Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tanggal Revisi
Tanggal Terima
MODULUS YOUNG
Disusun Oleh:
Jl. Jenderal Sudirman Km. 03 Cilegon 42435 Telp. (0254) 385502, 376712
Fax. (0254) 395540 Website: http://fisdas.untirta.ac.id Email: lab.fisikaterapan@untirta.ac.id
ABSTRAK
Modulus Young, juga dikenal sebagai modulus elastis adalah suatu ukuran
bagaimana suatu materi atau struktur akan rusak dan berubah bentuk jika
ditempatkan di bawah tegangan. Tujuan diadakannya praktikum kali ini adalah
untuk menentukan nilai modulus young pada berbagai jenis logam. Dalam dunia
industri khususnya adalah di dunia metalurgi, modulus young dapat diterapkan
untuk menentukan jenis logam yang akan digunakan dalam pembangunan rumah,
jembatan, dan sebagainya dengan berbagai jenis sifat elastisitasnya. Prosedur
percobaan modulus young ini diawali dengan mengukur panjang, lebar, dan tebal
dari jenis logam yang akan diujikan menggunakan jangka sorong, lalu catat hasil
pengukuran yang didapat, setelah itu letakkan logam pada dudukan atau penumpu
logam secara proporsional, selanjutnya letakkan penggantung beban pada bagian
tengah logam, lalu tempatkan 5 buah logam dengan berat masing-masing logam
50 gram, kemudian atur dial indicator agar menyentuh permukaan logam namun
jarum tetap berada di angka nol, lalu ambil beban satu persatu dan amati nilai
pertambahan tingginya, setelah itu tulis data yang didapatkan, dan terakhir
mengulangi langkah tersebut dengan logam yang berbeda jenis. Dalam praktikum
kali ini didapatkan nilai modulus young dari alumunium sebesar 73,8 Gpa dengan
%error sebesar 5,42% dan nilai modulus young dari baja sebesar 207,8 Gpa
dengan %error sebesar 10,5%
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK ..................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
ii
4.1 Hasil Percobaan ................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Pada Batang Alumunium .................................. 16
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Hubungan Tegangan dan Renggangan ............................................... 6
v
BAB I
PENDAHULUAN
………………..2.1
2.2 Tegangan
Mekanika bahan adalah cabang ilmu dari mekanika terapan yang
membahas perilaku benda padat yang mengalami berbagai pembebanan.
Adapun benda padat yang akan dianalisa pada buku ini adalah batang (bar)
yang mengalami beban aksial, poros (shaft) yang mengalami beban torsi,
balok (beam) yang mengalami beban lentur, dan kolon (column) yang
mengalami beban tekan. Tujuan utama dalam mekanika bahan adalah
menentukan tegangan (stress), regangan (strain), dan perubahan panjang
(displacement) pada struktur dan komponenkomponennya akibat beban
yang bekerja padanya. Apabila nilai besaran-besaran ini menyebabkan
kegagalan, maka kita mempunyai gambaran tentang perilaku mekanis pada
struktur tersebut. Pemahaman perilaku mekanis sangat penting untuk
design yang aman pada semua jenis struktur [2].
………………………………………(2.3)
...........................................................(2.4)
Dalam persamaan ini adalah tegangan yang akan terjadi pada benda F
adalah gaya yang diberikan, dan A adalah luas penampang benda tersebut.
e= ................................................2.7
dalam persamaan yang terahir ini e adalah regangan yang akan terjadi pada
benda, adalah pertambahan panjang yang akan terjadi benda yang akan
diuji, dan Lo adalah panjang mula-mula dari benda tersebut.
Hubungan tegangan dan regangan seperti ini adalah linear, dimana
regangan berbanding lurus dengan tegangannya bahan benda yang
7
bentuk titik. Maka titik regangan seperti itu disebut bahan elastis non
linear, dimana dalam bahan tersebut tidak memiliki modulus young yang
konstan.
Hukum Hooke tidak berlaku jika benda dalam keadaan yang sudah
dijelaskan di paragraf sebelumnya. Ada juga suatu keadaan hubungan
tegangan dan renggangan dimana hubungan linearnya terjadi pada nilai
tegangan yang rendah Dan setelah nilai tegangannya naik maka
hubungannya tidak linear lagi, sehingga hukum Hooke tidak berlaku.
2.6.1 Elastisitas
Elastisitas adalah sifat dimana benda kembali pada ukuran dan
bentuk awalnya ketika gaya-gaya yang mengubah bentuknya
dihilangkan. Perubahan bentuk tersebut dapat berupa pertambahan
atau pengurangan panjang. Batas elastis suatu benda adalah tegangan
terkecil yang akan menghasilkan gangguan permanen pada benda.
