Anda di halaman 1dari 36

Bahan Bacaan

Modul 2 Analisa Gender dan Ketidakadilan 1

Bahan Bacaan
Modul 3 Indikator Analisis Gender 5

Bahan Bacaan
Modul 5 Relawan dalam Penanggulangan Kemiskinan 6

Bahan Bacaan
Modul 6 Identifikasi Kebutuhan Belajar 8

Merancang Proses Belajar 10

Bahan Bacaan
Modul 7 Metode Pendidikan Kritis 12

Pemandu Pelatihan Partisipatif 15

Metode Pembelajaran (Membangun Masyarakat Pembelajar,


Handbook Non Formal Adult Education Facilitators) 19

Media Belajar dalam Pelatihan Partisipatif 27

   



Bahan Bacaan | Modul 2

Analisa Gender dan Ketidakadilan


(Disarikan dari buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Dr. Mansour Fakir)

Konsep penting yang harus dipahami dalam rangka membahas masalah kaum perempuan adalah
membedakan antara konsep seks (jenis kelamin-penulis), dan konsep gender. Pemahaman dan
pembedaan antara konsep seks dan gender sangatlah diperlukan dalam melakukan analisis untuk
memahami persoalan-persoalan ketidakadilan sosial yang menimpa kaum perempuan. Hal ini
disebabkan karena ada kaitan yang erat antara perbedaan gender (gender differences) dan
ketidakadilan gender (gender inequalities) dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara lebih
luas. Dengan demikian pemahaman dan pembedaan yang jelas antara konsep seks dan gender
sangat diperlukan dalam membahas ketidakadilan sosial. Maka sesungguhnya terjadi keterkaitan
antara persoalan gender dengan persoalan ketidakadilan sosial lainnya.

Apakah Gender itu?


Sejak beberapa tahun terakhir, kata gender telah memasuki perbendaharaan di setiap diskusi dan
tulisan sekitar perubahan sosial dan pembangunan di dunia ketiga. Dari pengamatan, masih
terjadi ketidakjelasan, kesalahpahaman tentang apa yang dimaksud dengan konsep gender dan
kaitannya dengan emansipasi kaum perempuan. Setidak-tidaknya ada beberapa penyebab
terjadinya ketidakjelasan tersebut. Kata gender dalam bahasa Indonesia dipinjam dari bahasa
Inggris. Kalau dilihat dalam kamus tidak jelas dibedakan antara sex dan gender. Sementara itu,
belum ada uraian yang mampu menjelaskan secara singkat dan jelas mengenai konsep gender
dan mengapa konsep ini penting guna memahami sistem ketidakadilan sosial. Dengan kata lain
timbulnya ketidakjelasan itu disebabkan oleh kurangnya penjelasan tentang kaitan antara konsep
gender dengan masalah ketidakadilan lainnya.
Untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dengan kata seks (jenis kelamin).
Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang
ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, bahwa manusia
jenis laki-laki adalah manusia yang memiliki atau bersifat seperti: laki-laki adalah manusia yang
mempunyai penis, memiliki jakala (kala menjing) dan memproduksi sperma. Sedangkan
perempuan mempunyai alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan,
memproduksi telur, meiliki vagina, dan mempunyai alat menyusui. Alat-alat tersebut secara
biologis melekat pada mansusia jenis perempuan dan laki-laki selamanya. Artinya secara biologis
alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara alat biologis yang melekat pada manusia laki-
laki dan perempuan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau
sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat.
Sedangkan konsep lainnya adalah konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-
laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa
perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki
dianggap: kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dan sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang
dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara
juga ada perempuan yang kuat, rasional, perkasa. Perubahan ciri dan sifat-sifat itu dapat tejadi
dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain. Misalnya saja zaman dahulu di suatu
suku tertentu perempuan lebih kuat dari laki-laki, tetapi pada zaman yang lain dan di tempat
yang berbeda laki-laki yang lebih kuat. Juga perubahan bisa terjadi dari suatu kelas ke kelas
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP 
masyarakat yang berbeda. Di suku tertentu, perempuan kelas bawah di pedesaan lebih kuat
dibandingkan kaum laki-laki. Semua hal yang dapat dipertukarkan antara perempuan dan laki-
laki, yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari tempat ke tempat lainnya,
maupun berbeda dari suatu kelas kepada kelas lainnya, itulah yang dikenal sebagai konsep
gender.
Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki-laki dan perempuan
terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu terbentuknya perbedaan-perbedaan
gender dikarenakan oleh banyak hal, di antaranya dibentuk dan disosialisasikan, diperkuat,
bahkan dikonstruksi secara sosial ataupun kultural. Melalui proses panjang, sosialisasi gender
tersebut akhirnya dianggap menjadi ketentuan Tuhan-seolah-olah bersifat biologis yang tidak bisa
diubah lagi, sehingga perbedaan-perbedaan gender dianggap sebagai kodrat laki-laki dan
perempuan.
Sebaliknya melalui dialektika, konstruksi sosial yang tersosialisasikan secara evolusional dan
perlahan-lahan mempengaruhi biologis masing-masing jenis kelamin. Misalnya, karena konstruksi
sosial gender, kaum laki-laki harus bersifat kuat dan agresif maka kaum laki-laki kemudian
terlatih dan tersosialisasi serta termotivasi untuk menjadi atau menuju ke sifat gender yang
ditentukan oleh suatu masyarakat, yakni secara fisik lebih kuat dan lebih besar. Sebaliknya,
karena kaum perempuan harus lemah lembut, maka sejak bayi proses sosialisasi tersebut tidak
saja berpengaruh kepada perkembangan emosi dan visi serta ideologi kaum perempuan, tetapi
juga mempengaruhi perkembangan fisik dan biologis selanjutnya. Karena proses sosialisasi dan
rekonstruksi berlangsung secara mapan dan lama, akhirnya menjadi sulit dibedakan apakah sifat-
sifat gender itu, dikonstruksi oleh masyarakat atau kodrat biologis yang ditetapkan oleh Tuhan.
Namun, dengan menggunakan pedoman bahwa sifat bisanya melakat pada jensi kelamin tertentu
dan sepanjang sifat-sifat tersebut bisa dipertukarkan, maka sifat tersebut adalah hasil konstruksi
masyarakat, dan sama sekali bukanlah kodrat.
Dalam menjernihkan perbedaan antara seks dan gender ini, yang menjadi masalah adalah,
terjadi kerancuan dan pemutarbalikan makna tentang apa yang disebut seks dan gender. Dewasa
ini terjadi peneguhan pemahaman yang tidak pada tempatnya di masyarakat, dimana apa yang
sesungguhnya gender, karena pada dasarnya konstruksi sosial-justru dianggap sebagai kodrat
yang berarti ketentuan biologis atau ketentuan Tuhan. Justru sebagian besar yang dewasa ini
sering dianggap sebagai ”kodrat wanita” adalah konstruksi sosial dan kultural atau gender.
Misalnya saja sering diungkapkan bahwa mnedidik anak, mengelola dan merawat kebersihan dan
keindahan rumah tangga atau urusan domestik sering dianggap sebagai ”kodrat wanita”. Padahal
kenyataannya, bahwa kaum perempuan memiliki peran gender dalam mendidik anak, merawat
dan mengelola kebersihan dan keindahan rumah tangga adalah konstruksi kultural dalam
masyarakat tertentu. Oleh karena itu, boleh jadi urusan mendidik dan merawat kebersihan rumah
tangga bisa dilakukan oleh kaum laki-laki. Oleh karena jenis pekerjaan itu bisa dipertukarkan dan
tidak bersifat universal, apa yang sering disebut sebagai ”kodrat wanita” atau ”takdir Tuhan atas
wanita” dalam kasus mendidik anak dan mengurus rumah tangga, adalah gender.

Perbedaan Gender Melahirkan Ketidakadilan


Perbedaan gender sebenarnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan
gender (gender inequalities). Namun, yang menjadi persoalan, ternyata perbedaan gender telah
melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum
perempuan. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur di mana laki-laki dan
perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Untuk memahami bagaimana perbedaan gender
menyebabkan ketidakadilan gender, dapat dilihat melalui pelbagai manifestasi ketidakadilan yang
ada. Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam pelbagai bentuk ketidakadilan, yakni:
marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam
keputusan politik, pembentukan stereotipe atau melalui pelabelan negatif, kekerasan (violence),
beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (burden), serta sosialisasi ideologi nilai peran gender.
Manifestasi ketidakadilan gender tidak bisa dipisah-pisahkan, karena saling berkaitan dan

2 Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP


berhubungan, saling mempengaruhi dialektis . tidak ada satupun manifestasi ketidakadilan
gender yang lebih penting, lebih esensial dari yang lain. Misalnya marginalisasi ekonomi kaum
perempuan , yang akhirnya tersosialisasikan dalam keyakinan, ideologi dan visi kaum perempuan
sendiri. Dengan demikian, kita tidak bisa menyatakan bahwa marginalisasi kaum perempuan
adalah menentukan dan terpenting dari yang lain dan oleh karen itu perlu mendapatkan
perhatian lebih. Atau sebaliknya, bahwa kekerasan fisik (violence) adalah masalah yang paling
mendasar yang harus dipecahkan terlebih dahulu.

Gender dan Marginalisasi Perempuan


Proses marginalisasi, yang mengakibatkan kemiskinan, sesungguhnya banyak sekali terjadi dalam
masyarakat dan negara yang menimpa kaum laki-laki dan perempuan, yang disebabkan oleh
pelbagai kejadian, misalnya penggusuran, bencana alam atau proses eksploitasi. Namun ada
salah satu bentuk pemiskinan atas satu jenis kelamin tertentu, dalam hal ini perempuan
disebabkan oleh gender. Ada beberapa perbedaan jenis dan bentuk, tempat dan waktu serta
proses marginalisasi kaum perempuan karena perbedaan gender tersebut. Dari segi sumberdaya
bisa berasal dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, tradisi dan kebiasaan atau
bahkan asumsi ilmu pengetahuan.
Banyak studi telah dilakukan dalam rangka membahas program pembangunan pemerintah yang
menjadi penyebab kemiskinan kaum perempuan. Misalnya, program swa sembada pangan atau
revolusi hijau secara ekonomis telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya sehingga
memiskinkan mereka. Di Jawa misalnya, program revolusi hijau dengan memperkenalkan jenis
padi unggul yang tumbuh lebih rendah, dan pendekatan panen dengan sistem tebang
menggunakan sabit, tidak memungkinkan lagi panenan dengan ani-ani, padahal alat tersebut
melekat dan digunakan oleh kaum perempuan. Akibatnya banyak kaum perempuan miskin di
desa termarginalisasi, yakni semakin miskin dan tersingkir karena tidak mendapatkan pekerjaan
di sawah pada musim panen. Berarti program revolusi hijau dirancang tanpa mempertimbangkan
aspek gender.
Marginalisasi kaum perempuan tidak saja terjadi di tempat pekerjaan, juga terjadi dalam rumah
tangga, masyarakat atau kultur dan bahkan negara. Marginalisasi terhadap perempuan sudah
terjadi sejak di rumah tangga dalam bentuk diskriminasi atas anggota keluarga laki-laki dan
perempuan. Marginalisasi juga diperkuat oleh adat istiadat dan keagamaan. Misalnya banyak
suku-suku di Indonesia yang tidak memberi hak kepada kaum perempuan untuk mendapatkan
hak waris sama sekali.

