Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

ALJABAR
Secara garis besar, ada tiga topik bahasan yang menjadi dasar dalam mempelajari
kalkulus salah satu cabang matematika yaitu, aljabar, ilmu ukur analitis dan fungsi.
Aljabar sangat berperanan dalam mencari solusi suatu persamaan dan pertidaksamaan.
Beberapa konsep dasar aljabar yang digunakan dalam matematika akan dibahas dalam
subbab (1.1 sampai dengan 1.2). Ilmu ukur analitis (analytic geometry) sangat berguna
dalam menyelesaikan masalah geometri seperti menentukan luas suatu daerah, panjang
suatu kurva, garis tangent pada kurva, dan volume benda padat. Ilmu ukur analitis ini
akan dibahas pada subbab 1.3. Sedangkan teori fungsi akan dibahas pada subbab 1.4
meliputi definisi, daerah asal, hasil dan jenis-jenisnya. Grafik pada sistem koordinat polar
akan dibahas pada subbab 1.5.

Kompetensi Dasar
Mahasiswa setelah mempelajari bab 1 ini dengan baik, ia diharapkan secara keseluruhan
mampu memahami konsep dasar aljabar, ilmu ukur analitis serta fungsi. Setelah
menyelesaikan perkuliahan pada bab ini mahasiswa diharapkan
1. Mampu menjelaskan pembagian sistem bilangan riil
2. Mampu menjelaskan konsep dasar aljabar
3. Mampu menyelesaikan operasi pada persamaan, pertidaksamaan, dan harga
mutlak
4. Mampu menyebutkan jenis-jenis fungsi
5. Mampu menentukan daerah asal dan daerah hasil suatu fungsi
6. Mampu menggambarkan suatu fungsi pada bidang sistem koordinat Kartesius
7. Mampu menggambarkan suatu fungsi pada bidang sistem koordinat polar.

1.1 Sistem Bilangan


Secara garis besar sistem bilangan terdiri atas dua bagian besar yaitu, sistem
bilangan riil dan sistem bilangan kompleks. Bilangan riil terdiri atas bilangan rasional
dan bilangan irasional. Bilangan rasional adalah suatu bilangan berbentuk p q , dengan
p dan q adalah bilangan bulat dan q  0. Bilangan bulat adalah , − 3, − 2, − 1, 0, 1, 2, 3,  .
Setiap bilangan bulat p adalah bilangan rasional karena dapat diekspresikan dalam bentuk
p 1. Bilangan rasional dapat juga direpresentasikan dalam bentuk desimal seperti:
7 − 14 2
3,5 = , − 2,8 = , atau desimal berulang seperti: = 0,666  = 0, 6 . Bilangan irasional
2 5 3
adalah bilangan bukan rasional. Bilangan irasional tidak dapat direpresentasikan dalam
bentuk desimal atau desimal berulang. Dalam perhitungan, bilangan irasional
direpresentasikan oleh pendekatan decimal, seperti contoh berikut ini:
2  1,414213562,   3.141592654, e  2,718281828.

1
Bilangan rasional terdiri atas bilangan bulat [ ,−3,−2,−1,0,1,2,3,] dan bilangan
1 2 2 
pecahan  ,2 ,− , . Bilangan bulat terdiri atas bilangan genap 0,2,4,6,, bilangan
2 3 5 
ganjil 1,3,5,, bilangan prima 2,3,5,7,11,, bilangan asli 1,2,3, , dan bilangan
cacah 0,1,2,3,. Pembagian bilangan riil dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini.

Gambar 1.1. Sistem Bilangan Riil.

Bilangan kompleks adalah bilangan yang berbentuk a + bi, dengan a dan b adalah
bilangan riil dan i adalah bilangan (bukan riil) yang mempunyai sifat i 2 = −1. Bilangan
kompleks kita jumpai pada persamaan kuadrat seperti x 2 − 2 x + 5 = 0 yang mempunyai
akar-akar 1 + 2i dan 1 − 2i.

1.1.1 Persamaan
Prosedur untuk menyelesaikan persamaan adalah melakukan operasi-operasi
tertentu pada suatu persamaan tanpa mengubah himpunan penyelesaiannya. Operasi-
operasi yang dapat dilakukan adalah:
1. Menambahkan atau mengurangkan bilangan yang sama pada kedua pihak
persamaan
2. Mengalikan atau membagikan bilangan yang sama pada kedua pihak persamaan
kecuali bilangan nol.
3. Memindahkan suatu variable atau bilangan ke ruas lain dengan mengubah tandanya.
Misalkan a, b, c, d  R (riil ), maka berlaku sifat-sifat berikut:
1. a+c =b+c a =b
2. Jika a.c = b.c, c  0, maka a = b . Jika a = b, maka, a.c = b.c, c  R.
3. − (−a) = a.
4. a (b + c) = ab + bc

2
a c
5. =  ad = bc; b, d  0
b d
a c (ad + bc) a c (ad − bc)
6. + = , − = ; b, d  0
b d bd b d bd
a c ac
7. . = ; b, d  0
b d bd
a c ad
8. : = ; b, c, d  0 .
b d bc

1.1.2 Pertidaksamaan
Jika a  b , berarti salah satu a atau b lebih besar dari bilangan lainnya. Kita tulis
a  b jika a lebih besar dari b, dan a  b jika a lebih kecil dari b. Jika a dan b adalah riil,
maka
1. a  b jika a − b adalah positif
2. a  b jika a − b adalah negatif.
Dengan demikian, jika a adalah bilangan positif, maka a − 0 positif dan a  0.
Sebaliknya, jika a  0, maka a = a − 0 adalah bilangan positif. Selanjutnya a positif jika
dan hanya jika a  0, dan a negatif jika dan hanya jika a  0. Lambang  dan  berturut-
turut diartikan sebagai lebih kecil atau sama dengan dan lebih besar atau sama dengan.

Sifat-sifat Pertidaksamaan
Misalkan a, b, c, d, dan k adalah riil, maka
1. jika a  b dan b  c , maka a  c
2. jika a  b dan c  d , maka a + c  b + d
3. jika a  b , maka a + k  b + k
4. jika a  b dan k  0 , maka ak  bk
5. jika a  b dan k  0 , maka ak  bk

Prosedur untuk menyelesaikan pertidaksamaan adalah melakukan operasi-operasi


tertentu pada suatu pertidaksamaan tanpa mengubah himpunan penyelesaiannya. Operasi-
operasi yang dapat dilakukan adalah:
1 Menambahkan bilangan yang sama pada kedua pihak pertidaksamaan
2 Mengalikan kedua pihak pertidaksamaan dengan suatu bilangan positip
3 Mengalikan kedua pihak pertidaksamaan dengan suatu bilangan negatip tetapi
kita harus membalikkan arah tanda pertidaksamaan.
4 Memindahkan suatu variable atau konstanta ke ruas lain dengan mengubah tanda
tanpa mengubah arah pertidaksamaan.
A( x) C ( x)
Cara menyelesaikan pertidaksamaan bentuk  ,
B( x) D( x)
dengan A( x), B( x), C ( x), dan D(x) suku banyak adalah sebagai berikut.
1 Tetapkan pada himpunan mana pertidaksamaan terdefinisi
2 Ubahlah bentuk pertidaksamaan menjadi:

3
P( x)
 0 (atau > 0)
Q( x)
dengan operasi pengurangan, penyamaan penyebut dan penyederhanaan bentuk
aljabarnya.
3 Uraikan P(x) dan Q(x) atas factor linier dan/atau kuadrat definit positip.
4 Gambarkan nilai batas pertidaksamaan pada garis bilangan.
5 Tentukan tanda pertidaksamaan di setiap selang bagian.
6 Tentukan himpunan jawab pertidaksamaan.

1.1.3 Himpunan dan Interval


Himpunan merupakan kumpulan dari elemen. Notasi himpunan ditulis dalam
bentuk {x: syarat pada x}, sebagai contoh: x : 0  x menyatakan himpunan bilangan riil
positif. Gabungan dua himpunan A dan B, dinotasikan A  B adalah himpunan elemen
yang terdiri atas anggota A atau B atau keduanya. Irisan dua himpunan A dan B,
dinotasikan A  B adalah himpunan elemen yang terdiri atas anggota A dan B. Dua
himpunan disebut disjoint jika kedua himpunan tidak mempunyai elemen bersama.
Komplemen A dinotasikan dengan A , didefinisikan sebagai himpunan bagian dari S
(semesta) selain himpunan A.
Sebagian dari elemen himpunan sering dinyatakan dalam bentuk interval pada
garis bilangan riil. Sebagai contoh
(a, b ) = x : a  x  b interval terbuka
adalah himpunan semua bilangan riil yang lebih besar a dan lebih kecil b, dengan a dan b
adalah ujung dari interval. Pada Tabel 1 di bawah ini diberikan jenis-jenis interval dalam
bilangan riil.

