Anda di halaman 1dari 16

3 PERMASALAHAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEMA THALAK

Makalah Ini dibuat untuk Memenuhi UAS Mata Kuliah Fiqh Munakahat

Oleh:

Nafida Nur Salsabila ( 11810120717)

Dosen Pengampu:

Nurhayati Zein, S. Ag., M. Sy

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan limpahan rahmat serta anugrahnya sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah ini guna untuk memenuhi tugas mata kuliah “Fiqh
Munakahat”.

Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan atas junjungan kita yakni Nabi
besar Muhammad SAW, yang mana syafa’atnyalah yang kita harapkan di hari
kemudian.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, agar lebih baik kedepannya lagi.

Demikianlah makalah ini kami buat, mudah-mudahan memberikan manfaat


bagi setiap pembaca.

Pekanbaru, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1

PEMBAHASAN .......................................................................................... 2

A. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) ...................................... 2


B. Salah Satu Pihak Melakukan Zina Atau Selingkuh ...........................5
C. Suami Menasehati Istrinya Berulang Kali Tetapi Istrinya Masih Tetap
Membangkang Perintah Suami yang Membuat Sebuah Keluarga itu
Tidak Menjadi Harmonis ................................................................... 8

PENUTUP ..................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ....................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13

ii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syariat islam menetapkan bahwa akad pernikahan antara suami dan istri hanya
sekali nikah selama hidup agar di dalamikatan pernikahan suami istri bisa hidup
bersama menjalin kasih saying untuk mewujudkan keluarga bahagia yang penuh
ketenangan hidup serta memelihara dan mendidik anak-anak sebagai generasi yang
handal.
Thalak adalah salah satu bentuk cara yang diibenarkan dalam hukum islam
untuk memutuskan akad nikah antara suami dan istri. Pemutusan ikatan perkwinan ini
dengan cara mengucapkan secara suka rela ucapan thalak kepada istrinya.
Dalam hukum islam itu sendiri tentang thalak ini disamping Allah
memperkenankan adanya hak thalak Allah juga memberi suatu aturan-aturan yang
gunanya untuk lebih berhati-hati di dalam menjatuhkan thalak, sehingga seorang
suami tidak dengan mudah dalam menjatuhkan thalak kepada istrinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)?
2. Bagaimana salah satu pihak melakukan perbuatan zina?
3. Bagaimana sikap suami jika seorang istri sudah dinasehati tetap membangkang?

1
PEMBAHASAN

A. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)


1. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dalam Pandangan Al-Qur’an dan
Hadits
Thalak adalah memutuskan hubungan antar suami istri dari ikatan
pernikahan yang sah menurut syariat agama dengan menggunakan lafadz thalak
atau perkataan yang senada dengan maksud thalak. Salah satu penyebab
terjadinya thalak adalah suami tersebut melakukan kekerasan dalam rumahtangga.
Jika suami melakukan kekerasan bisa saja istri tersebut meminta untuk dijatuhi
talak jika kekerasan itu sudah melebihi batas.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan oleh seorang
suami kepada istrinya hukumnya adalah haram. Perilaku KDRT dapat menjadi
dasar atau alasan seorang istri menggugat cerai kepada suaminya. Pengadilan pun
bisa menjatuhkan cerai tanpa ada gugatan dari istri. Tindakan KDRT yang
dilakukan oleh suami terhadap istri dalam Islam dikenal dengan istilah nusyuz
(durhaka). Nusyuz adalah salah satu perbuatan yang sangat larang dalam agama
(haram). Jika suami berperangai buruk terhadap istri, menyakiti istri, dan
memukulnya tanpa sebab, pemerintah wajib menghentikan tindakan aniaya suami
tersebut. Kalau suami mengulangi tindakan aniayanya, pemerintah wajib
menjatuhkan sanksi untuknya, dijelaskan dalam kitab Tatimmah. Konsekuensi
dari nusyuz tersebut adalah istri diperbolehkan khulu' terhadap suaminya (gugat
cerai suami). Jika KDRT tersebut bisa membahayakan istri maka pengadilan bisa
menjatuhkan talak tanpa adanya khulu' dari istri.
Salahsatu ayat Al-Qur’an yang sering dianggap membela kaum perempuan
adalah QS. An-Nisa’: 34, yang menyatakan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi
perempuan dan melegalkan pemukulan suami ketika istri berbuat nusyuz. Ayat ini
sering dijadikan alassan yang mendukung budaya patriakhri, yaitu bahwa laki-laki
adalah pemimpin bagi perempuan, baik di dalam amasyarakat maupun di dalam
rumah tangga. Dalam tafsir al-Mizan, dinayatakan bahwa kata rijal dan nisa‟
dalam ayat tersebut tidak bersifat umum yaitu laki-laki dan perempuan. Akan
tetapi laki-laki dan perempuan dalam hubungannya dalam rumah tangga, yaitu
suami dan istri. Karena dalam ayat tersebut dipaparkan juga tentang perempuan
yang shalehah yang menjaga diri ketika suaminya tidak ada... serta tindakan laki-

