Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

PKPA FARMASI INDUSTRI


GELOMBANG 2
“KOMPETENSI KHUSUS ”

NAMA :
STAMBUK :
KELOMPOK : 2 (DUA)
PEMBIMBING :

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KK.18 Menjelaskan Prinsip Manajemen Resiko Mutu (Quality Risk
Management)
Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan penilaian,
pengendalian, komunikasi dan pengkajian risiko terhadap mutu produk/obat. Adapun
prinsip dari manajemen resiko mutu antara lain :
- evaluasi risiko terhadap mutu yang dilakukan berdasarkan pengetahuan secara
ilmiah, pengalaman dengan proses yang sudah disetujui dan pada akhirnya
dikaitkan pada perlindungan pasien; dan
- tingkat upaya pengambilan tindakan, formalitas dan dokumentasi dari proses
manajemen risiko mutu sepadan dengan tingkat risiko.
Tim untuk Manajemen Risiko :
 Merupakan tim interdisipliner yang khusus dibentuk untuk menangani
Pengkajian Risiko
 Terdiri dari tenaga ahli dari berbagai bidang yang dapat memberikan
kontribusi dalam pemecahan masalah
 Dipimpin oleh seorang penanggung jawab yang berkewajiban untuk
menetapkan proses pengkajian, melibatkan sumber yang memadai dan mengkaji
risiko mutu secara menyeluruh
Memulai Proses Manajemen Risiko Mutu
Manajemen Risiko Mutu mencakup proses sistematis yang dirancang untuk
mengoordinasi, memberi kemudahan dan membuat pengambilan keputusan lebih baik
secara ilmiah dalam hal risiko. Langkah yang mungkin digunakan untuk memulai dan
merencanakan proses Manajemen Risiko Mutu mencakup hal berikut:
 Tetapkan masalah dan/atau risiko yang dipersoalkan, termasuk asumsi terkait
yang mengidentifikasi potensi risiko.
 Kumpulkan latar belakang informasi dan/ atau data bahaya potensial, ancaman
atau pengaruh pada kesehatan manusia yang relevan untuk penilaian risiko.
 Tentukan pemimpin dan sumber daya yang diperlukan.
 Tetapkan batas waktu, hasil yang akan dilaporkan dan tingkat pengambilan
keputusan yang layak untuk proses manajemen risiko
Proses Umum Manajemen Risiko Mutu
Penilaian Risiko
Penilaian risiko terdiri dari identifikasi bahaya, dan analisis serta evaluasi risiko
terkait dengan paparan bahaya (seperti yang dijelaskan di bawah ini). Penilaian risiko
mutu dimulai dengan penetapan masalah atau risiko yang dipersoalkan yang diuraikan
dengan baik . Ketika risiko yang dimaksud telah diuraikan dengan baik, perangkat
manajemen mutu yang layak dan jenis informasi yang diperlukan untuk mengarahkan
pertanyaan tentang risiko akan lebih mudah teridentifikasi.
Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko mencakup pengambilan keputusan untuk mengurangi dan/
atau menerima risiko. Tujuan pengendalian risiko adalah untuk mengurangi risiko
sampai batas yang dapat diterima. Tingkat usaha yang digunakan untuk
mengendalikan risiko hendaklah sebanding dengan signifikan risiko. Pembuat
keputusan mungkin menggunakan proses yang berbeda, termasuk analisis
keuntungan-biaya, untuk memahami tingkat yang optimal terhadap pengendalian
risiko.
Kajian Risiko
Ketika proses Manajemen Risiko Mutu telah dimulai, proses tersebut
hendaklah dilanjutkan untuk digunakan dalam kejadian yang mungkin memberi
dampak pada keputusan Manajemen Risiko Mutu awal, baik kejadian tersebut
direncanakan (misal, hasil pengkajian produk, inspeksi, audit, pengendalian
perubahan) maupun yang tidak direncanakan (misal, akar penyebab masalah dari
investigasi penyimpangan, penarikan kembali produk jadi). Frekuensi pengkajian
hendaklah didasarkan pada tingkat risiko. Pengkajian risiko dapat termasuk
mempertimbangkan kembali keputusan penerimaan risiko
KK-19 “Menjelaskan Pembagian Klasifikasi Ruangan Produksi Beserta
Parameter dan Pengukurannya”
Untuk klasifikasi ruangan tersendiri terbagi menjadi beberapa yaitu:
 Ruangan produksi ruangan steril Klasifikasi ruangan steril terdiri dari     kelas
A,B,C,D
 Ruangan produksi non steril terdiri dari E, F, dan G
 Ruangan produksi obat tertentu seperti beta laktam, hormone,     sitostatika
Kelas Pengolahan dan pengisian aseptis seperti, pengisian salep mata steril,
Pengisian bubuk steril, Pengisian suspensi steril
A
Kelas
Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis
B
Pembuatan larutan bila ada risiko di luar kebiasaan, Pengisian  produk yang
Kelas akan mengalami sterilisasi akhir, Pembuatan larutan yang akan disaring
C kemudian pengisian secara aseptis
Kelas Area bersih untuk melakukan pembuatan obat steril dengan
D sterilisasi akhir
Ada area umum dan khusus, area umu untuk ruang pengolahan dan
Kelas pengemasan primer obat nonsteril, pembuatan salep kecuali salep mata
E sedangkan area khusus untuk pengolahan bahan higroskopis
Kelas
Area untuk pengemasan sekunder, ruang masuk karyawan
F
Daerah penerimaan bahan awal, gudang bahan awal dan obat jadi , Ruang
Kelas ganti pakaian luar , Ruang ganti pakaian kerja, Ruang Istirahat , Kantin ,
G Kamar Mandi , Toilet, Laboratorium
Gudang : R. Suhu Kamar - R. ber-AC - R. Dingin - R. Beku
Klasifikasi Ruang Bersih dan Sarana Udara Bersih. 
 Ruang bersih dan sarana udara bersih diklasifikasikan sesuai dengan EN ISO
14644-1. Klasifikasi hendaklah dibedakan dengan jelas dari pemantauan
lingkungan pada saat operasional. Jumlah maksimum partikulat udara yang
diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan adalah sebagai berikut:

