Penerapan Fungsi Manajemen POACE Pada Pu
Penerapan Fungsi Manajemen POACE Pada Pu
Oleh:
Kelas : A
Universitas Hasanuddin
Makassar
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nyalah makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah yang berjudul “Penerapan Fungsi Manajemen (POACE) pada Puskesmas”
penulis susun untuk dapat diperkenalkan lebih luas kepada mahasiswa.
Dalam penyusunan makalah ini, kami sangat menyadari sepenuhnya atas kekurangan
makalah ini, dan tidak mungkin akan terwujud tanpa partisipasi dan bantuan pihak lain dan kami
yakin makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami merasa
wajib mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberi masukan, saran maupun kritikan yang sangat berharga demi kelengkapan materi dan
kesempurnaan penyajian makalah ini dan juga teman-teman yang telah memberikan motivasi
baik moral maupun spiritual dalam usaha penyempurnaan makalah ini. Kami yakin tanpa
bantuan Bapak/Ibu dosen maupun teman-teman makalah ini tidak akan selesai dengan sempurna.
Akhirnya harapan kami, betapa pun kecilnya, semoga makalah ini selalu bermanfaat
untuk seluruh mahasiswa.
Penulis
i
DAFTAR ISI
1. PLANNING ……………………...................................................................... 1
2. ORGANIZING…………………...................................................................... 9
3. ACTUATING ……………………................................................................... 14
4. CONTROLLING………………………............................................................ 20
5. EVALUATION……………….......................................................................... 25
6. KESIMPULAN .................................................................................................... 31
7. SARAN ................................................................................................................ 31
ii
1. PLANNING
1. Promosi kesehatan.
2. Kesehatan lingkungan.
1
3. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
4. Kesehatan Keluarga dan Reproduksi
5. Perbaikan Gizi masyarakat
6. Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan
1. Promosi Kesehatan
a. Pengertian
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah upaya untuk memberikan pengalaman
belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan, kelompok dan masyarakat, dalam
berbagai tatanan, dengan membuka jalur komunikasi, menyediakan informasi, dan
melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku, dengan
melakukan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat
untuk mengenali, menjaga/memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
b. Tujuan
Tercapainya perubahan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara prilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
c. Sasaran
Pelaksanaan posyandu dan Pembinaan kader
Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan dalam gedung
Penyuluhan luar gedung
Penyuluhan kelompok :
Kelompok posyandu
Penyuluhan masyarakat
Anak sekolah
Penyuluhan perorangan : PHN
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Advokasi program kesehatan dan program prioritas. Kampanye program prioritas
antara lain: vitamin A, narkoba, P2M DBD, HIV, malaria, diare
Promosi kesehatan tentang narkoba
2
Promosi tentang kepesertaan jamkesmas
Pembinaan dana sehat/jamkesmas
2. Kesehatan Lingkungan
a. Pengertian
Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang
pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat di samping faktor
pelayanan kesehatan, faktor genetik dan faktor prilaku. Bahaya potensial terhadap
kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dapat bersifat fisik, kimia maupun biologi.
Sejalan dengan kebijaksanaan’Paradigma Sehat’ yang mengutamakan upaya-
upaya yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Maka upaya kesehatan lingkungan
sangat penting.
Semua kegiatan kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh para staf Puskesmas
akan berhasil baik apabila masyarakat berperan serta dalam pelaksanaannya harus
mengikut sertakan masyarakat sejak perencanaan sampai pemeliharaan.
b. Tujuan
3
c. Kegiatan
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan Puskesmas
meliputi:
1. Penyehatan air
2. Penyehatan makanan dan minuman
3. Pengawasan pembuangan kotoran mannusia
4. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
5. Penyehatan pemukiman
6. Pengawasan sanitasi tempat umum
7. Pengamanan polusi industri
8. Pengamanan pestisida
9. Klinik sanitasi
4
4. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular (P2M)
Penanggulangan KLB penyakit menular dilaksanakan dengan upaya-
upaya :
1. Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pos-pos
kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang
memadai termasuk rujukan.
2. Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatisasi pada
KLB, DBD, Kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare,
dsb.
3. Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan , pengamatan/pemantauan
(surveinlans ketat) dan logistik.