Tabel 1. Notasi Interval, Himpunan, dan Grafiknya

No. Notasi Interval Notasi Himpunan Grafik


1 (a,b) x : a  x  b ( )
2 [a,b] x : a  x  b [ ]
3 [a,b) x : a  x  b [ )
(a,b} x : a  x  b ( ]
4 (−, b) x : x  b )
( a,  ) x : a  x (
5 (−, b] x : x  b ]
[ a,  ) x : a  x [
6 (− ,  ) x : x adalah riil 

4
Soal-soal dan Penyelesaian.
Contoh 1. Nyatakan bilangan desimal berikut ke bentuk bilangan pecahan (a/b).
a) 0,333… b) 2, 123123123…
Penyelesaian.
a) Misalkan 0.333 = x → 3,333, = 10 x
3 + 0,333 = 10 x → 3 + x = 10 x → 3 = 9 x → x = 1 / 3
Jadi 0,333…=1/3.
b) Misalkan 0,123123123 = x → 123,123,123 = 1000 x
123 + 0,123123123 = 1000 x → 123 + x = 1000 x → 123 = 999 x → x = 123 / 999.
123
Jadi 2,123123123 = 2 + 123 / 999 = 2 .
999

Contoh 2. Selesaikan persamaan berikut;


1 1 1 1
a) − = −
x+3 x−4 x+5 x−2
x 2
− 2
b) x − 3 x − 4 x + 3 = 1
5 5
+
x −1 x − 3
Penyelesaian.
1 1 1 1 x − 4 − ( x + 3) x − 2 − ( x + 5)
a) − = − → =
x+3 x−4 x+5 x−2 ( x + 3)( x − 4) ( x + 5)( x − 2)
−7 −7 1
= 2 → x 2 − x − 12 = x 2 + 3x − 10 → x = − .
x − x − 12 x + 3x − 10
2
2
x 2 x( x − 4 x + 3) − 2( x − 3)
2
x − 4x + x + 6
3 2

− 2
( x − 3)( x − 4 x + 3)
2
( x − 3)( x 2 − 4 x + 3)
b) x − 3 x − 4 x + 3 = = =
5 5 5( x − 3) + 5( x − 1) 10 x − 20
+
x −1 x − 3 ( x − 1)( x − 3) ( x − 1)( x − 3)
x 3 − 4 x 2 + x + 6 ( x − 1)( x − 3) x 3 − 4 x 2 + x + 6 ( x − 2)( x − 3)( x + 1)
. = = =
( x − 3)( x − 1)( x − 3) 10 x − 20 10( x − 3)( x − 2) 10( x − 3)( x − 2)
x +1
= 1 → x = 9.
10

Contoh 3. Tentukan nilai konstanta A dan B pada persamaan


x+4 A B
= +
x + 5x − 6 x + 6 x − 1
2

Penyelesaian.
x+4 x+4 A B x+4 A( x − 1) + B( x + 6)
= = + → =
x + 5 x − 6 ( x + 6)( x − 1) x + 6 x − 1
2
( x + 6)( x − 1) ( x + 6)( x − 1)
x + 4 = ( A + B) x + (− A + 6 B), → A + B = 1, − A + 6 B = 4 .
Kedua persamaan ini dalam dua bilangan yang tak diketahui akan diperoleh

5
7 B = 5 → B = 5 / 7, dan A = 2 / 7.
Cara lain. Dari persamaan
x+4 A B
= + , jika kedua ruas dikalikan dengan ( x + 6) maka diperoleh
( x + 6)( x − 1) x + 6 x − 1
x+4 B( x + 6)
= A+ , dengan mengganti x = −6 diperoleh nilai A = 2 / 7.
( x − 1) x −1
x+4 A B
= + , jika kedua ruas dikalikan dengan ( x − 1) maka diperoleh
( x + 6)( x − 1) x + 6 x − 1
x+4 A( x − 1)
= + B, dengan mengganti x = 1 diperoleh nilai B = 5 / 7.
( x + 6) x+6
Secara ringkas, nilai konstanta A diperoleh dengan menutup faktor ( x + 6) , dan
selebihnya menghitung di x = −6 , persamaan
x+4 −6+4
A= = = 2 / 7.
( x + 6)( x − 1) (−6 − 1)
Nilai konstanta B diperoleh dengan menutup faktor ( x − 1) dan selebihnya menghitung di
x = 1, persamaan
x+4 1+ 4
B= = = 5 / 7.
( x + 6)( x − 1) (1 + 6)

Catatan. Cara ini akan efektif untuk pecahan-pecahan parsial yang banyak. Cara ini
hanya untuk derajat polinomial pembilang lebih kecil dari pada derajat polinomial
pembilang dan berfaktor linear.

Contoh 4. Carilah nilai A, B, C dan D di dalam ekspansi pecahan-pecahan parsial


x 2 + 2x + 3 A B C D
= + + + .
( x − 1)( x + 1)( x − 2)( x + 2) ( x − 1) ( x + 1) ( x − 2) ( x + 2)
Penyelesaian.
x 2 + 2x + 3 12 + 2(1) + 3 6
Nilai A = = = = −1 . [tutup faktor
( x − 1)( x + 1)( x − 2)( x + 2) (1 + 1)(1 − 2)(1 + 2) − 6
( x − 1) dan selebihnya ganti x = 1].
x 2 + 2x + 3 (−1) 2 + 2(−1) + 3 2 1
Nilai B= = = = . [tutup faktor
( x − 1)( x + 1)( x − 2)( x + 2) (−1 − 1)(−1 − 2)(−1 + 2) 6 3
( x + 1) dan selebihnya ganti x = −1].
x 2 + 2x + 3 (2) 2 + 2(2) + 3 11
Nilai C = = = . [tutup faktor ( x − 2) dan
( x − 1)( x + 1)( x − 2)( x + 2) (2 − 1)(2 + 1)(2 + 2) 12
selebihnya ganti x = 2].
x 2 + 2x + 3 (−2) 2 + 2(−2) + 3 3 1
Nilai D= = = =− . [tutup
( x − 1)( x + 1)( x − 2)( x + 2) (−2 − 1)( −2 + 1)( −2 − 2) − 12 4
faktor ( x + 2) dan selebihnya ganti x = −2].

6
Contoh 5. Tentukan nilai konstanta A, B, dan C pada persamaan
x+2 A B C
= + +
( x − 1) 3
x − 1 ( x − 1) 2
( x − 1) 3
Penyelesaian.
Setelah mengalikan kedua ruas dengan ( x − 1) 3 diperoleh persamaan
x + 2 = A( x − 1) 2 + B( x − 1) + C .
Substitusikan x = 1 ke persamaan terakhir, diperoleh C = 3.
Substitusikan x = 0 (sebarang bilangan) ke persamaan terakhir, 2 = A − B + 3.
Substitusikan x = −1 (sebarang bilangan) ke persamaan terakhir, 1 = 4 A − 2B + 3.
Setelah menyelesaikan kedua persamaan simultan dua bilangan yang tak diketahui maka
diperoleh nilai A = 0, dan B = 1.

Contoh 6. Carilah nilai A, B, C dan D di dalam ekspansi pecahan-pecahan parsial


− 2x + 4 Ax + B C D
= 2 + + .
( x + 1))( x − 1)
2 2
( x + 1) ( x − 1) ( x − 1) 2
Penyelesaian. Setelah mengalikan kedua ruas dengan ( x 2 + 1)( x − 1) 2 diperoleh
persamaan
− 2 x + 4 = ( Ax + B)( x − 1) 2 + C ( x − 1)( x 2 + 1) + D( x 2 + 1)
= ( A + C ) x 3 + (−2 A + B − C + D) x 2 + ( A − 2 B + C ) x + ( B − C + D)
Dari persamaan identitas di atas diperoleh
Koefisien x 3 , A + C = 0,
Koefisien x , 2
− 2A + B − C + D = 0
Koefisien x, A − 2B + C = −2
Koefisien x , 0
B −C + D = 4
Setelah menyelesaikan keempat persamaan diperoleh nilai A = 2, B = 1, C = −2, D = 1.

Contoh 7. Selesaikan 3 + 2 x  9
Penyelesaian. 3 + 2x  9
3 − 3 + 2x  9 − 3 kedua ruas dikurangi 3
2x  6 kedua ruas dibagi 2
x  3 atau (− ,3).

Contoh 8. Selesaikan − 5  3x + 7  19
Penyelesaian. − 5  3x + 7  19
− 5 − 7  3x + 7 − 7  19 − 7 semua ruas dikurangi 5
− 12  3x  12 semua ruas dibagi 3
− 4  x  4 atau (−4,4)

Contoh 9. Selesaikan 1  −2 x + 5  9
Penyelesaian. 1  −2 x + 5  9

7
1 − 5  −2x + 5 − 5  9 − 5 semua ruas dikurangi 5
− 4  −2 x  4 semua ruas dibagi -2
2  x  −2 atau [−2,2). arah pertidaksamaan berubah jika
dibagi atau dikali bilangan negatif.

Contoh 10. Selesaikan x 2  x + 6


Penyelesaian. x2 − x − 6  0
( x − 3)( x + 2)  0
Persamaan kuadrat x 2 − x − 6 = 0 mempunyai akar-akar x = −2 dan x = 3. Untuk
memperoleh solusi pertidaksamaan dilakukan dengan menguji tanda pada interval
(−,2], [-2,3], dan [3, ). Lihat garis bilangan berikut.

++++ -2 - - - - - - 3 ++++++
Sehingga diperoleh solusi (−,2] atau [3, ).

x+4
Contoh 11. Selesaikan 2
x−3
x+4 ( x + 4) − 2( x − 3) − x + 10
Penyelesaian. −22−2 → 0 →  0 . Pertidaksamaan
x−3 x−3 x−3
terakhir tidak terdefinisi di x = 3 dan hanya berubah tanda pada titik-titik pemecahan dari
pembilang dan penyebut, yakni 3 dan 10. Lihat garis bilangan berikut.

-------- 3 ++++++ 10 ----------


Sehingga diperoleh solusi x  3 atau x  10 atau dalam bentuk interval (−,3) atau
[10, ).

2x − 3
Contoh 12. Selesaikan 3
3x − 5
2x − 3 (2 x − 3) − 3(3x − 5) − 7 x + 12
Penyelesaian. −3  3−3 → 0 →  0.
3x − 5 3x − 5 3x − 5
Pertidaksamaan terakhir tidak terdefinisi di x = 5 / 3 dan hanya berubah tanda pada titik-
titik pemecahan dari pembilang dan penyebut, yakni 12 / 7 dan 5 / 3 . Lihat garis bilangan
berikut.

-------- 5/3 ++++ 12/7 ----------


5 5
Sehingga diperoleh solusi  x  12 / 7 dalam bentuk interval (  x  12 / 7] .
3 3

x+2
Contoh 13. Selesaikan x
x

8
x+2 ( x + 2) − x 2 ( x + 1)( x − 2)
Penyelesaian. −x  x−x → 0 → 0.
x x x
Pertidaksamaan terakhir tidak terdefinisi di x = 0 dan hanya berubah tanda pada titik-titik
pemecahan dari pembilang dan penyebut, yakni −1, 0, dan 2 . Lihat garis bilangan berikut.