 (Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi)


Kelas bersih, secara umum dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu daerah
putih (white area) atau kelas A, B, C dan D; daerah abu (grey area) atau kelas E
dan daerah hitam (black area) atau kelas F. Semakin ke arah daerah putih, maka
daerah tersebut semakin terkontrol atau semakin tinggi tingkat kebersihannya.
Produksi sediaan obat steril dilakukan pada white area, sementara grey area
digunakan untuk perlakuan terhadap sediaan yang telah beradadalam wadah
primer sehingga tidak ada kontak langsung sediaan dengan lingkungan luar.
Black area adalah area yang tidak terkontrol kebersihannya artinya tidak
ditetapkan jumlah minimal partikel viable maupun non viable yang ada pada
ruangan tersebut. Dengan demikian, memiliki resiko kontaminasi yang cukup
tinggi, dan tidak digunakan untuk proses pembuatan obat, melainkan sebagai area
ganti personel saja.
Kelas A :
Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona pengisian, wadah
tutup karet, ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis. Umumnya
kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran udara LAF (Laminar Air Flow)
di tempat kerja. Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan udara dengan
kecepatan merata berkisar 0,36 – 0,54 m/detik (nilai acuan) pada posisi kerja
dalam ruang bersih terbuka. Keadaan laminar yang selalu terjaga hendaklah
dibuktikan dan divalidasi..
Kelas B :
Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, Kelas ini adalah
lingkungan latar belakang untuk zona Kelas A.
Kelas C dan D : 
Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang mengandung
risiko lebih rendah.
Untuk tujuan klasifikasi hendaklah dipakai alat penghitung partikel
portable dengan selang pendek untuk pengambilan sampel, karena akan terjadi
presipitasi yang tinggi dari partikel >5,0 µm apabila menggunakan system
pengambilan sampel dari jarak jauh yang menggunakan selang yang panjang.
Dilakukan pengambilan sampel udara minimum 1 m3 per lokasi pengambilan
sampel.
KK.20 Menjelaskan Prinsip Kualifikasi Ruangan Dan Mesin Produksi, Validasi
Proses, Validasi Pembersihan, Dan Validasi Metoda Analisa
Kualifikasi Ruangan dan Mesin Produksi
Kualifikasi mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang merupakan tahap
pertama dalam pelaksanaan validasi di industri farmasi. Kualifikasi adalah suatu
kegiatan yang didokumentasikan merupakan tindakan pembuktian secara tertulis
berdasarkan data-data yang ada yang menunjukkan bahwa peralatan, fasilitas, sistem
penunjang, dan sistem komputerisasi yang digunakan dalam suatu proses akan selalu
memberikan hasil yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan dan secara
konsisten menghasilkan produk dengan standar mutu yang telah ditetapkan.
Tahapan kualifikasi meliputi :
1) Kualifikasi Desain (KD)/Design qualification/DQ (kualifikasi rancangan)
Kualifikasi Desain (KD) adalah unsur pertama dalam melakukan validasi
terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru. Kualifikasi Desain (KD) diartikan
sebagai dokumen yang memverifikasikan bahwa desain dari fasilitas, sistem dan
peralatan sesuai untuk tujuan yang diinginkan.
Tujuan  Design Qualification (DQ) adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan atau sarana penunjang yang
akan dipasang atau dibangun (rancang bangun) sesuai dengan ketentuan atau
spesifikasi yang diatur dalam ketentuan CPOB yang berlaku. Jadi DQ
dilaksanakan sebelum mesin, peralatan produksi atau sarana penunjang (termasuk
bangunan untuk industri farmasi) tersebut dibeli /dipasang/dibangun.
2) Kualifikasi Instalasi (KI)/ Instalation Qualification/IQ
Kualifikasi Instalasi (KI) adalah kualifikasi yang dilakukan untuk memastikan
bahwa peralatan yang diterima sesuai dengan rancangan dan spesifikasi yang
telah ditentukan serta dapat dipasang dengan benar sesuai dengan buku manual
dari peralatan tersebut/dokumentasi yang memverifikasikan bahwa seluruh aspek
kunci dari instalasi peralatan atau sistem telah sesuai dengan tujuan desainnya
dan mengikuti rekomendasi yang diberikan oleh industri pembuat. Kualifikasi
Instalasi (KI) dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru atau yang
