Anda di halaman 1dari 9

e-ISSN: 2721-1924

ISSN: 2302-6391

HIPERPLASIA PROSTAT JINAK:


MANAJEMEN TATALAKSANA DAN
Tinjauan PENCEGAHAN
Pustaka Reynardi Larope Sutanto1

1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas


Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta

ABSTRAK

Pendahuluan: Hiperplasia prostat jinak atau BPH (benign prostatic hyperplasia)


merupakan sebuah diagnosis histologik yang merujuk kepada proliferasi jaringan epitel
dan otot halus di dalam zona transisi prostatika. BPH diderita oleh sekitar 18 – 25% laki-
laki dengan usia di atas 40 tahun dan lebih dari 90% laki-laki dengan usia di atas 80. BPH
dapat menurunkan kualitas hidup seseorang secara signifikan sehingga diperlukan pilihan
terapi yang tepat untuk membantu kehidupan pasien BPH.
Metode: Tulisan ini dibuat dengan penelusuran literatur (literature review) dari panduan
praktik klinis, literatur ilmiah, situs web, dan buku teks terbaru dan terpercaya mengenai
topik BPH.
Pembahasan: Terdapat tiga tipe kelompok tatalaksana, yaitu terapi konservatif,
medikamentosa, dan pembedahan. Pemilihan terapi dilakukan dengan memulai dari
pilihan yang paling tidak invasif terlebih dahulu dengan tujuan peningkatan kualitas hidup.
Meski sulit dicegah, beberapa tindakan preventif dapat dilakukan, seperti pemilihan obat-
obatan yang tidak menimbulkan BPH lebih awal, pelaksanaan gaya hidup sehat dengan
tidak merokok, berolahraga, penjagaan berat badan, dan pengaturan pola diet seimbang.
Simpulan: BPH merupakan kondisi yang sangat prevalen pada populasi laki-laki lanjut
usia. Meski tidak mematikan, kemampuan BPH yang dapat menurunkan kualitas hidup
pasien secara signifikan membuat pasien memerlukan pilihan tatalaksana yang tepat.

Kata Kunci: Hiperplasia prostat jinak, manajemen, pencegahan, tatalaksana

JIMKI Volume 8 No.3 | September 2020 – Februari 2021 90


e-ISSN: 2721-1924
ISSN: 2302-6391

BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA: TREATMENT AND


PREVENTION MANAGEMENT
ABSTRACT

Background: Benign prostatic hyperplasia (BPH) is a histologic diagnosis which referred


to a proliferation of ephitelial and smooth muscle tissues in the transitional zone of the
prostate. BPH affects roughly 18-25% of all male aged 40 years and above and 90% of all
male aged beyond 80. BPH is known to be able to significantly decrease quality of life and
hence people with BPH need treatments to help them alleviate its effects.
Methods: The research was conducted using literature review from the most actual and
respected clinical guidelines, scientific literatures, websites, and textbooks on BPH.
Discussion: There are three main groups of treatment, which are conservative,
pharmacological, and surgical treatments. Treatment should be chosen from the least
invasive first with the aim of increasing quality of life. Even if it is hard to prevent, several
preventive measures could be conducted, such as limiting usage of BPH-inducing drugs,
doing healthy lifestyle which involves no smoking, active exercise, body weight control, and
balanced diet.Conclusion: BPH is a very prevalent condition on elderly male population.
Even though it is not deadly, a proper treatment management need to be done by virtue of
its ability to significantly decrease quality of life.