Gender dan Subordinasi


Pandangan gender ternyata bisa menimbulkan subordinasi terhadap perempuan. Anggapan
bahwa perempuan irrasional atau emosional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin,
beakibat munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting.
Subordinasi karena gender tersebut terjadi dalam segala macam bentuk yang berbeda dari
tempat ke tempat dan dari waktu ke waktu. Di Jawa, dulu ada anggapan bahwa perempuan tidak
perlu sekolah tinggi-tinggi , toh akhirnya akan ke dapur juga. Bahkan, pemerintah pernah
memiliki peraturan bahwa jika suami akan pergi belajar (jauh dari keluarga) dia bisa mengambil
keputusan sendiri. Sedangkan bagi istri yang hendak ke tugas belajar ke luar negeri harus seizin
suami. Dalam rumah tangga masih sering terdengar jika keuangan keluarga sangat terbatas, dan
harus mengambil keputusan untuk menyekolahkan anak-anaknya maka anak laki-laki akan
menadapatkan prioritas utama. Praktik seperti itu sesungguhnya berangkat dari kesadaran
gender yang tidak adil.

Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP 


Gender dan Stereotipe
Secara umum stereotipe adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu.
Celakanya strereotipe selalu merugikan dan menimbulkan ketidakadilan. Salah satu jenis
stereotipe itu adalah yang bersumber dari pandangan gender. Banyak sekali ketidakadilan
terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya perempuan, yang bersumber dari penandaan
(stereotipe) yang dilekatkan kepada mereka. Misalnya, penandaan yang berawal dari asumsi
bahwa perempuan bersolek adalah dalam rangka memancing perhatian lawan jenisnya, maka
setiap ada kasus kekerasan atau pelecehan seksual selalu diakitkan dengan stereotipe ini. Bahkan
jika ada pemerkosaan yang dialami oleh perempuan, masyarakat berkecenderungan
menyalahkan korbannya. Masyarakat memiliki anggapan bahwa tugas utama kaum perempuan
adalah melayani suami. Stereotipe terhadap kaum perempuan ini terjadi di mana-mana. Banyak
peraturan pemerintah, aturan keagamaan, kultur dan kebiasaan masyarakat yang dikembangkan
karena stereotipe tersebut.

Gender dan Beban Kerja


Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat-sifat memelihara dan rajin, serta tidak
cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah
tangga menjadi tanggugnjawab kaum perempuan. Konsekuensinya banyak kaum perempuan
yang harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangganya,
mulai dari membersihkan dan mengepel lantai,memasak, mencuci,mencari air untuk mandi
hingga memelihara anak. Di kalangan keluarga miskin beban yang sangat berat ini harus
ditanggung oleh perempuan sendiri. Terlebih-lebih jika si perempuan tersebut harus bekerja,
maka ia memikul beban kerja ganda.
Bias gender yang mengakibatkan beban kerja tersebut seringkali dieprkuat dan disebabkan oleh
adanya pandangan atau keyakinan di masyarakat bahwa pekerjaan yang dianggap masyarakat
sebagai jenis ”pekerjaan perempuan”, seperti semua pekerjaan domestik, dianggap dan dinilai
lebih rendah dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dianggap sebagai ”pekerjaan lelaki”,
serta dikategorikan sebagai ”bukan produktif” sehingga tidak diperhitungkan dalam statistik
ekonomi negara. Sementara itu kaum perempuan,karena anggapan gender ini, sejak dini telah
disosialisasikan untuk menekuni peran gender mereka. Di lain pihak kaum lelaki tidak diwajibkan
secara kultural untuk menekuni berbagai jenis pekerjaan domestik itu. Kesemuanya ini telah
memperkuat pelanggengan secara kultural beban kerja kaum perempuan.

4 Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP


Bahan Bacaan | Modul 3

   
      

         


   
        

           


   
         

      


 

            




          
     

 
    
    

•   

    •    

 
  

     
    
 
 
 •    

 
  

•    
 
 
     
 

   
 
•    
  
 
 •    

 
  

•    
   
 
    
 

 
  
•    
 
 
 


 
   
 


•        


•    

 
  

       
   

  

       
   

 
     
•    

 
  
 •   
     

 

          
   
 
    

Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP 


Bahan Bacaan | Modul 5

Relawan dalam Penanggulangan Kemiskinan

 Siapakah yang dimaksud dengan “Relawan” ?


Relawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan
nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan/upah ataupun
karier.
 Mengapa Program SELARAS menumbuhkan relawan ?
Kenyataan bahwa hampir di semua masyarakat aktivitas sosial berupa sifat tolong-
menolong sudah sejak lama sering kita jumpai. Salah satunya yang sering kita kenal
adalah “gotong-royong” yang dalam kerelawanan merupakan suatu bentuk tipikal dari
jaring pengaman sosial yang paling utama di masyarakat miskin.
 Kenyataan ini menunjukkan bahwa sesungguhnya modal sosial berupa sifat-sifat
“kerelawanan” di masyarakat sudah ada, kemudian melalui PNPM Mandiri Perkotaan
justru diberikan peluang pada masyarakat untuk menumbuh-kembangkan potensi
modal sosial ini dengan mengaktualisasikan dirinya sebagai relawan.
 PNPM Mandiri Perkotaan merupakan gerakan moral menanggulangi kemiskinan. Hal
ini sangat sejalan dengan fitrah kita sebagai manusia yang sesungguhnya adalah
mahluk sosial yang sifat-sifat utamanya justru ditunjukkan oleh kemampuannya
membantu orang lain sebagai wujud rasa syukur kepada Illahi.
 Siapakah yang dapat menjadi Relawan ?
Semua warga yang secara ikhlas tanpa membeda-bedakan derajat dan status sosial
bersedia mengabdikan dirinya tanpa mengharapkan imbalan ataupun karier dapat
menjadi relawan. Artinya, siapapun dapat menjadi relawan, selama memiliki semangat
dan jiwa kerelawanan. Relawan tidak tergantung dari kelompok masyarakat mana dia
berasal.
 Apa kontribusi Relawan bagi penanggulangan kemiskinan?
Kreatifitas seseorang untuk berkontribusi membantu orang lain sesungguhnya dapat
diwujudkan dengan banyak cara, bahkan mungkin tidak terhitung. Pada dasarnya,
kontribusi yang dapat diberikan oleh relawan adalah semua karunia yang telah
diperolehnya, antara lain:
- Waktu
- Tenaga
- Bakat termasuk kemampuan intelektualitas
- Harta
 Apa peran Relawan dalam menanggulangi kemiskinan ?
Peran utama para relawan adalah sebagai “Agen perubahan” atau “Agen Pembaruan” di
masyarakat yang berfungsi mempercepat terjadinya proses penanggulangan kemiskinan.
Membangun masyarakat adalah misi utama relawan dalam menanggulangi kemiskinan,
yang secara khusus melalui PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan dengan berbagai aktivitas

6 Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP


pendampingan masyarakat (terutama KSM, BKM dan UP-UP). Beberapa aktivitas yang
dapat dilakukan oleh para relawan ini antara lain :
 Peningkatan kapasitas (capacity building) bagi masyarakat, terutama masyarakat
miskin dengan memberikan bimbingan dan pelatihan (coaching and training).
 Memberikan bantuan teknis bagi masyarakat yang dibutuhkan dalam menjalani
rangkaian siklus proses pelaksanaan Program SELARAS.
 Membangun jaringan kerja dan jaringan sumberdaya, sebagai upaya membuka ruang
dan akses masyarakat pada informasi, teknologi, kapital, dll.
 Melakukan upaya-upaya mobilisasi sumberdaya, sehingga berbagai upaya
penanggulangan kemiskinan dapat secara efektif terselenggara bersama masyarakat.
 Motor Penggerak Perempuan
Para relawan pun ikut berperan mendorong tumbuhnya komunitas belajar kelurahan
(KBK), yang dimulai dengan membangun kelompok-kelompok diskusi diantara para
relawan, kemudian mengikutsertakan pihak-pihak lain yang peduli baik dari kalangan
pemerintah kelurahan/desa, maupun lembaga sosial atau kemasyarakatan yang ada di
lingkungan kelurahan/desa. Dengan demikian upaya kajian atau pembelajaran mengenai
berbagai hal pembangunan masyarakat, terutama penanggulangan kemiskinan dapat
terus berlangsung di masyarakat. Artinya, masyarakat secara dinamis terus
meningkatkan kapasitasnya, dan proses belajar menjadi budaya komunitas.

 Bagaimana Program SELARAS membuka peluang menumbuhkan Kerelawanan


?
 Sejak awal, setiap tahapan siklus, dan setiap saat dibuka kesempatan seluas-luasnya
bagi relawan melalui Pendaftaran Relawan.
 Program SELARAS secara sengaja membuka ruang pengabdian yang dapat diisi oleh
para Relawan, merintis belajar mandiri melalui pengembangan Komunitas Belajar
Kelurahan, pendampingan dalam pengembangan KSM, beraktivitas secara gotong-
royong, membangun semangat kebersamaan dalam menyikapi kemiskinan.
 Sebagai penggerak Perempuan terutama perempua miskin.

 Bagaimana memelihara Semangat dan Jiwa Kerelawanan?


Dalam rangka keberlanjutan program penanggulangan kemiskinan di masyarakat maka
peran para relawan menjadi sangat penting, terutama untuk terus menjaga dinamika
masyarakat. Kondisi yang perlu terus dipertahankan bagi keberadaan peran para relawan
ini adalah dengan terus memelihara semangat dan jiwa kerelawanannya. Hasilnya adalah
semakin tumbuhnya kebersamaan (social cohesion), yang merupakan dampak positif
dari tindakan kerelawanan.
Baik atas prakarsa pemerintah maupun prakarsa BKM/LKM bersama unsur perangkat
kelurahan/desa perlu terus (i) Membangun jejaring kebersamaan, (ii) peningkatan
kapasitas, (iii) mengupayakan penghargaan dan pengakuan dari Pemda.
Salah satu komponen penting bagi keberlanjutan peran para relawan dalam
penanggulangan kemiskinan adalah dengan ”manajemen relawan” melalui: perencanaan,
pelaksanaan, dan monitoring aktivitas kerelawanan secara terbuka dan bertanggung
jawab (prinsipnya: transparansi dan akuntabilitas).
Dengan demikian hasil kerja para relawan ini menjadi semakin nyata dan berarti di
masyarakat.

Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP 


Bahan Bacaan | Modul 6

Identifikasi Kebutuhan Belajar

(Diadaptasi dari Membangun Masyarakat Pembelajar – UNESCO & SPPM)

Pada proses awal pengembangan BKM/LKM, UP & relawan, kita harus memastikan adanya
anggota – anggota yang berminat untuk mengikuti kegiatan. Untuk menjaring anggota tentu saja
keberadaan BKM/LKM, UP & relawan harus diinformasikan kepada warga masyarakat sehingga
siapapun bisa menjadi anggota dan dapat belajar bersama – sama di dalam BKM/LKM, UP &
relawan, baik perempuan maupun laki – laki, dewasa maupun anak – anak.

