Anda di halaman 1dari 23

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Alat Kontasepsi

1. Pengertian alat kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen

(Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur

oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang

telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).

Kontrasepsi adalah obat atau alat yang berfungsi untuk menunda, atau

menjarangkan kehamilan, serta memberhentikan kesuburan (Saskara, Ida,

& Marhaeni, 2015). Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat

permanen (Prawiroharjo, 2005) dalam (Nurekawati, Santosa, & Sarwono,

2016). Penggunaan alat kontrasepsi mempengaruhi angka kelahiran

(Saskara, Ida, & Marhaeni, 2015).

2. Jenis-jenis alat kontrasepsi

a. Kontrasepsi Pil

Kontrasepsi oral (pil) adalah cara kontrasepsi wanita yang

berbentuk pil, didalam pil berisi gabungan dari hormone estrogen dan

progesterone atau hanya terdiri dari hormone progesterone saja. Cara

7
kerjanya menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir

serviks (Handayani, 2010)

b. Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntik adalah salah satu cara untuk mencegah

terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kegagalan

pada pemakaian KB suntik hanya sekitar 0,3 kehamilan dari 100

pemakai pada tahun pertama pemakaian. (1 dari 333 masih bisa hamil)

(Uliyah, 2010). Sedangkan menurut Manuaba (2010), kontrasepsi

Suntik adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif karena angka

kegagalan penggunaan lebih kecil. Sedangkan menurut Arum (2010)

Kontrasepsi suntik suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja

panjang yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap

bersenggama.

Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi yang disuntikan ke

dalam tubuh dalam jangka waktu tertentu, kemudian masuk ke dalam

pembuluh darah di serap sedikit demi sedikit oleh tubuh yang berguna

untuk mencegah timbulnya kehamilan (Hanafi, 2012).

c. Kontrasepsi Implant

1) Pengertian

Implant adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa

susuk yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon,

dipasang pada lengan atas (Handayani, 2010).

8
Implant adalah Alat kontrasepsi yang berbentuk kapsul kosong

silastic (karet silikon) yang di isi dengan hormon dan ujung-

ujungnya kapsul yang ditutup dengan silastic adhesive (Hanafi,

2012)

2) Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:

a) Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan

panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6

mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

b) Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang

kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg

3- Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

c) Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75

mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

d. Kontrasepsi IUD

1) Pengertian

Alat kontrasepsi dalam Rahim adalah alat kontrasepsi yang

dimasukkan dalam rongga Rahim wanita yang bekerja menghambat

sperma untuk masuk ke tuba fallopii (Saifuddin, 2010). Terdapat

dua macam penggolongan AKDR atau yang sering di sebut IUD

(Intra Uterine Devices) yaitu yang mengandung logam (Cu IUD)

dan yang mengandung hormone progesterone atau levonorgestrel

(Hartanto, 2009).

9
2) Keuntungan dan kerugian AKDR

Menurut Saifuddin (2010), keuntungan dari kontrasepsi AKDR

adalah:

a) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

b) Sangat efektif karena tidak perluh mengingat-ingat.

c) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perluh takut

hamil.

d) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-

380A).

e) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

f) Dapat digunakan sampai men opause.

g) Tidak ada intreraksi dengan obat-obat.

h) Membantu mencegah kehamilan ektopik.

Menurut Saefuddin (2010), kerugian dari kontrasepsi AKDR adalah:

a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan

berkurang setelah 3 bulan).

b) Haid lebih lama dan banyak.

c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.

d) Saat haid lebih sakit.

Komplikasi lain:

a) Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan.

10
b) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang

memungkinkan penyebab anemia.

c) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

d) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau

perempuan yang sering berganti pasangan.

e) Penyakir radang panggul terjadi sesudah perempuan IMS

memakai AKDR.

3) Indikasi dan kontra indikasi kontrasepsi AKDR

Menurut Hartanto (2009), indikasi dan kontra indikasi kontrasepsi

AKDR adalah:

a) Patner seksual yang banyak.

b) Patner seksual yang banyak dari patner akseptor IUD.

c) Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi

komplikasi.

d) Kelainan darah tidak diketahui sebabnya.

e) Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang

menyebabkan predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik.

f) Pernah mengalami infeksi pelvis satu kali dan masih

menginginkan kehamilan selanjutnya. Gangguan respons tubuh

terhadap infeksi (AIDS, diabetes mellitus, pengobatan dengan

kortikosteroid dan lain-lain).

g) Kelainan pembekuan darah.