Keywords: benign prostatic hyperplasia, management, prevention, treatment

1. PENDAHULUAN mengambil sumber dari penelusuran


Hiperplasia prostat jinak atau BPH literatur (literature review) dari literatur
(benign prostatic hyperplasia) ilmiah, situs web, dan buku teks terbaru
merupakan sebuah diagnosis histologik dan terpercaya mengenai topik BPH.
yang merujuk kepada proliferasi jaringan Pencarian dilakukan pada
epitel dan otot halus di dalam zona tanggal 27-28 Agustus 2020 di
transisi prostatika.1 BPH kerap pangkalan data MEDLINE dengan mesin
menyebabkan disfungsi pada saluran pencari (search engine) Pubmed dan
kemih bagian bawah pria dan paling Google. Kata kunci yang digunakan
sering ditemukan pada pria lanjut usia. meliputi “Benign Prostatic Hyperplasia”
Sekitar 18 – 25% laki-laki dengan usia di dan “Hiperplasia Prostat Jinak” dan
atas 40 tahun dan lebih dari 90% laki-laki pencarian dibatasi hingga pada satu
dengan usia di atas 80 tahun mengalami tahun terakhir. Setelah menemukan
BPH.2,3 Mengingat tingginya prevalensi 14.066 entry pada Pubmed dan melihat
dan insidensi BPH pada populasi, lima halaman artikel pertama pada
pengetahuan mengenai algoritma Google, tiga literatur ilmiah serta dua
tatalaksana dan pencegahan BPH yang artikel situs web terpercaya yang relevan
baik perlu dipahami oleh setiap klinisi. berhasil diseleksi untuk untuk
Karya tulis ini akan membahas melengkapi sintesis konsensus IAUI
tatalaksana dan pencegahan BPH yang 2015, panduan AUA 2010, dan tiga
diadaptasi dari panduan terapi BPH artikel ilmiah dari tiga buku teks berbeda.
keluaran Ikatan Ahli Urologi Indonesia
(IAUI) tahun 2015 serta beberapa 3. PEMBAHASAN
sumber lain, seperti panduan milik Konsensus IAUI 2015 maupun
American Urological Association (AUA) Panduan AUA 2010 membagi
tahun 2010. manajemen BPH menjadi beberapa
kelompok, yaitu kelompok terapi
2. METODE konservatif (watchful waiting),
Tulisan ini dibuat dengan medikamentosa, dan pembedahan.
mempertimbangkan panduan klinis Terapi-terapi ini bertujuan memperbaiki
terbaru dari IAUI dan AUA mengenai kualitas hidup pasien dan tergantung
BPH. Selain itu, tulisan ini juga pada derajat keluhan, keadaan pasien,
dan ketersediaan fasilitas lokal.1,4