-------- -1 ++++ 0 ------ 2 ++++


Himpunan penyelesainnya adalah gabungan dari interval-interval yang bertanda positif
atau nol, −1  x  0 atau x  2 , dalam bentuk interval [−1,0)  [2, ).
x − 2 x +1
Contoh 14. Selesaikan 
x2 x+3
Penyelesaian.

x − 2 x +1 x +1 x +1 ( x − 2)( x + 3) − x 2 ( x + 1) (− x 3 + x − 6)
−  − →  0 → 0
x2 x+3 x+3 x+3 x 2 ( x + 3) x 2 ( x + 3)
( x + 2)( x 2 − 2 x + 3)
atau  0 [perkalian dengan bilangan negatif arah pertidaksamaan
x 2 ( x + 3)
berubah]. Karena faktor x 2 − 2 x + 3 adalah definit positip, maka pertidaksamaan terakhir
( x + 2)
ekivalen dengan  0 x  0, x  −3 yang mempunyai titik pemecahan
x 2 ( x + 3)
−3, − 2, 0 .

+ -3 - -2 + 0 +

Himpunan penyelesainnya adalah gabungan dari interval-interval yang bertanda positif


atau nol, x  −3, − 2  x  0, x  0, dalam bentuk interval (−,−3)  [−2, ) − 0.
Contoh 15. Selesaikan x 2 + 7 x − 8  0.
Penyelesaian. Faktor x 2 + 7 x − 8 = ( x + 8)( x − 1) mempunyai titik pemecahan −8, 1.

+ -8 - 1 +
Himpunan penyelesainnya adalah gabungan dari interval-interval yang bertanda positif,
x  −8 atau x  1 dalam bentuk interval (−,−8)  (1, ).
Contoh 12. Selesaikan ( x − 1)( x − 2)( x − 3)( x − 4)  0.
Penyelesaian. Pertidaksamaan mempunyai titik pemecahan 1,2,3,4.

+ 1 - 2 + 3 - 4 +

9
Himpunan penyelesainnya adalah gabungan dari interval-interval yang bertanda negatif,
1  x  2 atau x  4 dalam bentuk interval (1,2)  (4, ).
Contoh 16. Selesaikan ( x − 1) 2 ( x − 2) 5 ( x − 3) 4 ( x − 4) 7  0.
Penyelesaian. Pertidaksamaan mempunyai titik pemecahan 1,2,3,4.

+ 1 + 2 - 3 - 4 +
Himpunan penyelesainnya adalah gabungan dari interval-interval yang bertanda positif,
x  2 atau x  4 dalam bentuk interval (,2)  (4, ).
Catatan. Untuk menentukan tanda pada interval adalah menetapkan tanda pada interval
sebelah kiri kemudian melihat pangkat pembuat nol: jika pangkat genap tanda sama
dengan di sebelahnya dan pangkat ganjil berlawanan dengan di sebelahnya.

1.2 Harga Mutlak dan Jarak


Jika a adalah riil, maka harga mutlak a dinotasikan dan didefinisikan sebagai
berikut:
a , jik a a  0
a =
− a , jik a a  0.

Harga mutlak dari suatu bilangan tidak pernah negatif. Sebagai contoh, misalkan a = −5 ,
maka a = − 4 = −(−4) = 4.

Operasi dan Sifat-sifat Harga Mutlak


Misalkan a dan b bilangan riil sedangkan n dan k bilangan riil positif
a a
1. ab = a b 2. =
b b
n
3. a = a2 4. an = a
5. a − b = b − a 6. ab = ba
7. − a  a  a 8. a  k  −k  a  k
9. k  a  k  a atau a  − k 10. a+b  a+b
11. a − b  a+b 12. a−b  a−b
13. a  b  a 2
 b 2

Jarak antara dua titik a dan b pada garis bilangan riil diberikan sebagai berikut
d = a−b = b−a .
Arah jarak dari a ke b adalah b − a dan arah jarak dari b ke a adalah a − b. Sedangkan
a+b
titik tengah titik a dan b adalah .
2

10
Soal-soal dan Penyelesaian.
Contoh 1. Selesaikan x + 4  5.
Penyelesaian. x + 4  5  − 5  x + 4  5 → − 9  x  1 atau −9,1 .

Contoh 2. Selesaikan 2 x − 1  7.
Penyelesaian. 2 x − 1  7  − 7  2 x − 1  7 → − 6  2 x  8 → − 3  x  4 atau
−3,4. .

Contoh 3. Selesaikan 3x − 2  1.
Penyelesaian. 3x − 2  1  3x − 2  1 atau 3x − 2  −1. 3x  3 → x  1 atau
1 1
3 x  1 → x  . Jadi himpunan penyelesaiannya adalah x  1 atau x  .
3 3

Contoh 4. Selesaikan 5 − x = x − 5
Penyelesaian. u = −u  u  0. Dengan demikian
5 − x = x − 5  5 − x  0 → 5  x.

Contoh 5. Selesaikan 5 − x = 5 − x
Penyelesaian. u = u  u  0. Dengan demikian 5 − x = 5 − x  5 − x  0 → 5  x.

Contoh 6. Selesaikan 2x + 5 = 9
Penyelesaian. Jika c  0 , u = c  u = c.
Dengan demikian 2 x + 5 = 9  2 x + 5 = 9. Kasus 1: 2x + 5 = 9 → x = 2. Kasus 2:
2x + 5 = −9 → x = −7.

Contoh 7. Selesaikan 9 − 5x = 1
Penyelesaian. u = − u . 9 − 5x = 5x − 9 . Kasus 1: 5x − 9 = 1 → x = 2. Kasus 2:
5x − 9 = −1 → x = 8 / 5.

Contoh 8. Selesaikan x 2 − 17 = 8
Penyelesaian. Kasus 1: x 2 − 17 = 8 → x = 5. Kasus 2: x 2 − 17 = −8 → x = 3. Jadi
terdapat empat solusi yaitu: − 5, − 3, 3, 5.

Contoh 9. Selesaikan 2 x − 3  x + 2 .
Penyelesaian. x  y → x 2  y 2 .
(2 x − 3) 2  ( x + 2) 2 → 3x 2 − 16 x + 5  0 → (3x − 1)( x − 5)  0.

11
1
Himpunan penyelesaiannya  x  5.
3

Contoh 10. Selesaikan 2 x − 1 = x + 7 .


Penyelesaian. Harga mutlak tidak pernah negatif, 2x −1  0. Kasus 1: x + 7  0.
2x −1 = x + 7 → x = 8. Kasus 2: x + 7  0. 2 x − 1 = −( x + 7) → x = −2, nilai ini tidak
memenuhi karena 2x −1 = −5  0. Solusi yang memenuhi adalah x = 8.

Contoh 11. Selesaikan x − 2 + x − 5 = 9.


Penyelesaian. Kasus 1: x  2. 2 − x + 5 − x = 9 → x = −1.
Kasus 2: 2  x  5. x − 2 + 5 − x = 9 → 3 = 9 [tidak mungkin].
Kasus 3: x  5. x − 2 + x − 5 = 9 → x = 8. Jadi solusinya adalah -1 dan 8 .

Contoh 12. Selesaikan x 2 − 10  6.


Penyelesaian. x 2 − 10  6 → −6  x 2 − 10  6 → 4  x 2  16 → 2  x  4.
Kasus 1: 2  x → x  −2 atau x  2. Kasus 2: x  4 → −4  x  4. Maka himpunan
penyelesaiannya adalah irisan kasus 1 dan kasus 2, yaitu − 4  x  −2 atau 2  x  4.

Contoh 13. Ubah bentuk berikut tanpa tanda mutlak x − 1 + 3 x .


Penyelesaian. Dari bentuk yang diketahui, nilai mutlak berganti tanda di x = 0 dan di
x = 1.
Kasus x  0, bentuk x − 1 + 3 x = − x + 1 − 3x = −4 x + 1
Kasus 0  x  1, bentuk x − 1 + 3 x = − x + 1 + 3x = 2 x + 1
Kasus x  1, bentuk x − 1 + 3 x = x − 1 + 3x = 4 x − 1
 − 4 x + 1, x  0

Jadi x − 1 + 3 x = 2 x + 1, 0  x  1
 4 x − 1, x  1

Contoh 14. Ubah bentuk berikut tanpa tanda mutlak 4 x − x 2 .


Penyelesaian. Ingat bahwa
a , jik a a  0
a =
− a , jik a a  0.
Nilai mutlak berganti tanda di di x = 0
Kasus x  0, bentuk x = x
Bentuk 4 x − x 2 = 4 x − x 2 = x(4 − x) kenapa?
Bentuk nilai mutlak terakhir x( x − 4) = − x( x − 4) pada interval 0  x  4, dan
x( x − 4) = x( x − 4) pada interval x  4.

12
Kasus x  0, bentuk x = − x
Bentuk 4 x − x 2 = − 4 x − x 2 = − x(4 + x) = x( x + 4) kenapa?
Bentuk nilai mutlak terakhir x( x + 4) = x( x + 4) pada interval x  −4, dan
x( x + 4) = − x( x + 4) pada interval − 4  x  0.
Gabungan dari kedua kasus menghasilkan
 x( x + 4), x  −4
− ( x + 4), −4 x0

4 x − x2 = 
− ( x − 4), 0 x4
 x( x − 4), x4

Contoh 15. Tentukan himpunan penyelesaian dari x − 6  x x


Penyelesaian. Bentuk pertidaksamaan nilai mutlak x − 6  x x tanpa tanda mulak (lihat
contoh 13 dan 14 sebelumnya) adalah
Kasus x  0, bentuk x − 6  x x = x 2 − x + 6  0 , merupakan persamaan kuadrat
berdefinit positip (a  0, D  0). Himpunan jawabnya Hp1 = (−,0)   = .
Kasus 0  x  6, bentuk x − 6  x x = x 2 + x − 6  0 = ( x + 3)( x − 2)  0 , merupakan
pertidaksamaan persamaan kuadrat. Himpunan jawabnya
Hp 2 = 0  x  6 x  −3 atau x  2  = 2  x  6.
Kasus x  6, bentuk x − 6  x x = x 2 − x + 6  0 , merupakan pertidaksamaan kuadrat
berdefinit positip (a  0, D  0). Himpunan jawabnya Hp 3 = R x  6  = x  6.
Jadi himpunan penyelesaian bentuk di atas adalah
Hp = Hp1  Hp 2  Hp 3 =   (2  x  6)  x  6 = x  2.