11
B. Tinjauan Umum Tentang Partisipasi

1. Pengertian

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, partisipasi itu berasal dari

Bahasa Inggris yaitu participacion yang berarti pengambilan bagian atau

pengikutsertaan. Dalam definisi tersebut, kunci pemikirannya adalah

keterlibatan mental dan emosi. Itu berarti partisipasi adalah suatu gejala

demokrasi dimana orang yang diikutsertakan dalam suatu perencanaan

serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai

dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Bisa juga dengan

makna lain, partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam

pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.

Sedangkan menurut Isbandi (2007) partisipasi adalah keikutsertaan

masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada

di masyarakat, pemilihan, dan pengambilan keputusan tentang alternatif

solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah,

dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang

terjadi. Menurut Ach. Wazir Ws., et al. (1999) partisipasi bisa diartikan

sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial

dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi

bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai

proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan,

kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama. Partisipasi berasal dari

12
bahasa Inggris participate yang artinya mengikutsertakan, ikut mengambil

bagian (Willie Wijaya, 2004).

Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat

dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam

bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu,

keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati

hasil –hasil pembangunan (I Nyoman Sumaryadi, 2010).

Menurut Theoorson dalam Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato

(2013), bahwa partisipasi merupakan keikutsertaan sesorang didalam

kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya.

Menurut Verhangen dalam Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato

(2012), partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan

komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan, tanggung

jawab, dan manfaat.

2. Tingkatan partisipasi

Sherry R Arnstein (Ainur Rohman, 2009) membuat skema tingkatan

partisipasi masyarakat dalam memutuskan kebijakan. Ada tiga tingkat

utama dan delapan sub-tingkatan, yaitu:

a. Citizen control: yaitu masyarakat mengendalikan kebijakan publik

mulai dari perumusan, implementasi hingga evaluasinya.

13
b. Delegated power: Berarti pemerintah memberikan kewenangan

kepada masyarakat untuk mengurus sendiri beberapa keperluannya

dalam suatu program pembangunan.

c. Partnership: adanya kemitraan antara pemerintah dan masyarakat

dalam program pembangunan.

d. Placation: melibatkan warga untuk menjadi anggota komite dalam

program namun hak memutuskan tetap berada pada pemerintah

e. Consultation: Adanya komunikasi dua arah seperti survey sikap,

pertemuan warga, dan dengar pendapat.

f. Information: Hanya ada komunikasi satu arah dari pemerintah kepada

masyarakat seperti pengumuman, pamflet, poster, laporan tahunan.

g. Therapy: Bertujuan tidak untuk mendorong rakyat untuk berpartisipasi

melainkan untuk mendidik rakyat.

h. Manipulation: Masyarakat diarahkan agar tidak merasa dipaksa untuk

melakukan sesuatu, namun sesungguhnya diarahkan untuk berperan

serta.

3. Aspek yang Berkaitan dengan Partisipasi

Menurut Chika Chaerunisa (2014) ada beberapa aspek lain yang

berkaitan dengan partisipasi masyarakat yaitu sebagai berikut:

a. Aspek internal yaitu sekelompok masyarakat, karakteristik masyarakat

yang terdiri dari individu-individu yang ada didalam kelompok

14
tersebut. Beberapa aspek yang mempengaruhi masyarakat untuk

mengikuti proses partisipasi adalah :

1) Pengetahuan dan keahlian

Dasar pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi seluruh

lingkungan dalam masyarakat. Hal ini membuat masyarakat

memahami ataupun tidak terhadap tahap dan bentuk partisipasi

yang ada.

2) Pekerjaan Masyarakat

Biasanya orang dengan tingkat pekerjaan tertentu akan dapat lebih

meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun

waktunya untuk berpartisiasi pada suatu proyek tertentu.

Seringkali alasan yang ada dalam masyarakat adalah adanya

pertentangan antara komitmen terhadap pekerjaan dengan

keinginan untuk berpartisipasi.

3) Tingkat pendidikan dan buta huruf

Faktor ini sangat berpengaruh bagi keinginan dan kemampuan

masyarakat untuk berpartisipasi serta untuk memahami dan

melaksanakan tingkatan dan bentuk partisipasi yang ada.

4) Jenis kelamin

Sudah sangat diketahui sebagian masyarakat, masih menganggap

faktor inilah yang dapat mempengaruhi keinginan dan kemampuan

masyarakat untuk berpartisipasi beranggapan bahwa laki – laki dan

15
perempuan akan mempunyai persepsi dan pandangan berbeda

terhadap suatu pokok permasalahan.

5) Kepercayaan terhadap budaya tertentu

Masyarakat dengan tingkat heterogenitas yang tinggi, terutama

dalam hal budaya dan agama akan menentukan strategi partisipasi

yang digunakan serta metodologi yang digunakan. Seringkali

kepercayaan yang dianut dapat bertentangan dengan konsep –

konsep yang ada.

b. Faktor-faktor eksternal ini dapat dikatakan petaruh (stakeholder), yaitu

semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap

program ini.Petaruh kunci adalah siapa yang mempunyai pengaruh

yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi penting guna

kesuksesan program.

