Anda di halaman 1dari 12

FENOMENA STRESS ORANG TUA DALAM MENDAMPINGI ANAK

BELAJAR DARI RUMAH (BDR) SECARA DARING


SELAMA PANDEMI COVID-19

Muhammad Naufal (11743101308)


Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Abstrak: Fenomena yang terjadi di dunia pendidikan selama pandemi Covid-


19 didapati permasalahan yang dihadapi oleh orang tua khususnya orang tua dari
anak yang duduk di jenjang pendidikan dasar atau sekolah dasar dimana orang tua
merasa stress dalam mendampingi anak-anaknya belajar dari rumah secara daring.
Fenomena stress yang dialami orang tua diantaranya yaitu orang tua merasa stress
ketika anaknya tidak mengerti dengan materi pelajaran yang telah dijelaskan sehingga
orang tua merasa tidak sabar dan emosi kepada anaknya, orang tua merasa stress
ketika ia sendiri tidak paham dengan materi yang diberikan oleh guru sehingga tidak
bisa menjelaskan kembali ke anakanya, orang tua merasa stress karena tugas
mendampingi anak berbenturan dengan kesibukan kerja, orang tua merasa stress
karena tidak memiliki gadget untuk kegiatan belajar anaknya, orang tua merasa stress
dan kerepotan karena memiliki dua anak yang bersekolah sehingga harus mengajari
kedua anaknya, orang tua merasa stress karena gaptek, orang tua merasa stress
karena tugas anak terlalu banyak, orang tua merasa stress karena finansial yang
rendah tetapi tuntutan belajar dari rumah secara daring membutuhkan pembelian
kuota paket.

Kata Kunci: stress, orang tua, BDR, Covid-19

PENDAHULUIAN
Indonesia saat ini sedang dilanda oleh wabah penyakit menular Covid-19
(Corona Virus Disease 2019). Penyakit ini telah ditetapkan oleh WHO sebagai
pandemi pada tanggal 11 Maret 2020 karena penularannya yang begitu cepat dan
masif. Indonesia sendiri sudah menetapkan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
seperti tertuang dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan.
Krisis pandemi ini tidak hanya menyerang organ pernapasan manusia, namun
juga menghentikan organ sistem pendidikan dan pembelajaran yang diselenggarakan
secara normal melalui pembelajaran tatap muka di sekolah. Kebijakan yang diambil
oleh banyak negara termasuk Indonesia di bidang pendidikan yaitu dengan
meliburkan seluruh aktivitas pendidikan secara tatap muka dalam rangka memutus
rantai penyebaran Covid-19. Permasalahan tersebut membuat pemerintah dan
lembaga pendidikan harus menghadirkan alternatif proses pendidikan yang tidak bisa
melaksanakan proses pendidikan pada lembaga pendidikan tatap muka secara
langsung.
Proses pembelajaran yang biasanya dilakukan secara tatap muka langsung
antara siswa dan guru di suatu ruangan kelas, kini dengan adanya pandemi maka
kegiatan tersebut tidak lagi memungkinkan. Pandemi COVID-19 secara tiba-tiba
mengharuskan elemen pendidikan untuk melaksanakan pembelajaran secara daring.
Menteri Nadiem Anwar Makarim menerbitkan Surat Edaran Nomor 3 Tahun
2020 pada Satuan Pendidikan dan Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang
Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (COVID-19)
dimana kegiatan belajar dilakukan secara daring (online) dalam rangka pencegahan
penyebaran corona virus disease (COVID0-19) (Menteri Pendidikan, 2020).
Pemerintah telah menetapkan kebijakan belajar dari rumah atau biasa disingkat BDR
melalui Surat Edaran Mendikbud Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 yang berisikan
bahwa pembelajaran harus dilakukan secara daring agar Corona Virus Desease
(Covid-19) dapat dicegah penyebarannya (Karnawati & Mardiharto, 2020).
Pembelajaran daring dengan konsep belajar dari rumah (BDR) diterapkan di seluruh
jenjang pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan
tinggi.
Pembelajaran dalam jaringan atau sering disebut daring menjadi alternatif
solusi agar kegiatan belajar-mengajar tetap dapat terlaksana dan konsep learning
from home atau belajar dari rumah (BDR) dapat terealisasi dimana pembelajaran
daring merupakan jawaban atas tantangan yang dihadapi dunia pendidikan era
pandemi Covid-19 dengan mengakselerasi pendidikan 4.0 sebagai wujud dari
revolusi industri 4.0 dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Berkembangnya revolusi industri sangat mendukung terlaksananya
pembelajaran daring dari rumah, karena pembelajaran daring adalah pembelajaran
yang mengeliminasi waktu dan jarak dengan bantuan platform digital berbasis
internet yang mampu menunjang pembelajaran untuk dilakukan tanpa adanya
interaksi fisik antara pendidik dan peserta didik (Putra & Irwansyah, 2020).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis di lingkungan sekitar
didapati permasalahan yang dihadapi oleh orang tua khususnya orang tua dari anak
yang duduk di jenjang pendidikan dasar atau sekolah dasar. Permasalahan yang
dihadapi yaitu orang tua merasa stress dalam mendampingi anak-anaknya belajar dari
rumah. Berdasarkan hal ini maka dapat dikatakan bahwa stres tak hanya dialami oleh
anak ketika melakukan proses pembelajaran secara daring atau bersekolah di rumah
yang diterapkan dalam masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, akan tetapi
pada kenyataanya orang tua pun bisa mengalami hal serupa.
Berdasarkan uraian permasalahan yang terjadi maka pada artikel ini akan
menganalisis dan mendeskripsikan fenomena stress orang tua dalam mendampingi
anak belajar dari rumah (BDR) secara daring selama pandemi covid-19.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yaitu penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan


