................................. 14
Gambar 3.10 Karet .............................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia kaya akan tumbuhan kelapa. Sejak bertahun-tahun kelapa
banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Para ibu rumah tangga biasa
membuatnya menjadi santan untuk bahan memasak. Kelapa (Cocos nucifera L)
termasuk dalam genus Cocos dan dapat tumbuh dengan mudah di daerah
tropis. Tanaman kelapa banyak ditemukan di daerah pantai karena memerlukan
kelembaban yang tinggi. Komposisi buah kelapa terdiri dari sabut 33%,
tempurung 12%, daging buah 28% dan air 25%.
Buah kelapa yang sudah tua mengandung kalori yang tinggi, sebesar 359
kal per 100 gr, daging kelapa setengah tua mengandung kalori 180 kal per 100
gr. Kelapa merupakan salah satu jenis tanaman serba guna dan mempunyai
nilai ekonomis yang tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa dapat memberikan
manfaat bagi manusia mulai dari akar sampai bagian daun dan tentunya
buahnya. Saat ini pemanfaatan kelapa lebih berkembang. Salah satunya dengan
membuatnya menjadi salah satu makanan yang popular saat ini yaitu nata de
coco.
Salah satu produk bioteknologi konvensional yang akan dipelajari adalah
nata de coco. Nata de coco merupakan produk fermentasi menggunakan
bakteri Acetobacter xylinum. Acetobacter xylinum dapat menguraikan substrat
air kelapa yang mengandung glukosa. Selain itu, Acetobacter xylinum
menyukai kondisi asam dan memerlukan nitrogen untuk stimulasi aktivitasnya.
Nata de coco sebenarnya merupakan suatu polisakarida yang lebih dikenal
dengan extracelluler selulose berbentuk gel. Pembuatan olahan nata de coco
dapat di buat meggunakan berbagai bahan yang ada di alam. Salah satunya
produk nata yang terbuat dari air kelapa.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan praktiikum pembuatan nata de coco yaitu :
1. Mengetahui peran bakteri Acetobacter xylinum dalam proses fermentasi
nata de coco.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nata de Coco
Nata de coco adalah produk pangan hasil olahan fermentasi organisme
Acetobacter xylinum. Acetobacter xylinum memproduksi nata de coco apabila
tumbuh di media yang mengandung karbon dan nitrogen. Pada kondisi ini,
Acetobacter xylinum memproduksi enzim ekstraseluler yang dapat membentuk
glukosa menjadi ribuan rantai fiber atau selulosa. Nata de coco yang terbentuk
memiliki kualitas yang berbeda tergantung dari substrat yang digunakan.
Apabila perbandingan kandungan karbon dan nitrogen pada substrat diatur
optimum, maka seluruh cairan substrat dirubah menjadi nata tanpa adanya sisa
(Pambayun 2002).
Nata de coco biasa dikonsumsi sebagai pangan penutup (dessert) dan
dibuat dari fermentasi aneka jus buah-buahan. Berbagai jenis bahan baku,
seperti santan kelapa, jus kelapa, nanas, tomat, molases, dan aneka jus buah
lainnya yang mengandung gula dapat dibuat menjadi nata. Karena itu, nama
nata didasarkan atas bahan baku yang digunakan, seperti nata de coco dibuat
dari kelapa, nata de pina dibuat dari nanas, nata de tomato dibuat dari tomat,
nata de soya dibuat dari ekstrak kedelai (Pambayun 2002). Nata merupakan
lapisan berwarna putih, tak dapat larut, lapisan menyerupai gel dari sel dan
polisakarida yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum pada permukaan
media yang diasamkan yang mengandung gula, etil alkohol dan nutrisi lainnya
(Steinkraus 1996).
