Anda di halaman 1dari 29

Referat

BENDA ASING ESOFAGUS

Disusun oleh:

Diana Melinda, S.Ked 04054822022137


Utami Nurul Fajriyah, S.Ked 04054822022130

Pembimbing:

dr. Puspa Zuleika, Sp.T.H.T.K.L.(K), M.Kes., FICS

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Referat

BENDA ASING ESOFAGUS

Oleh :
Diana Melinda, S. Ked 04054822022137
Utami Nurul Fajriyah, S. Ked 04054822022130

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin, Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Palembang Periode 19 Agustus – 4 September 2021.

Palembang, Agustus 2021

dr. Puspa Zuleika, Sp.T.H.T.K.L.(K), M.Kes., FICS

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan YME karena atas rahmat
dan berkat-Nya Referat yang berjudul “Benda Asing Esofagus” ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Referat ini dibuat untuk untuk memenuhi tugas ilmiah
yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya
di Bagian Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Puspa Zuleika,
Sp.T.H.T.K.L.(K), M.Kes., FICS atas bimbingannya sehingga penulisan ini
menjadi lebih baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan
referat ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan untuk penulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Palembang, Agustus 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 3
2.1 Anatomi dan Fisiologi Esofagus .................................................................3
2.1.1 Anatomi Esofagus ................................................................................3
2.1.2. Fisiologi Esofagus ...............................................................................6
2.2 Benda Asing Esofagus ...............................................................................12
2.2.1 Definisi ..............................................................................................12
2.2.2 Epidemiologi .....................................................................................12
2.2.3 Etiologi ..............................................................................................13
2.2.4 Klasifikasi .........................................................................................14
2.2.5 Patogenesis ........................................................................................15
2.2.6 Manifestasi Klinis .............................................................................16
2.2.7 Diagnosis ............................................................................................16
2.2.8 Tatalaksana........................................................................................20
2.2.9 Komplikasi ........................................................................................24
2.2.10 Pencegahan ......................................................................................24
2.2.11 Prognosis .........................................................................................24
BAB III KESIMPULAN ............................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 27

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Tertelan benda asing merupakan salah satu kegawatdaruratan bidang THT-


KL yang tersering dan dapat ditemukan pada semua usia di seluruh dunia. Benda
asing yang tertelan biasanya dapat tersangkut pada orofaring, hipofaring atau
esofagus.1 Sekitar 80% pasien yang datang dengan benda asing pada esophagus
adalah anak-anak Benda yang biasanya tertelan adalah benda-benda kecil seperti
koin, benda runcing tajam (peniti, jarum), baterai, bagian mainan, krayon, tulang
ikan dan ayam, bolus makanan besar, perhiasan, dan lain-lain. Koin adalah benda
asing yang paling umum tertelan pada anak-anak. Sebagian besar anak memiliki
anatomi normal. Namun, terdapat peningkatan risiko impaksi dengan kelainan
seperti esofagitis eosinofilik, perbaikan atresia esofagus sebelumnya, dan riwayat
fundoplikasi Nissen.2

Menurut penelitian yang dilakukan di RSUP Muhammad Husein


Palembang selama periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2015 sebanyak
43 pasien dengan rasio jenis kelamin laki laki dibanding perempuan 3:2. Usia
termuda adalah 4 bulan dan tertua adalah 79 tahun, dengan usia terbanyak dibawah
10 tahun. Jenis benda asing terbanyak adalah uang logam 44,1%, gigi palsu 25,5%
yang terdiri dari gigi palsu berkawat sebanyak 6 kasus, gigi palsu tak berkawat
sebanyak 5 kasus. Benda asing organik atau impaksi makanan sebanyak 7 kasus.3

Gejala utama terkait benda asing esofagus adalah rasa susah menelan, nyeri
akut, dysphagia, choking dan excessive salivatio. Untuk mendiagnosis lokasi dan
mengidentifikasi benda asing esofagus, anamnesis, riwayat medis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang perlu dilakukan. Kebanyakan benda asing
esofagus yang tertelan yaitu 80-90% akan lewat melalui saluran cerna secara
spontan, 10-20% membutuhkan penanganan endoskopi (non-bedah) dan hanya
kurang dari 1% kasus yang memerlukan intervensi bedah. Komplikasi yang
disebabkan oleh benda asing esofagus pada orang dewasa dikaitkan dengan angka
kematian yang tinggi dan lebih umum dan serius dari pada komplikasi pada anak-

1
anak. Akan tetapi, beberapa pasien tidak pergi ke rumah sakit untuk mengobati
keluhan yang dirasakan. Keadaan pasien saat datang ke rumah sakit sudah lebih
memburuk, sehingga waktu untuk pengobatan menjadi lebih lama dan kerusakan
yang ditimbulkan akibat terlambatnya tatalaksana lebih besar.4,5,6

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Esofagus


2.1.1 Anatomi Esofagus

Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang menjadi


penghubung serta menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari
perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan
dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu leher (pars servikalis), sepanjang
5 cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna vertebralis, dada (pars thorakalis),
setinggi manubrium sterni berada di mediastinum posterior mulai di belakang
lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di
samping kanan depan aorta thorakalis bawah, dan abdomen (pars abdominalis),
masuk ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di
kardia lambung, panjang berkisar 2-4 cm.7,8
Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior
ke otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke v. pulmonalis
inferior, 30-35 cm, dan ke sendi kardioesofagus kurang lebih 40-45 cm. Pada anak,
panjang esofagus saat lahir bervariasi antara 8 sampai 10 cm dan ukuran sekitar 19
cm pada usia 15 tahun.7
Bagian servikal dari esofagus memiliki panjang 5-6 cm, setinggi vertebra
servikalis VI sampai vertebra thorakalis I anterior melekat dengan trakea
(tracheoesophageal party wall), anterolateral tertutup oleh kelenjar tiroid, sisi
dextra/sinistra dipersarafi oleh nervus recurren laryngeus, posterior berbatasan
dengan hypopharynx, terdapat locus minoris resistensae, yaitu dinding yang tidak
tertutup oleh musculus constrictor pharyngeus inferior, dan pada bagian lateral ada
carotid sheats beserta isinya.7,8
Bagian thorakal dari esofagus, panjang 16-18 cm, setinggi vertebra
thorakalis IX-X, berada di mediastinum superior antara trakea dan kolumna
vertebralis, dalam rongga thoraks disilang oleh arkus aorta setinggi vertebra