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hal “tahu” pengindraan manusia suatu obyek

tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan

menurut Soekanto (2012), pengetahuan adalah kesan di dalam fikiran

manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya, yang berbeda sekali

16
dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstitions), dan penerangan-

penerangan yang keliru.

2. Komponen Pengetahuan

Notoatmodjo dalam Wawan (2011) mengungkapkan bahwa sebelum

orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku buruk), didalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a. Awareness (Kesadaran)

Yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih

dahulu terhadap stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest (Ketertarikan)

Yaitu orang mulai tertarik pada stimulus.

c. Evaluation (Menimbang-nimbang)

Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya.Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden sudah lebih baik

lagi.

d. Trial (Mencoba)

Yaitu orang telah mencoba perilaku baru.

e. Adoption (Adaptasi)

Yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

(Notoatmodjo, 2007).

17
3. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) tingkat pengetahuan dibagi menjadi

beberapa bagian yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu, ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur

bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajani antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan

sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya,

18
aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum,

rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain.

d. Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisa ini dapat dilihat dan penggunaan kata kerja dapat

menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti

sebagainya.Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi,

memisahkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang barn dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formasi baru dan informasi-informasi yang ada misalnya

dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian

19
itu berdasarkan suatu yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria yang telah ada.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya (Wawan, 2011):

a. Pendidikan, dimana pendidikan adalah sebuah proses mengubah sikap

dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita

kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

b. Media, yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang

sangat luas. Jadi contoh dan media massaini adalah radio, koran dan

majalah.

c. Keterpaparan informasi, pengertian informasi menurut kamus

menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui,

namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer

pengetahuan. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks,

image, suara, kode, program komputer, data base, dan informasi sering

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dan data dan

observasi terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui

komunikasi.

20
5. Cara Mengukur Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) dalam Wawan (2011), pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dengan obyek penelitian

atau responden. Data yang bersifat kualitatif digambarkan dengan kata-

kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berwujud angka-angka.

Hasil perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan cara

dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh

persentase, setelah dipersentasekan lalu ditafsirkan ke dalam kalimat yang

bersuifat kualitatif. Adapun kategori tingkat pengetahuan responden,

yakni:

a. Kategori baik, hasil presentase 76-100%.

b. Kategori cukup, hasil presentase 56-75%.

c. Kurang, hasil presentase <56%

D. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan

1. Pengertian

Pengertian pendidikan menurut Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1974

adalah segala sesuatu usaha untuk membina kepribadian dan

mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, jasmani dan rohani yang

berlangsung seumur hidup, baik didalam maupun diluar sekolah dalam

rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat yang adil, makmur

berdasarkan pancasila.

21
Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan adalah upaya persuasi atau

pembelajaran kepada masyarakat, agar masyarakat mau melakukan tindakan-

tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah- masalah), dan

meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini

didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarannya melalui proses

pembelajaran, sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama

dan menetap, karena didasari oleh kesadaran.

Dari beberapa definisi tentang pendidikan diatas dapat disimpulkan

bahwa pendidikan adalah upaya persuasif yang dilakukan untuk menyiapkan

peserta didik agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara

menyeluruh dalam memasuki kehidupan dimasa yang akan datang.

2. Tingkat pendidikan

Tingkat atau jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang

berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta

didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan

pengajaran (Ihsan, 2006).

Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

menjelaskan bahwa indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang

pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan

pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,

22
tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, yaitu terdiri

dari:

a. Pendidikan dasar

Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa

sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan dasar terdiri dari :

1) Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah

2) SMP atau MTs

Menurut Ihsan (2006) Pendidikan dasar diselenggarakan untuk

memberikan bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat,

berupa pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar.

b. Pendidikan menegah

Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan

menengah terdiri dari:

1) SMA dan MA

2) SMK dan MAK

Menurut Ihsan (2006) Pendidikan menengah dalam hubungan

kebawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar.

Adapun dalam hubungan keatas mempersiapkan peserta didik untuk

mengikuti pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja.

23
c. Pendidikan tinggi

Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup

program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan

oleh perguruan tinggi.

Pendidikan tinggi terdiri atas:

1) Akademik

2) Institut

3) Sekolah Tinggi

Menurut Ihsan (2006) Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan

dari pendidikan menengah, yang diselenggarakan untuk menyiapkan

peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan

akademik dan/ atau profesional yang dapat menerapkan,

mengembangkan dan/ atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi

dan/atau kesenian.