Contoh 16. Tentukan a) jarak antara −4 dan 5 b) arah jarak dari −4 ke 5


c) arah jarak dari 5 ke −4.
Penyelesaian. a) jarak antara −4 dan 5 adalah 5 − (−4) = − 4 − 5 = 9
b) arah jarak dari −4 ke 5 adalah 5 − (−4) = 9
c) arah jarak dari 5 ke −4 adalah −4 − 5 = −9.

1.3 Bidang Kartesius.

Beberapa hal penting yang harus dipahami pada bidang Kartesius adalah
1. Jarak d antara titik A ( x1 , y1 ) dan titik B ( x 2 , y 2 ) pada bidang kartesius seperti pada
Gambar 1.2 diberikan sebagai
d = ( x 2 − x1 ) 2 + ( y 2 − y1 ) 2
dan titik tengah kedua titik tersebut adalah
 ( x1 + x 2 ) ( y1 + y 2 ) 
 ,  .
 2 2 

13
y
B( x2 , y2 )
y2

A( x1 , y1 )
y1

x1 x2 x

Gambar 1.2. Bidang Kartesius.

2. Kemiringan garis m yang melalui titik ( x1 , y1 ) dan titik ( x 2 , y 2 ) adalah


y y 2 − y1
m= = .
x x 2 − x1
3. Sudut kemiringan dari sebuah garis yang memotong sumbu-x adalah sudut positif
yang dibuat garis itu dengan sumbu-x positif. Kemiringan sebuah garis adalah tangen dari
sudut kemiringan garis  (  900 ) :
m = tan .
4. Dua buah garis dikatakan sejajar jika memiliki kemiringan yang sama:
m1 = tan 1 = m2 = tan  2
dan dikatakan tegak lurus jika sudut-sudut kemiringan kedua garis berbeda 90 0 , karena
itu jika  2 adalah sudut yang lebih besar, maka  2 = 900 + 1 . Dengan demikian
sin(90 0 + 1 )
m 2 = tan  2 = tan(90 0 + 1 ) =
cos(90 0 + 1 )
cos 1 1 1
= =− =− .
− sin 1 tan 1 m1
Jadi kemiringan dari garis-garis yang saling tegak lurus memenuhi persamaan
1
m2 = −
m1
5. Persamaan garis yang menghubungkan titik ( x1 , y1 ) dan titik ( x 2 , y 2 ) adalah
y − y1 x − x1
=
y 2 − y1 x 2 − x1
atau
y − y1 = m( x − x1 ) atau y − y 2 = m( x − x 2 )

14
dengan m adalah kemiringan kedua titik. Sedangkan untuk garis vertikal yang melalui
titik ( x1 , y1 ) adalah
x = x1
dan garis horisontal yang melalui titik ( x1 , y1 ) adalah
y = y1
Persamaan garis dengan kemiringan m dan perpotongan sumbu-y di b adalah
y = mx + b
Sedangkan bentuk umum persamaan garis adalah
Ax + BY = C
dengan A, B dan C adalah konstanta dan A dan B keduanya tidak nol.
6. Jarak antara titik ( x1 , y1 ) dan garis Ax + BY = C adalah
Ax1 + By1 + C
A2 + B 2
7. Persamaan lingkaran yang berpusat di titik (h, k ) berjari-jari r adalah
( x − h) 2 + ( y − k ) 2 = r 2
Persamaan lingkaran dapat juga ditulis dalam bentuk
Ax2 + Ay 2 + Cx + Dy + F = 0, A  0, C, D, dan F adalah konstanta.

Soal-soal dan Penyelesaian.


Contoh 1. Tentukan kemiringan dari garis yang melalui titik (7,1) dan titik (−2,5).
y 2 − y1 5 −1 4
Penyelesaian. m = = =− .
x 2 − x1 − 2 − 7 9

Contoh 2. Tentukan persamaan garis yang melalui titik (7,1) dan titik (−2,5).
4
Penyelesaian. y − y1 = m( x − x1 ) → y − 1 = − ( x − 7) → 9 y + 4 x − 37 = 0,
9
4
atau y − y 2 = m( x − x 2 ) → y − 5 = − ( x + 2) → 9 y + 4 x − 37 = 0
9

Contoh 3. Tentukan persamaan garis yang melewati titik (3,1) dengan gradien −2.
Penyelesaian. y − y1 = m( x − x1 ) → y − 1 = −2( x − 3) → y + 2 x − 7 = 0.

Contoh 4. Tentukan persamaan garis L yang melewati titik (−2,3) dan sejajar garis M
dengan persamaan 3x − 4 y = 6.
3 3 3
Penyelesaian. Kemiringan garis 3x − 4 y = 6 → 4 y = 3x − 6 → y = x − adalah m1 = .
4 2 4
Syarat sejajar m2 = m1 = 3 4, maka persamaan garisnya adalah
3
y − y1 = m2 ( x − x1 ) → y − 3 = ( x + 2) → 4 y − 3x − 18 = 0.
4

15
Contoh 5. Tentukan persamaan garis L yang melewati titik (4,1) dan tegak lurus garis M
dengan persamaan 6x − 4 y = 5.
3 5 3
Penyelesaian. Kemiringan garis 6x − 4 y = 5 → 4 y = 6 x − 5 → y = x − adalah m1 = .
2 4 2
1
Syarat tegak lurus m 2 = − = − 2 3, maka persamaan garisnya adalah
m1
2
y − y1 = m2 ( x − x1 ) → y − 1 = − ( x − 4) → 3 y + 2 x − 11 = 0.
3

Contoh 6. Tentukan titik tengah antara titik (−2,3) dan (2,5)


 ( x1 + x 2 ) ( y1 + y 2 )   − 2 + 2 3 + 5 
Penyelesaian.  ,  =  ,  = (0,4).
 2 2   2 2 

Contoh 7. Tentukan jarak dari titik (1,2) ke garis 3x − 4 y −10 = 0.


Ax1 + By1 + C
Penyelesaian. , dengan A = 3, B = −4, C = −10, dan A 2 + B 2 = 5, maka
A +B
2 2

jaraknya sebesar 3(1) + (−4)(2) + (−10) / 5 = 3.

Contoh 8. Tentukan persamaan garis yang melewati titik (4,−2) dan berjarak 2 satuan dari
titik asal.
Penyelesaian. Persamaan garis yang melewati titik (4,−2) dengan kemiringan m adalah
4m + 2
y + 2 = m( x − 4) → mx − y − (4m + 2) = 0. Jarak dari titik asal ke garis adalah .
m2 +1
4
Dalam hal ini 4m + 2 = 2 m 2 + 1 → (4m + 2) 2 = 4(m 2 + 1) → m(3m + 4) = 0 → m = 0, dan m=− .
3
Jadi persamaan garisnya adalah y = −2 dan 4x + 3 y −10 = 0.

Contoh 9. Tentukan persamaan lingkaran yang berpusat di (1,−2) dan melewati titik (7,4).

Penyelesaian. Jari-jari lingkaran adalah jarak titik (1,−2) dan (7,4) : (7 − 2) 2 + (( 4 − (−2)) 2
36 + 36 = 72 . Jadi persamaan lingkaran: ( x −1) 2 + ( y + 2) 2 = 72 → x 2 + y 2 − 2x + 4 y − 67 = 0.

Contoh 10. Identifikasi lingkaran x 2 + y 2 + Dx + Ey + F = 0.


Penyelesaian. Berdasarkan metoda melengkapkan kuadrat diperoleh:
2 2 2 2
 D  E D2 E 2  D  E D 2 + E 2 − 4F
x+  + y+  + F = + →x+  + y +  = .
 2  2 4 4  2  2 4

Misalkan d = D 2 + E 2 − 4 F , jika d  0, maka diperoleh lingkaran berpusat di  − ,− 


D E
 2 2

berjari-jari d 2 . Jika d = 0 diperoleh satu titik yaitu  − ,−  . Jika d  0 , grafik tidak


D E
 2 2
mempunyai titik.

16
Contoh 11. Identifikasi lingkaran x 2 + y 2 −12x + 20 y + 15 = 0.
Penyelesaian. Dari contoh 10, D = −12, E = 20, dan F = 15 diperoleh pusat (6,−10) dan jari-
jari 11.

Contoh 12. Tentukan persamaan lingkaran yang melewati titik (9,6), (13,−2) dan (3,8).
Penyelesaian. Dari contoh 10, x 2 + y 2 + Dx + Ey + F = 0. Substitusikan nilai ( x, y ) pada
ketiga titik. Diperoleh 9 D + 6 E + F = −117 , 13 D − 2E + F = −173 dan 3D − 2E + F = −73. Dengan
eliminasi diperoleh D = −6, E = 4, F = −87. Jadi diperoleh lingkaran dengan persamaan
x 2 + y 2 − 6x + 4 y − 87 = 0 dan berpusat (3,−2) , berjari-jari 10.