JIMKI Volume 8 No.3 | September 2020 – Februari 2021 91


e-ISSN: 2721-1924
ISSN: 2302-6391

pencegahan untuk menghambat


Tabel 1. Pilihan Tatalaksana pada perkembangan penyakit BPH sang
BPH1,4 pasien. Edukasi ini meliputi anjuran
Jenis Pilihan untuk mengurangi asupan minum, kopi,
Tatalaksana Tatalaksana atau alkohol setelah makan malam,
Konservatif Pengawasan konsumsi cokelat serta bahan makanan
Berkala dan yang menyebabkan iritasi vesica
Edukasi Gaya urinaria, penggunaan obat-obatan
Hidup golongan fenilpropanolamin pada
Medikamentosa α1-blocker influenza, serta kebiasaan menahan
Penghambat 5α- urinasi dalam waktu lama. Selain itu, bila
reduktase pasien memiliki riwayat konstipasi,
Antagonis reseptor dokter juga perlu menatalaksana keluhan
muskarinik tersebut.4
Penghambat
fosfodiesterase-5 3.2 Medikamentosa
Terapi kombinasi Terapi medikamentosa atau
Fitofarmaka farmakologis digunakan pada pasien
Pembedahan TURP BPH yang memiliki gejala mengganggu
Laser atau skor IPSS > 7. Algoritma pemilihan
prostatektomi tipe obat menurut gejala yang ditemukan
TUIP dapat dilihat pada bagan berikut.1,4
Termoterapi Adapun beberapa golongan obat yang
Kelenjar Prostat kerap digunakan sebagai terapi
Pemasangan stent medikamentosa BPH meliputi:
intraluminal
Operasi terbuka A. α1-blocker
Kateterisasi Obat golongan α1-blocker bekerja
Keterangan: dengan cara menghambat kontraksi
TURP: Transurethral resection of the lapisan otot polos dinding prostat. Hal ini
prostate dapat mengurangi tahanan leher vesica
TUIP: Transurethral incision of the urinaria dan uretra sehingga mampu
prostate mengurangi keluhan iritatif (storage),
ditandai dengan peningkatan frekuensi
3.1 Konservatif urinasi, dan obstruktif (voiding), ditandai
Pada manajemen konservatif, dengan kencing mengejan, sekaligus.
pasien tidak mendapatkan terapi apapun Beberapa obat meliputi terazosin,
dari dokter. Meski demikian, doksazosin, alfazosin, dan tamsulosin
perkembangan penyakit prostat yang yang dinimum sekali sehari dengan dosis
dialami pasien tetap akan diawasi oleh yang perlu dititrasi. Sekitar 30-45%
dokter. Pengawasan ini biasanya pasien yang diberikan obat ini memiliki
dilaksanakan dalam bentuk kontrol penurunan skor IPSS. Bahkan, pada
berkala setiap 3-6 bulan sekali untuk sekitar 15-30% pasien, skor tersebut
melihat perubahan pada keluhan, skor turun 4 hingga 6 poin.1,4
IPSS, uroflowmetry, dan volume residu Setiap α1-blocker memiliki efek
urin. Manajemen konservatif hanya samping yang berbeda-beda. Meski
direkomendasikan bagi pasien dengan demkian, efek samping tersebut
keluhan ringan yang tidak mengganggu biasanya termanifestasi pada sistem
aktivitas sehari-hari alias memiliki skor kardiovaskular dan neurologi sehingga
IPSS <7. Jika keluhan BPH telah muncul gejala hipotensi, asthenia,
berkembang menjadi lebih parah, terapi vertigo, dan intraoperative floppy iris
lain yang lebih intervensional dan aktif syndrome (IFIS).4 IFIS umumnya
perlu dilakukan untuk mengganti disebabkan oleh tamsulosin dapat
manajemen konservatif ini.4 menyebabkan berkurangnya
Selain melakukan pengawasan kemampuan dilasi pupil, miosis progresif,
berkala, pasien juga diberikan edukasi gas dalam iris, dan prolaps iris pada
mengenai faktor risiko dan tindakan operasi katarak.5 Meski demikian, obat
golongan ini sangat direkomendasikan

JIMKI Volume 8 No.3 | September 2020 – Februari 2021 92


e-ISSN: 2721-1924
ISSN: 2302-6391

Gambar 1. Algoritma Tatalaksana Konservatif dan Medikamentosa BPH4

pada kasus BPH dengan gejala sedang volume > 40 cc. Dutasteride digunakan
menuju berat.4 dengan dosis 0,5 mg, sementara
finasteride dengan dosis lebih tinggi yaitu
B. Penghambat 5α-reduktase 5 mg. Penggunaannya sangat
Obat golongan penghambat 5α- direkomendasikan oleh AUA dan IAUI
reduktase bekerja dengan cara untuk kasus BPH yang lebih berat, meski
menginduksi apoptosis pada sel-sel tidak didukung oleh literatur selengkap
penyusun jaringan epitel prostat melalui α1-blocker.4
inhibisi isoenzim 5α-reduktase, enzim Beberapa efek samping yang dapat
yang dapat mengkonversi testosteron diakibatkan penggunaan penghambat
menjadi dihidrotestosteron (DHT). Oleh 5α-reduktase meliputi disfungsi ereksi,
sebab itu, obat-obat golongan ini mampu penurunan libidio, ginekomastia, dan
mengecilkan volume prostat. Beberapa muncul bercak-bercak kemerahan di
penelitian menyebutkan bahwa dampak kulit. Selain itu, penghambat 5α-
pengecilan ini mampu mencapai 30% reduktase dapat menurunkan kadar PSA
ukuran pembesarannya. Ada dua jenis sampai setengah dari nilai awalnya
obat golongan penghambat 5α- sehingga dapat menimbulkan negatif
reduktase, yaitu finasteride dan palsu dalam deteksi kanker prostat.
dutasteride. Keduanya baru akan Meski demikian, efek samping tersebut
menghasilkan efek setelah lewat 6 tidak begitu besar dan minimal.4
bulan.4
Indikasi penggunaan dutasteride
adalah jika volume prostat > 30 cc,
sementara indikasi finasteride bila

