Anda di halaman 1dari 10

3.

1 Dasar Hukum Tax Amnesty dan Sunset Policy

Landasan hukum diadakannya tax amnesti dan sunset policy pada saat pandemi

Covid 19. Secara tidak langsung pandemi Covid 19 telah berdampak besar khususnya dari

sektor perpajakan, dikarenakan pemasukan terbesar yang dimiliki indonesia pada saat ini

berasal dari pajak, baik pajak daerah, pajak barang, dan pajak lainnya. Dalam hal ini

pemerintah sebagai kepala negara dan pemegang kekuasaan tertinggi berhak untuk mengatur

serta mengontrol untuk melakukan upaya penanganan dalam hal kebijakan keuangan negara.

Pemerintah juga mengeluarkan berbagai peraturan kebijakan sebagai tindak lanjut dari Perpu

Nomor 1 Tahun 2020 yang digunakan sebagai upaya dalam menangani pandemi Covid 19.

Langkah-langkah pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19 tersebut

dilakukan dengan penggunaan kewenangan peraturan perundang-undangan, peraturan

kebijakan, tindakan badan dan pejabat pemerintahan, serta dukungan birokrasi sebagai organ

pelaksana kebijakan. Dalam penanganan pandemi Covid-19 Presiden mengambil kebijakan

dengan menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang (Perppu) Nomor 1

Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk

Penanganan Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19)1.

Pemerintah telah melakukan segala upaya dalam mengurangi dampak yang terjadi.

Pada masa pandemi saat ini, banyak kebijakan dibuat untuk meningkatkan keadaan untuk

semua lini yang terdampak mengalami penurunan atau perlambatan agar dapat naik kembali

dan laju pertumbuhannya kembali sesuai dengan yang diinginkan pemerintah. Kebijakan

perlu mengacu pada permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Kebijakan pajak

yang dibuat pemerintah dimaksudkan untuk memberikan insentif bagi Wajib Pajak (WP)

1
Henny Juliani, "Analisis Yuridis Kebijakan Keuangan Negara Dalam Penanganan Pandemi Covid-19 Melalui Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020", Administrative Law And Governance Journal 3, No. 2
(2020):331-332
yang terkena dampak wabah virus corona dengan menerbitkan PMK No. 44/2020, tentang

Insentif Pajak untuk membantu dan melindungi Wajib Pajak yang terdampak dalam

penurunan ekonomi saat ini2.

Penanganan pandemi Covid-19 melalui Perppu Nomor 1 Tahun 2020 sangat

diperlukan karena pandemi Covid-19 telah membawa implikasi berdampak bagi kesehatan,

perekonomian, sosial, dan lain-lain yang pada akhirnya menggerus kesejahteraan rakyat.

Pemerintah mengambil kebijakan dan langkah-langkah luar biasa untuk mengatasi dampak

sosial ekonomi dari kondisi darurat pandemi Covid-19 melalui, pelaksanaan APBN,

khususnya dengan melakukan peningkatan belanja untuk kesehatan, pengeluaran untuk jaring

pengaman sosial (social safety net), dan pemulihan perekonomian, serta memperkuat

kewenangan berbagai lembaga dalam sektor keuangan3.

Untuk mengantisipasi dan mengatasi krisis pajak yang mungkin diakibatkan pandemi

Covid-19 atau kejadian lain di masa mendatang, pemerintah dapat mengkaji penerapan

manajemen krisis pajak. Manajemen krisis tersebut merupakan implementasi yang kompleks

dari pengukuran anti krisis melalui persiapan, perencanaan, dan reaksi terhadap krisis pajak.

Pencegahan krisis di masa mendatang berdasarkan pada langkah-langkah anti krisis,

berorientasi pada pencapaian efek jangka panjang, pengembangan budaya perpajakan,

rasionalisasi pengelolaan aset, dan keterlibatan pihak yang berkepentingan dalam proses

kebijakan perpajakan4.