Contoh 13. Tentukan persamaan lingkaran berjari-jari 13, melewati titik asal dan berpusat
di titik yang mempunyai absis – 12.
Penyelesaian. Misalkan pusat lingkaran di titik (−12, b). Bentuk persamaan lingkaran
( x + 12) 2 + ( y − b) 2 = 132. Jarak titik asal ke pusat sama dengan jari-jari, yaitu
13 = (−12 − 0) 2 + (b − 0) 2 = 144 + b 2 . Jadi 144 + b 2 = 169, b 2 = 25 → b = 5. Jadi
diperoleh dua lingkaran dengan bentuk: ( x + 12) 2 + ( y − 5) 2 = 169 dan
( x + 12) + ( y + 5) = 169.
2 2

Contoh 14. Tentukan persamaan lingkaran yang berpusat di (2,−3) dan garis tangent
(garis singgung) lingkaran adalah 5 x − 12 y + 6 = 0.
Penyelesaiaan. Jari-jari adalah jarak titik pusat ke persamaan garis singgung
5(2) − 12(−3) + 6 52
5 x − 12 y + 6 = 0, yaitu = = 4. Jadi bentuk persamaan lingkaran
5 2 + (−12) 2 13
adalah ( x − 2) 2 + ( y + 3) 2 = 16.

Contoh 15. Tentukan persamaan lingkaran yang melewati titik A(1,2) dan B(3,4) dan
persamaan garis singgungnya 3 x + y − 3 = 0.
Penyelesaian. Andaikan pusat lingkaran di titik C (a, b), sehingga berlaku CA = CB ,
yaitu (a − 1) 2 + (b − 2) 2 = (a − 3) 2 + (b − 4) 2 , → a + b = 5 (*)
Karena jari-jari adalah jarak pusat C (a, b) ke garis singgung 3 x + y − 3 = 0 , yaitu
3a + b − 3
2
 3a + b − 3 
, maka (a − 1) + (b − 2) = 
2 2
 , setelah disederhanakan diperoleh
10  10 
a 2 + 9b 2 − 6ab − 2a − 34b + 41 = 0 (**)
Setelah persamaan (*) disubstitusikan ke persamaan (**) menghasilkan nilai a = 4, b = 1 ,
dan a = 3 / 2, b = 7 / 2. Dari r = 3a + b − 3 / 10, berturut-turut diperoleh

17
9 7 
r = (12 + 1 − 3) / 10 = 10 dan r =  + − 3  / 10 = 10 / 2. Dengan demikian
2 2 
2 2
 3  7 5
persamaan lingkaran adalah ( x − 4) + ( y − 1) = 10 dan  x −  +  y −  = .
2 2

 2  2 2
Contoh 16. Tentukan persamaan lingkaran yang melewati titik (−2,1) dan persamaan
garis singgungnya 3x − 2 y − 6 = 0 di titik (4,3).
 − 2 + 4 1+ 3
Penyelesaian. Titik tengah antara titik (−2,1) dan ( 4,3) adalah  ,  = (1,2) ,
 2 2 
y − 1 x − (−2)
persamaan garis yang menghubungkannya adalah = , atau
3 − 1 4 − (−2)
− x + 3 y − 5 = 0, yaitu garis bergradien 1/3. Andaikan lingkaran berpusat di titik (a, b) .
Persamaan garis yang melewati titik pusat (a, b) tegak lurus garis − x + 3 y − 5 = 0 di titik
(1,2) adalah 3x + y = 5. Selanjutnya, persamaan garis yang melewati titik pusat tegak
lurus garis 3x − 2 y − 6 = 0 di titik ( 4,3) adalah 2 x + 3 y = 17. Titik perpotongan garis
3x + y = 5 dan 2 x + 3 y = 17 adalah x = −2 / 7 dan y = 41 / 7 yang merupakan titik pusat
lingkaran. Jari-jari lingkaran adalah jarak titik pusat (− 2 / 7,41 / 7) ke titik (−2,1) , yaitu
10
r = (−2 + 2 / 7) 2 + (1 − 41 / 7) 2 = (−12 / 7) 2 + (−34 / 7) 2 = 13. Jadi persamaan
7
2 2
 2  41  1300
lingkaran adalah  x +  +  y −  = .
 7  7 49

Contoh 17. Tentukan persamaan lingkaran yang melewati titik ( 2,4) dan (−1,2) pusatnya
terletak pada garis x − 3 y = 8.
Penyelesaian. Andaikan lingkaran berpusat di titik (a, b) . Jarak titik pusat ke titik ( 2,4)
dan (−1,2) adalah sama, yaitu (a − 2) + (b − 4) = (a + 1) + (b − 2) ,
2 2 2 2

− 4a + 4 − 8b + 16 = 2a + 1 − 4b + 4, 6a + 4b = 15. Karena titik pusat (a, b) terletak pada


x − 3 y = 8, maka a − 3b = 8. Sehingga, nilai a = 7 / 2, b = −3 / 2. Jari-jari adalah jarak
2 2
7 3 7   3  130
titik pusat  ,−  ke titik ( 2,4) , yaitu r =  − 2  +  − − 4  = . Jadi
2 2 2   2  2
2 2
 7  3 130
persamaan lingkaran adalah  x −  +  y +  = .
 2  2 4

1.4 Fungsi
Suatu fungsi dari suatu himpunan D ke sebuah himpunan R adalah suatu aturan
yang menetapkan satu elemen tunggal dari R dengan tiap-tiap elemen dalam D.
Himpunan D disebut daerah domain (asal) dan himpuna daerah R disebut daerah range
(nilai). Jika fungsi ini diberi nama f, maka unsur y di daerah R yang merupakan pasangan
unsur x di daerah D diberi lambang y = f (x) . Dalam kasus y = f (x) dinamakan persamaan

18
fungsi f dengan x sebagai variabel bebas dan y sebagai variabel tak bebas. Daerah domain
fungsi f dilambangkan dengan D f dan daerah range dilambangkan dengan R f .
Dalam sistim koordinat Kartesius fungsi dapat diartikan sebagai pasangan terurut
dari bilangan riil yang didefinisikan sebagai berikut: Fungsi adalah bilangan pasangan
terurut bilangan riil ( x, y ) dengan unsur pertama x muncul paling banyak satu kali dalam
setiap pasangannya. Himpunan semua x yang mungkin dinamakan daerah definisi dan
himpunan semua nilai y yang mungkin dinamakan daerah nilai fungsi.
Grafik dari fungsi y = f (x) terdiri atas semua titik ( x, f ( x)) , dengan x adalah
domain f. Dalam menggambar grafik, x merupakan jarak dari sumbu-y dan f (x)
merupakan jarak dari sumbu-x. Grafik suatu fungsi dapat diketahui dengan uji garis
vertikal (vertical line test) yaitu membuat garis vertikal dan perpotongan dengan grafik
tersebut hanya satu kali.
Beberapa rumpun grafik dapat diperoleh dengan mentransformasikan suatu
fungsi. Di bawah ini diberikan beberapa bentuk transformasi ( c  0) yaitu:
Grafik orisinal y = f (x)
Penggeseran horizontal c satuan ke kanan y = f ( x − c)
Penggeseran horizontal c satuan ke kiri y = f ( x + c)
Penggeseran verticall c satuan ke bawah y = f ( x) − c
Penggeseran verticall c satuan ke atas y = f ( x) + c
Pencerminan terhadap sumbu-x y = − f (x)
Pencerminan terhadap sumbu-y y = f (− x)
Perhatikan Gambar 1.3 fungsi y = x 2 , untuk memperoleh grafik fungsi y = x 2 + 1 dan
y = x 2 + 2 berturut-turut grafik fungsi y = x 2 yang digeser 1 dan 2 satuan ke atas,
sedangkan untuk memperoleh grafik y = x 2 − 2 grafik fungsi y = x 2 yang digeser 2
satuan ke bawah. Sedangkan Gambar 1.4 fungsi y = x 2 digeser 2 satuan ke kanan untuk
memperoleh grafik y = ( x − 2) 2 dan menggeser 3 satuan ke kiri untuk memperoleh grafik
y = ( x + 3) 2 .

Gambar 1.3. Menggeser grafik ke atas Gambar 1.4. Menggeser grafik ke kanan
dan ke bawah. ke kiri.

19
Soal-soal dan Penyelesaian.
Contoh 1. Pada contoh berikut ini, tentukan daerah domain dan rangenya.
a) f ( x) = 9 − x 2 b) f ( x) = −3 x c) h( x) = 9 − x 2 d) g ( x) = x 2 − 9
1
e) V ( x) = x − 3 f) F ( x) = g) J ( x) = − x x h) A(r ) = r 2
x −3
1 1
i) f ( x) = j) g ( x) =
( x − 2)( x − 3) 1− x 2
Penyelesaian.
a) fungsi f ( x) = 9 − x 2 , mempunyai domain bilangan riil, karena 9 − x 2 terdefinisi untuk
setiap x. Rangenya juga bilangan riil  9 : y = 9 − x 2 → x =  9 − y yang mana terdefinisi
jika dan hanya jika y  9. Grafiknya merupakan sebuah parabola berpuncak pada (0,9)
dan simetris terhadap sumbu-y terbuka ke bawah.
b) fungsi f ( x) = −3 x mempunyai domain bilangan riil taknegatif: x  0. Rangenya adalah
bilangan riil  0 : y  0. Grafiknya merupakan bagian bawah setengah parabola 9 x = y 2 .
c) fungsi h( x) = 9 − x 2 , mempunyai domain pada interval tertutup [−3,3] karena 9 − x2
terdefinisi jika dan hanya jika x 2  9. Range adalah interval tertutup [0,3] :
y = 9 − x 2 → x =  9 − y 2 . Grafiknya adalah bagian atas setengah lingkaran x 2 + y 2 = 9.

d) fungsi g ( x) = x 2 − 9 → domain x 2 − 9  0 → x  3 atau x  −3. Rangenya bilangan riil


taknegatif: y  0 . Grafiknya merupakan hiperbola x 2 − y 2 = 9 bagian atas sumbu-x.
e) fungsi V ( x) = x − 3 → domain bilangan riil. Rangenya bilangan riil taknegatif y  0.
Grafiknya adalah menggeser tiga satuan ke kanan grafik y = x .
1
f) fungsi F ( x) = mempunyai domain bilangan riil kecuali di 1 : x  1 . Range bilangan
x −3
1
riil kecuali 0: y  0. Grafiknya pergeseran 3 satuan ke kanan dari grafik f ( x) = .
x
g) fungsi J ( x) = − x x → domain dan rangenya merupakan bilangan riil. Grafiknya adalah
fungsi y = x 2 untuk x  0 dan fungsi y = − x 2 untuk x  0.
h) rumus A(r ) = r 2 menyatakan luas A dari sebuah lingkaran sebagai sebuah fungsi dari
jari-jari r. Domain dan range merupakan bilangan riil positif.
1
i) fungsi f ( x) = mempunyai domain bilangan riil kecuali x = 2 dan x = 3.
( x − 2)( x − 3)
1 1
Rangenya diperoleh dengan cara berikut: y = = 2 dan selesaikan
( x − 2)( x − 3) x − 5 x + 6
1  
untuk x. x 2 − 5 x +  6 −  = 0 , persamaan ini mempunyai solusi jika dan hanya jika
 y
1 4 4 y+4
D  0 → b 2 − 4ac  0 → (−5) 2 − 4(1)( 6 − ) = 25 − 24 + = 1 +  0 →  0. Diperoleh range
y y y y
y  −4 dan y  0.