Menurut Suprapti (2003), lapisan kental dan transparan pada permukaan
media terbentuk pertama kali pada hari hari ke dua dan ke tiga fermentasi. Pada
hari ke tiga sampai ke lima, terdapat banyak gelembung udara pada permukaan
media, dan seluruh gelembung udara ini berubah menjadi lapisan tipis putih
secara bertahap. Lebih lanjut, setelah kira-kira 15 hari fermentasi, lapisan
polimer bakteria padat setebal 2-3 cm terbentuk pada cairan media. Lapisan ini
kemudian diambil dan dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil,
dicuci dan dididihkan hingga asam asetat hilang. Nata de coco disajikan setelah
dimasak dalam larutan gula dan disajikan bersama campuran jus buah. Adapun
syarat-syarat nata yang bermutu menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Syarat Mutu Nata de Coco Kemasan SNI (01-4312-1996)
Acetobacter xylinum adalah bakteri anaerob dan hidup pada kondisi asam
dengan pH optimum 4-4,5. Faktor yang mempengaruhi pertumbuahan
Acetobacter xylinum yaitu suhu fermentasi, keasaman (pH) medium, sumber
karbon nitrogen dan konsentrasi starter (Majesty, 2015). Acetobacter xylinum
dapat membentuk nata jika ditumbuhkan pada media yang kaya dengan karbon
(C) dan nitrogen (N) melalui proses yang terkontrol. Jutaan mikroorganisme ini
selanjutnya tumbuh dalam media tersebut kemudian melakukan aktivitas
metabolisme sehingga menghasilkan jutaan serat benang-benang selulosa yang
akhirnya nampak padat dari berwarna hingga transparan dan disebut sebagai
nata (Pambayun, 2002).
2.3 Air Kelapa
Air kelapa adalah bahan baku utama untuk membuat nata de coco. Air
kelapa yang baik untuk digunakan dalam pembuatan nata de coco adalah air
kelapa yang berasal dari kelapa tua (Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian 2016). Kelapa merupakan salah satu komoditas yang populer di
Nusantara. Kelapa dikenal sebagai tanaman serba guna karena seluruh bagian
tanaman kelapa bermanfaat bagi kehidupan manusia (Palungkung, 1992).
Namun, bagian dari kelapa seperti air kelapa tua masih banyak terbuang dan
tidak diolah menjadi suatu bahan yang berguna. Komposisi untuk jenis kelapa
muda berbeda dengan kelapa tua.
Komposisi air kelapa terus berubah selama proses perkembangan buah
tersebut berlangsung. Buah kelapa yang terlalu muda belum memiliki daging
buah, yang ada hanya air. Namun buah kelapa tua sudah memiliki daging buah
dan bila makin tua rasa manis airnya semakin berkurang. Bakteri Acetobacter
xylinum dapat tumbuh dan berkembang membentuk nata de coco karenaadanya
kandungan air sebanyak 91,23%, protein 0,29%, lemak 0,15%, karbohidrat
7,27%, serta abu 1,06% di dalam air kelapa. Selain itu, terdapat juga nutrisi-
nutrisi berupa sukrosa, dektrosa, fruktosa dan vitamin B kompleks yang terdiri
dari asam nikotinat 0,01 µg, asam pantotenat 0,52 µg, biotin 0,02 µg, riboflavin
0,01 µg dan asam folat 0,003 µg per ml. Nutrisi-nutrisi tersebut merangsang
pertumbuhan Acetobacter xylinum untuk membentuk Nata de Coco (Soekardi,
2012). Perbandingan komposisi air kelapa muda dengan air kelapa tua dapat
dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Perbandingan Komposisi Air Kelapa (Warsiati, 2013)
Air Kelapa Air Kelapa
No Air Kelapa dalam 100 gr
Muda Tua
1 Kalori 17,0 kal 18,5
2 Protein 0,2 gr 0,1 gr
3 Lemak 1,8 gr 1,5 gr
4 Karbohidrat 2,8 gr 4,6 gr
5 Kalsium 15,0 gr 22,6 gr
6 Fosfor 8,0 gr 6,8 gr
7 Besi 0,2 mg 0,5 mg
8 Air 95,5 mg 92,0mg
9 Bagian yang dapat dimakan 100,0 gr 100,0 gr
Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata adalah air kelapa yang
diperoleh dari kelapa tua. Air kelapa muda atau air kelapa yang sudah terlalu
tua atau telah keluar dari bakal tunasnya disarankan untuk tidak digunakan.