3
thorakalis IV dan bronkus utama sinistra setinggi vertebra thorakalis V, dan arteri
pulmonalis dextra menyilang di bawah bifurcatio trachealis, dan pada bagian distal
antara dinding posterior esofagus dan ventral corpus vertebralis terdapat ductus
thoracicus, vena azygos, arteri dan vena intercostalis. Sedang pada bagian
abdominal dari esofagus terdapat pars diaphragmatica sepanjang 1-1,5 cm, setinggi
vertebra thorakalis X, terdapat pars abdominalis sepanjang 2-3 cm, bergabung
dengan cardia gaster disebut gastroesophageal junction.7,8

Gambar 1. Anatomi Esofagus10

Esofagus mempunyai tiga daerah normal penyempitan yang sering


menyebabkan benda asing tersangkut di esofagus. Penyempitan pertama adalah
disebabkan oleh muskulus krikofaringeal, dimana pertemuan antara serat otot
striata dan otot polos menyebabkan daya propulsif melemah. Daerah penyempitan
kedua disebabkan oleh persilangan cabang utama bronkus kiri dan arkus aorta.
Penyempitan yang ketiga disebabkan oleh mekanisme sfingter gastroesofageal.8

4
Gambar 2. Vaskularisasi Esofagus9

Vaskularisasi dari esofagus berasal dari beberapa cabang arteri dan vena.
Arteri yang memperdarahi pada bagian servikal berjalan dari arteri thyroidea
inferior, bagian thorakal berjalan dari aorta thorakal desendens, arteri
interkostalis, dan arteri cabang bronkial, dan bagian abdominal berjalan dari
cabang-cabang arteri gastrika sinistra dan kadang-kadang arteri frenikus inferior
yang langsung dari aorta abdominalis. Sedangkan vena yang memperdarahi bagian
servikal dialirkan ke dalam vena tiroid inferior, bagian thorakal dialirkan ke dalam
vena azygos dan hemiazygos, dan bagian abdominal dialirkan ke dalam vena
gastrika sinistra.8
Persarafan esofagus terdiri dari saraf parasimpatis yang berasal dari nervus
vagus yang menimbulkan vasokonstriksi, kontraksi sfingter, dan relaksasi dinding
muskular, dan saraf simpatis dari serabut-serabut ganglia simpatis servikalis
inferior, nervus thorakal dan splangnikus yang dapat meningkatkan sekresi kelenjar
dan aktivitas peristaltik.7,8

5
2.1.2 Fisiologi Esofagus

Motilitas yang berkaitan dengan esofagus adalah menelan. Menelan


dimulai ketika suatu bolus secara sengaja didorong oleh lidah ke bagian
belakang mulut menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor
tekanan di faring yang kemudian mengirim impuls aferen ke pusat menelan di
medula. Pusat menelan kemudian secara refleks mengaktifkan serangkaian otot
yang terlibat dalam proses menelan. Menelan adalah suatu contoh refleks all-
or-none yang terprogram secara sekuensial dengan berbagai respons dipicu
dalam suatu rangkaian waktu spesifik. Menelan dimulai secara volunter, tetapi
setelah dimulai proses tersebut tidak dapat dihentikan.11

Pembentukan bolus
makanan

Upaya sfingter mencegah


bolus terhambur

Mempercepat masuknya bolus makanan


ke dalam faring pada saat respirasi

Mempercepat masuknya makanan dan


minuman ke dalam nasofaring dan laring

Mendorong bolus makanan ke


arah lambung

Usaha untuk membersihkan


kembali esofagus

Gambar 3. Proses menelan11

Menelan merupakan suatu aksi fisiologis kompleks ketika makanan atau

6
cairan berjalan dari mulut ke lambung. Menelan merupakan rangkaian gerakan otot
yang sangat terkoordinasi, dimulai dari pergerakan volunter lidah dan diselesaikan
dengan serangkaian refleks dalam faring dan esofagus. Bagian aferen refleks
ini merupakan serabut-serabut yang terdapat dalam saraf V, IX, dan X. Pusat
menelan atau deglutisi terdapat pada medula oblongata. Di bawah koordinasi pusat
ini, impuls-impuls berjalan ke luar dalam rangkaian waktu yang sempurna melalui
saraf kranial V, X, dan XII menuju ke otot-otot lidah, faring, laring, dan esofagus.
Walaupun menelan merupakan suatu proses yang kontinu, tetapi terjadi dalam tiga
fase oral, faringeal, dan esofageal.12

Pada fase oral, makanan yang telah dikunyah oleh mulut disebut bolus
didorong ke belakang mengenai dinding posterior faring oleh gerakan voluntar
lidah. Akibat yang timbul dari peristiwa ini adalah rangsangan gerakan refleks
menelan. Posisi lidah yang menekan langit- langit keras menjaga agar makanan
tidak masuk kembali ke mulut sewaktu menelan.12