2
Aswin Padyanoor, "Kebijakan Pajak Indonesia Menanggapi Krisis Covid-19 Manfaat Bagi Wajib Pajak", E-Jurnal Akuntansi
30, No. 9 (2020):2219
3
Henny Juliani, "Analisis Yuridis Kebijakan Keuangan Negara Dalam Penanganan Pandemi Covid-19 Melalui Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020", Administrative Law And Governance Journal 3, No. 2
(2020):331-332
4
Warsito dan Palupi Lindiasari Samputra, "Potensi Penurunan Pajak Dan Strategi Kebijakan Pajak Untuk Mengantisipasi
Dampak Pandemi Covid 19: Prespektif Ketahanan Nasional"< Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik 11, No. 2 (2020):106
Tax Amnesty atau pengampunan pajak adalah adalah penghapusan pajak yang

seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di

bidang perpajakan, dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana

diatur dalam Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak. Tax

amnesty umumnya diberikan pengampunan atas pokok pajak yaitu keringanan dengan

penerapan tarif yang jauh lebih rendah dari tarif pajak yang berlaku umum atas hutang pajak

atau pokok pajak yang kurang atau belum dibayar, selain itu juga dalam tax amnesty

diberikan pembebasan dari tuntutan pidana pajak.

Kebijakan Pengampunan Pajak dilakukan dalam bentuk pelepasan hak negara untuk

menagih pajak yang seharusnya terutang. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika Wajib Pajak

diwajibkan untuk membayar Uang Tebusan atas Pengampunan Pajak yang diperolehnya.

Dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang, penerimaan Uang Tebusan diperlakukan

sebagai penerimaan Pajak Penghasilan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.5

Dalam jangka pendek, hal ini akan dapat meningkatkan penerimaan pajak pada tahun

diterimanya Uang Tebusan yang berguna bagi Negara untuk membiayai berbagai program

yang telah direncanakan. Dalam jangka panjang, Negara akan mendapatkan penerimaan

pajak dari tambahan aktivitas ekonomi yang berasal dari Harta yang telah dialihkan dan

diinvestasikan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari aspek yuridis,

pengaturan kebijakan Pengampunan Pajak melalui Undang-Undang tentang Pengampunan

Pajak sesuai dengan ketentuan Pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 karena berkaitan dengan penghapusan pajak yang seharusnya terutang, sanksi

administrasi perpajakan, dan sanksi pidana di bidang perpajakan. Undang-Undang ini dapat

menjembatani agar Harta yang diperoleh dari aktivitas yang tidak dilaporkan dapat
5
Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak
diungkapkan secara sukarela sehingga data dan informasi atas Harta tersebut masuk ke dalam

sistem administrasi perpajakan dan dapat dimanfaatkan untuk pengawasan kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan di masa yang akan datang.

Dalam sunset policy, yang dihapuskan adalah sanksi denda administrasi sedangkan

pokok pajaknya wajib dibayar penuh sesuai tarif umum yang berlaku bagi Wajib Pajak orang

pribadi dan badan. Sunset policy pernah diterapkan di Indonesia sebagai kebijakan

pemerintah yang memberikan penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas

keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 37A

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang

Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) yang

berbunyi:6

Ayat (1):

“Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih harus

dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam jangka waktu 1 (satu) tahun

setelah berlakunya Undang-Undang ini, dapat diberikan pengurangan atau penghapusan

sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran

pajak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.”

Ayat (2):

“Wajib Pajak orang pribadi yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk

memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 (satu) tahun setelah berlakunya

Undang-Undang ini diberikan penghapusan sanksi administrasi atas pajak yang tidak atau

6
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
kurang dibayar untuk Tahun Pajak sebelum diperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan tidak

dilakukan pemeriksaan pajak, kecuali terdapat data atau keterangan yang menyatakan

bahwa Surat Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak tidak benar atau menyatakan

lebih bayar.”

3.2 Konsep diadakannya Tax Amnesty dan Sunset Policy sebagai kebijakan stimulus

penerimaan pajak

Di Era Pandemi ini, negara kita telah mengalami berbagai kesulitan, salah satunya

kesulitan di bidang ekonomi, kemudian yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

pendapatan negara di era pandemi guna meningkatkan kembali perekonomian negara ini,

yaitu dengan menerapkan beberapa kebijakan, diantaranya Tax Amnesty dan Sunset Policy,

sebagaimana yang kita ketahui bahwasannya pajak ini merupakan salah satu sumber

pendapatan negara yang cukup besar untuk peningkatan perekonomian negara ini. Yang

dimaksud dengan Tax Amnesty dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 pasal 1 ayat