5
utuh. Bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.(WHO)
b. Tujuan
1. Peran serta aktif wanita dan keluarganya dalam mencegah dan memecahkan
masalah kesehatan keluarga dan masalah reproduksi
2. Memberikan informasi, edukasi terpadu mengenai seksualitas dan kesehatan
reproduksi, manfaat dan resiko dari: obat, alat, perawatan, tindakan serta
kemampuan memilih kontrasepsi dengan tepat
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
4. Melaksanakan pelayanan kontrasepsi yang aman dan efektif
5. Kehamilan dap persalinan yang direncanakan dan aman
6. Pencegahan dan penanganan engguguran kandungan yang tidak dikehendaki
7. Pelayanan infertilitas
8. Informasi secara menyeluruh tentang pengaruh defisiensi hormon di usia
lanjut pada usia lanjut penapisan masalah malignasi
5. Keluarga Berencana
a. Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang
berkualitas. Prioritas pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat
kesehatan pasangan usia subur dan keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik
jumlah dan waktu kehamilan serta jarak antar kehamilan guna menurunkan angka
kelahiran nasional.
b. Tujuan
1. Memberikan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dan KIE kepada
pasangan usia subur dan keluarganya
2. Memberikan pertolongan pertama/penanganan efek samping dan kegagalan
metode kontrasepsi serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II)
sesuai dengan kebutuhan
6
3. Memantau cakupan pelayanan kontrasepsi dan kegagalan metoda kontrasepsi
4. Meningkatkan kualitas pelayanan KB secara berkelanjutan
5. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat
dalam upaya
6. Memberikan pelayanan kesehatan pasangan usia subur, calon pasangan usia
subur, serta anggota keluarga yang lain dalam rangka meningkatkan kualitas
kesehatan fungsi reproduksinya
7. Melaksanakan penanganan infentaris pasangan usia subur yang berkualitas
dan merunjuk ke fasilitas rujukan primer sesuai dengan kebutuhan
8. Melaksanakan managemen terpadu pelayanan kontrasepsi yang datang
berobat ke fasilitas rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindakan
lanjutnya
c. Sasaran
a. Sasaran pelayanan KB adalah pasangan usia subur
b. Calon pasangan usia subur
c. Pasangan usia subur dengan wanita yang akan memasuki masa menoupaus
d. Keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Puskesmas
e. WUS yang datang pada pelayanan rawat jalan Puskesmas yang dalam fase
intervensi
f. pelayanan KB.
7
a. Pencegahan Dan Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY)
b. Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Besi (AGB)
c. Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Kalori Energi Protein (KEP)
Dan Kurang Energi Kronis (KEK)
d. Pencegahan Dan Penaggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)
e. Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Kekurangan Gizi Mikro Lain
f. Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Gizi Lebih
4. Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG)
c. Tujuan
1. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mewujudkan prilaku gizi yang baik dan benarsesuai denagn
gizi seimbang
2. Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan status gizi warga dari
berbagai institusi pemerintahan serta swasta.
3. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas gizi/petugas Puskesmas
lainnya dalam merencanakan, melaksanakan, membina, memantau dan
mengevaluasi upaya perbaikan gizi masyarakat
4. Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan partisipasi keluarga
terhadap pencegahan dan penanggulangan masalah kelainan gizi
5. Terwujudnya rangkaian kegiatan pencatatan/pelaporan masalah gizi dan
tersedianya informasi situasi pangan dan gizi.
d. Sasaran
Sasaran upaya perbaikan gizi adalah kelompok-kelompok yang beresiko
menderita kelainan gizi antara lain:
1. Bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak usia sekolah
2. Wanita Usia Subur (WUS) termasuk calon pengantin (cantin), ibu hamil, ibu
nifas, ibu menyusui, dan usia lanjut (usila)
3. Semua penduduk rawan gizi (endemik)
8
4. Semua anak dan dewasa mempunyai masalah gizi
5. Pekerja penghasilan rendah.
2. ORGANIZING
Menurut Endang S, Pengorganisasian Puskesmas adalah struktur organisasi dan
tata kerja Puskesmas yang merupakan perpaduan antara kegiatan dan tenaga pelaksanan
Puskesmas. Struktur organisasi puskesmas menetapkan bagaimana tugas akan dibagi,
siapa melapor siapa, dan mekanisme koordinasi formal serta pola interaksi yang akan
diikuti.