JIMKI Volume 8 No.3 | September 2020 – Februari 2021 192


e-ISSN: 2721-1924
ISSN: 2302-6391

C. Antagonis reseptor muskarinik disfungsi ereksi.6 Sebuah studi Cochrane


Cara kerja obat-obatan antagonis menyebutkan bahwa penggunaan
reseptor muskarinik adalah dengan penghambat PDE-5 sama efektifnya
menginhibisi stimulasi reseptor dengan penggunaan α1-blocker pada
muskarinik. Hal ini menyebabkan BPH sedang hingga berat.7 Konsensus
berkurangnya kontraksi jaringan otot IAUI juga merekomendasikan
polos pada vesica urinaria. Oleh sebab penggunaan penghambat PDE-5
itu, antagonis reseptor muskarinik, sebagai alternatif α1-blocker yang
seperti fesoterodine fumarate, sederajat.4
propiverine HCl, tolterodine l-tartrate,
dan solifenacin succinate, kerap E. Terapi kombinasi
digunakan jika α1-blocker tidak berhasil Kombinasi α1-blocker dan
mengurangi gejala iritatif BPH.4 penghambat 5α-reduktase dapat
Antagonis reseptor muskarinik menghasilkan efek sinergis yang mampu
diduga sangat bermanfaat dalam mengkombinasikan keuntungan dari
penurunan gejala iritatif BPH pada kedua golongan obat tersebut. Salah
pasein dengan volume prostat yang satu keuntungannya adalah dengan
belum begitu besar. Di sisi lain, mempercepat efek klinis obat karena
penggunaan antagonis muskarinik dapat obat golongan penghambat 5α-
menimbulkan kekeringan mulut, reduktase membutuhkan waktu
konstipasi, pusing, nasofaringitis, dan berbulan-bulan sebelum perubahan
kesulitan berkemih. Efek samping yang klinis terlihat. Selain itu, efek sinergis
cukup banyak dan masih minimnya hasil kombinasi kedua golongan obat
literatur mengenai efektivitas antagonis yang ditemukan pada terapi kombinasi
reseptor muskarinik, membuat IAUI tidak juga lebih efektif dalam mengurangi
begitu merekomendasikan kemungkinan retensi urin dan progresi ke
penggunaannya kecuali pada gejala arah kanker yang membutuhkan terapi
iritatif yang tidak dapat disembuhkan α1- bedah. Meski demikian, kombinasi ini
blocker.4 turut memperbesar risiko terjadinya efek
samping. Oleh sebab itu, pengobatan ini
D. Penghambat fosfodiesterase-5 hanya dikhususkan bagi pasien dengan
Penghambat fosfodiesterase-5, atau keluhan sedang-berat dan risiko progresi
penghambat PDE-5, merupakan tinggi. Selain itu, obat ini hanya
golongan obat dengan kemampuan digunakan pada rencana jangka panjang
meningkatkan konsentrasi dan aktivitas atau lebih dari 1 tahun.4
cyclic guanosine monophosphate Kombinasi α1-blocker dan antagonis
(cGMP) intraselular. Oleh sebab itu, obat reseptor muskarinik dapat melakukan
ini mampu mengurangi tonus otot polos inhibisi reseptor jaringan otot polos
pada dinding m. detrusor, prostat, dan saluran perkemihan bagian bawah dalam
uretra. Meski tersedia dalam bentuk jumlah yang lebih besar dari monoterapi
sildenafil, vardenafil, dan tadalafil, IAUI salah satu penyusunnya. Hal ini dapat
hanya merekomendasikan penggunaan terjadi karena kombinasi ini mampu
tadalafil.4 memblok baik reseptor α1 maupun
Dosis yang direkomendasikan oleh reseptor muskarinik M2 dan M3. Dengan
IAUI adalah tadalafil 5 mg perhari. Obat demikian, pasien yang memiliki keluhan
golongan ini dapat menurunkan skor iritatif dan overaktivitas detrusor mampu
IPSS hingga sebesar 37% dari nilai mengalami penurunan keluhan secara
semula.4 Alasan pemilihan tadalafil signifikan. Pengobatan dengan
ketimbang 2 jenis obat lainnya adalah kombinasi obat ini dapat mengurangi
karena tadalafil tidak menyebabkan frekuensi urinasi, gejala nokturia,
gangguan visual dan flushing akibat urgensi, inkontinensia, dan skor IPSS.
cross-reaction berlebihan dengan PDE- Dalam menatalaksana pasien dengan
6. Meski demikian, tadalafil dapat pengobatan ini, dibutuhkan pemeriksaan
menyebabkan nyeri punggung pada residu urin secara berkala untuk
beberapa penggunanya.6 mengamati proses penyembuhan
Salah satu efek lain yang dimiliki oleh dengan baik.4
seluruh golongan penghambat PDE-5
adalah kemampuannya mengobati