Pada fase faringeal, palatum mole dan uvula bergerak secara refleks
menutup rongga hidung. Pada saat yang sama, laring terangkat dan menutup glotis,
mencegah makanan memasuki trakea. Kontraksi m.levator palatini
mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole
terangkat dan bagian atas dinding posterior faring akan terangkat pula. Bolus
terdorong ke posterior karena lidah terangkat ke atas. Selanjutnya terjadi kontraksi
m. palatoglosus yang menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi
m. palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut.
Kontraksi otot konstriktor faringeus mendorong bolus melewati epiglotis menuju
ke faring bagian bawah dan memasuki esofagus. Gerakan retroversi epiglotis di
atas orifisium laring akam melindungi saluran pernapasan, tetapi terutama untuk
menutup glotis sehingga mencegah makanan memasuki trakea. Pernapasan secara
serentak dihambat untuk mengurangi kemungkinan aspirasi. Sebenarnya, hampir
tidak mungkin secara voluntar menarik napas dan menelan dalam waktu yang
sama.12
Fase esofageal mulai saat otot krikofaringues relaksasi sejenak dan
memungkinkan bolus memasuki esofagus. Setelah relaksasi yang singkat itu,

7
gelombang peristaltik primer yang dimulai dari faring dihantarkan ke otot
krikofaringeus, menyebabkan otot ini berkontraksi. Gelombang peristaltik terus
berjalan sepanjang esofagus, mendorong bolus menuju sfingter esofagus bagian
distal. Adanya bolus merelaksasikan otot sfingter distal ini sejenak sehingga
memungkinkan bolus masuk ke dalam lambung. Gelombang peristaltik primer
bergerak dengan kecepatan 2 sampai 4 cm/detik, sehingga makanan yang
tertelan mencapai lambung dalam waktu 5 sampai 15 detik. Mulai setinggi arkus
aorta, timbul gelombang peristaltik sekunder bila gelombang primer gagal
mengosongkan esofagus. Timbulnya gelombang ini dipacu oleh peregangan
esofagus oleh sisa partikel partikel makanan.12
Gelombang peristaltik primer penting untuk jalannya makanan dan cairan
melalui bagian atas esofagus, tetapi kurang penting pada esofagus bagian bawah.
Posisi berdiri tegak dan gaya gravitasi adalah faktor-faktor penting yang
mempermudah transpor dalam esofagus bagian bawah, tetapi adanya gerakan
peristaltik memungkinkan seseorang untuk minum air sambil berdiri terbalik
dengan kepala di bawah atau ketika berada di luar angkasa dengan gravitasi nol.12
Sewaktu menelan terjadi perubahan tekanan dalam esofagus yang
mencerminkan fungsi motoriknya. Dalam keadaan istirahat, tekanan dalam
esofagus sedikit berada di bawah tekanan atmosfer, tekanan ini mencerminkan
tekanan intratorak. Daerah sfingter esofagus bagian atas dan bawah merupakan
daerah bertekanan tinggi. Daerah tekanan tinggi ini berfungsi untuk mencegah
aspirasi dan refluks isi lambung. Tekanan menurun bila masing-masing sfingter
relaksasi sewaktu menelan dan kemudian meningkat bila gelombang peristaltik
melewatinya. Ada bukti-bukti yang menyatakan bahwa rangkaian gerakan
kompleks yang menyebabkan terjadinya proses menelan mungkin terganggu bila
ada sejumlah proses patologis. Proses ini dapat mengganggu transpor makanan
maupun mencegah refluks lambung.12

8
Gambar 4. Fisiologi Menelan12

2.2 Benda Asing Esofagus


2.2.1 Definisi

Benda asing esofagus adalah benda-benda yang tersangkut dan terjepit di


esofagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Benda-benda
ini bisa berupa benda tajam, tumpul, atau makanan. Kejadian tertelan dan
tersangkutnya benda asing ini menjadi masalah utama pada anak usia 6 bulan
sampai 6 tahun. Hal ini juga terjadi pada semua usia pada tiap lokasi di esofagus.11

2.2.2 Epidemiologi

Sekitar 80% pasien yang datang dengan benda asing pada esophagus adalah
anak-anak Benda yang biasanya tertelan adalah benda-benda kecil seperti koin,
benda runcing tajam (peniti, jarum), baterai, bagian mainan, krayon, tulang ikan
dan ayam, bolus makanan besar, perhiasan, dan lain-lain. Koin adalah benda asing
yang paling umum tertelan pada anak-anak. Sebagian besar anak memiliki anatomi
normal. Namun, terdapat peningkatan risiko impaksi dengan kelainan seperti
esofagitis eosinofilik, perbaikan atresia esofagus sebelumnya, dan riwayat
fundoplikasi Nissen.2

12
Menurut penelitian yang dilakukan di RSUP Muhammad Husein
Palembang selama periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2015 sebanyak
43 pasien dengan rasio jenis kelamin laki laki dibanding perempuan 3:2. Usia
termuda adalah 4 bulan dan tertua adalah 79 tahun, dengan usia terbanyak dibawah
10 tahun. Jenis benda asing terbanyak adalah uang logam 44,1%, gigi palsu 25,5%
yang terdiri dari gigi palsu berkawat sebanyak 6 kasus, gigi palsu tak berkawat
sebanyak 5 kasus. Benda asing organik atau impaksi makanan sebanyak 7 kasus.3

Benda asing yang bukan makanan kebanyakan tersangkut di servikal


esofagus, biasanya di otot krikofaring atau arkus aorta, kadang-kadang di daerah
penyilangan esofagus dengan bronkus utama kiri pada sfingter kardio esofagus.
Tujuh puluh persen (70%) dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan di
daerah servikal, dibawah sfingter krikofaring, 12% didaerah hipofaring, dan 7,7%
didaerah esofagus torakal. Dilaporkan 48% kasus benda asing yang tersangkut di
daerah esofagogaster menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi lokal.13