2
laki ketika perempuan berbuat nusyuz. Maka laki-laki dan perempuan dalam
konteks ini adalah suami dan istri dalam rumah tangga.
Berdasarkan asbabun nuzul di atas, maka dapat dipahami bahwa ayat
tersebut memang dalam konteks rumah tangga dan pemukulan diperbolehkan
pada saat untuk membatalkan keputusan Rasulullah tentang qisas. Namun
demikian, pemukulan dalam hal ini hendaknya dimaknai untuk memberikan
pelajaran, bukan untuk menyakiti istri. Berkaitan dengan pemukulan istri, terdapat
Hadits Rasulullah SAW.
“takutlah kepada Allah terhadap perempuan karena kami sekalian telah
mengambil mereka sebagai amanah Allah dan dihalalkan bagimu kehormatannya
(menggaulinya) dengan kalimah Allah, dan bagimu agar istri-istrimu tidak
melakukan jima‟ dengan laki-laki lain yang tidak kamu sukai di ranjangamu,
maka pukullah istri-istrimu itu dengan pukulan yang tidak menyebabkan luka, dan
istri-istrimu berhak atas rizki dan pakaian yang baik”.1
Perintah untuk menggauli istri dengan ma’ruf dan larangan untuk berbuat
abiaya terhadap istri terdapat dalam QS. Al-Baqarah: 228-229 dan QS. An-Nisa’:
19. Allah SWT juga membebani suami untuk menjaga keluarganya, yaitu istri dan
anak-anaknya dalam api neraka (QS. At-Takhrim: 6) pada titik inilah islam
berbicara tentang pendidikan. Dan diantara tujuan perlunya suami mendidik istri
antara lain adalah : pertama, ketika seorang anak perempuan telah menikah, maka
tanggungjawab dalam segala hal tidak lagi berada dipundak orangtuanya akan
tetapi berada di punggung suaminya. Kedua, pandai dan baik istri akan berdampak
positif bagi kewibawaan dan kehormatan suami di mata keluarga dan orang lain.
Maka sebaliknya, jika istri jelek budi pekertinya akan berdampak negative bagi
suami dalam segala hal termasuk kehormatan, kewibawaan, karir dan lain-lain. 2

2. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dalam Pandangan Undang-Undang


Pengertian kekerasan dalam lingkup rumah tangga juga dapat ditemui
dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang menyatakan bahwa : “Kekerasan dalam
rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara

1
Muslim bin al-Hajjaj Abu Al-Hasan al-Naisaburiy, Shahih Muslim, Juz 2, (Beirut: Dar al-Ihya’, t.th), h. 886
2
Dahlan Tamrin, Filsafat Hukum Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), h. 165

3
fisik, seksual, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga”.
Orang yang dapat mengajukan gugatan perceraian dengan alasan salah
satu pihak mendapat pidana penjara menurut undang-undang adalah pihak istri
(Pasal 73 ayat (1) Undang-undang 3 Tahun 2006). Oleh karena itu dalam
berperkara, kedudukan istri sebagai penggugat dan suaminya sebagai tergugat.
Dalam Pasal 135 Kompilasi Hukum Islam terdapat ketentuan bahwa
untuk dapat membuktikan gugatannya, pihak penggugat cukup
menyampaikan salinan putusan dari Pengadilan yang berwenang dan
disertakan pula keterangan yang menerangkan bahwa diisyaratkan putusan
tersebut telah memperoleh kekutan hukum tetap, maksudnya adalah
putasan atas perkara tersebut tidak dalam pemeriksaan tingkat banding maupun
tingkat kasasi, sehingga kepastian hukumnya dapat terjamin yang kemudian surat
putusan tersebut dapat digunakan untuk membuktikan suatu peristiwa
sebagaimana yang disebutkan di dalamnya.