JIMKI Volume 8 No.3 | September 2020 – Februari 2021 93


e-ISSN: 2721-1924
ISSN: 2302-6391

F. Fitofarmaka
Fitofarmaka merupakan ekstrak dari 3.3 Pembedahan
tumbuh-tumbuhan herbal tertentu yang Pembedahan merupakan suatu
dipercaya memiliki khasiat terapetik. tindakan tatalaksana BPH yang bersifat
Meski demikian, hanya sedikit literatur invasif. Oleh sebab itu, indikasi yang
yang berhasil membahas dan jelas perlu ditemukan sebelum seorang
membuktikan efektivitas zat aktif yang klinisi memutuskan untuk melakukan
tergantung dalam fitofarmaka sebagai pembedahan. Indikasi-indikasi tersebut,
agen terapi medikamentosa BPH. Oleh meliputi retensi urin akut, infeksi saluran
sebab itu, baik IAUI maupun AUA tidak kemih berulang, hematuria makroskopik,
merekomendasikan penggunaan sistolitiasis, penurunan fungsi ginjal,
fitofarmaka sebagai agen terapi BPH. gagal berkemih setelah melepaskan
Meski demikian, penggunaannya dapat kateter, perubahan patologis pada vesica
dipakai sesuai dengan permintaan urinaria, keluhan telah memberat, tidak
pasien atau kebijaksanaan dokter adanya perbaikan setelah terapi
selama fitofarmaka yang digunakan tidak konservatif dan medikamentosa, serta
memiliki interaksi buruk dengan obat- pasien menolak terapi selain bedah.4
obatan konvensional lain. Beberapa Adapun berikut merupakan beberapa
fitofarmaka yang kerap digunakan dalam pilihan terapi pembedahan yang dapat
tatalaksana BPH meliputi Pygeum dilakukan.
africanum, Hypoxis rooperi, Serenoa
repens, dan lain-lain.1,4

Gambar 2. Algoritma Tatalaksana Intervensi BPH4

JIMKI Volume 8 No.3 | September 2020 – Februari 2021 94


e-ISSN: 2721-1924
ISSN: 2302-6391

A. Transurethral Resection of the prosedur ini, prostat akan mengalami


Prostate (TURP) koagulasi ketika temperatur telah
TURP merupakan suatu pembedahan mencapai 600C hingga 650C. Pada
invasif minimal yang kerap digunakan temperatur 1000C, prostat akan
pada pasien BPH dengan volume prostat mengalami vaporisasi dan ukurannya
30-80 cc. Meski demikian, TURP dapat mengecil.4
digunakan pada kondisi prostat apapun
tergantung pada pengalaman dan C. Transurethral Insicion of the
ketersediaan peralatan seorang ahli Prostate (TUIP)
bedah urologi. Pada umumnya, TURP Termoterapi merupakan tindakan
memiliki efektivitas dalam perbaikan memanaskan jaringan prostat
gejala BPH yang mencapai 90% menggunakan transurethral microwave,
sehingga metode ini merupakan salah transurethral needle ablation, atau high
satu baku emas tatalaksana invasif intensity focused ultrasound hingga suhu
BPH.4 450C untuk menimbulkan nekrosis dan
koagulasi jaringan tersebut. Dampak dari
termoterapi adalah penggunaan kateter
yang berkepanjangan meski tanpa perlu
melakukan perawatan inap di rumah
sakit. Dari ketiga metode pemberian
panas, metode transurethral needle
ablation memiliki angka rekurensi BPH
terrendah dengan kisaran 20-50% pada
20 bulan pertama pascatindakan.4