dimodifikasi.
Tujuan Installation Qualification (IQ) adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang diinstalasi sesuai dengan
spesifikasi yang tertera pada dokumen pembelian, manual alat yang bersangkutan
dan pemasangannya dilakukan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Jadi
IQ dilaksanakan pada saat pemasangan atau instalasi mesin atau peralatan
produksi atau sarana penunjang.
KI hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut:
a) instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang dan instrumentasi hendaklah
sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang didesain
b) pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan
peralatan dari pemasok
c) ketentuan dan persyaratan kalibrasi
d) verifikasi bahan konstruksi.
3) Kualifikasi Operasional (KO)/ Operational Qualification / OQ
Kualifikasi operasional merupakan proses kualifikasi untuk mendemonstrasikan
bahwa peralatan akan berfungsi sesuai dengan petunjuk operasionalnya.
Kualifikasi ini adalah tindakan pembuktian terdokumentasi bahwa bangunan,
sarana, peralatan untuk proses produksi ber-operasi sesuai dengan spesifikasi
rancangannya. Tujuan dari kualifikasi ini adalah untuk menetapkan bahwa sistem
atau peralatan beroperasi sesuai dengan spesifikasi dan untuk mencatat semua
data informasi yang dapat menujang bahwa alat tersebut berfungsi sesuai dengan
yang diharapkan. Kualifikasi operasioanl dilakukan setelah instalasi
dilaksanakan, dikaji dan disetujui. Pelaksanaan kualifikasi operasioanl dilakukan
oleh personil yang akan menggunakan alat yang bersangkutan. Personil yang
bertanggung jawab atas penggunaan alat/sistem hendaklah melaksanakan
kualifikasi dan mencatat hasilnya. Laporan kualifikasi operasional diperiksa oleh
supervisor dari departemen yang menggunakan alat yang bersangkutan.
Supervisor mengawasi pelaksanaan studi, melakukan verifikasi kelengkapan
catatan, membuat laporan penyimpangan (bila ada) dan laporan kualifikasi
operasional. Laporan dan protokol kualifikasi operasional diperiksa dan disahkan
oleh departemen yang bersangkutan. Instalasi Pengawasan Mutu melakukan
penilaian ulang dan menyetujui protokol serta laporan kualifikasi operasional.
Kualifikasi operasional ini berisi sejarah tentang kualifikasi operasional. Prinsip,
tujuan, deskripsi sistem, instrument pengukuan, pengujian spesifikasi dan hasil
dari pengujian.
KO hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut:
a) pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses,
sistem dan peralatan
b) pengujian yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas
operasional atas dan bawah, sering dikenal sebagai kondisi terburuk (worst
case).
4) Kualifikasi Kinerja (KK)/ perational Qualification / OQ
Kualifikasi kinerja merupakan proses kualifikasi untuk
memastikan kinerja suatu peralatan, telah bekerja dengan baik dan menghasilkan
output sesuai dengan kriterian yang telah ditetapkan. Tujuan dari kualifikasi ini
adalah untuk menjamin bahwa sistem atau alat bekerja sesuai dengan yang
diinginkan dengan cara menjalankan sistem atau alat sesuai dengan tujuan
penggunaan dan mencatat seluruh informasi dan data terkait. Kualifikasi kinerja
dilaksanakan setelah kualifikasi instalasi dan kualifikasi operaisonal selesai
dilaksanakan dan disetujui. Setelah dilakukan modifikasi atau penggantian
komponen peralatan dan jika dilakukan pemindahan lokasi alat yang
bersangkutan.
KK hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut:
a) pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang memenuhi
spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan berdasarkan pengetahuan
tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan
b) uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional
atas dan bawah.
5) Kualifikasi Fasilitas, Peralatan dan Sistem Terpasang yang telah Operasional
Hendaklah tersedia bukti untuk mendukung dan memverifikasi parameter
operasional dan batas variabel kritis pengoperasian alat. Selain itu, kalibrasi,
prosedur pengoperasian, pembersihan, perawatan preventif serta prosedur dan
catatan pelatihan operator hendaklah didokumentasikan.