data yaitu dengan teknik wawancara, observasi serta studi literatur. Informan dalam
penelitian yaitu terdiri dari 5 orang. Informan dipilih dengan kriteria yaitu orang tua
yang memiliki anak yang duduk di sekolah dasar dengan kegiatan pembelajaran
secara daring (online) dimana orang tua yang dijadikan sebagai informan yaitu dari
pihak Ibu.
PEMBAHASAN
Pembelajaran yang dilaksanakan pada sekolah dasar juga menggunakan
pembelajaran daring/jarak jauh dengan melalui bimbingan orang tua (Wahyu Aji
Fatma Dewi, 2020). Proses kegiatan belajar dari rumah yaitu belajar daring (online)
dapat menggunakan teknologi digital seperti google classroom, rumah belajar, zoom,
video converence, telepon atau live chat dan lainnya. Namun yang pasti harus
dilakukan adalah pemberian tugas melalui pemantauan pendampingan oleh guru
melalui whatsapp grup sehingga anak betul-betul belajar. Kemudian guru-guru juga
bekerja dari rumah dengan berkoordinasi dengan orang tua, bisa melalui video call
maupun foto kegiatan belajar anak dirumah untuk memastikan adanya interaksi
antara guru dengan orang tua (Wahyu Aji Fatma Dewi, 2020).
Proses belajar yang dilakukan oleh siswa Sekolah Dasar secara daring dengan
konsep Belajar Dari Rumah (BDR) sangat memerlukan bimbingan dan bantuan dari
orang tua. Hal ini disebabkan karena secara umum anak yang duduk di bangku
sekolah dasar rata-rata berusia 7-12 tahun dimana hal ini masih perlu bimbingan
orang tua khususnya dalam menggunakan gadget atau handphone yang terhubung
dengan koneksi internet dalam proses belajar dari rumah.
Bimbingan dari orang tua diperlukan dalam rangka memanajemen anaknya
agar secara efektif dan efisien menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
dalam hal ini penggunaan handphone dan internet harus benar-benar dilakukan dalam
rangka untuk kegiatan belajar bukan hal lainnya. Sehingga dengan bimbingan orang
tua dimana orang tua secara intens membimbing dan memantau kegiatan belajar anak
dapat meminimalisir kegiatan belajar yang menyimpang seperti bermain-main
menggunakan handphone, bermain game, mengakses sosial media atau melihat video
lainnya.
Orang tua dituntut mampu membimbing anak belajar dari rumah dan mampu
menggantikan guru disekolah, sehingga peran orang tua dalam tercapainya tujuan
pembelajaran daring dan membimbing anak selama belajar dirumah menjadi sangat
penting di masa pandemi Coivid-19. Artinya saat ini rumah menjadi pusat kegiatan
belajar bagi anak dimana orang tua bertindak sebagai pengajar sekaligus pembimbing
bagi anaknya. Hal ini bisa jadi berdampak positif, karena pusat kegiatan kembali
keasalnya, yaitu orang tua.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, orang tua mengalami kendala-kendala
dalam membimbing anaknya belajar secara daring. Hal ini menimbulkan gejala
Psikosomatis, yaitu gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor kejiwaan dan
tumpukan emosi yang dapat menimbulkan guncangan dalam diri orang tua seperti
kecemasan serta stress (Sari, Yulianingsih dan Astari, 2020).
Menurut psikolog Ikhsan Bella Persada M.Psi., sangat wajar kalau orang tua
stres saat mendampingi anak belajar secara daring karena ini merupakan hal baru.