D. Termoterapi Kelenjar Prostat


Stent merupakan alat medis yang
dapat dipasang di dalam lumen saluran
antara leher vesica urinaria dan area
Gambar 3. Prosedur TURP8 proksimal dari colliculus seminalis.
Dengan memasang alat bantu ini, dapat
membuka jalur aliran urin di lumen uretra
Prosedur TURP merupakan
pars prostatika sehingga urinasi dapat
prosedur yang sangat direkomendasikan
berjalan lancar kembali. Stent dapat
oleh IAUI. Akan tetapi, tingkat
keberhasilan TURP dapat menurun bila dipasang secara temporer hingga kondisi
kembali normal atau secara permanen.
terjadi retensi bekuan darah, retensi urin
Beberapa efek samping dari
akut, maupun infeksi saluran kemih.
pemasangan stent adalah obstruksi,
Selain itu, terdapat pula angka mortalitas
disuria, dan nyeri perineal.4
30 hari pertama pascaoperasi sebesar
0,1% serta kemungkinan terjadinya
komplikasi yang meliputi ejakulasi E. Pemasangan Stent Intraluminal
Stent merupakan alat medis yang
retrograd, disfungsi ereksi, dan stenosis
dapat dipasang di dalam lumen saluran
leher vesica urinaria.4
antara leher vesica urinaria dan area
proksimal dari colliculus seminalis.
B. Laser Prostatektomi
Laser prostatektomi merupakan Dengan memasang alat bantu ini, dapat
penembakan sinar berenergi untuk membuka jalur aliran urin di lumen uretra
pars prostatika sehingga urinasi dapat
menghancurkan jaringan hiperplastik
berjalan lancar kembali. Stent dapat
prostat. Jenis-jenis laser yang kerap
dipasang secara temporer hingga kondisi
digunakan meliputi laser Nd:YAG,
kembali normal atau secara permanen.
Holmium:YAG, KTP:YAG, Green Light
Laser, Thulium:YAG, dan Diode. Beberapa efek samping dari
pemasangan stent adalah obstruksi,
Penggunaan laser dalam tatalaksana
disuria, dan nyeri perineal.4
invasif direkomendasikan bila pasien
sedang dalam terapi antikoagulan yang
tidak dapat dihentikan karena risiko
mengidap emboli yang tinggi. Pada