VALIDASI
Suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses,
prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam
produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.

Jenis Jenis Validasi


1. Validasi proses Produksi
Validasi Proses diartikan sebagai tindakan pembuktian yang didokumentasikan
bahwa proses yang dilakukan dalam batas parameter yang ditetapkan dapat bekerja
secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang untuk menghasilkan produk
jadi yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang ditetapkan sebelumnya.
Tujuan pelaksanaan Validasi Proses :
- Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur produksi yang berlaku
dan digunakan dalam proses produksi (Batch Processing Record), senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan secara terus menerus.
- Mengurangi problem yang terjadi selama proses produksi.
- Memperkecil kemungkinan terjadinya proses ulang (reworking process)
1) Validasi Prospektif
Validasi prospektif adalah Validasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan
produksi rutin dari produk yang akan dipasarkan.
a) uraian singkat suatu proses dan ringkasan tahap kritis proses pembuatan yang
harus diinvestigasi
b) Untuk produk-produk baru yang belum pernah diproduksi
c) Dilakukan pada tiga batch pertama
d) Bisa digunakan untuk dijual (commercial batch)
e) Bukan termasuk trial batch (skala lab)
f) Daftar peralatan/fasilitas yang digunakan termasuk alat ukur, pemantau dan
pencatat serta status kalibrasinya
g) Spesifikasi produk jadi untuk diluluskan
h) Daftar metode analisis yang seharusnya
i) metode pencatatan dan evaluasi hasil
j) usul pengawasan selama-proses dan kriteria penerimaan;
k) pengujian tambahan yang akan dilakukan termasuk kriteria penerimaan dan
validasi metode analisisnya, bila diperlukan
l) pola pengambilan sampel (lokasi dan frekuensi)
m)fungsi dan tanggung jawab
n) jadwal yang diusulkan