(1) yaitu penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi

perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan

membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini 7. Dalam undang-

undang ini pula disebutkan bahwa wajib pajak hanya perlu mengungkap harta dan membayar

tebusan pajak sebagai pajak pengampunan atas harta yang selama ini tidak pernah

dilaporkan. Jadi, Tax Amnesty merupakan sarana bagi pemerintah untuk meningkatkan

pendapatan negara dari pajak serta kepatuhan wajib pajak. Mengenai mekanisme dari

pelaksanaan Tax Amnesty atau pengampuan pajak ini terdapat 3 tahap yang harus dijalani,

diantaranya yaitu :

1. Pelaporan
7
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No 11 Tahun 2016 tentang Pengampuan Pajak
Pada langkah awal ini, para wajib pajak harus melakukan pelaporan kepada KPP (Kantor

Pelayanan Pajak), berlaku bagi yang berada di dalam maupun luar negeri. Dalam

prosesnya ini tidak boleh diwakilkan, karena terkait dengan data yang bersifa rahasia.   

2. Memberikan Surat Pernyataan Aset

Kemudian pada tahap ini, penyetoran pesan statment peninggalan kepada petugas pajak.

Informasi yang dilaporkan harus informasi yang asli serta cocok. Kemudian nantinya

akan ada pesan yang akan dikirimkan dalam waktu kurang lebih 10 hari setelah proses

tersebut berlangsung.

3. Penghapusan dan Pembebasan Sanksi

Terakhir, adanya proses penghapusan pajak dari sanksi dan administrasi. Lalu ada juga

setp dimana investasi harta kepada bank, sebagaimana yang telah ditunjuk pemerintah.8

Dengan adanya tax amnesty atau pengampuan pajak ini, dapat memberikan manfaat

untuk beberapa pihak, baik itu untuk pemerintah, pengembang, maupun untuk investor.

Berikut ini manfaat adanya tax amnesty untuk beberapa pihak:

1. Untuk pemerintah; dengan diberlakukannya tax amnesty atau pengampunan pajak ini

maka akan menambah penghasilan penerimaan baru di mana penambahannya dirasa

cukup efektif dalam mengurangi penerimaan negara yang semakin berkurang. Dengan

diterapkannya tax amnesty atau pengampunan pajak ini maka secara otomatis akan

menarik dana yang terdapat di luar negeri ke Indonesia yang menjadikannya masuk ke

dalam pencatatan untuk sumber pajak baru.

2. Untuk pengembang; dengan diberlakukannya amnesti pajak atau pengampunan pajak

ini maka akan membuat sektor properti mengalami pertumbuhan untuk tahun berikutnya.

8
Tax Amnesty 2020 dan Pembahasan Lengkapnya, https://greatdayhr.com/id/blog/apa-itu-tax-amnesty/ , diakses 18 April 2021,
pukul 20.38
Kebijakan ini berhubungan dengan pajak yang menjadikan indikator untuk kebangkitan

sebuah bisnis properti yang ada di Indonesia. Tax amnesty ini sangat dipercaya untuk

memberikan sebuah pengaruh terhadap pengembang untuk dapat terus berhubungan

dengan para investor. Para investor selama ini merasa tidak mau untuk menanamkan

modalnya di Indonesia karena negara Indonesia mempunyai pajak properti yang

tergolong sangat tinggi;

3. Untuk investor; bukan hanya dari pemerintah dan pengembang saja yang merasa senang

dengan kabar ini, hadirnya tax amnesty atau pengampunan pajak ini juga sangat disambut

baik oleh para investor. Dengan adanya tax amnesty atau pengampunan pajak ini akan

memberikan keuntungan terhadap kegiatan bisnis. Amnesti pajak ini dapat membuat para

konsumen serta investor untuk lebih berani lagi melakukan pembelian terhadap properti.

Dengan demikian, para investor tidak merasa lagi takut untuk melakukan pembelian

properti. Demikianlah uraian singkat seputar tax amnesty mulai dari pengertian,

kebijakan hingga manfaat dari tax amnesty.9

4. Untuk masyarakat ; kebijakan tax amnesty memang bisa jadi cara yang efektif bagi

pemerintah untuk meningkatkan kesadaran pajak di seluruh lapisan masyarakat tetapi