Setelah terjaring anggota, undanglah mereka dalam pertemuan untuk menentukan kebutuhan
belajar apa untuk masing – masing anggota yang berhubungan dengan masalah – masalah
kesejahteraan keluarga seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan dan sebagainya. Hal
ini penting untuk mengetahui apa sebenarnya masalah – masalah, kebutuhan – kebutuhan serta
yang mereka harapkan dari kegiatan belajar dari para anggota. Selain hal tersebut, penting pula
untuk diketahui kemampuan keaksaraan, tingkat pendidikan dan kondisi – kondisi lainnya dari
anggota . Dengan mengetahui hal – hal tersebut, maka kita akan dengan mudah menentukan
dan merancang materi – materi belajar untuk masing – masing kelompok.

Identifikasi kebutuhan belajar dilakukan untuk mengetahui masalah dan kebutuhan warga belajar
sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan kemudian lebih efektif.

Proses pembelajaran bersama masyarakat akan efektif bila :


 Materi yang dipelajari sesuai dengan minat dan kebutuhan hidup sehari – hari
 Materi yang dipelajari menyelesaikan masalah paling penting dalam hidup warga
 Materi atau pengetahuan baru agar bisa langsung dipraktekan masyarakat.

Cara Identifikasi Kebutuhan Belajar

Daftar masalah, kebutuhan dan tingkat kemampuan warga belajar ternyata banyak dan beragam.
Biasanya akan terjadi kesulitan bagi kita untuk menyusun materi belajar yang bisa merangkum
seluruh harapan anggota. Diskusi bersama untuk menentukan kebutuhan belajar bisa dilakukan
dengan mendaftar kebutuhan masing – masing. Apabila anggota BKM/LKM, UP & relawan relatif
banyak (lebih dari 10 orang), di dalam pertemuan mintalah anggota BKM/LKM, UP & relawan
untuk berkelompok dan mendiskusikan dan memilih kebutuhan belajar. Setelah selesai diskusi
dalam kelompok kemudian bahas bersama apakah ada kebutuhan yang sama dari setiap
kelompok ataukah ada yang berbeda. Buatlah tabel untuk memudahkan diskusi dan
mendapatkan daftar kebutuhan belajar.

Masalah Keluarga Kebutuhan Belajar Kelompok Yang Membutuhkan


Kalau musim hujan Pencegahan terhadap Ibu – ibu dan bapak – bapak
terjadi wabah diare diare
Pengobatan

Ibu – ibu tidak bisa Belajar aksara Ibu – ibu


baca tulis
Dsb

8 Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP


Memprioritaskan Kebutuhan Belajar

Dalam identifikasi kebutuhan, pastinya akan banyak sekali kebutuhan yang muncul dan tidak
semuanya bisa dibahas dalam proses belajar yang akan dilaksanakan. Biasanya tidak semua
kebutuhan satu kelompok merupakan kebutuhan kelompok lainnya. Kadang – kadang ada
kebutuhan yang dirasakan sama oleh beberapa anggota kelompok sekaligus. Buatlah prioritas
kebutuhan belajar bersama – sama, para anggota lah yang mempertimbangkan, menyeleksi dan
menentukan kebutuhan – kebutuhan tersebut.

Seluruh masalah yang sudah diseleksi bisa dibagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu masalah –
masalah strategis dan masalah – masalah praktis. Masalah strategis adalah masalah yang
membutuhkan pemecahan jangka panjang. Masalah praktis adalah masalah – masalah yang
mendesak, serta membutuhkan penanganan jangka pendek untuk memecahkannya.

Contoh ;

Daftar Masalah Strategis Daftar Masalah Praktis


Tidak Punya usaha sampingan Kesehatan anak tidak baik
Perempuan tidak punya suara di Hama padi tidak bisa dikendalikan
desa/kelurahan
Tingginya pengangguran Banyak ibu meninggal sewaktu melahirkan
Jalan desa rusak Anak –anak muda tidak hormat kepada orang
tua
Harga pupuk dan bibit padi terlalu mahal Jumlah anak terlalu banyak

Dari hasil identifikasi di atas, kemudian kita bisa menentukan materi pembelajaran apa yang
diperlukan. Buatlah daftar materi belajar yang diperlukan dan siapa saja yang membutuhkan
materi belajar tersebut.

Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP 


Merancang Proses Belajar

Rencana belajar penting untuk dibuat, ini akan membantu kita untuk mengelola langkah demi
langkah kegiatan pembelajaran. Sebuah rencana belajar, sekurang – kurangnya berisi uraian rinci
tentang topik, tujuan, metode, media, rencana evaluasi, jumlah pertemuan, tempat dan waktu
pertemuan, dan lain – lain yang dipandang perlu.

Ada dua hal yang harus dilakukan dalam merancang proses belajar , yang pertama menyusun
rencana belajar bersama anggota BKM/LKM, UP & relawan. Kedua Menyiapkan bahan dan alat
yang diperlukan guna mendukung proses belajar nantinya.

Rencana Belajar

Rencana belajar, sebaiknya disusun bersama – sama dengan anggota BKM/LKM, UP & relawan.
Setiap kebutuhan belajar yang sudah diidentifikasi sebelumnya dirinci topiknya, tujuan
belajarnya, metodenya, media yang akan digunakan serta rencana evaluasinya.

Contoh :

Kebutuhan Prioritas 1 : Pencegahan dan Penanganan Kesehatan Anak

Tujuan  Warga paham penyebab muntaber


 Warga paham cara penularan muntaber
 Warga bisa menghitung harga obat-obatan muntaber
 Warga terampil melakukan pencegahan dan penanganan
muntaber
Topik  Apakah muntaber itu?
 Sebab – sebab penyakit muntaber
 Cara – cara penularan penyakit muntaber
 Cara pencegahan dan penanganan penyakit muntaber
Metode dan Alat Bantu  Metode : Bermain peran, diskusi kelompok, curah
pendapat, dll
 Alat bantu : buku, brosur kesehatan, gambar, kartu
metaplan, papan tulis dan sebagainya
Waktu 8 kali pertemuan dalam 1 tahun
Narasumber Dinas kesehatan

10 Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP


Kebutuhan Prioritas 2

Tujuan

Topik

Metode dan Alat bantu

Rencana evaluasi

Waktu

Tempat

Buatlah tabel – tabel rencana belajar berdasarkan prioritas belajar yang sudah ditentukan
sebelumnya.

Dalam menentukan rencana belajar, kita harus mengingat beberapa hal penting, antara lain :
 Satu masalah prioritas tidak selalu dirinci menjadi 1 topik belajar. Kadang – kadang kita
diharuskan memperinci satu masalah yang kompleks menjadi beberapa topik.
 Satu topik tidak selalu memerlukan waktu 1 kali pertemuan. Seringkali, apalagi jika topik
tersebut menyangkut masalah yang sulit atau tujuannya terfokus kepada perubahan
sikap/perilaku warga belajar, memerlukan waktu lebih dari 1 kali pertemuan. Dalam hal
ini kita harus selalu mempertimbangkan waktu belajar warga yang kadang – kadang
hanya 2 – 3 jam.

Persiapan

Sebelum proses belajar dimulai, berdasarkan kepada rencana yang sudah dibuat maka kita harus
mempersiapkan bahan – bahan dan segala sesuatu yang yang diperlukan untuk mendukung
kelancaran proses belajar.

Beberapa hal yang harus disipakan adalah :


 Mencari infromasi dan menghubungi narasumber yang berhubungan dengan topik yang
akan dibahas, misalnya untuk topik kesehatan anak bisa meminta dokter puskesmasa
atau bidan desa.
 Mengemas infromasi yang diperoleh dari narasumber menjadi bahan belajar
 Menyiapkan media dan alat yang dibutuhkan
 Mencek kesiapan tempat kegiatan belajar.

Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP 


Bahan Bacaan | Modul 7

Metodologi Pendidikan Kritis

Filsapat Freire bertolak dari kehidupan nyata, bahwa di dunia ini sebagian besar manusia
menderita sedemikian rupa – sementara sebagian lainnya menikmati jerih payah orang lain
dengan cara – cara yang tidak adil, dan kelompok yang menikmati ini justru bagian minoritas
umat manusia. Dilihat dari segi jumlah saja menunjukkan bahwa keadaan tersebut
memperlihatkan kondisi yang tidak berimbang, tidak adil. Persoalan itu yang disebut Freire
sebagai ’situasi penindasan’.

Bagi Freire, penindasan atau apapun nama dan apapun alasannya, adalah tidak manusiawi,
sesuatu yang menafikan harkat kemanusiaan (dehumanisasi). Dehumanisasi bersifat mendua,
dalam pengertian terjadi atas diri mayoritas kaum tertindas maupun atas diri minoritas kaum
penindas. Keduanya menyalahi kodrat manusia sejati. Mayoritas kaum tertindas menjadi tidak
manusiawi karena hak – hak asasi mereka dinistakan, karena mereka dibuat tidak berdaya dan
dibenamkan dalam kebudayaan bisu . adapun minoritas kaum penindas menjadi tidak manusiawi
karena telah mendustai hakekat keberadaan dan hati nurani sendiri dengan memaksakan
penindasan bagi manusia sesamanya.

Freire melihat penindasan juga terjadi dalam proses pendidikan selama ini, yang disebutnya
sebagai ”banking concept of education”. Murid dalam proses pendidikan model bank yang
dipraktekan di sekolah – sekolah lebih menjadi objek pendidikan, mereka pasif dan hanya
mendengar, mengikuti dan mencontoh para guru. Proses pendidikan seperti itu bagi Freire tidak
saja bersifat menjinakkan, tetapi bahkan lebih jauh merupakan proses dehumanisasi dan
penindasan.

Dalam konsep pendidkan di atas, anak didik dianggap sebagai objek investasi dan sumber
deposito potensial. Depositor atau investornya adalah para guru yang mewakili lembaga –
lembaga kemasyarakatan mapan dan berkuasa., sementara depositnya adalah berupa ilmu
pengetahuan yang diajarkan kepada anak didik. Anak didikpun lantas diperlakukan sebagai
”bejana kosong” yang akan diisi, sebagai sarana tabungan atau penanaman ’modal ilmu
pengetahuan’ yang akan dipetik hasilnya kelak. Jadi guru adalah subjek aktif, sedang anak didik
adalah obyek yang pasif yang penurut, dan diperlakukan tidak berbeda atau menjadi bagian dari
relaitas dunia yang diajarkan kepada mereka., sebagai obyek ilmu pengehtahuan teoritis yang
tidak berkesadaran. Pendidikan akhirnya bersifat negatif dimana guru memberi informasi yang
harus ditelan oleh murid, yang wajib diingat dan dihapalkan. Secara sederhana Freire menyusun
daftar antagonisme pendidikan ”gaya bank” sebagai berikut :

 Guru mengajar, murid belajar


 Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa – apa
 Guru berpikir, murid dipikirkan
 Guru bicara, murid mendengarkan
 Guru mengatur, murid diatur
 Guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menuruti
 Guru bertindak, murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan
gurunya
 Guru memilih apa yang akan diajarkan, murid menyesuaikan diri
 Guru mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan dengan kebebasan murid-murid

12 Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP


 Guru adalah subyek proses belajar, murid obyeknya.