JIMKI Volume 8 No.3 | September 2020 – Februari 2021 95


e-ISSN: 2721-1924
ISSN: 2302-6391

F. Operasi Terbuka merokok, berat badan, aktivitas fisik, dan


Terdapat dua jenis pembedahan diet yang dimiliki seseorang.9,10
terbuka, yaitu metode Freyer melalui Obat-obatan tertentu diduga dapat
transvesikal dan metode Millin secara menimbulkan risiko munculnya BPH dan
retropubik. Pembedahan dengan operasi memperparah gejala yang terjadi. Obat-
terbuka baru dianjurkan ketika volume obatan ini meliputi obat golongan
prostat telah mencapai angka melebihi antidepresan, antihistamin, dan
80 cc. Hal ini disebabkan oleh fakta bronkodilator. Selain itu, obat-obatan
bahwa operasi terbuka merupakan cara pilek yang bekerja sebagai α-
operasi yang sangat invasif dengan simpatomimetik juga dapat
angka morbiditas tinggi. Perdarahan memperparah gejala BPH karena
dapat menjadi penyulit dini di tengah efeknya pada otot polos vesica urinaria.10
operasi dan meningkatkan risiko Merokok dapat meningkatkan
mortalitas atau komplikasi kadar testosteron dan estrogen tubuh
pascatindakan. Beberapa komplikasi akibat dampak nikotin yang terkandung
yang kerap terjadi meliputi striktur uretra di dalamnya. Kadar hormon yang tinggi
pada 6% kasus dan inkontinensia urin ini dapat dikompensasi oleh tubuh
pada 10% kasus.4 dengan mengubah ekses testosteron
menjadi DHT. Oleh sebab itu, merokok
G. Kateterisasi diduga dapat menginduksi dan
Kateterisasi merupakan tindakan berpengaruh positif terhadap
pemasangan kateter dengan tujuan perkembangan BPH. Beberapa
memudahkan rilis urin. Kateterasi kerap penelitian mengaitkan riwayat merokok
digunakan untuk menangani retensi urin dengan berkurangnya volume urin serta
kronik pada pasien yang tidak dapat munculnya efek iritatif dan obstruktifnya.
menerima operasi. Kateterisasi dapat Akan tetapi, pengaruhnya dirasa tidak
bersifat intermiten, atau clean begitu besar.10
intermittent catheterization (CIC), Berat badan dan aktivitas fisik
maupun menetap. CIC biasanya merupakan dua hal yang saling berkaitan
dikerjakan sebelum pemasangan kateter satu sama lain. Aktivitas fisik yang
menetap dan dilakukan dalam mumpuni didukung dengan indeks
lingkungan steril secara periodik.4 massa tubuh yang ideal merupakan
Bila kateterisasi ingin dihentikan, faktor protektif dari pembentukan gejala
perlu dilakukan evaluasi selama 3-7 hari BPH. Hal ini diduga merupakan akibat
bersamaan dengan pemberian obat- dari eksistensi jaringan adiposa yang
obatan α1-blocker. Evaluasi ini bertujuan tinggi dalam diri pengidap obesitas.
untuk melihat pancaran dan sisa urin Jaringan adiposa yang tinggi
ketika pasien berkemih tanpa pemberian menginduksi aromatisasi testosteron
kateter. Di sisi lain, bila kateterisasi menjadi estrogen sehingga
melalui uretra tidak dapat dilakukan, mengakibatkan ketidakseimbangan
prosedur alternatif yang dapat dipilih hormonal tubuh. Oleh sebab itu, terjadi
adalah sistostomi. Sistosomi merupakan perubahan kadar testosteron menjadi
prosedur pemasangan kateter khusus DHT yang mampu meningkatkan risiko
secara supravesika melalui dinding BPH pada pasien dengan obesitas.10
abdomen.4 Faktor diet juga dapat
mempengaruhi risiko terjadinya BPH.
3.4 Pencegahan Diet rendah lemak dan rendah daging
BPH sejatinya merupakan kondisi merah yang dikombinasikan dengan
yang tidak dapat dicegah karena peningkatan jumlah nutrisi protein dan
merupakan kejadian yang akan menimpa sayur-sayuran dapat menurunkan
hampir semua laki-laki di masa tua. Akan kemungkinan terjadinya gejala-gejala
tetapi, beberapa kebiasaan dan pilihan BPH. Di sisi lain, studi yang sama juga
gaya hidup dapat mengurangi faktor- mengasosiasikan konsumsi alkohol
faktor induktor BPH sehingga mampu secara berkala dengan penurunan risiko
meringankan gejala-gejala yang muncul. terjadinya BPH. Meski demikian, asosiasi
Faktor-faktor tersebut meliputi riwayat antara alkohol dan risiko BPH ini perlu
pemakaian obat-obatan, perilaku dicermati dengan bijak karena alkohol