3. Factor Terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga


a) Factor ekonomi adalah hal yang paling sering memicu terjadinya KDRT. Hal
ini bermula pada tugas pokok suaminya yang semestinya mencari uang tapi
tidak dilakukannya atau pendapatan seorang suami yang kurang cukup,
sehingga menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga.
b) Factor perilaku suami, yang mempengaruhi ada beberapa yaitu pengaruh
minuman keras yang berlebihan tanpa sepengetahuan istri, akan memunculkan
kecemburuan atau orang ketiga dalam suatu keluarga akan menimbulkan
kekerasan dalam rumah tangga
c) Factor psikologis adalah factor yang berkaitan dengan konflik batin atau
perasaan tertekan dan stress Karen atidak memenuhi keinginan yang mereka
pendam, ibarat bom waktu yang sewaktu-waktu akan meledak, perasaan ini
lah yang meluap manakala perselisihan suami istri itu terjadi.3
d) Factor social budaya, seperti timbulnya rassa khawatir akan bahay kejahatan
yang mengancam. Misalnya, perempuan yang selalu dibayangi kekhawatiran

3
Basri. dkk, Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang Dialami Suami, (Neo Societal; vol. 3; No.
2; 2018), h. 461-463

4
memiliki resiko lebih besar mengalami kekerassan fisik dan seksual oleh
pasangan. Selain itu, ternyata perempuan yang tinggal di daerah perkotaan
juga mengalami resiko 1,2 kali lebih besar mengalami kekerasan fisik dan
seksual.

4. Upaya Pencegahan KDRT


a) Menjalin komukasi yang baik
Biasakan keluarga untuk memiliki komunikasi yang baik dan hangat.
Tanamkannilai spiritual sejak dini dan beri teladan yang positif
b) Jauhi kebiasaan yang melanggar norma
Misalnya, menjauhkan tayangan-tayangan televisi, social media, dan
pergaulan yang melanggar norma social, agama serta kemanusiaan.
c) Peduli dengan lingkungan sekitar
Lebih perhatian pada tetangga, perbanyak pertemuan rutin antar warga.
Sebab jika kita dekat dengan lingkungan sekitar, maka itu menjadi
pertolongan jika sampai terjadi perilaku yang tiak diinginkan.
d) Bergaul dengan orang positif
Bersosialisasi dengan orang orang-orang yang memiliki kebiassaan
hidup sehat, bahagia dan positif.

B. Salah Satu Pihak Melakukan Zina Atau Selingkuh


1. Selingkuh dalam pandangan islam
Adanya pernikaan tentu yang diharapkan oleh semua orang adalah tercapainya
keharmonisan dan kebahagiaan dalam rumah tangga. Rumah tangga yang
harmonis tentu akan menghasilkan keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah.
Adanya pertengkaran dan perbedaan pendapat di rumah tangga adalah hal yang
wajar, namun jika terjadi secarattersu menerus tentu bukanlah rumah tangga yang
sehat.
Salah satu sebab pernikahan dapat hancur dan bercerai adalah adanya
perselingkuhan dan konflik dalam keluarga. Perselingkuhan bisa terjadi Karena
berbagai sebab misalnya Karen sering bergaul berduaan, bergaul tanpa batas-batas
sesuai agam, karena godaan orang lain atau lemahnya iman dalam diri seseorang.
Perselingkuhan bisa berarti juga sebuah pengkhianatan dapat diartikan sebagai
bentuk pelanggaran terhadap komitmen dan juga prinsip-prinsip dalam perjanjian.
5
Pernikahan tentunyay adalah sebuah perjanjian dan juga kesepakatan yang berlaku
seidup semati antara pasangan suami istri. Berikut adalah ayat dan hadits
mengenai selingkuh menurut islam:
a) Perselingkuan memicu perzinahan
“dan janganlah kalian mendekati zina, karena sesunggguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-
Isra’:32). Berzina adalah perbuatan yang keji dan sangat buruk.
Perselingkuhan walaupun belum terjadi hingga perzinahan adalah salah satu
jalan yang dapat memicu kepada hal tersebut. Tentunya hal ini menjadi haram
untuk dilakukan. Perselingkuhan adalah adanya hubungan lawan jenis dengan
yang bukan muhrim atau pasangan yang tidak halal, tentu saja dapat memicu
perzinaan jika diteruskan atau tidak dikontrol.
“sesungguhnya AAllah menetapkan bagian zina untuk setiap manusia.
Dia akan mendapatkan dan tidak bisa dihindari. Zina mata dengan melihat,
zina lisan dengan ucapan, zina hati dengan membayangkan dan bergejolak
syahwat, sedangkan kemaluanlah yang membenarkan semua itu atau
mendustakannya .” (HR. Bukhari dan Muslim)
b) Perselingkuhan sebab tidak menahan pandangan atau kemaluan
“katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, „hendaklah mereka
menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa
yang mereka perbuat‟. Katakanlah kepada wanita uang beriman, „hendaklah
mereka menaan pandangannya dan memelihara kemaluannya” (QS. An-
Nur:30-31)
Dari ayat di atas dijelaskan pula bahwa laki-laki dan perempuan dilarang
untuk berselingkuh dan harus menahan pandangan, kemaluan agar tidak
terjadi hal-hal yang diluar batas. Untuk wanita dan laki-laki harus dapat
menahan diri dan godaan setan terhhadap hal tersebut.
c) Mendapat dosa
“di hari kiamat kelak setiap pengkhianat akan membawa bendera yang
dikibarkannya tinggi-tinggi sesuai dengan pengkhianatannya. Ketahuilah,
taka da pengkhianatan yang lebih besar daripada pengkhianatan seorang
penguasa terhadap rakyatnya.” (HR. Muslim)