Adapun faktor-faktor yang menentukan perancangan struktur organisasi
Puskesmas adalah :
1. Strategi untuk mencapai tujuan Puskesmas. Strategi akan menjelaskan bagaimana
aliran wewenang dan saluran komunikasi dapat disusun diantara pimpinan dengan
pegawai Puskesmas.
2. Ukuran organisasi Puskesmas. Besarnya organisasi Puskesmas secara keseluruhan
maupun unit-unit kerja fungsional akan mempengaruhi struktur organisasi
Puskesmas.
3. Tingkat penggunaan teknologi, yaitu tingkat rutinitas penggunaan teknologi oleh
Puskesmas untuk memberikan jasa layanan kesehatan Puskesmas. Pada layanan
kesehatan dengan menggunakan teknologi tinggi akan memerlukan tingkat
standarisasi dan spesialisasi yang lebih tinggi dibanding dengan pelayanan kesehatan
dasar.
4. Tingkat ketidakpastian lingkungan organisasi Puskesmas.
5. Preferensi(kesukaan) yang menguntungkan pribadi dari individu atau kelompok yang
memegang kekuasaan dan kontrol dalam organisasi Puskesmas.
6. Pegawai dan stakeholder dalam organisasi Puskesmas. Kemampuan dan cara berfikir
para pegawai dan stakeholderPuskesmas serta kebutuhan mereka untuk bekerjasama
harus diperhatikan dalam merancang struktur organisasi Puskesmas. Kebutuhan
pegawai dan stakeholder Puskesmas dalam pembuatan keputusan akan
mempengaruhi saluran komunikasi, wewenang dan hubungan diantara unit-unit kerja
fungsional.(Endang S.2011)
9
Pengorganisasian tingkat Puskesmas didefinisikan sebagai proses penetapan
pekerjaan-pekerjaan pokok untuk dikerjakan, pengelompokan pekerjaan, pendistribusian
otoritas/wewenang dan pengintegrasian semua tugastugas dan sumber-sumber daya untuk
mencapai tujuan Puskesmas secara efektif dan efisien. Secara aplikatif pengorganisasian
tingkat Puskesmas adalah pengaturan pegawai Puskesmas dengan mengisi struktur
organisasi dan tata kerja (SOTK) Puskesmas yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota disertai dengan pembagian tugas dan tanggung jawab serta uraian tugas
pokok dan fungsi (Tupoksi), serta pengaturan dan pengintegrasian tugas dan sumber daya
Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan dan program Puskesmas dalam rangka
mencapai tujuan Puskesmas.
Berdasarkan definisi tersebut, fungsi pengorganisasian Puskesmas merupakan alat
untuk memadukan (sinkronisasi) dan mengatur semua kegiatan yang dihubungkan
dengan personil/pegawai, finansial, material, dan metode Puskesmas untuk mencapai
tujuan Puskesmas yang telah disepakati bersama antara pimpinan dan pegawai
Puskesmas. Pengorganisasian Puskesmas meliputi hal-hal berikut (Sulaeman, 2009):
10
dilakukan pembagian habis seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja kepada
seluruh petugas puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya.
Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas sektoral. Ada
dua bentuk penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan:
1. Penggalangan kerjasama dalam bentuk dua pihak, yakni antara dua sektor terkait,
misalnya antara puskesmas dengan sektor tenaga kerja pada waktu menyelenggarakan
upaya kesehatan kerja.
2. Penggalangan kerjasama dalam bentuk banyak pihak, yakni antar berbagai sektor
terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agama, sektor
kecamatan pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan sekolah.
11
Untuk kelancaran kegiatan SP2TP di Puskesmas, maka dibentuk
pengorganisasian yang terdiri dari: (Ahmad, 2005).
12
Dengan rincian satu rangkap untuk arsip coordinator SP2TP Puskesmas dan satu
rangkap oleh Koordinator SP2TP Puskesmas disampaikan ke Dinas Kesehatan
Dati II.
5. Mengolah dan memanfaatkan data hasil rekapitulasi untuk tindak lanjut yang
diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya.
6. Bertanggung jawab atas kebenaran isi laporan kegiatannya.
13
antara 2-3 desa. Sasaran pelayanan kesehatan sekitar 2500 jiwa(untuk luar jawa), dan
10.000 jiwa (untuk p.jawa dan bali)
4) Posyandu
Merupakan kegiatan keterpaduan antara Puskesmas dan masyarakat di tingkat
desa yang diwujudkan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu. Semula Posyandu adalah
pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan
KB dan kesehatan.