Ketika diberikan tegangan melebihi batas ini, benda tidak akan
10
...........................................................(2.5)
ε = Regangan
2.4.2 Plastisitas
Plastisitas merupakan sifat yang ada pada suatu material, yaitu
ketika pemberian beban dilakukan kepada suatu material sampai
mengalami perubahan bentuk kemudian beban tersebut dihilangkan
maka benda tidak bisa kembali lagi sepenuhnya kebentuk semula.
Teori plastis dibagi menjadi dua macam, yaitu teori fisik dan teori
matematik [5].
1) Teori fisik
Teori ini menjelaskan bagaimana proses aliran suatu material
menjadi plastis. Meninjau pada kandungan mikroskopik material
seperti pengerasan kristal atom dan dislokasi butir kandungan
material saat mengalami tahap plastisitas [5].
2) Teori matematik
Teori ini didasarkan pada fenomena logis alami dari suatu material
yang kemudian dideterminasikan ke dalam suatu rumus yang
dipergunakan sebagai acuan perhitungan pengujian material tanpa
diabaikannya sifat dasar dari material [5].
2.7 Hukum Hooke
Hukum Hooke berbunyi : “ Jika gaya tarik tidak melampaui batas
elastis pegas, maka pertambahan panjangnya akan sebanding dengan gaya
tariknya”. Pernyataan ini dikemukakan oleh Robert Hooke, seorang arsitek
yang ditugaskan 8 membangun kembali gedung-gedung di London yang
mengalami kebakaran pada tahun 1666. Hukum hooke adalah hukum atau
ketentuan mengenai gaya pada suatu benda dalam bidang ilmu fisika yang
terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pegas. Menurut Hooke, bila
benda masih berada dalam keadaan elastis (belum melampaui batas
elastisnya), pertambahan panjang x sebanding dengan besar gaya F yang
meregangkan benda. Secara sistematis dituliskan:
12
…..(2.1)
Keterangan:
F = gaya (N)
METODE PERCOBAAN
Mulai
Data Pengamatan
Literatur
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
Berikut ini adalah alat dan bahan yang dibutuhkan dan diharuskan dalam
percobaan modulus young,sebagai berikut:
1. Batang logam
2. Jangka sorong
3. Mikrometer sekrup
4. Beban bercelah
5. Penggantung beban
6. Rel alumunium
7. Statif penyangga balok
8. Dial Indicator
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berikut ini adalah diagram alir percobaan modulus young:
1 0,3 0 0
2 0,3 0 0 0 0 0% 0,3 ± 0
0,3
3 0,3 0 0
0,9 0 0
0,01x10-
1,01 1x10-8
-2 2
1 1,02 x10 1,01 x 10-2
x
3x10-8 4,5x10-4 4,45%
10-2
0,01x10- ± 4,5x10-2
1x10-8
-2 2
2 1x10
18
0,01x10-
1x10-8
-2 2
3 1x10
0,03x10-
3,02,x10-2 2 9x10-8
1 1,9x10-3 0 0
2 1,9x10-3 0 0 0 0 0%
1,9 1,9 x 10-3 ± 0
x
3 1,9x10-3 0 0
-3
10
5,7 x 10-3 0 0
1 0,4 0 0
2 0,4 0 0 0 0 0% 0,4 ± 0
0,4
3 0,4 0 0
0,12 0 0
19
Lebar =
Tinggi =
Alumunium
Percobaan 1
Pa
Sy = √( ) ( ) ( )
√
= 3,285x109
Percobaan 2
Pa b
21
Sy = √( ) ( ) ( )
√
= 3,285x109
Percobaan 3
Pa
Sy = √( ) ( ) ( )
√
= 3,330x109
Percobaan 4
Pa
22
Sy = √( ) ( ) ( )
√
= 3,276x109
Percobaan 5
Pa
Sy = √( ) ( ) ( )
√
= 3,231x109
Baja
Percobaan 1
23
Pa
Sy = √( ) ( ) ( )
=
√
= 9,856x109
Percobaan 2
Pa
Sy = √( ) ( ) ( )
=
√
= 9,792x109
Percobaan 3
24
Pa
Sy = √( ) ( ) ( )
=
√
= 8,256x109
Percobaan 4
Pa
Sy = √( ) ( ) ( )
=
√
= 9,472x109
Percobaan 5
25
Pa
Sy = √( ) ( ) ( )
=
√
= 9,344x109
4.2Pembahasan
Dari percobaan yang telah kita lakukan dapat dipastikan bahwa
batang baja memiliki modulus young yang lebih besar dibandingkan
dengan batang alumunium. Batang alumunium ketika diberi massa