Oleh karena itu, guru yang menjadi pusat segalanya, maka merupakan hal yang lumrah saja jika
murid-murid kemudian mengidentifikasi diri seperti gurunya sebagai prototip manusia ideal yan
harus ditiru dan digugu, harus diteladani dalam semua hal. Implikasinya adalah bahwa pada
saatnya nanti murid – murid akan benar – benar menjadikan diri mereka sendiri sebagai duplikasi
guru mereka dulu, dan pada saat itulah akan lahir lagi generasi baru manusia – manusia
penindas. Jika di antara mereka ada yang menjadi guru atau pendidik, maka daur penindasan
akan segera dimulai dalam dunia pendidikan, dan demikian seterusnya. Sistem pendidikan,
karena itu, menjadi sarana terbaik untuk memelihara keberlangsungan status quo sepanjang
masa, bukan menjadi kekuatan penggugah ke arah perubahan dan pembaharuan.

Bagi Freire, sistem pendidikan sebaliknya justru harus menjadi kekuatan penyadar dan pembebas
umat manusia. Oleh karena itu Freire selanjutnya mengembangkan suatu pendidikan yang tidak
saja mentransformasikan hubungn guru dan murid yang kebih membebaskan, serta meletakkan
dasar konsep pendidikan yang justru memposisikan murid sebagai subjek pendidikan dengan
tidak saja memperkenalkan berbagai metodologi dan praktek hubungan pendidikan yang bersifat
membebaskan, namun juga membangkitkan kesadaran kritis warga belajar terhadap ketidak
adilan sistemik.

Sistem pendidikan pembaharu ini, kata Freire adalah, pendidikan untuk pembebasan – bukan
untuk penguasaan (dominasi). Pendidikan harus menjadi proses pemerdekaan, bukan penjinakan
sosial budaya. Pendidikan bertujuan menggarap relaitas manusia, dan karena itu secara
metodologis bertumpu di atas prinsip – prinsip aksi dan refleksi. Prinsip ’praxis’ menjadi kerangka
dasar sistem pendidikan Paulo Freire. Praxis adalah ’manunggal karsa, kata dan karya’ karena
manusia adalah kesatuan dari fungsi berfikir, berbicara dan berbuat. Setiap waktu dalam
prosesnya, pendidikan ini merangsang ke arah diambilnya suatu tindakan, kemudian tindakan
tersebut direfleksikan kembali, dan dari refleksi itu diambil tindakan yang lebih baik. Anak didik
menjadi subyek yang belajar, subyek yang bertindak dan berpikir, dan pada saat bersamaan
berbicara menyatakan hasil tindakan dan buah pikirannya. Begitu juga sang guru.

Jadi keduanya (murid dan guru saling belajar satu sama lain, slaing memanusiaakn. Dalam proses
ini, guru mengajukan bahan untuk dipertimbangkan oleh murid dan pertimbangan sang guru
sendiri diuji kembali setelah dipertemukan dengan pertimbangan murid-murid, dan sebaliknya.
Hubungan keduanyapun menjadi sumyek – subyek, bukan obyek – obyek. Obyek mereka adalah
realita. Maka terciptalah susasna dialogis yang bersifat inter subyek untuk emmahami suatu
obyek bersama.

Proses Pendidikan Kritis


Suatu penyelenggaraan belajar mengajar, merupakan proses pendidikan kritis – harus
mencerdaskan sekaligus bersifat membebaskan pesertanya untuk menjadi pelaku (subjek)
utama, bukan sasaran perlakuan (objek) dari proses tersebut.

Ciri – ciri Pokok :


Belajar dari pengalaman (relaitas kehidupan); yang dipelajari bukan ’ajaran’ (teori,
pendapat, kesimpulan, wejangan, nasehat, dsb) dari seseorang , tetapi keadaan nyata
masyarakat atau pengalaman seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam keadaan
nyata tersebut. Akibatnya, tidak ada otoritas pengetahuan seseorang lebih tinggi dari yang
lainnya. keabsahan pengetahuan seseorang ditentukan oleh pembuktiannya dalam realitas
tindakan atau pengalaman langsung, bukan pada retorika teoritik atau ’kepintaran omong’nya.

Tidak menggurui; karena itu, tak ada ”guru” dan tak ada ”murid yang digurui”. Semua orang
yang terlibat dalam proses pendidikan ini adalah ”guru sekaligus murid” pada saat yang
bersamaan.

Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP 


Dialogis; karena tidak ada lagi guru atau murid, maka proses yang berlangsung bukan lagi
proses ”mengajar – belajar” yang bersifat satu arah, tetapi proses ”komunikasi” dalam berbagai
bentuk kegiatan (diskusi kelompok, bermain peran, dsb) dan media (peraga, grafika, audio visual,
dsb) yang lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antar semua orang yang terlibat dalam
proses pelatihan tersebut.

Agar tetap pada asas – asas pendidikan kritis yang menjadi landasan filosofinya, maka panduan
proses belajar harus disusun dalam pelaksanaannya dalam suatu proses yang dikenal sebagai
”daur belajar (dari) pengalaman yang distrukturkan”. Proses belajar ini memang sudah teruji
sebagai suatu proses belajar yang juga memenuhi semua tuntutan atau prasyarat pendidikan
kritis, terutama karena urutan prosesnya memang memungkinkan bagi setiap orang untuk
mencapai pemahaman dan kesadaran atas suatu realitas sosial dengan cara terlibat (partisipasi),
secara langsung maupun tidak langsung, sebagai bagain dari realitas tersebut.

Pengalaman keterlibatan inilah yang memungkinkan setiap orang mampu melakukan :

Rangkai – ulang (rekonstruksi) : yakni menguraikan kembali rincian (fakta, unsur – unsur,
urutan kejadian,dll) dari realitas tersebut. Pada tahap ini juga bisa disebut proses mengalami;
karena proses ini dimulai dengan penggalian pengalaman dengan cara melakukan kegiatan
langsung. Dalam proses ini partisipan terlibatkan dan bertindak atau berperilaku mengikuti suatu
pola tertentu. Apa yang dilakukan dan dialaminya adalah mengerjakan, mengamati, melihat dan
mengatakan sesuatu. Pengalaman itulah yang pada akhrinya menjadi titik tolak proses belajar
selanjutnya.

Ungkapan; setelah mengalami, maka tahap berikutnya yang penting yakni proses
mengungkapkan dengan cara menyatakan kembali apa yang sudah dialaminya, bagaimana
tanggapan, kesan atas pengalaman tersebut.

Kaji-urai (analisis); yakni mengkaji sebab akibat dan kemajemukan kaitan – kaitan
permasalahan yang ada dalam relaitas tersebut – yakni tatanan, aturan, sistem, yang menjadi
akar persoalan.

Kesimpulan; yakni merumuskan makna hakekat dari realitas tersebut sebagai suatu pelajaran
dan pemahaman atau pengertian baru yang lebih utuh, berupa prinsip – prinsip berupa
kesimpulan umum (generalisasi) dari hasil pengkajian atas pengalaman tersebut. Dengan
menyatakan apa yang dialami dan dipelajari dengan cara seperti ini akan membantu untuk
merumuskan, merinci dan memperjelas hal – hal yang telah dipelajari.

Tindakan; tahap akhir dari daur belajar ini adalah memutuskan dan melaksanakan tindakan –
tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru atas realitas
tersebut, sehingga sangat memungkinkan pula untuk menciptakan relaitas-relaitas baru yang
juga lebih baik. Langkah ini bisa diwujudkan dengan cara merencanakan tindakan dalam rangka
penreapan prinsip-prinsip yang telah disimpulkan.

Proses pengalaman belumlah lengkap, sebelum ajran bru, atau penglaman baru, penemuan baru
dilaksanakan dan diuji dalam perilaku yang sesungguhnya. Tahap inilah bgian yag bersifat
”eksperimental”. Tentu saja proses pentrapan pun akan menjadi suatu pengalaman tersendiri
pula dan dengan pengalaman baru itulah daur proses inipun akan dimulai dari awal lagi dan
seterusnya.

14 Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP


PEMANDU PELATIHAN PARTISIPATIF

Pengertian Pemandu

Seorang Guru mengajarkan ilmu kepada muridnya. Seorang Pelatih melatihkan keterampilan
kepada peserta pelatihan. Apakah yang dilakukan oleh seorang Pemandu (Fasilitator)? .

Pemandu (Fasilitator) :
 Mengajarkan ilmu
 Melatihkan keterampilan
 Tetapi dengan cara yang tidak menggurui
Pemandu menciptakan suasana dan situasi yang memungkinkan peserta belajar :
 Mendapatkan pengalaman baru, atau
 Menata kembali pengalaman lama, baik itu sikap, pengetahuan maupun keterampilan,
yang dimilikinya dengan cara baru
 Sehingga peserta belajar tergugah untuk mencoba perubahan sikap dan perilakunya.

Sikap seorang Pemandu

Seorang Pemandu harus mempunyai sikap – sikap yang mendukung perannya sebagai pengelola
kegiatan belajar, yaitu :

 Mempunyai Emphaty, atau kesediaan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh peserta
serta memahami jalan pikiran peserta (terutama hambatan –hambatan belajar yang
dialaminya)
 Bersikap wajar atau tidak mencoba tampil dengan rasa lebih pintar dan lebih hebat.
Tampilkan diri sebagaimana adanya. Jangan menjadi orang lain.
 Menunjukkan rasa hormat (menghargai) atau respek. Berpandangan positif terhadap
semua peserta, menghargai pengetahuan, pengalaman, tradisi, atau kepercayaan yang
dianut peserta.
 Hadir secara utuh, walaupun kadang – kadang merasa letih dan jenuh, tetap
memusatkan perhatian kepada peserta dan suasana serta situasi belajar.

 Mengakui kehadiran setiap peserta, tidak terkecuali yang lamban atau cepat belajar, yang
tua atau yang muda, laki – laki atau perempuan, yang memiliki kedudukan atau bukan.
 Bersikap terbuka dalam mendengarkan pendapat dan komentar peserta, tanpa
memberikan penilaian dengan ukuran atau konsep Pemandu sendiri. Pemandu juga harus
siap untuk menerima perbedaan pendapat.
 Tidak menggurui, sebab orang dewasa punya harga diri yang tinggi, jadi seringkali tidak
suka digurui.
 Tidak (seolah – olah) menjadi ahli/pakar dalam segala bidang. Jika tidak tahu tentang
sesuatu permasalahan, berterus terang. Beri peluang kepada peserta untuk
mengungkapkan pengetahuaannya.
 Tidak menginterupsi atau memotong pembicaraan peserta karena tidak sabar. Jika
menemui peserta yang bertele – tele, kendalikan dengan taktis. Cari waktu dimana ia
menarik nafas, pada saat itulah Pemandu bisa masuk.

Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP 


 Tidak berdebat dengan satu orang peserta. Jika ada peserta yang menyanggah jawaban
Pemandu, jadikanlah diskusi umum atau lemparan pendapat dan sanggahan tersebut
kepada peserta lainnya.

Sikap Tubuh Pemandu

Pemandu merupakan pusat perhatian dan pandangan dari seluruh peserta, karena itu, sikap
tubuh dan gerakan Pemandu juga berpengaruh terhadap proses belajar. Berikut ini adalah saran-
saran untuk sikap tubuh Pemandu yang baik :

 Bervariasi dalam sikap tubuh agar menghilangkan kebosanan. Jangan duduk terus
menerus, dan jangan berdiri di satu tempat saja.
 Pandangan mata harus penuh perhatian dan merata kepada semua peserta secara
bergantian (adil). Jangan hanya memperhatikan peserta tertentu saja, misalnya yang
cantik atau selalu mendukung Pemandu.
 Tangan jangan digerakkan sembarangan. Menuding atau menunjukkan telunjuk kepada
(muka) orang lain, seringkali dianggap tidak sopan di dalam budaya Indonesia.
Gerakkanlah tangan dengan wajar dan leluasa, tetapi bermakna.
 Langkah harus tampak mantap dan mempunyai tujuan. Jangan kelihatan bergerak
dengan bingung.
 Senyuman harganya lebih dari satu juta rupiah. Tapi, Pemandu harus tahu kapan
melontarkan senyuman dan kapan harus mencerminkan muka serius. Hanya, jangan
pernah berwajah marah atau galak.
 Berpakaian sewajarnya dan sopan sesuai dengan lingkungan peserta. Sesuaikan diri
dengan peserta.

Karakteristik Seorang Pemandu

Mutu pribadi dan keunggulan sifat apa saja yang diperlukan untuk menjadi seorang Pemandu
yang efektif ?

 Penguasaan tentang topik bahasan. Ini sudah mutlak. Collen Stafford yang sering
menyelenggarakan latihan mengenai pengorganisasian masyarakat dan kepemimpinan,
percaya bahwa ”pelatih terbaik adalah mereka yang membuat anda merasa bahwa
pengetahuannya tentang topik bahasan bersangkutan sepuluh kali lipat luasnya dari pada
yang disampaikannya. Dan pada kahir latihan anda masih mengharapkan belajar lebih
banyak darinya”. Dengan kata lain, sebagai pelatih anda menciptakan suatu kesan bahwa
anda telah mempelajari dan mempersiapkan topik bahasan secara mendalam, sehingga
anda sanggup meliput segala pandangan yang berbeda dan segala nuansa serta mampu
manyajikan inti persoalan dan membuat kesimpulan. Dengan menguasai sepenuhnya
suatu topik bahasan, berarti anda menambah rasa tenang dan membangun rasa percaya
diri.

 Rasa ingin tahu. Sama pentingnya dengan memiliki pengetahuan mendasar tentang
topik bahasan adalah hasrat untuk terus menerus belajar dan menambah pengetahuan
tentang suatu topik atau bahan bahasan. Bila ada pertanyaan peserta yang tidak bisa
anda jawab, jangan segan – segan mengatakan : ”Saya tidak tahu, tapi saya akan
mencoba mencarikan jawaban pertanyaan anda itu”. Hendaknya anda terus berupaya
meningkatkan mutu penyajian/mengajar dengan mengemukakan bahan atau informasi
yang paling baru. Bacalah buku – buku atau referensi lain yang relevan, maka anda akan
menumbuhkan citra dinamis dan mutakhir, sehingga tidak ketinggalan jaman.

 Sikap anthusias atau bersemangat. Masih ingat sewaktu anda harus menguap dan
menutup mulut anda dengan tangan susah payah karena menahan rasa kantuk yang

16 Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP


ditimbulkan oleh cara guru anda mengajar dengan tidak bersemangat dan itu terlihat dari
kata – kata yang diucapkannya. Dan sebaliknya, ada juga guru yang begitu bersemangat
sehingga memaksa anda untuk memperhatikan pelajaran itu, apalagi jika dibawakan
dengan penuh semngat pula. Padahal anda tidak menyukai mata pelajaran itu, apalagi
jika dibawakan oleh guru yang pertama.

 Kepercayaan atau keyakinan diri. Jika anda belum mempunyai kepercayaan diri yang
penuh, pada mulanya mungkin anda harus berpura – pura dulu percaya diri. Dengan
bertambahnya pengalaman dan melatih, kepercayaan diri akan tumbuh dengan
sendirinya. Suatu saat orang – orang alan sering menyebut anda sebagai orang yang
mahir melatih, maka lambat laun anda akan benar – benar menjadi pakar pelatih.

 Rasa humor. Bukan berarti anda harus menjadi Charlie Chaplin atau Jojon, atau orang
yang mahir menceritakan lelucon, tetapi kemampuan anda untuk secara spontan
mengalihkan komentar peserta latihan, atau memperjelas keterangan anda dengan
ilustrasi kisah yang mengandung humor/lucu. Apapun topik bahasannya, sekedar humor
dapat menyedapkan dan membuat sajian pelajaran anda lebih jelas dan segar diterima
peserta latihan. Tertawa dapat melepaskan ketegangan peserta, dan juga menenangkan
diri anda sendiri. Humor juga dapat menarik perhatian orang. Makin berat suatu bahasan
pelajaran, maka semakin diperlukan selingan homur.

 Keluwesan. Para Pemandu seringkali mengemukakan betapa pentingnya membaca atau


memahami peserta. Anda harus mengetahui kapan harus meneruskan, membelokan atau
meberhentikan suatu bahasan atau pelajaran. Jangan membatasi diri anda dengan waktu
atau pokok bahasan yang telah ditetapkan di dalam petunjuk atau prosedur melatih.
Sekedar memaksakan isi dan mentaati prosedur saja tidak akan efektif dalam membantu
orang dewasa belajar. Seorang pelatih yang mahir mempunyai setumpuk akal untuk
menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan dan luwes. Pikrian yang tanggap
dan mempersiapkan rencana cadangan akan membantu anda bersikap tenang apabila
aral menghalang, atau terjadi halangan secara mendadak. Misalnya, sewaktu anda harus
mempertontonkan film sepanjang 30 menit, tiba – tiba proyektornya macet. Padahal
pertunjukan baru seperempatnya yang diputarkan. Apa yang akan anda lakukan? Panik?
Jangan! Anda bukan hanya harus tanggap terhadap terhadap bencana demikian, anda
juga harus siap memecahkannya.

 Bersandiwara (memainkan peran). Apakah seorang pemain yang tidak dinamis


dapat menjadi pelatih yang baik? Ini hal yang mustahil. Akan tetapi tidak berarti anda
harus ”ramai” dan terlalu ”agresif”. Banyak aktor dan aktris yang sehari – harinya di
depan kamera menjadi orang periang dan kuat di hadapan penonton atau di atas
panggung. Dalam banyak hal, melatih suatu program latihan mirip dengan penampilan di
atas pentas. Anda menghapalkan kalimat-kalimat atau dialog skenario terpenting yang
akan diucapkan dan berulang – ulang menyampaikan fakta dan lelucon yang memukau
penonton. Anda menggunakan ekspresi wajah, nada suara, serta gerakkan tubuh, persis
seperti aktor, untuk memberi penekanan atas apa yang ingin disampaikan kepada
peserta pelatihan.

 Stamina dan kesiapan fisik. Berdiri di hadapan peserta latihan dan berbicara berjam –
jam bahkan mendengarkan, menampung dan menanggapi komentar serta menjawab
pertanyaan, sungguh merupakan pekerjaan yang meletihkan fisik dan mental/emosi.
Tubuh anda memompakan banyak adrenalin untuk mempertahankan tenaga sampai
session latihan usai. Tetapi dapat diduga, setelah itu anda akan lunglai. Mata anda akan
memerah dan terasa sepat. Kepala terasa pusing. Tubuh akan terasa penat. Jadi jika
anda melatih seharian penuh, jangan membuat rencana yang terlalu padat dan berat
pada petang dan malam harinya. Makan dan tidur saja sudah cukup.

Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP 


 Bermuka badak atau tebal kulit muka. Seperti juga dialami seorang aktor. Anda
sebagai pelatih akan mendapat beberapa kritik buruk, dan anda tidak bisa atau tidak
boleh terlalu peka. Oleh karena itu anda harus banyak belajar tahan menghadapi kritikan
dan kecaman. Bagaimanapun pandainya anda, tidak mungkin anda dapat memuaskan
semua peserta. Manusia tidak sama satu dengan yang lainnya. Dalam setiap pelatihan,
sudah pasti ada sebagian orang yang bosan atau tidak mengacuhkan anda, bahkan
mungkin ada yang sinis atau memusuhi. Jadi bersiaplah untuk menghadapi kenyataan
seperti itu. Sebagai pelatih, jangan anda mengambil kritikan itu sebagai sentimen pribadi.

18 Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP


METODE PEMBELAJARAN
(Membangun Masyarakat Pembelajar,Handbook Non Formal Adult
Education Facilitators)

Pengantar

Metode dapat diartikan sebagai cara untuk memperoleh atau mencapai sesuatu. Metode belajar
adalah cara – cara yang lazim digunakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu., baik
peningkatan pengetahuan, perubahan sikap maupun keterampilan.

Memfasilitasi orang dewasa belajar tidaklah semudah memfasilitasi anak-anak. Orang dewasa
tidaklah seperti gelas kosong yang dapat dengan mudah kita isi sesuatu, orang dewasa ibara
gelas yang sudah terisi bahkan mungkin sudah terisi penuh, mereka tidak memiliki pengalaman
sebelumnya juga cara – cara tersendiri untuk belajar.

Proses belajar bagi orang dewasa secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :

Pengalaman
nyata

Penerapan/ Pengamatan
Ujicoba dan refleksi

Konseptualisasi

Diagram di atas dapat dijelaskan, bahwa pada umumnya orang dewasa belajar melalui 4
tahapan proses yaitu pengalaman nyata, pengamatan dan refleksi, konseptualisasi , penerapan
dan seterusnya. Tetapi setiap orang sering melalui tahap yang berbeda – beda. Ada yang belajar
dimulai dari pengalaman nyata, ada yang dimulai dari pengamatan, dan seterusnya. Jadi, proses
belajar bagi orang dewasa lebih merupakan pengalaman individual yang sangat tergantung dari
karakateristik orang bersngkutan.

Fasilitator perlu memiliki metode yangmemungkinkan warga belajar mengalami 4 tahap proses
tersebut, dan mempraktekan metode tersebut dalam sebuah proses belajar yang menyenangkan.

Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP 


Untuk dapat memilih metode yang tepat fasilitator perlu mengetahui karakteristik dan ranah
belajar dari setiap metode.