Dalam pengembangannya Posyandu dapat dibina menjadi forum komunikasi dan
pelayanan di masyarakat, antara sektor yang memadukan kegiatan pembangunan
sektoralnya dengan kegiatan masyarakat, untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memecahkan masalah melalui alih teknologi. Satu Posyandu sebaiknya melayani
sekitar 100 balita (120 kepala keluarga), atau sesuai dengan kemampuan petugas dan
keadaan setempat.
3. ACTUATING
Setelah perencanaan dan pengorganisasian selesai dilakukan, maka langkah
selanjutnya yang perlu ditempuh dalam manajemen adalah mewujudkan rencana tersebut
dengan mempergunakan organisasi yang terbentuk. Langkah tersebut adalah actuating
14
yang secara harfiah diartikan sebagai memberi bimbingan namun istilah tersebut lebih
condong diartikan penggerak atau pelaksanaan.
Secara praktis fungsi actuating ini merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerjasama
diantara staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif
dan efisien. Fungsi actuating tidak terlepas dari fungsi manajemen melalui bagan
dibawah ini :
15
Penentuan masalah
Penetapan tujuan
Penetapan tugas dan sumber daya penunjang
Menggerakkan dan mengarahkan
Memiliki keberhasilan SDM
Pada ketiga komponen tersebut, yang memegang peran penting yakni pimpinan
(kepemimpinan). Dalam konteks manajemen kepemimpinan harus diartikan sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain agar rela, mampu dan
mau mengikuti keinginan pemimpin demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya dengan efisien, efektif dan ekonomis.
16
2. Menetapkan penanggung jawab dan pelaksana kegiatan
3. Menetapkan uraian tugas koordinator dan pelaksana puskesmas
4. Koordinasi lintas program dan lintas sektoral dari instansi terkait
5. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas puskesmas
6. Menggerakkan partisipasi masyarakat/peran serta masyarakat dan
pembinaan kader, daa wisma, dukun bayi,dll
7. Menyediakan kesempatan konsultasi kepada koordinator, penanggung
jawab daerah binaan atau pelaksana puskesmas
8. Pimpinan puskesmas melaksanakan bimbingan teknis kegiatan puskesmas
kepada koordinator dan penanggung jawab daerah binaan termasuk
pelaksanaan puskesmas. Penerapan proses keperawatan dapat meminta
bantuan tim penilaian atau kepada institusi pendidikan
9. Pengembangan kegiatan-kegiatan inovatif sesuai kemampuan
daerah/masyarakat.
17
koordinasi yang tinggi adalah yang paling baik. Koordinasi sangat dibutuhkan bagi
organisasi yang menetapkan tujuan tinggi.
Salah satu faktor yang mendukung pelaksanaan Puskesmas saat ini adalah adanya
ketersediaan sumber daya manusia bidang kesehatan. Unsur SDM bidang kesehatan
merupakan salah satu unsur manajemen yang harus dipenuhi untuk tercapainya secara
efektif tujuan organisasi. Sebagai organisasi pemerintah, SDM kesehatan merupakan
pegawai atau aparatur pemerintah sehingga manajemen yang mengaturnya lebih
mengarah kepada manajemen kepegawaian atau manajemen personalia. Manajemen
personalia memiliki tujuan untuk mengarahkan para karyawan dalam pekerjaan atau
hubungan kerja mereka.
18
Adapun manajemen sumber daya manusia di puskesmas :
1. Pengusaha
Sebagai organisasi pemerintah yang mempunyai tujuan organisasi bersifat
pengabdian sosial, yang dipandang sebagai pengusaha disini adalah Pemerintah baik
pemerintah pusat maupun PEMDA. Pemerintah menjamin kelangsungan kegiatan
pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh Puskesmas. Modal yang diinvestasikan
pemerintah tadi dapat berupa anggaran atau pembiayaan operasional kegiatan Puskesmas,
biaya subsidi pelayanan kesehatan dasar dan biaya subsidi Jaminan kesehatan masyarakat
miskin
2. Karyawan
Karyawan merupakan asset yang menentukan baik buruknya pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh puskesmas pada masyarakat. Kualitas dan kuantitas karyawan
sebanding dengan beragamnya keahlian/profesi yang ada di Puskesmas. Semakin banyak
karyawan maka pelayanan menjadi efisien dan efektif karena pelayanan menjadi cepat,
mudah ditemui dan terarah. Selain itu beragam jenis pelayanan kesehatan juga dapat
diberikan.