sebesar 0,05 kg memiliki modulus young sebesar 74 GPa dengan %error
sebesar 5,71%, pada saat diberi beban seberat 0,1 kg memiliki modulus
young sebesar 74 GPa dengan %error sebesar 5,71%, pada saat diberi
beban seberat 0,15 kg memiliki modulus young sebesar 75 GPa dengan
%error sebesaar 7,14%, pada saat diberi beban seberat 0,2 kg memiliki
modulus young sebesar 73,5 GPa dengan %error sebesar 5%, pada saat
diberi beban 0,25 kg memiliki modulus young sebesar 72,5 GPa dengan
%error sebesar 3,57%. Maka, dapat disimpilkan dari percobaan ini
diperoleh modulus young pada batang alumunium sebesar 73,8 GPa
dengan %error sebesar 5,42%. Batang baja ketika diberi massa sebesar
0,05 kg memiliki modulus young sebesar 219 GPa dengan %error sebesar
4,3%, pada saat diberi beban seberat 0,1 kg memiliki modulus young
sebesar 218 GPa dengan %error sebesar 3,8%, pada saat diberi beban
seberat 0,15 kg memiliki modulus young sebesar 183 GPa dengan %error
sebesaar 12,9%, pada saat diberi beban seberat 0,2 kg memiliki modulus
26
young sebesar 210 GPa dengan %error sebesar 0%, pada saat diberi beban
0,25 kg memiliki modulus young sebesar 209 GPa dengan %error sebesar
0,5%. Maka, dapat disimpilkan dari percobaan ini diperoleh modulus
young pada batang baja sebesar 207,8 GPa dengan %error sebesar 10,5%.
Perbedaan ini terjadi karena adanya bebarapa faktor yang
mempengaruhi nilai modulus young yaitu jenis bahan, suhu. Jenis bahan
sangat berpengaruh tehadap nilai modulus young karena setiap bahan
memiliki kerapatan molekul yang berbeda sehingga nilai modulus young
nya pun akan berbeda. Suhu berpengaruh terhadap nilai modulus young
karena semakin tinggi suhu maka molekul akan semakin bebas untuk
bergerak, hal ini menyebabkan nilai modulus young akan berbeda jika
suhunya berbeda. Perbedaan kekuatan, keuletan, kekakuan, ketangguahan,
dan kekerasan sebuah benda juga berpengaruh terhadap nilai modulus
young nya. Massa tidak akan berpengaruh terhadap nilai modulus young
karena jika jenis benda sama tetapi massanya berbeda itu tidak akan
mempengaruhi hasil dari modulus young tersebut.
Fenomena yang terjadi pada percobaan modulus young kali ini
adalah ketika logam diberi beban tambahan maka akan terjadi lendutan
pada logam tersebut. Ketika beban diambil satu persatu maka logam akan
kembali ke bentuk yang semula. Pada bagian inilah tedapat Hukum
Hooke dimana gaya yang diberikan pada pegas tidak melampau batas
elastis pegas sehingga tidak terjadi perpatahan pada logam.
Adapun pada saat praktikum terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan nilai modulus young percobaan dengan nilai modulus young
literatur berbeda. Hal ini disebabkan oleh perubahan suhu yang terjadi
pada saat praktikum sehingga mempengaruhi perubahan nilai modulus
young, dan juga faktor kurang ketelitian dari praktikan pada saat
perhitungan juga yang menyebabkan nilai modulus young percobaan
berbeda dengan nilai modulus young literatur.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 kesimpulan
Pada praktikum kali ini didapatkan kesimpulan:
1. Nilai modulus young pada batang alumunium sebesar 73,8 GPa dan nilai
modulus young pada batang baja sebesar 207,8 GPa
5.2 Saran
Adapun beberapa saran agar praktikum yang akan datang bisa lebih baik
lagi antara lain:
[1]https://www.academia.edu/9051243/Pengertian_Modulus_Young_Modulus_Y