2.2.3 Etiologi

Masalah yang timbul karena benda asing esofagus dapat dibagi berdasarkan
usia yaitu anak dan dewasa. Pada anak dapat disebabkan oleh anomali kongenital
termasuk stenosis kongenital, web, fistula trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh
darah. Faktor predisposisi antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat
menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum
sempurna pada usia 6 bulan sampai 12 bulan, retardasi mental, gangguan
pertumbuhan, dan penyakit neurologik lain yang mendasarinya. Pada orang dewasa
tertelannya benda asing sering dialami oleh pemakai gigi palsu atau pemabuk yang
telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensation) dari palatum, pada pasien gangguan
mental dan psikosis.11
Faktor predisposisi lain ialah adanya penyakit-penyakit esofagus yang
menimbulkan gejala disfagia kronis, yaitu esofagitis refluks, striktur pasca
esofagitis korosif, akhalasia, karsinoma esofagus atau lambung, cara mengunyah

13
yang salah dengan gigi palsu yang kurang baik pemasangannya, mabuk
(alkoholisme) dan intoksikasi (keracunan). 11

2.2.4 Klasifikasi
Berdasakan asalnya, benda asing digolongkan menjadi dua golongan:14,15
a. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk
melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair,
atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik, seperti kacang-
kacangan (yang berasal dari tumbuhantumbuhan), tulang (yang berasal dari
kerangka binatang), dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur
barus (naftalen), gigi palsu, dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi
dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair
noniritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
b. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing
endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,
perkijuan, membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke dalam
saluran napas bayi pada saat proses persalinan.
Menurut European Society of Gastrointestinal Endoscopy (ESGE) benda
asing yang tertelan pada esofagus dapat diklasifikasikan sebagai berikut13 :
a. Benda tumpul
Contoh dari benda tumpul ini seperti koin, kancing, mainan, baterai, magnet.
b. Benda berujung tajam
Contoh dari benda berujung tajam ini dibagi menjadi benda tajam seperti
jarum, tusuk gigi, tulang, peniti, potongan kaca. Kemudian terdapat benda
tajam ireguler seperti Sebagian gigi palsu, pisau cukur.
c. Benda panjang
Contoh dari benda panjang ini dibagi menjadi benda lunak seperti tali dan
kawat, kemudian benda keras seperti sikat gigi, alat makan, obeng, pena,
pensil.
d. Bolus makanan
Bolus makanan ini bisa terdapat tulang maupun tanpa tulang.

14
e. Lainnya yaitu obat-obatan terlarang.

2.2.5 Patogenesis
Benda asing dapat impaksi pada seluruh bagian esofagus. Lokasi impaksi
yang paling sering pada penyempitan fisiologis maupun patologis esofagus.
Penyempitan fisiologis esofagus terdapat pada sfingter esofagus bagian atas (UES)
yang meliputi otot cricopharyngeus, esofagus tengah tempat esofagus melintasi
lengkung aorta, dan sfingter esofagus bagian bawah (LES). Pada anak-anak, sekitar
74% benda asing terperangkap ditingkat UES. Pada orang dewasa, sekitar 68%
penghalang terjadi di esofagus bagian distal yang berhubungan dengan kelainan
patologis.16
Benda asing yang berada lama di esophagus dapat menimbulkan berbagai
komplikasi, antara lain jaringan granulasi yang menutupi benda asing, radang
periesofagus. Benda asing tertentu seperti baterai alkali mempunyai toksisitas
intrinsik lokal dan sistemik dengan reaksi edema dan inflamasi lokal, terutama bila
terjadi pada anak-anak.11
Batu baterai (disc battery) mengandung elektrolit, baik Natrium atau
Kalium hidroksida dalam larutan kaustik pekat (concentrated caustic solution).
Pada penelitian binatang in vitro dan in vivo, bila baterai berada dalam lingkungan
yang lembab dan basah, maka pengeluaran elektrolit akan terjadi dengan cepat,
sehingga terjadi kerusakan jaringan (tissue saponification) dengan ulserasi lokal,
perforasi atau pembentukan striktur. Absorbsi bahan metal dalam darah
menimbulkan toksisitas sistemik. Oleh karena itu benda asing batu baterai harus
segera dikeluarkan. Jika baterai kancing impaksi di esofagus, maka arus listrik
terbentuk antara kutub positif dan negatif. Arus ini dapat menyebabkan cedera
termal serta menghasilkan ion hidroksida dengan peningkatan pH lokal yang cepat
mengakibatkan cedera basa kaustik. Cedera dimulai dalam 15 menit dan dapat
menyebabkan perforasi dalam beberapa jam. Komplikasi dapat berupa nekrosis
mukosa esofagus terlokalisasi dan pembentukan striktur kronis. Komplikasi yang
lebih serius melibatkan perforasi esofagus dan erosi ke dalam struktur yang
berdekatan seperti mediastinum, trakea, atau struktur vaskular. Meskipun sebuah

15
magnet tunggal, kecil, dan halus biasanya akan lewat tanpa komplikasi, magnet
yang banyak dapat menimbulkan komplikasi. Jaringan dapat terperangkap di antara
magnet yang menyebabkan tekanan iskemia, perforasi, pembentukan fistula,
obstruksi atau volvulus. Benda tajam yang tersangkut di esofagus juga memiliki
risiko lebih tinggi mengalami perforasi dan perlu segera diangkat.11,16
2.2.6 Manifestasi Klinis

Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi
benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian) sifat, bentuk dan ukuran benda
asing. Gejala permulaan benda asing esofagus adalah rasa nyeri di daerah leher bila
benda asing tersangkut di daerah servikal. Bila benda asing tersangkut di esofagus
bagian distal timbul rasa tidak nyaman di daerah substernal atau nyeri di punggung.
Suatu benda asing yang tersangkut dalam esofagus menimbulkan kesulitan dalam
menelan serta rasa tidak nyaman. Posisi benda asing dalam esofagus seringkali
dapat terlokalisasi secara akurat oleh pasien.11

Gejala yang paling umum adalah sensasi benda asing atau kesulitan
menelan (disfagia). Gejala biasanya berkembang dalam hitungan menit hingga jam.
Gejala disfagia bervariasi tergantung, pada ukuran benda asing. Disfagia lebih berat
bila telah terjadi edema mukosa yang memperberat sumbatan, sehingga timbul rasa
sumbatian esofagus yang persisten. Gejala lain ialah odinofagia yaitu . rasa nyeri
ketika menelan makanan atau ludah, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah. Kadang-
kadang ludah berdarah. Nyeri di punggung menunjukkan tanda perforasi atau
mediastinitis. Gangguan napas dengan gejala dispneu, stridor dan sianosis terjadi
akibat penekanan trakea oleh benda asing.11,16

2.2.7 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis dengan


gejala dan tanda, pemeriksaan radiologik, dan endoskopik. Tindakan endoskopi
dilakukan untuk diagnostik dan terapi.11

Hal yang harus dipertimbangkan pada setiap anak ketika mendiagnosis yaitu
adanya riwayat rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging),

16
batuk, munta. Gejala-gejala ini diiringi dengan disfagia, berat badan menurun,
demam dan gangguan napas. Hal yang penting juga dalam mendiagnosis benda
asing esofagus yaitu mengetahui ukuran, bentuk, dan jenis benda asing dan apakah
mempunyai bagian yang tajam.11

a. Anamnesis

Pada anamnesis awalnya pasien akan merasakan nyeri di daerah leher. Bila
benda asing tersangkut di daerah servikal. Bila benda asing tersangkut di esofagus
bagian distal akan timbul rasa tidak enak di daerah substernal atau nyeri di
punggung. Gejala sulit menelan atau disfagia juga dirasakan oleh pasien, hal ini
tergantung pada ukuran benda asing. Disfagia lebih berat bila terjadi edema mukosa
yang memperberat sumbatan. Gejala lain yang timbul yaitu rasa nyeri ketika
menelan makanan atau ludah, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah yang disebut
dengan odinofagia. Kadang-kadang ludah berdarah. Gangguan napas dengan gejala
dispne, stridor, dan sianosis juga biasa terjadi, hal ini karena ada penekanan trakea
oleh benda asing. Rasa nyeri punggung yang dialami pada pasien menandakan
tanda perforasi atau mediastinitis.11

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pasien benda asing esophagus, pemeriksaan fisik ditemukan kekakuan


lokal pada leher bila benda asing terjepit akibat edema yang timbul progresif. Benda
asing yang ireguler menyebabkan perforasi akut, hal ini ditunjukkan dengan adanya
tanda pneumo-mediastinum, emfisema leher dan pada auskultasi terdengar suara
getaran di daerah prekordial atau interskapula. Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi
pleura unilateral atau bilateral dapat dideteksi.11

Pada anak-anak, gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh aspirasi
ludah atau minuman. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi, mengi (wheezing),
demam, abses leher atau tanda emfisema subkutan. Tanda lanjut dari gejala benda
asing esofagus bisa dilihat dari berat badan yaitu mengalami penurunan dan adanya
gangguan pertumbuhan. Gejala obstruksi saluran napas dengan stridor dapat timbul
karena benda asing yang berada di daerah servikal esofagus dan di bagian distal

17
krikofaring menekan dinding trakea bagian posterior (trachea-esophageal party
wall). Gejala aspirasi rekuren akibat obstruksi esofagus sekunder dapat
menimbulkan pneumonia, bornkiektasis dan abses paru.11

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang biasa dan paling penting dilakukan yaitu


pemeriksaan radiologik. Pemeriksaan radiologik yang biasa dilakukan yaitu foto
rontgen, xeroradiografi, CT Scan, dan juga MRI.11

Gambar 4. Foto Rontgen Anteroposterior dan Lateral pada Bayi 13 bulan


yang tertelan uang logam17

Foto rontgen polos esofagus servikal dan torakal anteroposterior dan lateral,
harus dibuat pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Benda asing
radioopak seperti uang logam, mudah diketahui lokasinya dan harus dilakukan foto
ulang sesaat sebelum tindakan esofagoskopi untuk mengetahui kemungkinan benda
asing sudah pindah ke bagian distal. Letak uang logam umumnya koronal, maka
hasil foto Rontgen servikal / torakal pada posisi PA akan dijumpai bayangan
radioopak berbentuk bundar sedangkan pada pasien lateral berupa garis radioopak
yang sejajar dengan kolumna vertebralis. Benda asing seperti tulang, kulit telur dan
lain-lain cenderung berada pada posisi koronal dalam esofagus, sehingga lebih

18
mudah dilihat pada posisi lateral. Benda asing radiolusen seperti plastik,
alumunium dan lain-lain, dapat diketahui dengan tanda inflamasi periesofagus atau
hiperinflamasi hipofaring dan esofagus bagian proksimal.11