Sebab air kelapa muda belum cukup mengandung mineral sebagai nutrien
pendukung pertumbuhan Acetobacter xylinum. Sebaliknya, air kelapa yang
berasal dari kelapa yang telah terbentuk tunas mengandung minyak berlebihan
yang dapat menghambat pertumbuhan nata. Diketahui, salah satu sifat bakteri
Acetobacter xylinum adalah lipofobik (tidak suka minyak). Oleh sebab itu, saat
air kelapa berhasil dikumpulkan di pasar, pertama harus diperhatikan ada atau
tidaknya minyak dalam air kelapa. Jika ada minyak berarti air kelapa telah
tercampur dengan air kelapa yang sudah tua (Pambayun, 2006). Air kelapa
yang diambil dari pasar harus segera diproduksi menjadi nata. Penundaaan
yang terlalu lama akan merusak air kelapa dimana umur air kelapa yang baik
maksimal 8 jam setelah diambil dari pasar. Penundaan lebih dari batas waktu 8
jam masih bisa ditolerir apabila penyimpanan air kelapa dilakukan dengan baik
atau disimpan dalam tempat bersuhu dingin dan bebas dari kontak dengan
bahan di sekitarnya (Syukroni, 2013).
2.4 Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses pengubahan senyawa yang terkandung
didalam substrat oleh mikroba (kultur). Misalkan senyawa gula menjadi bentuk
lain (seperti selulosa nata de coco), baik merupakan proses pemecahan maupun
proses pembentukan dalam situasi aerob maupun anaerob. Jadi proses
fermentasi bisa terjadi proses katabolisme maupun proses anabolisme.
Fermentasi substrat air kelapa yang telah dipersiapkan sebelumnya prosesnya
sebagai berikut: substrat air kelapa disterilkan dengan menggunakan autoclave
atau dengan cara didihkan selama 15 menit. Substrat didinginkan hingga suhu
40oC. Substrat dimasukkan pada nampan atau baskom steril dengan permukaan
yang lebar, dengan kedalaman substrat kira-kira 5 cm.
Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit sebanyak 10
% (v/v). Substrat kemudian diaduk rata, ditutup dengan menggunakan kain
kasa. Nampan diinkubasi atau diperam dengan cara diletakan pada tempat yang
bersih, terhindar dari debu, ditutup dengan menggunakan kain bersih untuk
menghindari terjadinya kontaminasi. Inkubasi dilakukan selama 10–15 hari,
pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi ini tidak boleh digojok. Pada umur 10-
2.6 Pupuk ZA
Sumber nitrogen merupakan faktor penting. Nitrogen diperlukan untuk
pertumbuhan sel dan pembentukan enzim. Kekurangan nitrogen menyebabkan
sel tumbuh dengan kurang baik dan menghambat pembentukan enzim yang
diperlukan, sehingga proses fermentasi dapat mengalami kegagalan atau tidak
sempurna (Hidayat, 2006). Menurut Handayani (2002) sumber nitrogen yang
dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan aktivitas bakteri nata de coco
dapat berasal dari nitrogen organik, misalnya protein dan ekstrak yeast,
maupun nitrogen anorganik seperti amonium fosfat, urea dan amonium sulfat.
Namun, sumber nitrogen yang berasal dari protein terlalu mahal jika digunakan
dalam pembuatan nata.
Sebaliknya sumber nitrogen anorganik sangat murah dan fungsinya tidak
kalah jika dibandingkan dengan sumber nitrogen organik. Amonium sulfat di
pasar dikenal dengan ZA (Zwavelzuur amonia), mempunyai keuntungan
seperti murah, mudah larut dan selektif bagi mikroorganisme lain (Pambayun,
2006). Penambahan pupuk ZA bertujuan untuk sumber nutrien berupa nitrogen
bagi pertumbuhan bakteri Acetobakter xylinum tersebut.
2.7 Gula Pasir
Perlunya tambahan sumber karbon yang berasal dari senyawa karbohidrat
sederhana dapat digunakan sebagai suplemen pembuatan nata de coco,
diantaranya adalah senyawa-senyawa maltosa, sukrosa, laktosa, glukosa,
fruktosa dan manosa. Dari berbagai senyawa karbohidrat tersebut, sukrosa
merupakan senyawa yang paling ekonomis digunakan dan paling baik bagi
pertumbuhan dan perkembangbiakan bibit nata de coco. Adapun dari segi
warna, yang paling baik digunakan adalah gula putih (Pambayun, 2006).
Menurut Slyke (1975) di dalam Ketaren dan Djatmiko (1981), menyatakan
bahwa penambahan gula sebanyak 10-15% pada media akan dapat
meningkatkan aktivitas mikroorganisme, sehingga pembentukan nata de coco
akan semakin tinggi. Konsentrasi gula yang tinggi dapat menyebabkan
plasmolisis dan dehidrasi sel yang akan mengganggu proses metabolisme atau
pertumbuhan mikroorganisme (Handarini, 2008). Sedangkan Ramona (1998),
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan Pembuatan Nata de Coco
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Data Hasil Percoban Nata de Coco.