2) Validasi Konkuren
Keputusan untuk melakukan validasi konkuren harus dijustifikasi,
didokumentasikan dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu). Validasi Konkuren adalah Validasi yang dilakukan pada saat
pembuatan rutin produk untuk dijual.
Persyaratan pelaksanaan Validasi konkuren, antara lain ;
a) Dalam kondisi khusus, dimungkinkan tidak menyelesaikan program
validasi sebelum produksi rutin dilaksanakan misal : produk yang ditransfer
ke pihak toll manufacturer.
b) Untuk produk yang sudah berjalan (sudah dipro-duksi) tetapi oleh karena
satu dan lain hal, belum dilakukan validasi prospective.
c) Terjadi perubahan pada parameter kritis, seperti peralatan yang digunakan,
prosedur (cara) pembuatan, spesifikasi bahan baku, cara pengujian, dan
lain-lain yang dapat mempengaruhi mutu dan spesifikasi produk
d) Validasi dilakukan pada batch produksi yang sedang berjalan, sebanyak
minimal 3 batch berturut-turut.
e) Dapat juga dilakukan untuk produk yang : – diproduksi sesekali (orphan
drug atau produk yang sangat jarang diproduksi), – mempunyai kekuatan
berbeda dari produk yang sudah tervalidasi, perubahan bentuk tablet atau
bilaprosesnya sudah dimengerti
f) Keputusan untuk melakukan validasi konkuren harus dijustifikasi,
didokumentasikan dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu).
g) Prasyarat dan persyaratan dokumentasi untuk validasi konkuren sama
seperti validasi prospektif.
Persyaratan untuk Validasi Prospektif  dan Konkuren :
a) Ukuran bets sama dengan ukuran bets produksi yang direncanakan.
b) Jika bets validasi akan dipasarkan, kondisipembuatannya memenuhi
ketentuan CPOB.
c) Prosedur (termasuk komponen) yang sesuai pendaftaran.
d) Hasil validasi harus memenuhi spesifikasi dan sesuai izin edar.
e) Validasi proses dilakukan terhadap minimum 3 bets secara berturut‐
turut (yang dinyatakan berhasil) sebelum bets produk diedarkan.