Foto Rontgen toraks dapat menunjukkan gambaran perforasi esofagus


dengan emfisema servikal, emfisema mediastinal, pneumotoraks, pyotoraks,
mediastinitis, serta aspirasi pneumonia. Foto Rontgen leher posisi lateral dapat
menunjukkan tanda perforasi, dengan trakea dan laring tergeser ke depan,
gelembung udara di jaringan, adanya bayangan cairan atau abses bila perforasi telah
berlangsung beberapa hari. Gambaran radiologik benda asing batu baterai
menunjukkan pinggir bulat dengan gambaran densitas ganda, kaiena bentuk
bilaminer. Foto polos sering tidak menunjukkan gambaran benda asing, seperti
daging dan tulang ikan, sehingga memerlukan pemeriksaan esofagus dengan
kontras (esofagogram). Esofagogram pada benda asing radiolusen akan
memperlihatkan "filling defect persistent".11

Pemeriksaan esofagus dengan kontras sebaiknya tidak dilakukan pada


benda asing radioopak karena densitas benda asing biasanya sama dengan zat
kontras, sehingga akan menyulitkan penilaian ada tidaknya benda asing. Risiko lain
adalah terjadi aspirasi bahan kontras. Bahan kontras Barium lebih baik daripada zat
kontras yang larut di air (water soluble contrast), seperti Gastrografin, karena
sifatnya kurang toksis terhadap saluran napas bila terjadi aspirasi kontras,
sedangkan gastrofragin bersifat mengiritasi paru. Oleh karena itu pemakaian
kontras Gastrografin harus dihindari terutama pada anak-anak.11

Xeroradiografi dapat menunjukkan gambaran penyangatan (enhancement)


pada daerah pinggir benda asing. CT Scan esofagus dapat menunjukkan gambaran
inflamasi jaringan lunak dan abses. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat
menunjukkan gambaran semua keadaan patologik esofagus.11

19
2.2.8 Tatalaksana

Benda asing yang tertelan dapat melewati saluran pencernaan tanpa


kesulitan sehingga terapi konservatif dapat dilakukan. Pada beberapa kasus benda
asing tumpul, pendek (panjang < 6 cm), dan kecil (diameter < 2,5 cm) akan berlalu
dengan spontan dalam waktu 4-6 hari. Pada beberapa kasus, dapat bertahan hingga
4 minggu. Pasien harus selalu mengobservasi fesesnya sampai benda asing tersebut
keluar. Benda asing esofagus tanpa memandang bentuknya harus diangkat dengan
visualisasi langsung sesegera mungkin. 10-20% kasus benda asing esofagus harus
dikeluarkan dengan cara ekstraksi dan 1-2% kasus membutuhkan tindakan
pembedahan. Jika seseorang yang tertelan benda asing batuk, maka instruksikan
orang tersebut untuk terus batuk dan jangan menghalangi ataupun mengganggunya.

Apabila benda asing yang tertelan menutupi jalan napas dan menyebabkan
kondisi pasien memburuk, maka dapat dilakukan beberapa pertolongan pertama,
antara lain:18
a. Melakukan back blow sebanyak lima kali. Back blow dilakukan dengan cara
melakukan pukulan dengan telapak tangan di antara kedua tulang skapula
korban.
b. Melakukan abdominal thrust. Abdominal thrust atau yang juga dikenal dengan
Heimlich maneuver, dilakukan sebanyak lima kali. Tetapi pada bayi, maneuver
ini tidak dilakukan karena dapat menyebabkan luka,jadi dapat dilakukan
kompresi dada sebagai gantinya. Cara melakukan Heimlich maneuver adalah
penolong berdiri di belakang korban, posisikan tangan penolong memeluk di
atas perut korban melalui ketiak korban. Sisi genggaman tangan penolong
diletakkan di atas perut korban tepat pada pertengahan antara pusar dan batas
pertemuan rusuk kiri dan kanan. Letakkan tangan lain penolong di atas
genggaman pertama lalu hentakkan tangan penolong ke arah belakang dan ke
atas, posisi kedua siku penolong ke arah luar, kemudian lakukan hentakan
sambil meminta pasien membantu memuntahkannya.18
Benda asing di esofagus dapat dikeluarkan dengan endoskopi yaitu
esofagoskopi dengan menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing

20
tersebut. Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi
harus segera dikeluarkan dengan pembedahan yaitu servikotomi, torakotomi, atau
esofagotomi, tergantung lokasi benda asing tersebut.19
Esofagoskopi terdiri atas dua tipe. Tipe satu adalah pipa logam rigid dengan
suatu lumen berbentuk oval di mana dapat digunakan untuk melihat langsung
gambaran esofagus dan berbagai alat untuk biopsi dan pengeluaran benda asing.
Esofagoskopi rigid juga dapat melindungi esofagus dari bagian tajam ada benda
asing. Tipe kedua adalah esofagoskopi fleksibel yang memiliki saluran kecil untuk
melihat gambaran mukosa, aspirasi sekresi dan memasukkan forsep kecil untuk
biopsi dan pengeluaran benda asing.20

Dengan asumsi jalan napas stabil dan tidak ada komplikasi yang
berkembang, pengobatan dan manajemen dilakukan berdasarkan jenis benda asing,
lokasi, tingkat obstruksi, dan durasi. Pengangkatan endoskopi adalah prosedur
pilihan dan berhasil pada lebih dari 90% kasus dengan tingkat komplikasi <5%.
Manajemen endoskopi dapat dibagi menjadi emergency, urgent, nonurgent.16

Tabel 1. Endoskopi Benda Asing Esofagus Berdasarkan Waktu Tindakan16


Emergency
 Pasien dengan obstruksi esofagus
 Baterai pada esofagus
 Benda tajam dan runcing pada esofagus
Urgent (dalam 12-24 jam)
 Benda asing tidak tajam dan tidak runcing pada esofagus
 Impaksi makanan pada esofagus tanpa obstruksi total
 Benda asing tajam di dalam lambung atau duodenum
 Benda asing dengan panjang >6 cm di proksimal duodenum
 Magnet yang dapat dicapai dengan endoskopi
Nonurgent