Ilustrasi: Ibu Stress Mendampingi Anak Belajar Daring


Keluhan-keluhan orang tua yang mengalami stress karena sistem
pembelajaran daring selama pandemi Covid-19 dalam mendampingi, membimbing
anaknya belajar dari rumah (BDR) banyak dituangkan melalui cuitan-cuitan di media
sosial seperti facebook, twitter maupun instagram. Selain itu mereka juga
melimpahkan rasa ketidaknyamanan yang dirasakan dengan curhat kepada rekan
sejawat yang juga merasakan situasi dan kondisi yang sama.
Menurut Goliszek (2005) stress merupakan sesuatu yang menyangkut
interaksi antara individu dan lingkungan yaitu interaksi antara stimulus respon,
sehingga dapat dikatakan stress merupakan konsekuensi setiap tindakan dari situasi
lingkungan yang menimbulkan tuntutan psikologis dan fisik pada diri seseorang.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan lima orang
informan yaitu orang tua siswa diketahui bahwa mereka mulai merasa stress dan
mengeluh akibat adanya sistem pembelajaran dari rumah secara daring yang
mengharuskan mereka bertindak menjadi guru mengajari anak-anaknya. Stress yang
dialami oleh orang tua siswa disebabkan karena reaksi fisik dan psikis berupa
perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan terhadap tekanan atau tuntutan yang
sedang dihadapi khususnya dalam mengajari anaknya. Beberapa hal yang menjadi
faktor penyebab orang tua siswa merasa stress yaitu sebagai berikut:
1. Orang tua merasa stress ketika anaknya tidak mengerti dengan materi
pelajaran yang telah dijelaskan oleh orang tua tersebut. Ekspektasi orang tua
yaitu ketika ia telah mengajari anaknya maka anak akan cepat paham, akan
tetapi pada kenyataanya meskipun sudah diajari tetapi anaknya tidak juga
paham dan mengerti. Berdasarkan hal ini orang tua tidak sabar dalam
mengajari anaknya secara perlahan-lahan sehingga cenderung emosi dan
marah kepada anaknya ketika tidak paham walaupun sudah diajari. Hal ini
menjadi tekanan batin tersendiri bagi orang tua karena merasa gagal
mengajari anaknya. Banyak orang tua dalam mendampingi belajar anak
dirumah kurang sabar sehingga muncul kekesalan dan melampiaskannya pada
anak. Hal lain menunjukkan bahwa ternyata orang tua juga sudah merasa
stress dan jenuh dengan pembelajaran yang dilakukan dirumah serta WFH
yang di terapkan hal itu memicu ketidaksabaran orang tua dalam menemani
anak belajar dan bermain.
2. Orang tua merasa stress ketika ia sendiri tidak paham dengan materi yang
diberikan oleh guru seperti materi pelajaran anak yang sulit untuk dipahami
sehingga Ia tidak mampu mengajari anaknya kembali. Hal ini dapat terjadi
karena orang tua siswa ada yang tidak pandai menulis, tidak pandai membaca
atau mereka memiliki pendidikan yang rendah atau tidak bersekolah. Hal ini
sejalan dengan Cahyati dan Kusumah (2020) yang menyatakan bahwa selama
pembelajaran dirumah atau daring, banyak orang tua yang kurang dalam
memahami materi yang diberikan oleh pihak sekolah atau guru orang, orang
tua menganggap tugas yang diberikan terlihat sulit sehingga mereka sulit
untuk menyampaikannya kepada anak.
3. Orang tua merasa stress karena tugasnya bertambah satu lagi yaitu mengajari
anaknya yang semula tugas tersebut merupakan tugas guru di sekolah.
Perhatian orang tua terbagi antara kerja dan mendampingi anak belajar. Hal
ini terjadi karena ada orang tua khususnya Ibu yang juga bekerja misalnya
jualan kepasar sehingga tidak mampu mengajari anaknya secara maksimal
karena kesibukannya bekerja. Karena orang tua atau Ibu yang sibuk bekerja
mengakibatkan tugas-tugas anaknya yang terbengkalai dan tidak terselesaikan
dengan baik yang mana ini tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar
anak yang rendah. Selama orang tua bekerja anak kurang terarah utamanya
kedisplinan menjadi longgar. Orang tua tidak memiliki cukup waktu untuk
menemani anak belajar dirumah karena harus bekerja menjadi masalah lain
dimasa pandemic Covid-19 ini (Anita Wardani dan Yulia Ayriza, 2021).
4. Orang tua merasa stress karena tuntutan belajar dari rumah secara daring
membutuhkan Gadget atau handphone android untuk dapat mengakses materi-
materi yang diberikan oleh guru seperti foto, video atau bahan materi yang
dikirimkan melalui aplikasi di handphone. Tuntutan ini menjadi permasalahan
yang mengakibatkan stress orang tua khususnya orang tua yang tidak
memiliki handphone untuk proses pembelajaran anaknya. Orang tua harus
meminjam-minjam handphone tetangga untuk mengakses materi yang
diberikan oleh guru dimana orangtua selalu terlambat mendapatkan informasi
karena Ia tidak memiliki handphone.
5. Orang tua merasa stress karena memiliki dua anak yang bersekolah sehingga
harus mengajari kedua anaknya. Orang tua kadang kerepotan ketika harus
lihat panduan dari telepon genggam yang dikirim dari guru masing-masing.
6. Orang tua merasa stress karena tidak pandai atau tidak biasa menggunakan
handphone dimana handphone merupakan alat utama yang digunakan dalam
proses pembelajaran dari rumah secara daring. Hal ini terjadi karena tidak