Kepala unit program dan pengelola program merupakan pejabat fungsional yang
diberikan tugas tambahan. Umumnya pejabat kepala unit dan pengelola disesuaikan
19
dengan jabatan fungsional yang menjabat sehingga keahlian yang dimiliki sesuai dengan
tugas-tugas program yang akan dijalankan.
4. CONTROLLING
20
Kriteria mutu pelayanan kesehatan
1. Struktur
Kriteria rumah sakit, unit keperawatan (LOD, visi dan misi, konsep
asuhan keperawatan)
2. Proses
Fungsi, proses interpersonal, metode pengorganisasian, perspektif
keperawatan proesional, praktek keperawatan professional
3. Tujuan
Tingkat kesehatan atau kesejahteraan, kemampuan fungsional, kepuasan
pasien, sumberpenggunaan/ pengeluaran efektif dan efisien, kejadian dan
proses yang tidak menyenangkan.
Syarat pelayanan berkualitas
Efficacy
a) Efficacy (kamanjuran)
b) Appropriatennes (kepantasan)
c) Accebility (mudah dicapai)
d) Accepbility (diterima)
e) Effectiveness (keberhasilan)
f) Efficiency (ketepatan)
g) Continuity (terus - menerus)
21
Controlling adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan
tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja
yang telah ditetapkan tersebut. Controlling is the process of measuring performance and
taking action to ensure desired results. Pengawasan adalah proses untuk memastikan
bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
22
peraturan.” atau “suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil
timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang
kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.”
Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pengawasan Intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan
yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.” Pengawasan dalam
bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan
melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh inspektorat
23
jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di
Indonesia, dengan menempatkannya di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri.
24
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “pengawasan yang
dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan
pengawasan jauh (pasif) yang melakukan pengawasan melalui “penelitian dan pengujian
terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan bukti-bukti penerimaan
dan pengeluaran.” Di sisi lain, pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil
menurut hak (rechmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah
sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya.”
Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan kebenaran materil mengenai maksud tujuan
pengeluaran (doelmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah
memenuhi prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang
serendah mungkin.”
5. EVALUATION
Salah satu ukuran pengawasan yang digunakan oleh manajer guna mencapai hasil
organisasi adalah system penilaian kerja karyawan.Melalui evaluasi regular dari setiap
pelaksanaan kerja pegawai manajer dapat mencapai beberapa tujuan.
25
a. Prinsip – prinsip evaluasi :
Alat evalausi :
Penilaian Kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil
kerja/prestasi Puskesmas. laporan kinerja yang telah dibuat merupakan gambaran dari
situasi dan kondisi yang ada di Puskesmas, baik dari segi sarana – prasarana dan sumber
daya manusia yang ada, sehingga dari hasil yang ada dapat dinilai kinerja dari Puskesmas
itu sendiri.
26
Pelaksanaan penilaian dimulai dari tingkat Puskesmas sebagai instrument mawas
diri karena setiap puskesmas melakukan penilaian kinerjanya secara mandiri, kemudian
Dinas Kesehatan Kabupaten melakukan verifikasi hasilnya.
Tujuan penyusunan Laporan Kinerja secara umum agar tercapai tingkat kinerja
Puskesmas yang berkualitas secara optimal dalam mendukung pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan Kabupaten. Dimana secara khusus untuk mendapatkan
gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan dan mutu kegiatan serta manajemen
Puskesmas pada akhir tahun kegiatan. Diharapkan dengan adanya laporan kinerja dapat
menjadi umpan balik bagi pelaksanaan program di Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten untuk ikut serta dalam pembangunan kesehatan.
c. Ruang Lingkup
Secara garis besar lingkup penilaian kinerja Puskesmas tersebut berdasarkan pada upaya-
upaya Puskesmas dalam menyelenggarakan :
1. Pelayanan Kesehatan ;
3. Mutu Pelayanan :
27
Penilaian proses pelayanan dengan menilai tingkat kepatuhannya
terhadap standar pelayanan yang telah ditetapkan.