JIMKI Volume 8 No.3 | September 2020 – Februari 2021 96


e-ISSN: 2721-1924
ISSN: 2302-6391

memiliki banyak dampak negatif bagi 3. Scher H, Eastham J. Benign and


berbagai penyakit lainnya.9,10 malignant diseases of the prostate.
In: Harrison’s principles of internal
4. KESIMPULAN medicine. 20th ed. New York:
Hiperplasia prostat jinak atau BPH McGraw Hill Education; 2018. p.
merupakan sebuah diagnosis histologik 623–32.
yang merujuk kepada proliferasi jaringan 4. Mochtar C, Umbas R, Soebadi D,
epitel dan otot halus di dalam zona Rasyid N, Noegroho B, Poernomo
transisi prostatika. Diagnosis yang kerap BB, et al. Panduan penatalaksanaan
diderita oleh populasi pria lanjut usia ini klinis pembesaran prostat jinak
dapat memberikan penurunan kualitas (benign prostatyic hyperplasia/BPH).
hidup yang signifikan. Oleh sebab itu, 2nd ed. Jakarta: Ikatan Ahli Urologi
penting untuk mengetahui pilihan terapi Indonesia; 2015. 12–25 p.
yang dapat dilakukan untuk 5. Stelzner S. Intraoperative
meningkatkan kualitas hidup. management of iris prolapse
Berdasarkan penelusuran literatur [Internet]. American academy of
termutakhir, setidaknya terdapat tiga tipe ophthalmology. 2019 [cited 2020 Aug
kelompok tatalaksana, yaitu terapi 30]. Available from:
konservatif (watchful waiting), http://eyewiki.aao.org/Intraoperative
medikamentosa, dan pembedahan. _Management_of_Iris_Prolapse
Terapi-terapi yang bertujuan untuk 6. Lue T. Male sexual dysfunction. In:
memperbaiki kualitas hidup pasien Smith & Tanagho’s general urology.
tersebut dipilih sesuai dengan derajat 18th ed. New York: McGraw Hill
keluhan, keadaan pasien, dan Education; 2013. p. 600, 610.
ketersediaan fasilitas lokal. Pemilihan 7. Pattanaik S, Mavuduru R, Panda A,
terapi dilakukan dengan memulai dari Matthew J, Agarwal M, Hwang E, et
pilihan yang paling tidak invasif terlebih al. Phosphodiesterase penghambats
dahulu. Di sisi lain, meski sulit dicegah, for lower urinary tract symptims
beberapa tindakan preventif, seperti consistent with benign prostatic
pemilihan obat-obatan yang tidak hyperplasia. Urol Clin North Am.
menimbulkan BPH lebih awal, gaya 2018 Nov 16;(11).
hidup sehat dengan tidak merokok, 8. National Cancer Institute. TURP
berolahraga, menjaga berat badan, dan [Internet]. National Cancer Institute.
mengatur pola diet seimbang, dapat 2011 [cited 2020 Sep 1]. Available
dilakukan guna mencegah dan menunda from:
kemunculan BPH pada populasi laki-laki https://www.cancer.gov/publications/
lanjut usia. dictionaries/cancer-terms
9. Kristal AR, Arnold KB, Schenk JM,
DAFTAR PUSTAKA Neuhouser ML, Goodman P, Penson
DF, et al. Dietary Patterns,
1. McVary K, Roehrborn C. Supplement Use, and the Risk of
Management of benign prostatic Symptomatic Benign Prostatic
hyperplasia [Internet]. American Hyperplasia: Results from the
Urological Associaton. 2014 [cited Prostate Cancer Prevention Trial.
2020 Aug 28]. Available from: Am J Epidemiol. 2008 Apr
https://www.auanet.org/benign- 15;167(8):925–34.
prostatic-hyperplasia 10. Roehrborn C. Benign prostatic
2. Egan KB. The Epidemiology of hyperplasia: etiology,
Benign Prostatic Hyperplasia pathophysiology, epidemiology, and
Associated with Lower Urinary Tract natural history. In: Campbell-Walsh
Symptoms: Prevalence and Incident urology. 11th ed. Philadelphia:
Rates. Urol Clin North Am. 2016 Elsevier; 2016. p. 2440–4.
Aug;43(3):289–97.

JIMKI Volume 8 No.3 | September 2020 – Februari 2021 97

Anda mungkin juga menyukai