20
1
j) fungsi g ( x) = , x dalam domain jika dan hanya jika
1− x 2
x  1 → ( x −1)(x + 1)  0 → −1  x  1.
2
Untuk memperoleh rangenya, pertama g ( x)  0.
1
y= → y 2 = 1 (1 − x 2 ), → x 2 = 1 − 1 y 2  0 → 1  1 y 2 → y 2  1 → ( y − 1)( y + 1)  0. Dengan
1− x 2

demikian diperoleh rangenya: y  1.

Jika f dan g terdefinisi pada himpunan D, maka:


1, ( f + g )( x) = f ( x) + g ( x)
2. ( f − g )( x) = f ( x) − g ( x)
3. ( f  g )( x) = f ( x)  g ( x)
4. (k  f )( x) = k  f ( x) dengan k konstanta
f  f ( x)
5.  ( x) = , g ( x)  0.
g g ( x)
Jika daerah definisi f adalah D f dan daerah definisi g adalah Dg maka daerah
definisi dari operasi f dan g di atas adalah D f  Dg .

Contoh 2. Misalkan fungsi f ( x) = (3x − 2) dan g ( x) = x 2 − 9 dengan masing-masing


daerah asal D f = −  x   dan D g = x  3 atau x  −3. Tentukan rumus untuk
f + g, f − g, f  g, f / g , 3 f dan daerah asalnya.
Penyelesaian.
Rumus Daerah definisi
a) ( f + g )( x) = f ( x) + g ( x) = (3x − 2) + x − 9 2
(−, )  (−,−3]  [3, ) = (−,−3]  [3, )
b) ( f − g )( x) = f ( x) − g ( x) = (3x − 2) − x 2 − 9 (−, )  (−,−3]  [3, ) = (−,−3]  [3, )
c) ( f  g )( x) = f ( x)  g ( x) = (3x − 2)  x 2 − 9 (−, )  (−,−3]  [3, ) = (−,−3]  [3, )

d) ( f / g )( x) = f ( x) / g ( x) = (3x − 2) / x 2 − 9 (−, )  (−,−3)  (3, ) = (−,−3)  (3, )


e) (3 f ) = 3 f ( x) = 3(3x − 2) (−, )
Dua fungsi f dan g dikatakan sama (ditulis f  g ), jika D f = D g dan f ( x) = g ( x).

Contoh 3. Misalkan f ( x) = 1 dan g ( x) = x x. Kedua fungsi ini tidak sama karena tidak
terdefinisi pada himpunan yang sama.Tetapi jika daerah asalnya dibatasi pada interval
(0, ), sehingga f ( x) = g ( x) pada (0, ).

Misalkan f dan g suatu fungsi dan R f  Dg   , maka terdapat fungsi dari


himpunan bagian D f ke himpunan bagian R g . Fungsi ini dinamakan komposisi dari g
dan f, ditulis g  f (f dilanjutkan g) dengan persamaan g  f ( x) = g ( f ( x)). Jika Rg  D f  
maka terdapat fungsi dari himpunan bagian Dg ke himpunan bagian R f . Fungsi ini
dinamakan komposisi dari f dan g, ditulis f  g (g dilanjutkan f dengan persamaan
f  g ( x) = f ( g ( x)).

21
Jika f fungsi satu-satu, maka invers dari fungsi f ditulis f −1 adalah suatu fungsi
tunggal yang terdefinisi pada R f dan memenuhi f ( f −1 ( x)) = x.

Contoh 4. Diketahui f ( x) = 2 x − 3 dan g ( x) = x 2 + 1 . Tentukan a) f  g b) g  f


Penyelesaian. f ( x) = 2 x − 3 → D f = (−, ), R f = (−, )
g ( x) = x 2 + 1 → Dg = (−, ), Rg = [1, )
Karena R f  Dg   maka fungsi g  f terdefinisi.
g  f ( x) = g ( f ( x)) = g (2x − 3) = (2x − 3) 2 + 1 = 4x 2 −12x + 10.
Karena Rg  D f   maka fungsi f  g terdefinisi.
f  g ( x) = f ( g ( x)) = f ( x 2 + 1) = 2( x 2 + 1) − 3 = 2x 2 −1.

3x − 2
Contoh 5. Diketahui fungsi f ( x) = , x3
x −3
a. Perlihatkan bahwa fungsi f satu kesatu
b. Tentukan invers dari fungsi f.
Penyelesaian.
a. Untuk memperlihatkan fungsi f satu kesatu, misalkan f ( x) = f ( y) akan ditunjukkan
x = y.
3x − 2 3 y − 2
= → (3x − 2)( y − 3) = (3 y − 2)( x − 3)
x −3 y −3
3xy − 9 x − 2 y + 6 = 3xy − 9 y − 2 x + 6 → −9 x − 2 y = −9 y − 2 x → −9 x + 2 x = −9 y + 2 y
x= y
Jadi fungsi f adalah satu kesatu.
b.
3x − 2
y= → xy − 3 y = 3x − 2 → xy − 3x = 3 y − 2 → x( y − 3) = 3 y − 2
x −3
3y − 2
x=
y −3
3x − 2
Jadi invers dari fungsi f adalah f −1 ( x) = , x  3.
x−3
Jenis-jenis Fungsi
Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis fungsi yang sering dijumpai dalam bidang
matematika.

1. Fungsi Polinomial
Jenis fungsi aljabar yang sering dijumpai adalah Fungsi Polinomial yang
mempunyai bentuk:
f ( x) = a n x n + a n−1 x n−1 +  + a 2 x 2 + a1 x + a0 , an  0
dengan bilangan bulat n dinamakan derajat (degree) fungsi polynomial. Bilangan a i
disebut koefisien.
Untuk n = 0 , dinamakan Fungsi Konstan. Bentuk umum fungsi konstan adalah:

22
f ( x) = k , k: konstan D f = R, R f = k
Untuk n = 1 , dinamakan Fungsi Linier. Bentuk umum fungsi linier adalah:
y = f ( x) = ax + b
Daerah asal fungsi linier adalah D f = R dan daerah nilainya adalah
 R, a0
Rf = 
b, a=0
Grafik fungsi linier adalah garis lurus. Jika a = 0, fungsi linier menjadi fungsi konstan.
Dalam hal ini a dinamakan gradien dari garis lurus, sedangkan b menyatakan ordinat titik
potong garis lurus dengan sumbu y, yaitu b = f (0).
Untuk n = 2, dinamakan Fungsi Kuadrat. Bentuk umum fungsi kuadrat adalah:
y = f ( x) = ax 2 + bx + c, a0
Daerah asal fungsi kuadrat adalah D f = R. Pada bentuk kuadrat ini besaran D = b 2 − 4ac
dinamakan Diskriminan (pembeda) fungsi kuadrat. Fungsi kuadrat dapat dituliskan dalam
bentuk
2
 b  −D
y = f ( x ) = a x +  + , a0
 2a  4a
Dengan menggunakan bentuk di atas, daerah nilai fungsi kuadrat adalah
 − D 
 4a ,  , a0
 
Rf = 
 − , − D , a0
 4a 
Jika a  0 dan D  0 dinamakan Definit Positip, dan jika a  0 dan D  0 dinamakan
Defenit Negatip.
Pembagian dua fungsi polynomial dinamakan Fungsi Rasional. Bentuk umum
fungsi rasional adalah
p( x)
f ( x) = , q( x)  0
q ( x)
dengan p(x) dan q (x) adalah polynomial.
Fungsi polynomial dan rasional adalah contoh fungsi aljabar. Fungsi aljabar dapat
diekspresikan sebagai penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan akar yang
meliputi x n . Fungsi yang bukan aljabar dinamakan transcendental (transenden), contoh
bentuk fungsi ini antara lain adalah fungsi logaritma, eksponensial dan trigonometri, yang
akan dibicarakan dalam bahasan lain.

2. Fungsi Ganjil dan Genap


Uji untuk menentukan fungsi ganjil dan fungsi genap adalah:
• Fungsi y = f (x) disebut ganjil jika f (− x) = − f ( x) dan grafiknya simetris terhadap
titik asal.
• Fungsi y = f (x) disebut genap jika f (− x) = f ( x) dan grafiknya simetris terhadap
sumbu y.

Contoh 6.