21
 Koin pada esofagus dapat diobservasi dahulu dalam 24 jam pertama
 Benda asing dengan diameter >2,5 cm di dalam lambung
 Benda asing berupa baterai jika sudah sampai di lambung tanpa adanya gejala
sistem gastrointestinal

Pembedahan dilakukan hanya <1% kasus benda asing pada esofagus. Sejak
tindakan endoskopi memberikan hasil yang cukup memuaskan, pembedahan hanya
dilakukan untuk indikasi-indikasi tertentu. Tindakan pembedahan dilakukan jika
terdapat perforasi dan komplikasi lainnya yang tidak dapat diatasi dengan tindakan
endoskopi7. Apabila didapatkan adanya tanda-tanda perforasi, ekstraksi dilakukan
dalam 1-3 jam. Tindakan pembedahan dilakukan jika terdapat perforasi dan
komplikasi lainnya yang tidak dapat diatasi dengan endoskopi. Bila letak benda
asing menetap selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan
secara laparotomi.21
Karena esofagoskopi relatif invasif dan mahal, terdapat dua metode lain
yang telah diteliti dapat dilakukan untuk mengeluarkan benda asing dari esofagus
dan mungkin lebih hemat biaya bila dilakukan dengan tepat. Kedua metode tersebut
umumnya dilakukan pada anak-anak yang tertelan koin.22
a. Metode dengan kateter foley. Benda asing tumpul dapat dikeluarkan dengan
menggunakan kateter foley. Pasien dibaringkan pada meja fluoroskopi dengan
posisi kepala direndahkan (head-down position), kemudian kateter dimasukkan
sampai ke bagian distal benda asing. Kateter kemudian digembungkan dan
ditarik secara perlahan, lalu ambil dan tarik benda asing dengan kateter tersebut.
Pada beberapa kasus, benda asing lepas dan masuk ke lambung. Proses ini
sebaiknya dilakukan dengan pantauan fluoroskopi.22

22
Gambar 7. Metode kateter foley
b. Metode Businasi (Bougienage method). Benda asing yang tumpul dapat
diteruskan ke lambung dengan menggunakan sebuah busi (bougie). Anak dalam
posisi duduk tegak, dan instrumen yang telah diberi pelumas dimasukkan
perlahan ke dalam esofagus, dan menyebabkan benda asing terlepas. Benda
asing tersebut diharapkan dapat melewati sisa saluran pencernaan. Metode ini
tidak dapat dilakukan pada anak-anak yang memiliki abnormalitas pada saluran
pencernaannya.22

Karena benda asing di esofagus dapat lewat dengan spontan, maka foto
thoraks harus dilakukan sebelum dilakukannya kedua prosedur. Kedua metode ini
hanya dilakukan oleh orang-orang yang berpengalaman dan dilakukan pada anak-
anak yang sebelumnya sehat yang menelan benda tumpul kurang dari 24 jam. 22
Benda asing uang logam di esofagus bukan keadaan gawat darurat, namun
pengeluaran uang logam tersebut harus dilakukan sesegera mungkin dengan
persiapan tindakan esofagoskopi yang optimal untuk mencegah komplikasi. Benda
asing baterai bundar (disk/button battery) di esofagus merupakan benda yang harus
segera dikeluarkan karena risiko perforasi esofagus yang terjadi dengan cepat
dalam waktu ± 4 jam setelah tertelan akibat nekrosis esofagus.23

2.2.9 Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul dari benda asing di esofagus diantaranya


adalah obstruksi jalan napas yang diakibatkan oleh kompresi trakea oleh benda

23
asing, atau edema laring terutama pada bayi dan anak-anak. Dapat juga terjadi
periesofagaeal selulitis dan abses yang biasanya muncul di daerah leher, perforasi
akibat benda tajam yang menyebabkan radang pada dinding esofagus, menjadi
mediastinitis, perikarditis, atau empyema yang mungkin bisa mengenai aorta dan
menyebabkan hal yang fatal. Jarang ditemukan fistula trakeoesofageal dan dapat
terjadi ulserasi dan strikur akibat proses pengambilan benda asing.24

2.2.10 Pencegahan
Pada dasarnya pencegahan terhadap masuknya atau tertelannya benda asing
ke dalam esofagus tergantung pada setiap individu itu sendiri. Pencegahan yang
dapat dilakukan yaitu :25
1. Benda yang berpotensi tertelan misalnya koin, baterai, kancing, magnet, dan silet
harus dijauhkan dari jangkauan atau letakkan di tempat yang aman.
2. Pengawasan yang ketat terhadap kelompok yang berisiko tinggi seperti anak-
anak, pasien dengan disabilitas intelektual, penderita skizofrnia, dan narapidana.
3. Tidak menggigit benda-benda yang bukan makanan menggunakan mulut.
4. Orang dengan gigi palsu atau orang usia lanjut dengan keadaan gigi yang buruk
harus dievaluasi secara berkala.
5. Edukasi tentang tatacara makan yang benar dapat mencegah beberapa kasus.

2.2.11 Prognosis

Delapan puluh persen hingga 90% benda asing yang tertelan akan keluar
secara spontan dalam waktu 3 hingga 7 hari. Anak-anak dengan cedera esofagus
akibat baterai cakram memerlukan tindak lanjut jangka pendek dan jangka panjang
untuk mencari komplikasi terkait erosi atau perforasi dan striktur esofagus.