oung?ssrv=c
[3]https://www.zegahutan.com/2020/03/laporan-praktikum-fisika-modulus-
young.html?m=1
PERHITUNGAN
30
Percobaan A
Rumus :
X L = 3 x 10-1
X b = 1,01 x 10-2
Massa Beban, m = 0,05 kg
= 7,4 x 1010 Pa
= 74 GPa
Massa Beban, m = 0,1 kg
= 7,4 x 1010 Pa
= 74 GPa
Massa Beban, m = 0,15 kg
= 7,5 x 1010 Pa
= 75 GPa
Massa Beban, m = 0,2 kg
= 7,35 x 1010 Pa
= 73,5 GPa
Massa Beban, m = 0,25 kg
= 7,25x 1010 Pa
= 72,5 Gpa
31
X
= 7,38 x Pa
Rata-rata Modulus Young (Gpa) pada logam percobaan A :
X
= 73,8 GPa
Error = | | = 5,71%
Ypercobaan = 74GPa
Error = | | = 5,71%
Ypercobaan = 75 GPa
Error = | | = 7,14%
Error = | | = 5%
Error = | | = 3,57%
Percobaan B
Rumus :
= 21,9 x 1010 Pa
= 219 Gpa
Massa Beban, m = 0,1 kg
= 21,8 x 1010 Pa
= 218 Gpa
Massa Beban, m = 0,15 kg
= 18,3 x 1010 Pa
= 183 Gpa
Massa Beban, m = 0,2 kg
= 21 x 1010 Pa
= 210 GPa
Massa Beban, m = 0,25 kg
= 20,9 x 1011 Pa
= 209 GPa
X=
= 20,78 x 1010 Pa
Rata-rata Modulus Young (Gpa) pada logam Percobaan B :
X=
= 207,8 GPa
33
Error = | | = 4,3%
Error = | | = 3,8%
Error = | | = 12,9%
Error = | | = 0%
Error = | | = 0,5%
LAMPIRAN B
F=
F = 30 Kn
b. Polimer
c. Keramik
E=
E=
E=
5. Buktikan penurunan rumus pada persamaan (5.4)
Jawab :
37
Y= = = =
Jawab:Tumpuan Sendi atau engsel adalah merupakan salah satu tempat untuk
bertumpunya sebatang balok. Tumpuan Sendi dapat menahan gaya tekan, tarik
dari berbagai arah vertikal dan horizontal, gaya tekan dan tarik ini tetap akan
melalui pusat sendi. Tumpuan sendi tidak dapat menahan momen atau
meneruskan momen. Gaya Reaksi sendi ini dapat diproyeksikan pada arah
vertikal dan horizontal. Tumpuan Rol ini tidak dapat menahan gaya tarik dan
tekan sembarang arah . Tumpuan ini hanya bisa menahan gaya tekan dan gaya
tarik berarah vertikal saja. Tumpuan rol tidak dapat menahan momen atau
meneruskan momen. Gaya Reaksi rol ini dapat diproyeksikan pada arah
vertikal. Tumpuan Jepit ini membuat Balok dalam keadaan kaku, justru
karenanya dapat meneruskan gaya tarik dan tekan dengan sembarang arah
disamping itu juga dapat meneruskan momen. Dengan demikian tumpuan jepit
ini dapat menahan Gaya Vertikal, Gaya Horizontal dan Momen.
LAMPIRAN C
BLANKO PERCOBAAN
BLANGKO PERCOBAAN MODULUS YOUNG
DATA PRAKTIKAN
NAMA Ahmad Faishol Mubarok
NIM / GRUP 3334200045/E5
JURUSAN Teknik Metalurgi
REKAN Denis R, Fikral A, Nafa A
TGL. 2 April 2021
PERCOBAAN
PERCOBAAN A (ALUMUNIUM)
1 2 3
Panjang, (m) 0,3 0,3 0,3
Lebar,(m) 1,02 x 10-2 1 x 10-2 1 x 10-2
Tinggi, (m) 1,9 x 10-3 1,9 x 10-3 1,9 x 10-3
Massa
Berat, 𝑾 Pertambahan Modulus Modulus
Beban, 𝒎 Error (%)
(N) Tinggi, 𝑯 (m) Young, 𝒀 (Pa) Young, 𝒀 (GPa)
(kg)
0,05 0,5 6,6 x 10-4 7,4x1010 74 5,71%
0,10 1 1,32 x 10-3 7,4x1010 74 5,71%
0,15 1,5 1,95 x 10-3 7,5x1010 75 7,14%
-3 10
0,20 2 2,65 x 10 7,35x10 73,5 5%
0,25 2,5 3,36 x 10-3 7,25x1010 72,5 3,57%
Rata-rata 7,38x1010 73,8 5,42%
PERCOBAAN B (BAJA)
1 2 3
Panjang, (m) 0,4 0,4 0,4
Lebar, (m) 1,45 x 10-2 1,46 x 10-2 1,46 x 10-2
Tinggi, (m) 1,48 x 10-3 1,57 x 10-3 1,5 x 10-3
Massa
Berat, 𝑾 Pertambahan Modulus Modulus
Beban, 𝒎 Error (%)
(N) Tinggi, 𝑯 (m) Young, 𝒀 (Pa) Young, 𝒀 (GPa)
(kg)
0,05 0,5 7,4 x 10-4 21,9x1010 219 4,3%
0,10 1 1,49 x 10-3 21,8x1010 218 3,8%
0,15 1,5 2,65 x 10-3 18,3x1010 183 12,9%
0,20 2 3,09 x 10-3 21x1010 210 0%
0,25 2,5 3,89 x 10-3 20,9x1010 209 0,5%
Rata-rata 20,78x1010 207,8 10,5%