6
2. Sebab adanya perselingkuhan
a) Minimnya kekuatan iman dan islam
Minimnya kekuatan iman dan islam pada diri seorang dapat memicu
orang tersebut melakukan apapun demi hawa nafsu dan keinginannya,
walaupun sudah disadari hal tersebut adalah hal yang merusak dan perilaku
kedzaliman. Disaat kekuatan iman dan islamnya menurun tentu
oerselingkuhan bisa saja terjadi dengan berbagai godaan dan bisikan pada
manusia.
Iman dan islam adalah pondasi dasar dari hidup manusia. Tanpa
adanya iman dan islam, maka akan dapat merobohkan hidup seperti rumah
yang tiangnya rapuh dan roboh. Untuk itu, rukun islam, rukun iman, fungsi
agama islam dan fungsi Al-Qur’an harus senantiasa menjadi pondasi bagi
seorang muslim.
b) Kurangnya komitmen atau prinsip menjalani rumah tangga
Kurangnya komitmen atau prinsip menjalin rumah tangga juga hal
penting dalam sebuah pernikahan. Jika komitmen dalam diri seorang kurang
atau bahkan tidak ada, maka rumah tangga pun tidak akan mencapai tujuan
sebagaimana keinginan sesame pasangan suami istri. Dengan minimnya
komitmen maka akan terjadi perselingkuhan dari masing-masing pasangan.
c) Ketidakharmonisan di rumah tangga
Ketidakharmonisan dalam rumah tangga bisa membuat pasangan
akirnya beralih mencari pelampiasan pada orang lain. Pelampiasan bisa berarti
kebutuhan perasaan, kasih saying, atau bahkan perselingkuhan hingga tatatran
perzinahan. Untuk itu, adanya konflik atau pertengkaran dalam rumah tangga
yang bisa berakibat pada perselingkuhan jika tidak diselesaikan dengan benar.
d) Adanya orang ketiga
Adanya orang ketiga dapat membuat perselingkuhan bisa terjadi.
Orang ketiga ini bisa berarti aktif menggoda atau membuat piak suami atau
istri akhirnya berselingkuh. Tentu hal ini tidak akan terjadi jika adanya
keimanan yang kuat antar diri seseorang.
e) Adanya budaya yang buruk di lingkungan
Budaya ini misalnya pandangan bahwa perselingkuhan adalahh hal
yang biasa saja, atau dorongan pergaulan tanpa batas dan kedekatan yang tiada
batas dalam lingkungan tersebut. Hal ini tentu akan mempengaruhi kepada
7
kepribadian seseorang, walaupun kembali lagi yang terpenting adalah pada
aspek keimanan dan ketaqwaan orang tersebut.