semua orang tua paham teknologi, beberapa ada yang gaptek (gagap
teknologi). Orang tua yang tidak terbiasa dengan sistem pembelajaran daring,
terutama orang tua yang jarang menggunakan gadget, sudah pasti ini akan
sangat menyulitkannya dalam membantu anak belajar dari rumah. Hal ini
sejalan dengan Lestari dan Gunawan (2020) yang menyatakan bahwa dalam
pembelajaran daring, tidak semua orang tua mampu mengoperasikan gadget
karena ada beberapa orang tua yang keadaanya masih belum melek teknologi.
7. Orang tua merasa stress karena tugas anak terlalu banyak karena guru
memberikan tugas lebih banyak kepada siswanya. Hal ini menambah tugas
orang tua untuk menemani dan membantu anak menyelesaikan tugas sampai
selesai.
8. Orang tua merasa stress karena finansial yang rendah tetapi tuntutan belajar
dari rumah secara daring membutuhkan pembelian kuota paket. Permasalahan
ini muncul diawal diterapkannya pembelajaran secara daring, akan tetapi saat
ini kebijakan pemerintah yang telah meringankan beban orang tua dalam
pembelian paket karena pihak sekolah telah memberikan kuota gratis untuk
pendidikan.
Kondisi dilapangan saat ini menunjukkan bahwa pembelajaran daring atau
pembelajaran yang dilakukan dirumah dengan bimbingan orang tua pada anak
sekolah dasar memiliki beberapa kendala sehingga menyebabkan stress orang tua.
Peran orang tua sangat penting dalam proses pembelajaran secara daring. Oleh
karena itu, orang tua harus terhindar dari rasa stress supaya mendampingi anak dalam
proses belajar daring dapat berjalan dengan efektif dan menyenangkan. Usaha kreatif
dan inovatif yang dapat dilakukan untuk menghindari stressing orang tua dalam
mendampingi anak belajar dari rumah secara daring sekaligus sebagai penyelesaian
masalah yang dihadapi orang tua yaitu dengan melakukan hal sebagai berikut:
1. Pihak pemerintah diharapkan dapat memberikan layanan psikolog di
jenjang Puskesmas sehingga dapat menampung keluh kesah orang tua
serta dapat memberikan motivasi khususnya kesehatan mental kepada
orang tua agar tidak stress dalam mendampingi anaknya belajar secara
daring.
2. Orang tua perlu mengajari anaknya dengan lemah lembut, sabar serta
telaten dan yang paling utama menjalin komunikasi yang baik antara
orang tua dan anak dalam proses mengajari dan membimbing anaknya
belajar. Orang tua perlu mengatur emosi dan tidak galak dalam mengajari
anaknya karena akan berdampak bagi rasa tak nyaman untuk anak dalam
proses belajar.
3. Manajemen waktu oleh orang tua dimana orang tua harus membagi jadwal
bekerja serta jadwal mendampingi anaknya belajar dengan fokus
utamanya yaitu pendidikan anak yang lebih diutamakan.
4. Manajemen kegiatan belajar anak dimana orang tua menetapkan aturan
dan berkomitmen dengan sang anak untuk mematuhi aturan dalam
kegiatan belajar. Misalnya anak boleh bermain atau beristirahat apabila
sudah mengerjakan tugasnya dengan benar sehingga anak tidak boleh
bermain apabila ia belum mengerjakan tugasnya.
5. Orang tua yang gaptek harus mau belajar khususnya dalam menggunakan
handphone agar kegiatan pembelajaran anaknya tidak terkendala.
6. Orang tua yang tidak memahami materi pelajaran perlu berkonsultasi
dengan guru kelas ataupun bertanya dengan rekan sesama orang tua
sehingga apabila orang tua sudah paham dapat mengajari anaknya secara
maksimal. Pemahaman materi yang luas yang dimiliki oleh orang tua
sangat bermanfaat dalam membantu anak belajar dirumah. Orang tua
membantu anak belajar dirumah berdasarkan kegiatan yang ada disekolah,
seperti membacakan buku cerita yang mendidik dan membantu anak
mengerjakan tugas-tugas dari sekolah. Pembelajaran tidak bisa maksimal
jika orang tua belum sepenuhnya memahami materi yang diberikan oleh
guru untuk diajarkan kepada anak sehingga orang tua harus benar benar
menguasai materi pembelajaran yang diberikan oleh guru agar
terlaksananya pendidikan dirumah menjadi sukses (Irma, Nisa dan
Sururiyah, 2019).
7. Mencoba memahami gaya belajar anak dan mengajari anak dalam suasana
yang menyenangkan serta menerapkan metode-metode belajar yang baik
agar anak termotivasi untuk belajar dan cepat memahami pelajaran yang
diajarkan.
8. Orang tua yang terkendala karena tidak memiliki handphone disarankan
untuk melakukan pengaduan ke pemerintah setempat misalnya ke Kepala
Desa agar diusahakan untuk diberi bantuan dalam penyediaan handphone
untuk proses belajar anaknya.
9. Orang tua dan anak perlu melakukan quality time atau refreshing
sederhana dirumah seminggu sekali seperti menonton bersama, bermain
bersama agar menghilangkan kejenuhan yang dirasakan.
10. Orang tua harus memastikan dirinya dan anaknya sehat secara mental
sehingga tidak gampang mengalami stress khususnya orang tua dalam
mengajari dan membimbing anaknya belajar.
Hal-hal tersebut perlu diupayakan dan diterapkan sebagai solusi dari
permasalahan yang dihadapi orang tua khususnya stress yang dialami orang tua dalam
mendampingi anak belajar dari rumah secara daring.