No Variabel Tekstur Rasa Aroma Warna Ketebalan
Acetobacter xyinum meskipun dapat hidup tanpa oksigen tetapi dia tetap
harus membutuhkan sedikit oksigen untuk tumbuh. Selanjutnya larutan
diinkubasi selama 7 hari, selama proses inkubasi loyang yang berisi
larutan tersebut harus disimpan ditempat yang aman dan jangan sampai
ada guncangan selama proses inkubasi berlangsung.
Hasil pengamatan yang dilakukan selama 7 hari didapatkan pada
hari ke dua larutan membentuk seperti jamur bewarna kuning dan aroma
larutan nata de coco masam. Pada hari ke empat, hasil pengamatan hampir
sama seperti hari ke dua namun di ujung loyang terlihat seperti adanya
bakteri atau benda asing bewarna hitam. Pada hari ke tujuh pengamatan
tidak ada perubahan fisik masih sama seperti hari ke dua dan ke empat.
Tekstur larutannya masih cair namun sedikit mengental dan lengket, warna
larutannya bewarna kuning bening. Hasil uji pH didapatkan pH larutan
nata de coco sebesar 5. Pada percobaan pembuatan nata de coco kali ini
penulis mengalami kegagalan. Beberapa faktor yang menyebabkan nata de
coco gagal terbentuk yaitu:
1. Starter ampas nanas yang digunakan kurang baik karena masa
inkubasi yang kurang lama, seharusnya pembuatan strarter
didiamkan selama 2-3 minggu.
2. Media fermentasi penampung nata de coco dan kondisi
lingkungan. Bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh dengan
baik pada kondisi suasana asam (pH 3–4 ).
3. Kandungan nutrisi yang cukup terutama gula sebagai sumber
karbon untuk bahan baku pembentukan nata sangat diperlukan.
Demikian pula ketersediaan sumber nitrogen dan mineral bagi
pertumbuhan bakteri.
4.3.3 Pembahasan oleh Fahrur Riqi (Variabel C)
Nata de coco adalah makanan seperti jeli berwarna putih bening
dan bertekstur kenyal. Makanan ini dihasilkan dari fermentasi air kelapa.
Proses fermentasi tersebut dibantu dengan bakteri Acetobakter xylnum.
Adapun tujuan dari percobaan praktiikum pembuatan nata de coco yaitu,
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum percobaan pembuatan nata de coco
yaitu :
1. Peran bakteri Acetobakter xylinum dalam pembuatan nata de coco
adalah menguraikan sukrosa pada gula yang terdapat dalam air kelapa
menjadi serat selulosa pada proses fermentasi dengan nutrien dan
sumber energi berupa karbon dan nitrogen melalui proses terkontrol.
2. Rasa yang dihasilkan dari pembuatan nata de coco yaitu masam,
aroma yang dihasilkan yaitu tidak sedap, tekstur yang diperoleh yaitu
cair, warna yang diperoleh yaitu bening kecoklatan, dan bening
kekuningan, serta tidak memiliki ketebalan.
3. pH yang dihasilkan dalam pembuatan nata de coco yaitu variabel A
adalah 4, variabel B dan C adalah 5, dan variabel D adalah 2.
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum percobaan pembuatan nata de coco yaitu :
1. Saat proses penginkubasian sebaiknya disimpan di tempat yang
aman dan terhindar dari goncangan.
2. Alat yang akan digunakan sebaiknya disterilkan terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, I. S. (2020, November 2). 5 Manfaat Makanan Fermentasi untuk
Kesehatan. Retrieved Juni 08, 2021, from Kompas:
https://health.kompas.com/read/2020/11/02/090600768/5-manfaat-
makanan-fermentasi-untuk-kesehatan?page=all
Utami, S. N. (2021, Januari 14). Daftar Rumus Kimia Asam. Retrieved Juni 8,
2021, from Kompas:
https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/14/182048669/daftar-rumus-
kimia-asam?page=all
LAMPIRAN
A. Gambar Percobaan
1. Gambar Percobaan oleh Rohulloh Rosikh Almasyih (variabel A)
No Perlakuan Hasil
6 Proses pendinginan
11 Hasil pH
9 Proses pendinginan
16 Hasil pH
10 Hasil pH
8.