E. Tinjauan Umum Tentang Pekerjaan

1. Pengertian

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu serta dapat memberikan

pengalaman maupun pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Lingkungan pekerjaan dapat membentuk suatu pengetahuan

24
karena adanya saling menukar informasi antara teman-teman di

lingkungan kerja (Wawan dan Dewi, 2010)

Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari, jenis pekerjaan

yang dilakukan dapat dikategorikan yaitu tidak bekerja, wiraswasta,

pegawai negeri, dan pegawai swasta. Dalam semua bidang pekerjaan pada

umumnya diperlukan adanya hubungan sosial yang baik. Pekerjaan

memiliki peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia, pekerjaan

membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang

memotifasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu

untuk menghindari masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2007)

2. Jenis-jenis pekerjaan

Menurut Depkes (2009) membagi pekerjaan menjadi:

a. Belum bekerja

b. IRT

c. PNS

d. Wiraswasta

F. Tinjauan Umum Tentang Usia

1. Pengertian

Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur

dalam satuan waktu di pandang dari segi kronologi, individu normal yang

memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama

25
(Nuswantari, 1998). Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak

dilahirkan atau diadakan) (Hoetomo, 2005).

Umur berperan sebagai faktor presdiposisi dalam hubungannya

dengan pemakaian KB. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi

fisiologis komposisi biokimiawi serta sistem hormonal seorang

wanita(Indira, 2009). Perbedaan fungsi fisiologis, komposisi biokimiawi

dan sistem hormonal akan mempengaruhi pemakaian kontrasepsi yang

bermaksud untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada

usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia

tua.

2. Kategori usia

Kategori usia menurut Depkes RI (2009) yaitu:

a. Masa balita : 0-5 tahun

b. Masa kanak-kanak : 5-11 tahun

c. Masa remaja awal : 12-16 tahun

d. Masa remaja akhir : 17-25 tahun

e. Masa dewasa awal : 26-35 tahun

f. Masa dewasa akhir : 36-45 tahun

g. Masa lansia awal : 46-55 tahun

h. Masa lansia akhir : 56-65 tahun

i. Masa manula : ≥ 65 tahun

26
G. Landasan Teori

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012)

mengatakan bahwa bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan

menjadi 3 (tiga) jenis yaitu perilaku dalam bentuk partisipasi yaitu

keikutsertaan terhadap keadaan atau rangsangan dari luar, perilaku dalam

bentuk pengetahuan yaitu dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari

luar, perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau

rangsangan dari luar. Dalam hal ini lingkungan berperan dalam membentuk

perilaku manusia yang ada didalamnya, perilaku atau action terhadap situasi

atau rangsangan dari luar. Begitupun dalam hal penggunaan alat kontrasepsi

sanggat dipengaruhi oleh adanya partisipasi dari pasangan usia subur dalam

hal ini berhubungan dengan perilaku atau keikutsertaan pasangan usia subur.

Menurut Lawrence Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama

yakni faktor predisposisi (predisposing faktor) mencakup pengetahuan dan

sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi. Faktor pemungkin

(enabling faktor), faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Faktor penguat (reinforcing faktor),

faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, dan perilaku

petugas termasuk petugas kesehatan.

27
H. Kerangka Pikir

Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma

(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke

dinding rahim

Dalam penggunaan alat kontrasepsi membutuhkan adanya partisipasi

dari pasangan usia subur. Partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam

proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat,

pemilihan, dan pengambilan keputu san tentang alternatif solusi untuk

menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan

masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Dalam sebuah

partisipasi dapat dilihat dari aspek pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, dan

usia dari pasangan usia subur.

Sehingga kerangka pikir dapat di lihat dari gambar dibawah ini :

Independen Dependen

Pengetahuan

Pendidikan Partisipasi PUS dalam


menggunaan alat
kontrasepsi
Pekerjaan

Usia

Gambar 2.1 kerangka pikir

28
I. Hipotesis

1. Ada hubungan pengetahuan dengan partisipasi pasangan usia subur dalam

menggunaan alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Mansamat

Kecamatan Tinangkung Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi

Tengah

2. Ada hubungan pendidikan dengan partisipasi pasangan usia subur dalam

menggunaan alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Mansamat

Kecamatan Tinangkung Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi

Tengah

3. Ada hubungan pekerjaan dengan partisipasi pasangan usia subur dalam

menggunaan alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Mansamat

Kecamatan Tinangkung Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi

Tengah

4. Ada hubungan usia dengan partisipasi pasangan usia subur dalam

menggunaan alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Mansamat

Kecamatan Tinangkung Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi

Tengah

29

Anda mungkin juga menyukai