Ranah belajar
Metode
Pengetahuan Sikap Keterampilan
Wawancara/Tanya jawab 
Curah pendapat 
Ceramah 
Diskusi kelompok 
Diskusi kelompok terfokus  
Penugasan/praktek   
Permainan  
Bermain peran  
Analisis situasional  
Kunjungan silang  
Simulasi   

Bagaimana Memilih Metode dan Alat Bantu ?

Suatu metode dipilih biasanya didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain :

Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai


Fasilitator mampu menjalankan metode tersebut
Warga belajar mampu melibatkan diri dalam metode tersebut
Murah, artinya tidak terlalu memakan alat Bantu yang banyak
Besarnya kelompok yang difasilitasi
Ketersediaan waktu

Metode – metode tersebut tidak boleh berdiri sendiri. Kombinasi antar metode akan membuat
proses belajar semakin menarik dan tidak membosankan.

Metode – metode yang disebut di atas, memiliki karakter dasar yang cenderung merangsang
partisipasi. Tetapi memilih metode dan media tersebut belum tentu menjamin proses fasilitasi
berlangsung secara partisipatif. Yang paling penting adalah fasilitatornya sendiri.
Kita bisa memodifikasi atau mengembangkan metode – metode yang ada di dalam siplemen ini
disesuaikan dengan masalah atau kebutuhan yang kita hadapi di lapangan.

Penggunaan Metode dalam Proses Pembelajaran Bersama Masyarakat

Metode Brainstorming ( Asah Otak)

Metode asah otak adalah suatu cara yang cocok untuk menghasilkan ide-ide baru. Asah otak
memungkinkan warga belajar saling bekerjasama mengumpulkan ide-ide untuk memecahkan
masalah mereka.
Metode ini umumnya kita gunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan pemecahan
masalah tertentu, atau kegiatan – kegiatan lain yang membutuhkan munculnya gagasan-gagasan
baru.
Ada dua tahap pengorganisasian dan peraturan dari kegiatan asah otak :
Tahap pertama adalah untuk menghasilkan sebanyak mungkin ide-ide tersebut bisa
ditulis di atas lembaran kertas dan memperkenalkannya di atas papan atau
menuliskannya secara langsung dalam sebuah bagan – bagan. Warga dilarang
berkomentar selama tahap ini.
Tahap kedua adalah mengevaluasi ide – ide yang dihasilkan selama tahap pertama.
Kemudian, warga belajar diminta mengelompokan ide – ide yang sama, lalu memberikan

20 Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP


tanda pada setiap kelompok dalam sebuah prioritas ( ada kelompok ide dengan prioritas
paling penting, kedua terpenting, dan seterusnya)

Langkah Umum Penggunaan Metode

Identifikasi dan tulis masalah – masalah yang dihadapi oleh warga belajar di papan tulis
atau lembaran kertas
Mintalah warga belajar untuk memikirkan masalah – masalah tersebut selama beberapa
menit
Mintalah ide – ide/gagasan seketika warga belajar (tanpa perlu dipikirkan terlebih
dahulu) terhadap pemecahan masalah tersebut.
Mintalah warga belajar untuk memberi tanggapan atau mendebat ide – ide yang
dilontarkan tersebut.
Tunjuklah seseorang untuk menulis ide – ide tersebut di papan tulis
Hentikan kegiatan brainstorming pada beberapa titik permasalahan dan mintalah warga
belajar untuk menjelaskan setiap ide tersebut.
Kelompokkan ide – ide tersebut, lalu tentukan tingkat prioritasnya
Diskusikan dan garis bawahi ide – ide yang telah disetujui bersama

Metode Ceramah

Metode ini biasa kita lakukan untuk menyampaikan suatu pesan atau materi secara lisan, dengan
maupun tanpa menggunakan alat Bantu/media. Biasanya penggunaan metode ini harus dibarengi
dengan penggunaan metode lainnya.

Langkah Umum Penggunaan Metode

Persiapan
Susun materi yang akan kita sampaikan dengan sistematika yang berurutan. Biasanya,
materi ini akan menjadi bahan serahan untuk warga belajar.
Tulislah beberapa pokok pikiran penting dari bahan serahan di atas lembar kertas

Pelaksanaan

Sampaikan pokok bahasan materi secara berurutan di hadapan warga belajar


Setelah semua materi selesai disampaikan, atau pada tengah – tenagh sesi, persilakan
warga belajar untuk mengajuka pertanyaan
Setelah Tanya jawab/diskusi selesai, simpulkan materinya
Bagikan bahan serahan kepada seluruh warga belajar

Metode Tanya Jawab

Metode ini kita terapkan untuk melakukan rt materi. Sesuai dengan prinsip, bahwa orang dewasa
adalah orang yang telah memiliki berbagai pengalaman, proses Tanya jawab tidak berari
pertanyaan dari warga belajar harus kita jawab. Kita bisa memberikan kesempatan kepada warga
belajar yang bersangkutan untuk menggali pengalamannya sendiri, atau memberikan
kesemoatan kepada warga belajar lain untuk memberikan jawaban.
Biasanya metode ini digunakan setelah kita menyampaikan materi ( seperti ceramah,
demonstrasi, atau penugasan ).

Langkah umum penggunaan metode

Jika proses diawali dengan pertanyaan dari warga belajar :

Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP 


Persilakan warga belajar untuk bertanya tentang topik yang disampaikan
Ketika sebuah pertanyaan diajukan, persilakan warga belajar yang lain untuk
memberikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut berdasarkan pengalaman mereka.
Pada saat Tanya jawab berlangsung, jaga proses agar tetap mengarah pada persoalan
yang sedang dipertanyakan, tidak melebar ke mana – mana
Simpulkan jawaban-jawaban tersebut, jika perlu kita bisa memberikan masukan.

Jika proses diawali dengan pertanyaan dari fasilitator :


Persiapkan beberapa pertanyaan kunci untuk memperdalam pemahaman materi yang
akan disampaikan
Ajukan pertanyaan kunci tersebut dan minta warga belajar untuk menanggapinya
Pada saat Tanya jawab berlangsung, jaga proses agar tetap mengarah pada persoalan
yang sedang dipertanyakan, tidak melebar kemana – mana
Simpulkan jawaban – jawaban tersebut, jika perlu kita bisa memberikan masukkan.

Metode Diskusi Kelompok dan Pleno

Metode ini bermanfaat agar warga belajar dapat : saling mendengarkan pandangan orang lain;
menghormati ide – ide orang lain; tidak melukai atau mempermalukan satu sama lain; belajar
berkomunikasi secara ringkas, jelas dan tepat.
Metode ini biasa digunakan dalam berbagai kegiatan. Pada saat menerapkan metode ini, kita atau
orang yang berperan sebagai pemimpin diskusi tidak boleh berbicara terlalu panjang, tetapi harus
lebih banyak mendengarkan dan memandu proses diksusi di antara warga belajar.

Langkah Umum penggunaan metode

Diskusi Kelompok

Metode ini digunakan kalau jumlah warag belajar cukup banyak, misalnya lebih dari 10 orang.
Jadi, agar semua orang bisa terlibat aktif dalam proses diskusi, bagi warga belajar dalam
kelompok-kelompok kecil.

Langkah umum metode ini adalah sebagai berikut :

Agar proses diskusi dapat berlangsung lancr, sepakati dahulu aturan main
Bagilah warga belajar ke dalam kelompok-kelompok kecil
Tuliskan topik yang akan didiskusikan dalam kelompok
Meintalah kepada setiap kelompok untuk memilih fasilitator yang akan memimpin diskusi
dalam kelompok.
Sepakati waktu yang dibutuhkan untuk diskusi kelompok
Minta setiap kelompok untuk menuliskan hasil kerja mereka
Doronglah setiap anggota kelompok menyampaikan pendapat mereka. Setiap orang
harus punya kesempatan untuk berbicara dan membagi idenya.
Kumpulkan hasil kerja dari setiap kelompok, lalu lanjutkan pembahasan dalam diskusi
pleno.

Diskusi Pleno

Metode ini umumnya dipergunakan setelah selesai melakukan diskusi kelompok

Minta setiap kelompok memilih satu orang untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran
hasil diskusi kelompoknya.

22 Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP


Sepakati lamanya waktu bagi setiap kelompok dalam menyampaikan hasil kelompoknya,
jangan lebih dari 10 menit. Ingatkan warga belajar, bahwa pembahasan hasil diskusi
akan dilakukan setelah presentasi.
Setalah seluruh kelompok selesai menyampaikan hasil diskuisnya, persilakan warga
belajar untuk mengajukan pertanyaan atau penjelasan terhadap hasil kelompok yang
sudah disampaikan sebelumnya
Setelah semua hasil kerja kelompok dibahas, ajak warga belajar menyimpulkan hasil-hasil
diskusi, dengan cara membandingkan hasil setiap kelompok dan menarik benag merah
dari hasil diskusi.
Simpulkan hasil diskusi pleno, atau minta salah seorang warga belajar untuk
menyimpulkannya sendiri

Metode Penugasan/Praktek

Metode penugasan adalah cara belajar dengan jalan menugaskan kepada warga belajar untuk
melakukan sesuatu. Tugas yang diberikan harus khusus atau jelas obyek dan waktunya. Metode
ini lebih bertujuan untuk membawa warga belajar ke dunia nyata dalam mempraktekan
pengetahuan yang diperoleh. Oleh karena itu, metode ini akan sangat mempengaruhi wilayah
keterampilan warga belajar.

Langkah umum penggunaan metode

Persiapkan pedoman tugas yang akan diberikan ( bisa berupa topik yang berhubungan
dengan materi, dan lain-lain)
Jelaskan kepada warga belajar tentang tugas yang akan dilakukan
Persilakan warga belajar untuk mengajukan pertanyaan tentang tugas tersebut
Buat kesepakatan tentang lamanya waktu penugasan tersbut (kapan mulai dan kapan
selesai) dan bentuk laporannya serta cara mempresentasikannya.

Metode Permainan

Metode ini digunakan dalam kegiatan belajar. Dari pengalaman, metode ini terbukti sangat efektif
untuk melibatkan warga belajar, membuat warga belajar merasa nyaman dan segar mengikuti
kegiatan.
Metode permainan dapat dilakukan dengan bermacam cara, seperti nyanyian, cerita, gambar
atau permainan lainnya. Tema – tema permainan bisa berhubungan dengan kepemimpinan,
sikap, kerjasama, koordinasi, pemecahan masalah, komunikasi, pemantauan, evaluasi, isu
gender, teknik fasilitasi, dan sebagainya yang relevan dengan materi belajar.
Dalam proses belajar, metode permainan bertujuan untuk :

Mengubah suasana belajar yang kaku atau tegang menjadi lebih santai dan nyaman, dan
megubah warga belajar yang pasif dan jenuh menjadi lebih aktif dan semangat.
Menumbuhkan sikap dan pandangan pribadi, dalam hal penalaran, wawasan, perbaikan
sikap, dan introspeksi
Mengantarkan atau memulai pokok bahasan dengan suasana aktif, gairah, riang, luwes
atau akrab.
Untuk mencapai tujuan /manfaat tersebut perlu dipertimbangkan karakteristik warga belajar,
yaitu (1) latar belakang budaya atau kebiasaan, agama, pekerjaan dan status sosial warga
belajar; (2) Pengalaman, pendidikan, atau wawasan warga belajar pada umumnya; (3)
kecenderungan perilaku atau sikap tertentu dari warga belajar ayng berkembang dalam proses
belajar, baik yang positif maupun negative.

Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP 


Metode Bermain Peran

Selain digunakan dalam kegiatan belajar , metode bermain peran dapat juga dipakai untuk
menilai proses dan hasil belajar.
Biasanya bermain peran menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi warga belajar. Dengan
bermain peran dalam situasi tertentu, warga belajar dapat
mengungkapkan gagasan mereka dan memperdalam pemahaman warga belajar terhadap apa
yagn dipelajari. Metode ini juga dapat dijadikan sebagai alat untuk memotivasi dalam
memecahkan masalah melalui diskusi.
Untuk bermain peran ini, tidak perlu latihan terlebih dahulu, tidak perlu ada naskah atau kata-
kata kunci yang harus diucapkan warga belajar. Yang penting diberikan adalah gambaran tentang
situasi apa yang mereka perankan.

Penilaian bermain peran, dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan seperti
berikut :

Bagaimana warga belajar memahami perannya dengan jelas ?


Bagaimana warga belajar mengungkapkan gagasannya dengan jelas ?
Bagaimana keaktifan warga belajar ?
Bagaimana warga belajar bertutur dan menggunakan bahasa tubuh dengan baik ?
Bagaimana warga belajar dapat membaca dan menggunakan naskah tertulis ?

Langkah umum penggunaan metode

Jika metode ini diterapkan untuk menilai hasil belajar, misalnya untuk menilai kemampuan
membangun hubungan sosial yang baik, maka langkah-langkah penerapannya adalah sebagai
berikut :

Kelompokkan warga belajar menjadi 2 kelompok. Minta mereka untuk mendiskusikan


situasi yang menggambarkan : kelompok 1 tentang menjalin hubungan yang baik antar
pribadi, kelompok 2 tentang merusak hubungan antar pribadi.
Setiap kelompok bermain selama 5 menit, diawali dengan kelompok 1 yang dilanjutkan
oleh kelompok 2
Setelah selesai, minta seluruh warga belajar untuk memberi komentar
Setelah kelompok 1 tampil, tanyakan pada kelompok 2 hal – hal apa saja yang dapat
menjalin hubungan baik itu
Kemudian setelah kelompok 2 tampil, tanyakan hal-hal yang dapat merusak hubungan
antar pribadi
Analisalah jawaban-jawabannya dan catat pengamatan anda
Catatlah pengamatan mengenai (1) apakah warga belajar memahami pentingnya
membangun hubungan baik dengan orang lain ? (2) bagaimana caranya ? (3) apakah
mereka dapat menyebutkan cirri-ciri hubungan baik?

Metode Analisis Situasional

Metode ini memungkinkan warga belajar mengidentifikasi atau membandingkan perbedaan –


perbedaan berdasarkan keyakinan, pengetahuan dan pengalaman masing-masing warga belajar.

Situasi seperti ini dapat diperoleh melalui TV, radio, atau cerita – cerita rakyat yang dikenal oleh
warga belajar sehingga memberikan mereka kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya.
Sehingga warga belajar dapat mendemonstrasikan keterampilan dan pengetahuan yang dimilki.
Oleh karena itu, kita sebagai fasilitator dapat menggunakan hasil pengamatan, juga umpan balik
dari kelompok dan setiap warga belajar sebagai upaya penilaian.

24 Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP


Langkah umum penggunaan metode

Jika metode ini diterapkan untuk menilai hasil beajar, maka langkah – langkah penerapannya
adalah sebagai berikut :

Kelompokkan warga belajar ke dalam kelompok – kelompok kecil


Minta mereka membaca atau menggambarkan cerita tentang masalah sosial atau
masalah lain yang melibatkan masyarakat. Misalnya saja masalah banyaknya keluarga –
keluarga yang memiliki lebih dari 5 anak ( keluarga besar )
Berikan gambaran situasi serta permasalahannya kepada setiap kelompok untuk
menganalisa cerita tersebut.
Minta warga belajar membandingkan gagasan dari suatu keluarga berdasar pada situasi
yang digambarkan dengan gagasan mereka tentang keluarga
Warga belajar menganalisis situasi keluarga besar kemudian menuliskan keuntungan dan
kerugiannya.
Warga belajar mengidentifikasi situasi yang sama dengan pengalaman mereka tentang
pengaruh keluarga besar terhadap kebutuhan pokok utamanya kesehatan dan gizi
Berikan waktu yang cukup untuk menganalisa, kemudian minta warga belajar
melaporkan kegiatan di depan kelas
Analisislah jawaban-jawabannya, dan catat hasil pengamatan anda : (1) apakah warga
belajar dapat menggunakan konsep keluarga secara jelas ? (2) apakah warga belajar
dapat menyebutkan manfaat keluarga kecil, manfaat keluarga besar, kemudian minta
untuk memberikan alasannya.

Metode Simulasi

Metode simulasi adalah cara belajar melalui pengandaian atau pemisalan. Seperti metode Tanya
jawab dan penugasan, metode ini dapat digunakan untuk pendalaman materi yang telah
dismapaikan dengan cara lain (misalnya : ceramah, diskusi kelompok). Hanya saja, metode ini
lebih banyak mempengarunahi ranah sikap dari warga belajar. Sehingga pokok pembahasan lebih
ditekankan kepada sikap – sikap yang perlu dikembangkan untuk menerapkan pengetahuan yang
diperoleh.

Metode ini bisa dijadikan semacam ujian terhadap warga belajar, untuk melihat sampai sejauh
mana mereka mampu menerapkan materi yang telah diberikan.

Langkah umum penggunaan metode

Minta salah seorang atau beberapa orang warg belajar untuk berperan sebagai fasilitator.
Sedangkan warga belajar lainnya dimint untuk berperan sebagai warga belajar.
Berilah kesempatan kepada orang yang berperan sebagai fasilitator untuk
mempersiapkan proses.
Minta fasilitaor untuk merancang proses seakan – akan berhadapan dengan warga
belajar
Warga belajar diminta untuk berekasi, memberikan pertanyaan maupun tanggapan
selama proses berlangsung.
Setelah proses dianggap selesai, ajak seluruh warga belajar untuk mendiskusikan
pengelamnnya.
Bagi yang berperan sebagai fasilitator. Bagaimana kesannya mengenai simulasi tadi?
Apakah kesulitan – kesulitan yang dihadapi dalam memfasilitasi proses tadi ? bagaimana
caranya agar proses tersebut dapat diterapkan dengan lebih baik ?
Bagi warga belajar : bagaimana kesan – kesannya terhadap proses yang dibawakan oleh
fasilitator tadi? Mudah atau sulitkah bagi warga belajar untuk belajar dengan proses
tersebut? Bagaimana cara untuk memperbaiki proses tadi?

Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP 


Garis bawahi gagasan – gagasan warga belajar, sebagai bahan refleksi atas materi yang telah
diberikan. Jika perlu, berikan masukan tentang tips-tips atau cara – cara untuk menjadi fasilitator
yang baik

26 Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP


MEDIA BELAJAR dalam PELATIHAN PARTISIPATIF

Pengertian dan Manfaat

Media belajar adalah alat bantu dalam kegiatan pembelajaran yang jenis dan bentuknya
bermacam – macam. Dalam menyiapkan dan merancang media belajar, fasilitator perlu
menyesuaikan metode yang dipergunakan. Sedangkan metode belajar ini, disesuaikan dengan
tujuan belajar. Di dalam pembahasan satu topik (materi) belajar, biasanya :
 Dipergunakan variasi metode belajar
 Dipergunakan variasi media belajar yang sesuai

Media belajar bermnafaat untuk :

 Alat bantu Pemandu untuk memberi penjelasan kepada warga belajar.


 Meningkatkan dan mendorong partisipasi dan keaktifan peserta belajar, artinya : media
sebaiknya dibuat sederhana dan mudah dipergunakan oleh peserta.
 Menimbulkan daya tarik belajar, artinya : media belajar sebaiknya bervariasi, menarik
dan kalau perlu dengan menggunakan visualisasi (gambar)
 Meningkatkan pemahaman peserta, artinya : media belajar sebaiknya membentu
memperjelas materi yang sedang dibahas, khususnya hal – hal abstrak yang sulit
dijelaskan dengan kata – kata.

Jenis Media Belajar

Media belajar yang biasa dipergunakan, terdiri dari banyak jenis dan bentuk. Seorang Pemandu,
perlu memiliki kreativitas dan keterampilan untuk membuat media belajarnya sendiri. Jenia media
belajar antara lain :

 Lembar penugasan (kelompok/perorangan)


 Lembar kasus/Cerita
 Lembar praktek (panduan praktek)
 Skenario bermain peran (role play/drama/frgamen)
 Bahan permainan/teka – teki
 Gambar sederhana
 Plastik transparansi
 Kartu metapaln (yang sudah diisi tulisan
 Komik/cerita bergambar
 Gambar/foto/poster
 Tayangan Video
 Kaset cerita
 Boneka/wayang (puppet – show)
 Lembar balik (flip – chart)
 Dan sebagainya

Beberapa jenis media seperti modul, buklet, buku, komik, fotonovela yang isinya lebih panjang
(banyak), bisa dianjurkan sebagai bahan bacaan untuk peserta belajar, apabila diperlukan.

Media seperti leaflet, bosur, jarang dipergunakan sebagai media pelatihan karena biasanya juga
bersifat informasional (bahan bacaan).

Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP 


Bahan dan Alat Pelatihan

Bahan dan alat peltihan terkadang merupakan media belajar, tetapi terkadang hanya merupakan
perlengkapan belajar saja. Contohnya :
 Dalam bermain peran, diperlukan sayur-sayuran hijau untuk tokoh ibu yang sedang
menyampaikan contoh makanan berzat besi tinggi; sayur – sayuran hijau dalam kegiatan
ini merupakan bahan atau perlengkapan saja, bukan media belajar.
 Tetapi dalam pembahasan materi tentang makanan bergizi, contoh sayur-sayuran
menjadi media belajar (bahan peragaan) untuk membahas jenis zat gizi yang terkandung
di dalamnya.

Apabila alat/bahan tidak dipergunakan sebagai sarana langsung dalam proses pembelajaran,
maka tidak termasuk ke dalam media pembelajaran. Beberapa bahan/alat pembelajaran yang
biasanya dipergunakan adalah :

 Papan tulis biasa, white – board, magentic – board


 Kertas plano
 Kuda – kuda flip – chart
 Proyektor (slide, film,video)
 Kartu – kartu metaplan (dibuat dari karton manila bermacam warna dengan - bn ukuran
tertentu
 Bahan – bahan praktek/peragaan
 Ruangan yang cukup luas untuk 25-30 orang (bisa bergerak leluasa, melakukan diskusi
kelompok, permainan yang tidak dinamis, dsb)
 Kursi dan meja yang tidak mengganggu ruang gerak peserta. Dalam pelatihan
partisipatif, sebaiknya digunakan kursi yang memiliki meja lengan, sehingga tidak perlu
pakai meja lagi, dan peserta leluasa berpindah atau bergerak. Kalaupun tidak ada kursi
bermeja lengan, jangan pakai meja besar/panjang yang menghabiskan tempat dan
menghalangi.
 Buku tulis, bolpoint, penghapus, supidol, selotip, gunting, paper-clip (penjepit kertas),
stapler dan sebagainya.