Orang dewasa dengan dampak makanan memiliki kelainan 85% hingga 90%
dan akan membutuhkan evaluasi dan pengobatan kelainan yang mendasari.
Diperkirakan 1500 kematian terjadi setiap tahun dari benda asing di saluran
gastrointestinal (GI) bagian atas.2,21

24
BAB III
KESIMPULAN

Benda asing esofagus adalah benda-benda yang tersangkut dan terjepit di


esofagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Benda-benda
ini bisa berupa benda tajam, tumpul, atau makanan. Benda asing dalam esofagus
dapat terjadi pada semua usia terutama pada anak-anak dan orang tua. Masalah yang
timbul karena benda asing esofagus dapat dibagi berdasarkan usia yaitu anak dan
dewasa. Pada anak dapat disebabkan oleh anomali kongenital termasuk stenosis
kongenital, web, fistula trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh darah. Gejala
sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda asing,
derajat sumbatan (total atau sebagian) sifat, bentuk dan ukuran benda asing.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis dengan gejala dan
tanda, pemeriksaan radiologik, dan endoskopik. Benda asing di esofagus
dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi dengan menggunakan cunam yang
sesuai dengan benda asing tersebut.

25
DAFTAR PUSTAKA
1. Wallah, I.P, Mengko, S.K, Tumbel, R.E.C. Benda asing faring esofagus di
Bagian THT-Kl RSUP Prof. R. D. Kandou Manado periode januari 2014-
desember 2016.
2. Schaefer TJ, Trocinski D. Esophagial Foreign Body. 2021. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482131/ (diakses pada 25
Agustus 2021).
3. Zuleika P GA. Karakteristik Benda Asing Esofagus di Bagian T.H.T.K.L
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Periode Januari 2013 – Desember 2015. Konas Perhati-Kl.
2016.
4. Wuestenberghs F, Druez P. Unusual Esophageal Foreign Body.
Gastroenterology. 2016 Oct;151(4):603-4.
5. Lee JH. Foreign body ingestion in children. Clin Endosc. 2018;51(2):129–
36.
6. Toma EA, Oun M, Enciu O, Calu V, Miron A. The Surgical Management
of Acute Esophageal Perforation by Accidentally Ingested Fish Bone.
Chirurgia (Bucur). 2018 Jan-Feb;113(1):156-161.

7. Fielding JWL, Hallissey MT. Upper Gastrointestinal Surgery. London:


Springer; 2005. p. 1-15.
8. Bailey B, Johnson J, Newlands S. Head and Neck Surgery –
Otolaryngology 4th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006.
9. Snell R. Anatomi Klinik Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2012.
10. Murat F, Taner K. Anatomy of Esophagus, Esophageal Abnormalities.
IntechOpen; 2017. [Diakses 25 Agustus 2021]. Tersedia di:
https://www.intechopen.com/books/esophaegal-abnormalities/anatomy-of-
esophagus.
11. Yunizaf M. Benda Asing di Esofagus. Dalam: Soepardi E, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,

26
Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011. h.
299-302.
12. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2009.
13. Ario M, Wibowo A. Corpus Alienum di Esofagus Pars Torakalis pada Anak
Laki-Laki Usia 3 Tahun. J Medula Unila; 2016. 6(1): 88-92.
14. Blanco-Rodríguez G, Teyssier-Morales G, Penchyna-Grub J, Madriñan
Rivas JE, Rivas-Rivera IA, Trujillo-Ponce De León A, et al. Characteristics
and outcomes of Foreign body ingestion In children. Arch Argent Pediatr.
2018;116(4):256–61.
15. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology : a step-by-step
learning guide. new ed. 2017. 124–126 p.
16. Schaefer TJ, Trocinski D. Esophagial Foreign Body. StatPearls. 2020.
[Disitasi 25 Agustus 2021] Tersedia di:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482131/
17. Rooks V. Esophageal Foreign Body Imaging. In: Medscape [Serial dalam
internet]. Medscape; 2017. [Diakses pada 25 Agustus 2021]. Tersedia di:
https://emedicine.medscape.com/article/408752-overview#a2.
18. Staff Mayo Clinic. Foreign object swallowed: first aid [online]. 2014
September 20 (Diakses pada 25 Agustus 202). Tersedia di:
http://www.mayoclinic.org/firstaid].
19. Weissberg D, Refaely Y. 2007. Foreign Bodies in the Esophagus. Ann
Thorac Surgery. 84: 1854-7.
20. Siegel, L.G. 2014. Penyakit Trakea dan Esofagus Servikalis. Dalam:
Adams, G.L., Boeis, L.R., Jr., Higler, P.A. Boeis: Buku Ajar Penyakit THT
Edisi Keenam. Jakarta: EGC, hal. 455.
21. Munter, D.W. 2014. Gastrointestinal Foreign Bodies, Eastern Virginia
Medical School. (Diakses 25 Agustus 2021). Tersedia di:
http://emedicine.medscape.com/article/776566 overview#showall.
22. Conners GP, Mohseni M. Pediatric Foreign Body Ingestion. USA.
StalPearls; 2018.

27
23. P Rathore, A Raj, A Sayal, R Meher, B Gupta, M Girhotra. Prolonged
foreign body impaction in the oesophagus. Singapore Med J 2009;50(2):
halaman 53-54. Dhingra, P.L., Dhingra, S., 2014. Anatomy of Nose. In: P.L.
24. Dhingra P, et all. Diseases of Ear, Nose and Throat & Head and Neck
Surgery 7th Ed. 2018. p. 395-398.
25. Birk M, Bauerfeind P, Deprez PH, Häfner M, Hartmann D, Hassan C, Hucl
T, Lesur G, Aabakken L, Meining A. Removal of Foreign Bodies in The
Upper Gastrointestinal Tract in Adults: European Society of
Gastrointestinal Endoscopy (ESGE) Clinical Guideline. Endoscopy;
2016.48(05):489-96.

28

Anda mungkin juga menyukai