23
1. Fungsi f ( x) = x 3 − x adalah fungsi ganjil, karena
f (− x) = (− x) 3 − (− x) = − x 3 + x = −( x 3 − x) = − f ( x).
2. Fungsi f ( x) = x 2 + 1 adalah fungsi genap, karena
f (− x) = (− x) 2 + 1 = x 2 + 1 = f ( x).
3. Fungsi f ( x) = x 2 − 3x + 2 adalah fungsi tidak genap dan tidak ganjil, karena
f (− x) = (− x) 2 − 3(− x) + 2 = x 2 + 3x + 2  − f ( x) maupun  f (x) .
4. Fungsi f ( x) = 0 adalah fungsi genap dan juga fungsi ganjil, karena
f (− x) = 0 = f ( x) dan f (− x) = 0 = − f ( x)
5. Fungsi f ( x) = − x tidak dapat dikatakan sebagai fungsi ganjil maupun fungsi genap,
karena daerah asalnya tidak memuat x atau –x secara bersama-sama.

3. Fungsi Bilangan Bulat Terbesar.


Bilangan bulat terbesar dari x R, ditulis x  didefinisikan:
x = n  n  x  n + 1, n  Z (bilangan bulat).
Fungsi bilangan bulat terbesar adalah suatu fungsi yang memuat bentuk  .
Bentuk umum fungsi bilangan bulat terbesar adalah
f ( x) = x , x  R.

Contoh 7. Harga-harga positip: 1,8 = 1, 2,3 = 2, 3 = 3.


Harga 0: 0,7 = 0, 0,2 = 0, 0 = 0.
Harga-harga negatip: − 2,9 = −3, − 3,1 = −4, − 0,5 = −1, − 2 = −2.
Fungsi bilangan bulat terbesar adalah sebuah fungsi tangga. Banyak hal dalam kehidupan
sehari-hari dapat dimodelkan dengan fungsi tangga, sebagai contoh;
Harga dari kiriman pos kilat-khusus, sebagai sebuah fungsi dari berat.
Keluaran dari sebuah cahaya yang berkedip-kedip, sebagai fungsi dari waktu.
Bilangan yang di-display sebuah mesin yang memberikan keluaran-keluaran
digital sebagai sebuah fungsi dari waktu.

4. Fungsi Trigonometri
Kebanyakan gejala alam adalah periodik, yakni; pengulangan setelah selang
waktu tertentu. Gejala demikian lebih mudah dipelajari dengan menggunakan fungsi
trigonometri.
Suatu sudut du bidang dapat diukur dengan satuan derajat dan radian. Satu
derajat, ditulis 10 , adalah besarnya sudut pusat lingkaran dihadapan busur lingkaran yang
panjangnya 1 / 360 keliling lingkaran. Satu radian, ditulis 1 rad adalah besarnya sudut
pusat lingkaran berjari-jari r satuan dihadapan busur lingkaran yang panjangnya juga r
satuan.
Hubungan antara ukuran derajat dan radian adalah sebagai berikut:
2 radian = 360 0 = satu keliling lingkaran
360 0
1 rad =  57,3 0  57 017 44,8.
2

24
2
10 =  0,01745 rad
360 0
Lambang  menyatakan nilai hampiran. Nilai hampiran untuk  sampai 5 desimal
adalah 3,14159.
Apabila sebuah sudut dengan ukuran  ditempatkan dalam kedudukan standar
pada sebuah lingkaran berjari-jari r , seperti Gambar 1.3 maka fungsi-fungsi
trigonometri dari  didefinisikan oleh persamaan-persamaan berikut:

Gambar 1.3.

y x y
sin  = , cos  = , tan  = ,
r r x
r r x
csc = , sec = , cot  =
y x y
sin  1 1 1
tan  = , csc = , sec = , cot  =
cos  sin  cos  tan 

Berdasarkan teorema Pythagoras


x2 + y2 = r 2
maka kita peroleh bahwa
cos 2  + sin 2  = 1
Koordinat-koordinat dari P( x, y ) dapat dinyatakan dalam r dan  sebagai berikut:
x = r cos  , y = r sin 
Selanjutnya adalah beberapa definisi dan identitas dasar yang sering dijumpai
pada fungsi trigonometri:
sin( − ) = − sin  , cos(− ) = cos  , tan(− ) = − tan  , csc(− ) = − csc
sec(− ) = sec , cot(− ) = − cot  .
sec2  = 1 + tan 2  , csc2  = 1 + cot 2 
sin( A + B) = sin A cos B + cos A sin B

sin( A − B) = sin A cos B − cos A sin B


cos( A + B) = cos A cos B − sin A sin B

25
cos( A − B) = cos A cos B + sin A sin B
tan A + tan B
tan( A + B) =
1 − tan A tan B
tan A − tan B
tan( A − B) =
1 + tan A tan B
2 tan 
sin 2 = 2 sin  cos  , cos 2 = cos 2  − sin 2  , tan 2 =
1 − tan 2 
   
sin  A −  = − cos A, cos A −  = sin A
 2  2
   
sin  A +  = cos A, cos A +  = − sin A
 2  2

Sudut-sudut dan sisi-sisi dari sebuah segitiga:

Hukum cosinus: a 2 = b 2 + c 2 − 2bc cos A


b 2 = a 2 + c 2 − 2ac cos B
c 2 = a 2 + b 2 − 2ab cos C
sin A sin B sin C
Hukum sinus: = =
a b c
1 1 1
Luas = bc sin A = ac sin B = ab sin C .
2 2 2
Berikut ini adalah nilai-nilai dari sin  , cos dan tan  untuk harga-harga  yang
dipilih.

Derajat -180 -135 -90 -45 0 45 90 135 180


 (radian) - - 3 / 4 − /2 − /4 0  /4  3 / 4 
sin  0 − 2/2 −1 − 2/2 0 2/2 1 2/2 0
cos  −1 − 2/2 0 2/2 1 2/2 0 − 2/2 −1
tan  0 1 − −1 0 1  −1 0

1.5 Sistem Koordinat Polar

1.5.1 Grafik Sistem Koordinat Polar


Posisi suatu titik P di suatu bidang relatif terhadap sebuah titik tetap O pada
bidang dapat dinyatakan dengan memberikan proyeksi vektor OP pada dua garis pada
bidang yang saling tegaklurus di O. Hal ini pada dasarnya adalah sistem koordinat
Kartesius. Pernyataan lain dapat dibuat dengan memberikan jarak terarah r = OP dan
sudut  dengan garis Ox disebut sumbu polar (polar axis) yang tetap lewat titik O, yang
disebut kutub (pole). Hal ini disebut sistem koordinat polar (Gambar 1.4).

26
• P(r ,  )


O x
Gambar 1.4.

Untuk setiap pasangan bilangan ( r ,  ) terdapat satu dan hanya satu titik dan
kebalikannya tidak berlaku. Jika titik P dinyatakan dalam koordinat polar ( r ,  ) , maka
titik P dapat juga dinyatakan dalam koordinat polar (r ,   2n ) dan (−r ,   (2n − 1) ) ,
dengan n adalah bilangan bulat. Sebagai contoh, titip P(2,150 0 ) dapat juga dinyatakan
dalam bentuk lain seperti P(−2,−30 0 ) , P(2,5100 ) , P(2,−210 0 ) , P(−2,330 0 ) dan
seterusnya.
Grafik persamaan yang berbentuk r = c, (c adalah konstanta) merupakan suatu
lingkaran berjari-jari c berpusat di titik O, karena setiap titik P pada lingkaran
mempunyai koordinat dalam bentuk (c,  ). Grafik persamaan berbentuk r = −c berupa
lingkaran yang sama dengan r = c. Sedangkan grafik persamaan  = c, (c adalah
konstanta) berupa persamaan garis lurus yang melalui titik O dan membentuk sudut c
dengan sumbu polar. Grafik  = c  n , (n bilangan bulat) membentuk garis yang sama
dengan grafik  = c. Gambar 1.5 berikut menggambarkan beberapa contoh titik dalam
sistem koordinat polar.

Gambar 1.5.

27
1.5.2 Hubungan Koordinat Polar dan Koordinat Kartesius
Hubungan koordinat polar dan koordinat Kartesius dapat digambarkan seperti
pada Gambar 1.6, yaitu dengan menetapkan sumbu polar sama dengan sumbu-x positif
dan titik kutub (pole) sama dengan titik asal. Karena titik ( x, y ) terletak pada lingkaran
berjari-jari r maka diperoleh hubungan r 2 = x 2 + y 2 , sehingga diperoleh perbandingan
trigonometri berikut ini.
y x y
tan  = , cos  = , sin  = .
x r r
Koordinat polar ( r ,  ) bersesuaian dengan koordinat Kartesius ( x, y ) dengan hubungan
seperti berikut ini.
y
1. x = r cos  2. tan  =
x
y = r sin  r = x + y2
2 2

Gambar 1.6. Hubungan Koordinat Polar dan Kartesius

Soal-soal dan Penyelesaian.


Contoh 1. Sketsa grafik persamaan r = 4 sin  .
Penyelesaiaan. Karena fungsi sinus berperiodik 2 maka diperlukan grafik pada
persamaan ini hanya untuk 0    2 . Dengan menggunakan tabel berikut, grafiknya
dapat dilihat pada Gambar 1.7.

 0  /6  /4  /3  /2 2 / 3 3 / 4 5 / 6 
r 0 2 2 2 2 3 4 2 3 2 2 2 0

 7 / 6 5 / 4 4 / 3 3 / 2 5 / 3 7 / 4 11 / 6 2
r −2 −2 2 −2 3 −4 −2 3 −2 2 −2 0

28
Gambar 1.7. Grafik r = 4 sin  .

Contoh 2. Sketsa grafik persamaan r = 2(1 − 2 sin  ).


Penyelesaian. Grafik persamaan dapat dilukiskan seperti pada Gambar 1.8 dengan
menggunakan titik-titik persamaan pada table berikut,
 0  /6  /4  /3  /2 2 / 3 3 / 4 5 / 6 
r 2 0 − 0.8 − 1.5 −2 − 1.5 − 0.8 0 2

 7 / 6 5 / 4 4 / 3 3 / 2 5 / 3 7 / 4 11 / 6 2
r 4 4.8 5.5 6 5.5 4.8 4 2

Gambar 1.8. Grafik r = 2(1 − 2 sin  ).