Menentukan dan Mempersiapkan Media Belajar

Dalam menentukan media belajar untuk pelatihan, Pemandu menyesuaikan dengan kebutuhan
setiap materi belajar. Seperti yang telah disampaikan di atas, setiap metode yang dipergunakan
akan membutuhkan media tertentu. Karena itu, buatlah tabel check – list kebutuhan media untuk
seluruh pelatihan agar tidak ada yang terlupa.

Karena di dalam pelatihan biasanya Pemandu merupakan tim, maka untuk mempersiapkannya
bisa dibagi tugas. Koordinator tim Pemandu kemudian mencek apakah masing – masing
pemandu sudah siap dengan media yang perlu digunakan untuk masing – masing topik bahasan.

Dalam mempersiapkan media belajar, Pemandu perlu mempertimbangkan hal – hal sebagai
berikut :

 Media gambar; apabila digunakan di dalam diskusi umum (pleno), sebaiknya ukurannya
cukup besar (ukuran poster), supaya bisa dilihat dengan jelas oleh seluruh peserta di
dalam kelas. Media gambar yang dibuat sendiri, bisa dibuat dengan kertas lebar (plano).
Apabila ukurannya kecil (ukuran kartu atau kertas HVS), hanya cocok digunakan dalam
diskusi keplompok atau tugas perorangan.

 Media tulisan; apabila digunakan di dalam diskusi umum (pleno), tulisan sebaiknya
dibuat dalam bentuk huruf balok, dengan ukuran besar, supaya bisa dibaca oleh seluruh
peserta di dalam kelas. Tulisan bisa dibuat di atas papan tulis atau kertas lebar (plano).

28 Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP


Apabila tersedia overhead proyektor, tulisan bisa dibuat di atas plastik transparans dan
diperbesar oleh proyektor.Saat ini juga biasa digunakan alat bantu LCD (In focus) yang
diasmbungkan ke komputer sebagai media bantu. Hanya perhatikan prisnsip-prinsip
pembuatan media transparan baik memakai OHP maupun LCD, bentuk huruf sebaiknya
balok, ukuran paling sedikit (paling kecil) 18 font (menurut ukuran komputer) dan isinya
hanya point – pointnya saja (kalimat kunci).

 Media audio-visual; sebelum dipergunakan dalam pembahasan materi di kelas, media


sudah dipersiapkan dan dicoba terlebih dahulu. Yang perlu diperhatikan adalah jarak
pandangan peserta terhadap gambar, dan volume suara, agar seluruh peserta bisa
melihat dan mendengar secara jelas. Semakin canggih media yang diperlukan, Pemandu
juga semakin memerlukan fasilitas pendukung (listrik, layar, proyektor, kabel dan
sebagainya).

PENGGUNAAN MEDIA

Apa ‘Kegiatan Belajar ‘ ?

Kegiatan belajar merupakan kegiatan sehari – hari yang dilaksanakan oleh fasilitator atau
bersama masyarakat sasaran untuk menambah pengetahuan dan keterampilan yang
dapat meningkatkan kesadaran dan memperbaiki kehidupan masyarakat.

Kegiatan belajar seperti ini tidak sama dengan kegiatan belajar di sekolah, karena bahan
belajarnya ditetapkan berdasarkan kebutuhan kelompok yang benar – benar bermanfaat
dalam kehidupan praktis sehari – hari.

Begitu juga dengan cara belajarnya, dilaksanakan lebih informal, santai dan bebas, sesuai
dengan kreativitas kelomok itu sendiri. Tidak ada yang bertindak sebagai guru dalam
kegiatan belajar ini karena pengetahuan dan pengalaman setiap peserta bisa
disumbangkan.

Sebagai fasilitator, pendamping atau kader perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan
baru karena seringkali mereka diharapkan juga untuk menjadi narasumber oleh kelompok
belajar.

Mengapa Menggunakan Media dalam Kegiatan Belajar

Berkomunikasi dengan masyarakat ( kelompok dampingan) merupakan pekerjaan terpenting


pendamping atau kader. Proses komunikasi terutama terjadi dalam kegiatan – kegiatan belajar,
baik berupa pertemuan perencanaan program, diskusi mengenai suatu materi atau
permasalahan, praktek maupun pelatihan.

Media yang dipilih untuk suatu kegiatan belajar harus sesuai dengan tujuan belajar yang ingin
dicapai. Tetapi selain memilih media yang tepat, perlu juga diperhatikan cara menggunakan
media secara baik dan benar. Sebab bentuk media apapun yang digunakan, meskipun dirancang
dengan baik, tanpa
difasilitasi dengan baik proses diskusinya, media – media tidak akan mengsilkan dampak seperti
yang diharapkan. Untuk itu, keterampilan memfasilitasi diskusi dengan menggunakan media
merupakan faktor yang menentukan bagi pengguna media.

Langkah – Langkah Menggunakan Media

Berikut ini pedoman umum yang dapat dijadikan acuan dalam menggunakan media secara tepat :

Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP 


Persiapan

Langkah – langkah persiapan :


Mempelajari dan menguasai materi dan tujuan belajarnya sendiri, karena media hanyalah
alat Bantu dari kegiatan belajar. Tidak ada salahnya fasilitator mempersiapkan catatan-
catatan singkat mengenai isu – isu kunci yang akan diajukan sebagai penggerak diskusi.

Mempelajari fungsi media berdasarkan tujuan belajar yang bersangkutan, apakah media
yang akan disajikan itu untuk motivasi, penyadaran atau instruksi teknis.

Memperhatikan bentuk media yang akan digunakan, apakah akan menggunakan poster,
poster seri, atau brosur. Ini akan berhubungan dengan kemampuan kelompok diskusi
dalam menyimak kajian diskusi. Misalnya, media brosur atau buklet kurang tepat
digunakan untuk kelompok yang terbatas kemampuan membacanya. Untuk kelompok ini,
poster tunggal atau postr seri akan lebih tepat.

Memperhatikan jumlah peserta yang dianjurkan dan tata ruang yang tepat dalam
menggunakan media tersebut. Misalnya tayangan video/slide dapat disajikan untuk
semua peserta dalam sebuah kelas belajar 20 orang, tetapi fotonovela berbentuk buklet
hanya bisa dipergunakan dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk kebutuhan ini, tata
ruang yang tepat perlu dipersiapkan sejak awal.

Mempelajari cara menggunakan media tersebut. Sebaiknya media itu dicoba terlebih
dahulu sebelum dipergunakan dalam kelompok belajar, terutama media yang
memerlukan alat Bantu seperti tayangan slide/video misalnya.

Catatan :

Persiapan akan lebih mudah apabila media yang akan digunakan memiliki pedoman
penggunaannya. Pedoman ini biasanya menjelaskan mengenai fungsi media, jumlah
pesera maksimal yang dianjurkan, langkah – langkah dan cara menggunakannya serta
tata ruang yang dianjurkan.

Bahan/materi belajar harus disusun oleh fasilitator karena biasanya media-media diskusi
memuat hanya informasi-informasi secara tebatas (yang penting-penting saja). Banyak
media mencantumkan materi, karena media dipergunakan untuk membahas satu kasus
setelah materi dari fasilitator didiskusikan.

Pelaksanaan

Sebelum memulai pertemuan/diskusi, ciptakan suasana yang santai, sehingga peserta


tidak merasa berada dalam sebuah kelas belajar, melainkan dalam kelompok diskusi
informal. Bisa juga dimulai dengan permainan atau crita lucu.

Kemudian sampaikan maksud dan tujuan dilaksanakannya kegatan belajar serta topik
yang akan dibahas.

Sampaikan dan sepakati bersama dengan peserta mengenai perkiraan waktu yang
diperlukan untuk kegiaatan ini.

Mulailah kegiatan belajar sesuai dengan langkah – langkah yang dipersiapkan.


Pergunakan media yang telah dipersiapkan untuk menyampaikan informasi belajar. Media
akan lebih baik bila dipergunakan sebagai bahan diskusi sehingga kegiatan belajar lebih
ontraktif ( timabl balik)

30 Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP


Fsilitator harus selalu menjaga agar media dapat dilihat secara jelas oleh seluruh peserta.
Fasilitator yang menyajikan media agar selalu dalam posisi berhadapan dengan peserta
diskusi dan tidak menghalangi pandangan peserta kepada media.

Fasilitator memancing diskusi dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang


berkisar pada tanggapan mengenai isi/pesan yang terkandung dalam media. Misalnya :
apa yang dapat kita lihat dari poster ini ? Mengapa hal itu terjadi ? Apa akibat dari hal
tersebut ? Bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi ? Apakah hal seperti itu terjadi di
kampung ini ?

Tips praktis

Jangan sampai media dipergunakan alat ceramah atau penyuluhan sebab fungsi utama
media adalah untuk membantu peserta terlibat dalam kegiatan belajar yang interaktif.

Fasilitor sebaiknya berusaha agar setiap peserta dapat turut aktif dalam diskusi.
Usahakan agar fasilitator tidak memonopoli pembicaraan, sehingga dapat
mengemukakan tanggapan atau pendapatnya.

Tanggapan atau jawaban dari peserta sebaiknya ditulis di papan tulis atau pada kertas
plano ( ditempel di tembok ), karena peserta akan bisa mengingat dengan lebih baik
apabila mereka melihat dan membaca daripada hanya mendengarkan saja. Selain itu
hasil tersebut akan memancing peserta untuk lebih berpartisipasi dalam diskusi, karena
usulan atau tanggapan mereka dianggap penting/diperhatikan .

Setelah diskusi

Apabila kita menjelaskan hal-hal yang bersifat teknis, akan lebih mudah memahaminya
langsung dengan praktek daripada hanya membahas teori saja. Namun perlu diingat pula
bahwa praktik yang dilakukan tanpa dasar – dasar atau teori yang kuat, bisa menjadi
kacau. Untuk itu diskusikan terlebih dahulu teori dengan alat Bantu media, baru
kemudian mempraktekan di lapangan. Sepakati waktu yang tepat untuk melakukan
praktek ini.

Lakukan evaluasi kegiatan setelah diskusi dan praktek di lapangan. Cobalah untuk
mengkaji apakah peserta mempraktikan seperti yang telah didiskusikan dan yang
disarankan dalam media ? mengapa demikian ?

Hasil evaluasi dapat menjadi bahan pertimbangan bagi rencana belajar/kerja selanjutnya.
Bisa jadi pada pertemuan berikutnya masih diperlukan media dalam bentuk dan jenis
yang berbeda. Jika demikian, maka kita perlu membuat rencana lagi dan
mengembangkan alat Bantu yang sesuai dengan kebutuhan.

Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP 

Anda mungkin juga menyukai