PENUTUP
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa fenomena stress
orang tua dalam mendampingi anak belajar dari rumah (BDR) secara daring selama
pandemi covid-19 sebagai berikut:
1. Orang tua merasa stress ketika anaknya tidak mengerti dengan materi
pelajaran yang telah dijelaskan oleh orang tua tersebut sehingga orang tua
merasa tidak sabar dan emosi dalam mengajari anaknya
2. Orang tua merasa stress ketika ia sendiri tidak paham dengan materi yang
diberikan oleh guru seperti materi pelajaran anak yang sulit untuk dipahami
sehingga Ia tidak mampu mengajari anaknya kembali
3. Orang tua merasa stress karena tugas mendampingi anak dalam belajar
berbenturan dengan kerja yang harus dilakukan oleh orang tua
4. Orang tua merasa stress karena tidak memiliki gadget atau handphone untuk
kegiatan pembelajaran anaknya secara daring
5. Orang tua merasa stress dan kerepotan karena memiliki dua anak yang
bersekolah sehingga harus mengajari kedua anaknya
6. Orang tua merasa stress karena tidak pandai atau tidak biasa menggunakan
handphone (gaptek)
7. Orang tua merasa stress karena tugas anak terlalu banyak
8. Orang tua merasa stress karena finansial yang rendah tetapi tuntutan belajar
dari rumah secara daring membutuhkan pembelian kuota paket