29
Contoh 3. Tentukan titik koordinat Kartesius dari titik polar berikut
1) (3,  / 3) 2) ( 3 ,5 / 6)
Penyelesaian.
1) x = r cos  = 3 cos  / 3 = 3 / 2 , dan y = r sin  = 3 sin  / 3 = 3 3 / 2 . Jadi
koordinat titik Kartesiusnya adalah ( x, y ) = (3 / 2, 3 3 / 2).
2) x = r cos  = 3 cos 5 / 6 = −3 / 2 , dan y = r sin  = 3 sin 5 / 6 = 3 / 2 . Jadi
koordinat titik Kartesiusnya adalah ( x, y ) = (−3 / 2, 3 / 2).

Contoh 4. Tentukan titik koordinat polar dari titik Kartesius berikut


1) (3,− 3 ) 2) (− 3 ,−3)
Penyelesaian.
y − 3
1) Titik (3,− 3 ) terletak di kuadran ke empat, maka tan  = = = 11 / 6 .
x 3
Karena  dipilih sama dengan kuadran titik ( x, y ) , maka nilai r bernilai positif,
yaitu
r = x 2 + y 2 = 32 + (− 3) 2 = 2 3. Jadi salah satu titik polar yang bersesuaian
dengan titik (3,− 3 ) adalah (2 3 , 11 / 6). Titik yang lain diserahkan sebagai
latihan.
y −3
2) Titik (− 3 ,−3) terletak di kuadran ke tiga, maka tan  = = = 7 / 6 .
x − 3
Karena  dipilih sama dengan kuadran titik ( x, y ) , maka nilai r bernilai positif,
yaitu
r = x 2 + y 2 = (− 3) 2 + (−3) 2 = 2 3. Jadi salah satu titik polar yang
bersesuaian dengan titik (− 3 ,−3) adalah (2 3 , 7 / 6). Titik yang lain
diserahkan sebagai latihan.

Contoh 5. Ubahlah persamaan bidang kartesius y 2 = 25 x ke bentuk persamaan bidang


polar.
Penyelesaian.
Substitusikan bentuk y = r sin  dan x = r cos ke persamaan y 2 = 25 x , diperoleh
25 cos 
r 2 sin 2  = 25r cos  → r = → r = 25ctg csc  .
sin  . sin 

Contoh 6. Ubahlah persamaan bidang polar r = 6 cos ke persamaan bidang kartesius.


Penyelesaian.
Bentuk r = 6 cos dapat ditulis menjadi r 2 = 6r cos  , setelah disubstitusikan bentuk
r 2 = x 2 + y 2 dan x = r cos diperoleh x 2 + y 2 = 6x → x 2 − 6x + y 2 = 0 atau
( x − 3) + y = 9, merupakan sebuah lingkaran berpusat di titik (3,0) berjari jari 3.
2 2

30
SOAL–SOAL LATIHAN

1. Selidikilah soal berikut apakah bilangan rasional atau bilangan irasional


5
(a) 0,8 (b) − 3467 (c) (d) 4 3 −1
3
4 22 3
(e) 5,3251324 (f) 81 (g) (h) 3
7 4
(i) ( )5
2
2. Nyatakan bilangan desimal berikut dalam bentuk pecahan.
(a) 1,4545 (b) 0,21323 (c) 0,134134 (d) 1,22002200
3. Tentukan nilai konstanta yang diberikan (A, B, C, … ) pada persamaan berikut
1 A B 1 A B
(a) = + (b) = +
x −4 x−2 x+2
2
x + 7x + 6 x + 1 x + 6
2

x +1 A B C x +1 A B C
(c) = + + (d) = + 2 +
x + x − 6x x x − 2 x + 3
3 2
x ( x − 1) x x
2
x −1
2x 2 + 3 Ax + B Cx + D
(e) = 2 +
( x + 1)
2 2
x + 1 ( x 2 + 1) 2
x 5 − x 4 + 4 x 3 − 4 x 2 + 8 x − 4 Ax + B Cx + D Ex + F
(f) = 2 + 2 + 2
( x + 2)
2 3
x + 2 ( x + 2) 2
( x + 2) 3

4. Selesaikan pertidaksamaan berikut


x+5
(a) 5 − 3x  5x + 3 (b) − 3  3x + 5  7 (c) 3
x−3
(e) (2x − 3) / (3x − 5)  3 (f) (x − 5)(x + 3)  0
2x
(d) 1
x−5
(g) x2 + 7x − 8  0 (h) x 2 − 6 x + 5  0 (i) 5x − 3x 2  0
(j) (x − 2)2 (x + 1)(x − 3)  0 (k) (x − 1) (x + 2) (x − 3) (x + 4)  0
2 3 4 5

5. Selesaikan masalah nilai mutlak berikut.


(a) x + 4  3 (b) 3x + 2  1 (c) 4 − x = x − 4 (d) 3x + 2 = 10
(e) 1 + 3 / x  2 (f) x 2 − 8  4 (g) 2 x − 3 = x + 3 (h) 2 x − 1 = x + 8
1
(i) 2 x − 3  x + 5 (j) 3x − 5 = −5 (k) 0  3 x + 3 
3
(l) x−2 + x−7 = 9
(m) ubah ke dalam bentuk tanpa tanda mutlak 4 x − 1
(n) ubah ke dalam bentuk tanpa tanda mutlak x + x + 2
(o) ubah ke dalam bentuk tanpa tanda mutlak x − x − 2 + x + 2
Tentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan nilai mutlak berikut

31
(p) xx9 (q) x ( x − 1)  12 (r) x +x 2
2
(s) x2 − 2  x x (t) x − 2 + 2 x −1  1 (u) x 
x −1
x −1 x
(v) + 2
x x −1

6. Persamaan garis.
(a) tentukan gradien garis yang melewati titik (− 3,5) dan (4,−2)
(b) tentukan persamaan garis yang melewati titik (2,−3) dengan gradien 3 .
(c) tentukan persamaan garis yang melewati titik (2,−1) dan (− 2,2)
(d) tentukan persamaan garis yang melewati titik (3,−4) dan tegak lurus garis
5 x − 4 y + 20 = 0 .
(e) tentukan persamaan garis yang melewati titik (− 3,−4) dan sejajar garis
2 x + 3 y + 12 = 0 .
(f) tentukan persamaan garis yang melewati titik (2,−4) dan berjarak 4 satuan dari
titik asal.
(g) Sebuah titik (x, y ) bergerak sedemikian rupa sehingga jarak dari garis x = 5
dua kali lebih besar dari jarak garis y = 8 . Tentukan persamaan garis tersebut.
7. Lingkaran.
(a) tentukan persamaan lingkaran berpusat di titik (3,−2) dan berjari-jari 5.
(b) tentukan persamaan lingkaran berpusat di titik (− 3,−2) dan melewati titik
(3,4) .
(c) tentukan persamaan lingkaran yag melewati titik (3,8), (9,6) dan (13, − 2).
(d) tentukan persamaan lingkaran yang diameternya melewati titik (5,−1) dan
(− 3,7) .
(e) tentukan persamaan lingkaran yang berjari-jari 3 dan garis tangennya x = 4
dan y = 6.
(f) tentukan persamaan lingkaran yang berpusat di (1,3) dan garis tangennya
5 x − 12 y − 8 = 0.
(g) tentukan persamaan lingkaran yang melewati titik (− 2,1) dan garis tangennya
3x − 2 y = 6 pada titik (4,3).
(h) tentukan persamaan lingkaran yang melewati titik (1,2) dan garis tangennya
− 5 x + 2 y − 10 = pada titik (4,15).
(i) tentukan persamaan lingkaran yang melewati titik (1,2) dan ( 4,3) pusatnya
terletak pada 7 x + 7 y = 39 .

8. Tentukan daerah asal (domain), daerah hasil (range), dan sketsa grafik dari fungsi
berikut.
(a) f ( x ) = 9 − x 2 . (b) f ( x ) = −4 x (c) f ( x ) = 9 − x2

32
1
(d) f ( x ) = x 2 − 9 (e) f(x)= x−4 (f) f ( x ) =
(x − 3)(x − 5)
f ( x ) = 5x f ( x ) = x / 2
1
(g) f ( x ) = (h) (i)
4− x 2

9. Diketahui f ( x ) = x 3 , g ( x ) = 3 x , dan h( x ) = x 2 − 1. Tentukan fungsi komposit


(a) fog( x ) (b) gof (x ) (c) fogoh( x ) (d) hogof ( x )
10. Tentukan fungsi invers dari fungsi berikut.
2 + 3x
(a) f ( x ) = 5 x − 3 (b) f ( x ) = 2x 3 (c) f ( x ) =
5 − 4x
(d) f ( x ) = 5 − 2 x
11. Selidiki apakah fungsi berikut adalah fungsi genap, ganjil, atau tidak keduanya.
(
(a) f ( x ) = 9 − x 2 (b) f ( x ) = x 9 − x 2 )
(c) f ( x ) = 3 x
(d) f ( x ) = 9 x − x 2 .
12. Tunjukkan
1 − cos 2 x 1 + cos 2 x
(a) sin 2 x = (b) cos2 x =
2 2
1 − tan 2 ( x / 2) 2 tan( x / 2)
(c) cos x = (d) sin x =
1 + tan 2 ( x / 2) 1 + tan 2 ( x / 2)
x sin x
(f) tan =
2 1 + cos x

13 Ubah persamaan kartesius berikut ke bentuk polar.


1. x 2 + y 2 = 16 2. y=4 3. 3x − y + 2 = 0 4. y 2 = 9 x
5. xy = 4 6. ( )
x2 + y2 − 9 x2 − y2 = 0
2
( )
14. Ubah persamaan polar berikut ke persamaan kartesius
1. r =5 2. r = −3 3. r = 2 sin  4. r =
5. r = 5 sec  6. r = 3 csc 

33

Anda mungkin juga menyukai