harus dibarengi dengan penyelesaian sistem perpajakan Indonesia yang masih

menumpuk.10

9
Forum Diskusi Ilmiah Perpajakan, Amnesti Pajak Perlu Prasyarat Tax Reform, (http://groups.yahoo.com/group/forum‐
pajak/message/10744). (Dikutip dari jurnal Mia Amalia, KEBIJAKAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN PENGAMPUNAN
PAJAK (TAX AMNESTY) DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BANGSA INDONESIA, Jurnal Hukum
Mimbar Justitia Vol. 3 No. 1, Juni 2017, Fakultas Hukum Universitas Suryakancana)
10
Mia Amalia, KEBIJAKAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN PENGAMPUNAN PAJAK (TAX AMNESTY) DALAM
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BANGSA INDONESIA, Jurnal Hukum Mimbar Justitia Vol. 3 No. 1, Juni
2017, Fakultas Hukum Universitas Suryakancana, hal  30
Sedangkan pengertian dari Sunset Policy yaitu pemberian fasilitas penghapusan

sanksiadministrasi berupa bunga sebagaimana diatur dalam Pasal 37A Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2007.11 Kebijakan ini memberi kesempatan kepada masyarakat untuk

memulai kewajiban perpajakannyadengan benar. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2007, Sunset Policy adalah kebijakan pemberian fasilitas perpajakan dalam bentuk

penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bungayang diatur dalam pasal 37A

Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Selanjutnya dalam Surat

Edaran Direktur Jenderal Pajak NomorSE 34/PJ/2008 tanggal 31 Juli 2008 Tentang

Penegasan Pelaksanaan Pasal 37A Undang-Undang 28 Tahun 2008 Tentang Penegasan

Pelaksanaan Pasal 37 A Undang-undang Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara

Perpajakan beserta ketentuan pelaksanaannya, pelaksanaan Sunset Policy diberikan

penegasan sebagai berikut:

1. Konsep dasar Undang-undang perpajakan yang mengatur tentang Sunset Policy adalah

sistem self assessment. Dalam sistem self assessment, Wajib Pajak diberi kepercayaan

untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri besarnya pajak

yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan.

Sebagai konsekuensi pemberian kepercayaan tersebut, Wajib Pajak wajib menyampaikan

Surat Pemberitahuan berikut keterangan dan/atau dokumen yang harus dilampirkan, yang

telah diisi secara benar, lengkap, dan jelas.

2. Sunset Policy memberi kesempatan kepada:

a. Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP sebelum tanggal 1 Januari 2008 untuk

membetulkan SPT Tahunan PPh untuk Tahun Pajak 2006 dan/atau Tahun Tahun

Pajak sebelumnya;
11
Rahayu, S. K .2009. “ Perpajakan Indonesia Konsep Aspek Formal”. Yogyakarta:GrahaIlmu.(2009: 344)
b. Wajib Pajak orang pribadi yang memperoleh NPWP secara sukarela dalam tahun

2008 untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh untuk Tahun Pajak 2007 atau

Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya, untuk memperoleh fasilitas berupa

penghapusan sanksiadministrasi berupa bunga atas keterlambatan pembayaran

pajak atau bunga atas pajak yang tidak atau kurang dibayar.

3. Ketentuan Sunset Policyberdasarkan Pasal 37 A Undang-Undang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan bersifat khusus dan hanya berlaku untuk jangka waktu terbatas

sehingga beberapa ketentuan umum yang diatur dalam Undang-Undang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan tidak berlaku. Ketentuan umum yang tidak berlaku

sehubungan dengan Sunset Policy seperti ketentuan yang terkait dengan:

a. Pembatasan jangka waktu pembetulan SPT Tahunan PPh paling lama 2 (dua) tahun

sejak berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak; dan

b. Persyaratan belum dilakukan pemeriksaan, sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (1)

Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

4. Dalam pelaksanaan Sunset Policy, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk

mengungkapkan seluruh penghasilan termasuk harta dan kewajiban dalam SPT Tahunan

PPh Wajib Pajak Badan atau Wajib Pajak Orang Pribadi. Data dan/atau informasi yang

telah diungkapkan dalam SPT Tahunan PPh WP Badan atau WP Orang Pribadi yang

telah disampaikan atau dibetulkan olehWajib Pajak sehubungan dengan pelaksanaan

Sunset Policy tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pemeriksaan.

Melihat dari hal diatas, maka Sunset policy berpengaruh sifnifikan terhadap kepatuhan wajib

pajak orang pribadi pada KP2KP Masohi.12

12
Elna Marsye Pattinaja,SE.,M.Sc dan Revi Wilhelmina Silooy,SE.,M.Si, PENGARUH SUNSET POLICY, TAX AMNESTY
DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di
KP2KP Masohi), Jurnal Manis Volume 2 Nomor 1, Januari 2018, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas
Pattimura)

Anda mungkin juga menyukai