3) Validasi Retrospektif
Validasi retrospektif hanya dapat dilakukan untuk proses yang sudah mapan,
namun tidak berlaku jika terjadi perubahan formula produk, prosedur
pembuatan atau peralatan. Validasi Retrospektif adalah Validasi dari suatu
proses untuk suatu produk yang telah dipasarkan berdasarkan akumulasi data
produksi, pengujian dan pengendalian bets.
a) Untuk produk-produk yang sudah lama diproduksi yang belum divalidasi,
namun memerlukan data validasi, misalnya untuk keperluan registrasi
ulang.
b) Penelusuran dari data produksi yang sedang berjalan
c) Data berasal dari batch record (minimum 10-20 batch)
d) Penelusuran riwayat produk yang bersangkutan
e) Bukan metoda pilihan untuk validasi proses, dan dipakai hanya untuk
proses yang well‐established (mapan).
f) Review data sejarah catatan bets secara komprihensif
g) Jumlah data yang cukup untuk mendapatkan kesimpulanyang signifikan
secara statistik
h) Biasanya memerlukan data dari 10 (sepuluh) sampai 30 (tiga puluh) bets
berurutan untuk menilai konsistensi proses.
i) Bets yang dipilih seluruh bets yang dibuat selama periodepengamatan,
termasuk yang tidak memenuhi spesifikasi
j) Tidak bisa bila ada perubahan ( mis. peralatan, bahan awal, formula,
proses, metode)
2. Validasi Metode Analisa (VMA)
Tujuan dari pelaksanaan Validasi Metode Analisa (VMA) adalah untuk
menunjukkan bahwa semua metode tetap yang digunakan sesuai dengan tujuan
penggunaannya dan selalu memberikan hasil yang dapat dipercaya.  Jadi, dalam
Validasi metode analisa yang diuji atau divalidasi adalah PROTAP (prosedur
tetap) pengujian yang bersangkutan. 
 Validasi Metode Analisa dilakukan untuk SEMUA metoda analisa yang
digunakan untuk pengawasan kegiatan produksi, termasuk metode analisis yang
digunakan dalam menetapkan residu zat aktif pada validasi prosedur
pembersihan.
 Validasi metode analisa umumnya dilakukan terhadap 4 jenis, yaitu :
1. uji identifikasi;
2. uji kuantitatif kandungan impuritas (impurity);
3. uji batas impuritas; dan
4. uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau obat atau
komponen tertentu dalam obat.
- Dilakukan dengan semua peralatan yang telah dikalibrasi dan diuji kesesuaian
sistemnya (alat dan sistem sudah dikualifikasi).
- Menggunakan bahan baku pembanding yang sudah dibakukan dan disimpan
ditempat yang sesuai.
Parameter Uji
Dalam bahasa yang sederhana, dalam vma ini kita akan menguji cara-cara
pemeriksaan atau pengujian yang kita lakukan (misalnya identifikasi,
penetapan kadar zat aktif, menguji sisa/residu, dan sebagainya) agar kita
yakin bahwa pengujian yang kita lakukan tersebut sudah benar dan hasil
pengujian yang dilakukan benar-benar terpercaya. Untuk melakukan
pengujian tersebut, kita menggunakan apa yang disebut dengan parameter
uji. Parameter uji ini meliputi, antara lain :
 akurasi (Accuracy);
 presisi (precision);
 ripitabilitas (repeatibilty);
 Presisi antara (intermediate precision);
 reprodusibilitas/keterulangan (reproducibility)
 spesivisitas (specify)/Selektifitas (selectivity);
 batas deteksi (limit of detection/LOD);
 batas kuantitasi (limit of quantitation/LOQ);
 linearitas (Linearity); dan
 rentang (range).
Kriteria Penerimaan
Metode Analisa dinyatakan memenuhi syarat (valid), jika :
- Seluruh parameter uji (Spesifitas/selektifitas, Linearitas, Akurasi, Presisi,
LOD, LOQ dan Robustness) memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
- Tidak ada perbedaan bermakna antar analis atau antar dosis yang diuji
atau antar lab. (t uji < t tabel).
Validasi Ulang
Validasi ulang mungkin diperlukan pada kondisi sebagai berikut:
- perubahan sintesis bahan aktif obat
- perubahan komposisi produk jadi; dan
- perubahan prosedur analisis.
Tingkat validasi ulang yang diperlukan tergantung pada sifat perubahan.
Perubahan tertentu lain mungkin juga memerlukan validasi ulang.
3. Validasi Proses Pengemasan
Proses Pengemasan harus dilakukan karena :
- sebagian besar kesalahan ada di bagian proses pengemasan
- kesaahan di bagian pengemasan, sangat sulit dideteksi
- ada anggapan bahwa proses pengemasan bukan proses yang penting sehingga
pengawasannya sering diabaikan
Tujuannya Untuk memberikan bukti tertulis dan terdokumentasi bahwa : Proses
pengemasan yang dilakukan telah sesuai dengan Prosedur Tetap Proses
Pengemasan yang telah ditentukan serta memberikan hasil yang sesuai dengan
persyaratan (rekonsiliasi) yang telah ditentukan secara terus menerus (reliable and
reproducible) Operator/pelaksana yang melakukan proses pengemasan k ompeten
serta mengikuti  prosedur pengemasan dan peralatan pengemasan yang telah
ditentukan  up (campur baur) antar Proses pengemasan yang dilakukan, tidak
terjadi peristiwa mix  –  up  product maupun antar batch
APA SAJA YANG DIVALIDASI?
1. Kemasan Strip/Blister
- Jumlah tablet yg dikemas vs jumlah tablet yang dihasilkan
- Penandaan (No. Batch, Mfg. Date, Exp. Date) pada blister/strip, dus, karton
- Test Kebocoran strip/blister
- Jumlah tablet dalam strip/blister
- Jumlah strip/blister dalam dus
- Jumlah dus dalam karton
- Kelengkapan (etiket, brosur, penandaan)
- Kerapian
- Rekonsiliasi Bahan pengemas

2. Kemasan Botol (sirup, suspensi, larutan lainnya)

- Jumlah botol yang dihasilkan vs jumlah cairan yg diproduksi


- Volume (isi) per botol
- Kebocoran (tutup)
- Jumlah botol dalam dus
- Jumlah dus dalam karton

- Kelengkapan (etiket, brosur, penandaan)


- Kerapian
- Rekonsiliasi bahan pengema

.Kriteria Penerimaan Proses pengemasan dapat dinyatakan memenuhi


persyaratan jika seluruh parameter uji memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan pada spesifikasi produk yang bersangkutan dan secara statistik
menunjukkan konsistensi hasil pada setiap batchnya.