3. Selinguh dalam Hukum Indonesia


Pada dasarnya untuk dapat melakukan perceraian, suami istri tersebut
harus mempunyai alasan bahwa mereka tidak dapat hidup rukun lagi,
sebagaimana dikatakan dalam Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan (“UU Perkawinan”).
Yaitu salah satunya Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk,
pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. Dan bisa menjadi
alasan yang kuat untuk menggugat cerai
Jika seorang istri/suami menuntut untuk secara pidana ataupun ingin
mengugat cerai, maka harus memberikan bukti apakah benar perselingkuhan yang
dilakukan suami sampai pada perbuatan zina sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 284 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”). Bukti yang
diperlukan dapat berupa video atau foto seperti yang terdapat dalam artikel Foto
Mesra Istri Bersama Pria Lain Sebagai Bukti Perzinahan. Mengenai ketentuan
perzinahan dan hukuman pidananya lebih lanjut Anda dapat membaca artikel
Suami dalam Dilema Karena Istri Selingkuh dan Ingin Gugat Cerai Karena SMS
Mesra di HP Suami.4

C. Suami Menasehati Istrinya Berulang Kali Tetapi Istrinya Masih Tetap


Membangkang Perintah Suami yang Membuat Sebuah Keluarga itu Tidak
Menjadi Harmonis.
1. Dalam pandangan islam
Istri membangkang kepaada suami hukumny adalah haram. Seorang istri yang
tidak memperdulikan nasihat, maka suami boleh memberikan hukuman.
Hukuman yang diberikan itu dikarenakan melakukan perbuatan haram atau
meninggalkan yang wajib. Terkait dengan hukuman itu, Allah berfirman dalam
Al-Qur’an: yang artinya
“kaum laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan, oleh karena itu, Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),

4
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/selingku-menurut-islam

8
dank arena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.
Oleh sebab itu maka wanita yang shalehah ialah yang taat kepada Alla dan
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, Karena Allah telaah memelihara
(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya,maka nasihatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah maha tinggi lagi maha besaar.”
(QS. An-Nisa’:34)
Jika istri melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan seperti tidak
melayani suami dengan baik, berkata-kata kasar dan tidak mentaati suaminya
maka hendaklah sauami menyelesaaikan masalah ini dengan jalan yang telah
dituntun oleh Allah sesuai dengan ayat di atas, yaitu:
a) Memberi nasihat
Hendaklah suami menasehati istrinya dengan lemah lembut. Suami
menasihati istri dengan mengingatkan bagaimana kewajiban Allah padanya
yaitu taat pada suami dan tidak menyelisihinya.
Jika istri telah menenrima nasihat tersebut dan telah berubah, maka
suami tidak boleh menempuh jalan atau langkah selanjutnya. Karena Allah
berfirman: “kemudian ika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu
mencari-crai jalan untuk menyusahkannya”. (QS. An-Nisa’:34)
b) Pisah ranjang
“…dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka…”. (QS. An-
Nisa’:34)
Semakin parah tingkat kedurhakaan istri dan pembangkangan istri
terhadap suami, maka perlu ditingkatkan pula model hukuman suami untuk
menyikapi perilaku istri tersbut. Terkecuali dalam kasus-kasus tertentu yang
memang dengan nasihat lisan saja sudah cukup untuk menyandarkan istri dari
perilaku nusyuz. Ibarat batu, semakin keras komposisi batu maka butuh alat
yang semakin kuat pula untuk memecahkannya.
c) Memukul istri
Ibnu kasir dalam tafsirnya menerangkan bahwa memukul dalam surah
An-Nisa’:34 itu maksudnya memukul istri dengan pukulan yang tidak melukai
dan tidak membahayakan. Pukulan yang mendidik, pukulan tidak membekas
tanpa meninggalkan luka. Memukul istri yang nusyuz dalam hal ini
9
diperbolehkan. Namun hendaklah seorang suami memperhatikan aturan islam
yang mengajarkan bagaimanakah adab dalam memukul istri:
1) Memukul dengan pukulan yang tidak membekas
Sebagaimana nasihat Nabi ketik haji wada’:“kewajiban istri bagi
kalian adalah tidak boleh permadani kalian ditempati oleh seorang pun
yang kalian tiak sukai. Jika mereka melakukan demikian, pukullah mereka
dengan pukulan yang tidak membekas.” (HR. Muslim)
Jika seorang suami memukuli istri layaknya petinju, maka ini bukalah
mendidik. Sehingga tidak boleh pukulan tersebut mengakibatkan patah
tulang, memar-memar, mengakibatkan tubuh rusak atau bengkak.
2) Tidak melebihi dari sepuluh pukulan
Pendaapat Hanbali dalilnya disebutkan dalam hadits Abu Burdah Al-
Ansori, ia mendengar Nabi SAW bersabda: “janganlah mencambuk lebih
dari sepuluh cambukan kecuali dalam had dari aturam Allah.” (HR.
bukhari dan Muslim)
3) Tidak boleh memukul istri di wajah
Sabda Nabi : “dan janganlah engkau memukuli istrimu di wajahnya.”
(HR. Abu Dawud. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Aisyah menceritajan mengenai Rasulullah SAW dalam suatu riwayat:
“aku tiak perna sama sekali melihat Rasulullah SAW memukul pembantu,
begitu pula istrinya. Beliau tidak lah perna memukul sesuatu dengan
tangannya kecuali dalam jihad (berperang) di jalan Allah.” (HR. Ahmad)
Jika beberapa solusi yang ditawarkan oleh islam tidak mengubahnya, maka
perceraian bisa jadi sebagai jalan terakir. “Jika langkah terahir itu yang terbaik
itu adalah pisah, maka ceraikan dia dengan baik-baik” (QS. An-Nisa’: 134)5