Penilaian output pelayanan berdasarkan upaya kesehatan yang diselenggarakan,
dimana masing – masing program kesehatan mempunyai indikator mutu
tersendiri.
Penilaian out come pelayanan antara lain melalui pengukuran tingkat kepuasan
pengguna jasa pelayanan Puskesmas.
Indikator derajat kesehatan masyarakat yang paling peka untuk menilai dampak
progam kesehatan adalah IMR (Infant Mortality rate), MMR (Maternal Mortality Rate),
dan BR (Birth Rate). Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, empat progam
28
pokok perlu lebih diprioritaskan oleh puskesmas yaitu KIA, KB, P2M dan gizi. Keempat
progam pokok tersebut juga dilaksanakan secara terpadu diluar gedung puskesmas
melalui pos kesehatan ditingkat dusun atau pos pelayanan terpadu. Sejak tahun
1992/1993, pemerintah juga telah menempatkan bidan didesa. Bidan yang bertugas di
desa, mengelola pondok bersalin desa.
29
Adalah program/kegiatan atau pelayanan yang menjadi unggulan Puskesmas serta
lebih menonjol dibandingkan pelayanan di Puskesmas lain, seperti : Klinik Terpadu
Graha Semesta, Klinik IMS, Kader UKGMD, Puskesmas Santun Lansia. Puskesmas
hendaknya minimal mempunya satu program kreatif dan inovatif yang menjadi unggulan
Puskesmas tersebut.
Pemberdayaan Masyarakat
Adalah upaya dan peran serta masyarakat di bidang kesehatan agar mandiri untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator pemberdayaan
masyarakat, yaitu :
a. Terbentuknya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
Meliputi : Pos Yandu, Pos Bindu, Pos UKK, Poskestren, Poskesdes, Desa Siaga, SBH,
TOGA, Kader Pos Yandu, Kader Kesling, PMO
b. Berfungsinya UKBM
Tidak hanya terbentuk UKBM saja, akan tetapi UKBM tersebut harus berfungsi
Kerjasama Lintas Sektor
Kegiatan Puskesmas akan berjalan dengan lancar, bila didukung oleh peran Lintas
Sektor (Kecamatan, UPT Pendidikan,UPT KB, KUA), terutama bila kegiatan Puskesmas
yang melibatkan masa (masyarakat banyak), misalnya Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
bekerjasama dengan Kecamatan, Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) bekerjasama
dengan UPT Pendidikan. Oleh karena itu dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas
harus bekerjasama dengan lintas sektor agar tujuan Pembangunan Kesehatan dapat
tercapai.
30
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Adapun saran saya mengenai penerapan fungsi manajemen ini pada puskesmas yaitu:
1. Agar fungsi manajemen ini benar – benar dilaksanakan dengan baik agar tujuan dari
penerapan POACE tersebut dapat tercapai dengan baik.
2. Agar melakukan evaluasi secara berkala terhadap kegiatan yang telah direncanakan,
sehingga untuk kedepannya dapat lebih efektif lagi dalam hal penyusunan
perencanaan dan pencapaian tujuannya. Dan perlu adanya pemahaman yang
31
mendalam dalam hal penentuan masalah yang kemudian akan menjadi inti darti
pokok perencanaan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://itjen-depdagri.go.id/article-25-pengertian-pengawasan.html
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/KEPMENKES_374-2009_TTG_SKN-2009.pdf
http://manajemen-pelayanankesehatan.net
http://hpm.fk.ugm.ac.id/hpmlama/index.php
http://www.slideshare.net/yabniellitjingga/konsep-puskesmas-ii-2
http://raranatasha.wordpress.com/2013/01/09/manajemen-puskesmas/
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2009/11/manajemen-pelayanan-kesehatan.html
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/05/poac-pada-fungsi-manajemen.html
http://somelus.wordpress.com/2010/02/14/manajemen-puskesmas-dan-posyandu/
http://www.slideshare.net/mepsaputra/manajemen-puskesmas-40425598
http://raranatasha.wordpress.com/2013/01/10/pengorganisasian-puskesmas/
http://raranatasha.wordpress.com/2013/01/10/pengorganisasian-tingkat-puskesmas/
32