4. Validasi pembersihan (Cleaning Validation)


Tujuan dari pelaksanaan validasi pembersihan (cleaning validation) adalah
untuk membuktikan bahwa prosedur yang ditetapkan untuk membersihkan suatu
peralatan pengolahan, hingga pengemasan primer mampu membersihkan sisa
bahan aktif obat dan deterjen yang digunakan untuk proses pencucian dan juga
dapat mengendalikan cemaran mikroba pada tingkat yang dapat diterima.
Tujuan lain :
Peralatan/mesin yang dibersihkan tidak terdapat pengaruh yang negatif karena efek
pembersihan.
Operator/pelaksana yang melakukan pembersihan kompeten, mengikuti prosedur
pembersihan dan peralatan pembersihan yang telah ditentukan.
Tersedianya prosedur pembersihan yang efektif untuk membersihkan peralatan
pengolahan hingga pengemasan primer adalah penting untuk mencegah risiko
kontaminasi silang terhadap produk berikutnya yang diproduksi di peralatan yang
sama.
Kontaminasi dapat bersumber dari:
 Bahan aktif obat dari produk sebelumnya
 Bahan pembersih / deterjen
 Mikroba dari lingkungan
 Bahan lain (debu, pelumas)
Pembersihan dilakukan setelah pembuatan ataupun pengemasan suatu produk.
Hasil pembersihan efektif akan menghilangkan sisa cemaran bahan aktif obat sisa
deterjen maupun tingkat cemaran mikroba bila mengikuti prosedur yang telah
divalidasi. Setelah zat penanda (marker) ditetapkan sesuai tingkat kelarutan
maupun toksisitasnya, maka prosedur penetapan kadar residu disiapkan dan
divalidasi.
Pengamatan dan pengujian dilakukan terhadap:
 Pengamatan secara visual kebersihan permukaan alat yang kontak
langsung dengan produk
 Kualitas air bilasan akhir
 Residu yang diambil secara usap dan / atau bilas
 Cemaran mikroba pada permukaan alat yang kontak dengan produk.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Validasi Pembersihan :


1. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan
pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada bahan yang
terkait dengan proses pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat dicapai dan
diverifikasi
2. Harus tersedia METODE ANALISA TERVALIDASI yang memiliki
kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran. Batas deteksi masing-masing
metode analisis hendaklah cukup peka untuk mendeteksi tingkat residu atau
cemaran yang dapat diterima.
3. Hendaklah dipertimbangkan juga untuk bagian alat yang tidak bersentuhan
langsung dengan produk.
4. Interval waktu antara penggunaan alat dan pembersihan hendaklah divalidasi
demikian juga antara pembersihan dan penggunaan kembali. Hendaklah
ditentukan metode dan interval pembersihan
5. Untuk mesin yang sama (merek, jenis/type) hanya salah satu yang harus
divalidasi. Jika dalam proses menggunakan rangkaian mesin yang berbeda
secara berkelanjutan (in line machine), masing-masing mesin harus tetap
divalidasi secara terpisah. Jika rangkaian mesin merupakan kombinasi mesin
yang permanen, validasi bisa dilaksanakan bersama-sama.
Batas (nilai) penerimaan metode analisa validasi pembersihan yaitu :
1. Tingkat organoleptik misalnya : nampak optis bersih perhitungan kasar 50
µg dapat terlihat pada area seluas 20 cm2 (visibly clean criterion)
2. Tingkat aktivitas biologis (biological activity levels) misalnya : tidak boleh
> 1/1000 dari dosis terapi minimum harian (minimum daily therapeutic
dose) dalam dosis maksimum harian untuk produk berikut (dosage
criterion).
3. Batas deteksi analisis (analytical detection limits) misalnya : - 10 ppm,
terutama dalam bahan obat yang dosis terapinya tidak dikenal obat jadi atau
bahan aktif tidak boleh mengandung > 10 ppm bahan aktif dari produk
yang diproduksi sebelumnya dalam pabrik (10 ppm criterion)
4. Kriteria cemaran mikroba (cfu)
Untuk peralatan belum ada batas penerimaan yang ditetapkan oleh badan
resmi sehingga diambil pendekatan sesuai dengan ruangan
- untuk ruangan pemeriksaan dilakukan terhadap mikroba dipermukaan dan
mikroba diudara sebagai data penunjang. Secara berkala fasilitas, sistem,
peralatan dan proses termasuk proses pembersihan hendaklah dievaluasi
untuk konfirmasi bahwa validasi masih absah. Jika tidak ada perubahan
yang signifikan dalam status validasinya, kajian data ulang yang
menunjukkan bahwa fasilitas, sistem, peralatan, dan proses memenuhi
persyaratan validasi ulang.
Validasi ulang diperlukan pada kondisi sebagai berikut :
- perubahan sintesis bahan aktif
- perubahan komposisi produk jadi
- perubahan metode analisa

Anda mungkin juga menyukai