2. Hukum dalam Perundangan


Perceraian yang dilakukan karena di dalam keluarga terus menerus terjadi
perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam
rumah-tangga. itu harus jelas factor apa yang menyebabkan rusaknya
keharmonisan rumah tangga. seperti factor seperti tergugat melakukan
perselingkuhan, terus menerus mabuk dan penjudi. Berdasarkan Pasal 39 ayat 2

5
https://bincangsyariah.com/nisa/istri-membangkang-bolehkah-suami-berlaku-kasar-kepadanya/ ,
diakses pada tanggal 05 Januari 2021, pukul 19.30

10
Undang-undang Perkawinan, untuk melakukan perceraian harus ada cukup
alasan-alasan yang harus dinyatakan di depan Pengadilan. Dan tidak adanya
keharmonisan dan kerukunan dalam keluarga jika tidak ada jalan keluarnya
kecuali percerain.
Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan yang disebabkan oleh
permasalahan tertentu yang menyebabkan perselisihan yang tidak dapat
didamaikan dan tidak ada jalan keluarnya kecuali dengan perceraian.

11
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkawinan adalah ikatan lahir batin yang paling sakral yang harus
dipertahankan, berbagai usaha harus diupayakan agar keutuhan rumah tangga tersebut
dijaga. Namun begitu tidak tertutup kemungkinan segala usaha untuk
mempertahankannya tidak berhasil. Sebagai jalan keluar penyelesaiannya islam dan
peraturan perundang-undangan menyediakan institusi persecarian sebagai pintu
terakhir.
Salah satu sebab yang dapat menyebabkan thalak satau perceraian dalam
rumah tangga adalah minimnya kekuatan iman dan islam, kurangnya komitmen atau
prinsip menjalani rumah tangga, ketidakharmonisan di rumah tangga, adanya orang
ketiga, adanya budaya yang buruk di lingkungan dan sebab-sebab lainnnya.
Agar perceraian tidak dilakukan secara sembrono dan tanpa alasan, maka
peraturan perundang-undangan mengharuskan setiap perceraian harus dilakukan di
depan sidang pengadilan. Yang mengacu kepada kesakralan perkawinan tersebut,
dimana perkawinan dilakukan dengan tujuan ma’ruf maka penyelesaiannya pun harus
dilakukan dengan cara ma’ruf.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat serta menambah ilmu dan menjadi rujukan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepanya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan materi dalam makalah ini dengan
sumber-sumber lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan. Dan penulis
berharap pembaca dapat memaklumi dan sudi memberi saran dan masukannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Basri. dkk, Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang Dialami Suami, (Neo Societal;
vol. 3; No. 2; 2018), h. 461-463
Dahlan Tamrin, Filsafat Hukum Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), h. 165
https://bincangsyariah.com/nisa/istri-membangkang-bolehkah-suami-berlaku-kasar-
kepadanya/ , diakses pada tanggal 05 Januari 2021, pukul 19.30
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/selingku-menurut-islam
Muslim bin al-Hajjaj Abu Al-Hasan al-Naisaburiy, Shahih Muslim, Juz 2, (Beirut: Dar al-
Ihya’, t.th), h. 886

13

Anda mungkin juga menyukai