DAFTAR PUSTAKA
Anita Wardani dan Yulia Ayriza. 2021. Analisis Kendala Orang Tua dalam
Mendampingi Anak Belajar di Rumah Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1)

Irma, C., Nisa, K., & Sururiyah, S. 2019. Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan
Anak Usia Dini di TK Masyitoh Purworejo. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 4(1)

Karnawati, & Mardiharto. 2020. Sekolah Minggu Masa Pandemi Covid-19: Kendala,
Solusi, Proyeksi. Jurnal STT Simpson, 2(1), 13-24
Lestari, A., & Gunawan. 2020. The Impact of Covid-19 Pandemic on Learning
Implementation of Primary and Secondary School Levels. Indonesian Journal
of Elementary and Childhood Education, Vol. 1 No. 2 58-63.

Putra, R., & Irwansyah. 2020. Media Komunikasi Digital, Efektif namun Tidak
Efisien, Studi Media Richness Theory dalam Pembelajran Jarak Jauh Berbasis
Teknologi di Masa Pandemi. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, 1(2), 1-13.

Sari, Mutmainah, R. N., Yulianingsih, I., & Astari, T. 2020. Kesiapan Ibu Bermain
Bersama Anak selama Pandemi Covid-19. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 476- 489
Wahyu Aji Fatma Dewi. 2020. Dampak Covid-19 terhadap Implementasi
Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1)

Anda mungkin juga menyukai