Abstrak
Penambangan yang dilakukan oleh PT.Pamapersada Nusantara di wilayah kerja PT.Adaro
Indonesia yang semakin luas dan dalam saat ini mencapai elevasi -174 mdpl mempunyai
kendala air limpasan yang masuk, oleh karena itu sudah dibuat Sump pendukung yang
terletak di atas Sump Utama yang berfungsi untuk menampung sebagian air agar tidak
semua air masuk kedalam Sump Utama. Namun seiring waktu kapasitas sump pendukung
yakni Sump Ranu Pane, Sump Kuta dan Sump Senggigi mengalami pendangkalan sehingga
perlu dilakukan kajian terhadap kapasitas sump, sistem pemompaan dan saluran terbuka
yang berpengaruh sehingga dapat dilakukan penanganan air yang baik. Analisis data curah
hujan di lokasi penelitian pada tahun 2001 – 2016 dengan menggunakan distribusi
Gumbell, diperoleh curah hujan rencana 139,96 mm/hari, intensitas curah hujan sebesar
22,7 mm/jam dengan periode ulang hujan 6 tahun dan resiko hidrologi 86,54%. Daerah
tangkapan hujan pada lokasi penelitian yaitu DTH Sump Ranu Pane= 208,2 Ha dengan
debit air limpasan = 11,81 m3/detik, DTH Sump Kuta= 192,2 Ha dengan debit air
limpasan= 10,9 m3/detik, DTH Sump Senggigi= 112,5 Ha dengan debit air limpasan= 6,38
m3/detik. Dimensi saluran terbuka yang digunakan berbentuk trapesium yakni Saluran
Terbuka 1 memiliki dimensi h = 1,17 m; b = 1,48 m; B = 2,6 m, Saluran Terbuka 2
memiliki dimensi h = 1,24 m; b = 1,55 m; B = 2,74 m, dan Saluran Terbuka 3 memiliki
dimensi h = 1,25 m; b = 1,57 m; B= 2,77 m. Untuk mengeringkan air limpasan selama 2
hari penambahan pompa pada Sump Kuta diperlukan 1 pompa namun dapat diatasi dengan
meningkatkan debit pompa dari 509,53 m3/jam menjadi 684 m3/jam , pada Sump Senggigi
perlu ditambahkan 1 jalur pompa, dan pada Sump Ranu Pane penggunaan pompa dapat
dikurangi dari 3 jalur pompa menjadi 2 jalur pompa dengan meningkatkan debit pompa
dari 576,83 m3/jam menjadi 740 m3/jam. Untuk minimal volume sump yang harus dibuat
yakni Sump Ranu Pane= 81.282 m3, Sump Kuta= 93.934 m3 dan Sump Senggigi= 56.328
m3.
Kata Kunci: curah hujan, daerah tangkapan hujan, pompa, saluran terbuka, sump.
7
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
dalamnya elevasi penambangan yang saat ini data diolah kemudian dilakukan analisis data,
mencapai -174 mdpl membuat penanganan air untuk membandingkan perolehan data aktual dan
limpasan yang masuk harus dilakukan sebaik data dari hasil perhitungan.
mungkin, oleh karena itu telah dibuat Sump
e. Hasil Pengolahan Data
pendukung yang terletak di atas Sump Utama yang
berfungsi untuk menampung sebagian air agar Hasil dari data curah hujan rencana digunakan
tidak semua air masuk kedalam Sump Utama. untuk mendapatkan nilai intensitas curah hujan
Namun seiring waktu kapasitas Sump pendukung yang dihitung dengan menggunakan rumus
yakni Sump Ranu Pane, Sump Kuta dan Sump mononobe. Setelah didapatkan data intensitas
Senggigi mengalami pendangkalan sehingga perlu curah hujan dapat menentukan debit air limpasan
dilakukan kajian terhadap kapasitas sump, sistem dengan menggunakan rumus rasional. Untuk
pemompaan dan saluran terbuka yang yang menghitung dimensi pada saluran terbuka dapat
berpengaruh sehingga dapat dilakukan penanganan menggunakan rumus manning. Hasil dari data air
air yang baik limpasan digunakan untuk menghitung volume
dan dimensi sump. Setelah itu menghitung total
2. Metode head yang dapat digunakan untuk menentukan
Dalam hal ini akan diuraikan tahap - tahap debit pompa. Penentuan kebutuhan pompa dilihat
pemecahan yang ditemui selama melakukan dari berbagai parameter seperti head total, jenis
penelitian. Adapun metode penelitian yang cairan yang dipompa, kapasitas pompa yang
dilakukan adalah sebagai berikut: dibutuhkan untuk menghasilkan debit yang
diinginkan.
a. Studi Literatur
f. Kesimpulan dan Saran
Yaitu mencari dan mempelajari teori - teori yang
berhubungan dengan masalah yang akan dibahas Dari semua hasil pengolahan data yang diperoleh
dilapangan melalui buku ataupun literatur-literatur. didapatkan beberapa perbandingan data yang
Selain itu juga dapat mempelajari penelitian yang berbeda dari data yang digunakan sekarang di
pernah dilakukan sebelumnya, yang berupa lapangan, sehingga dapat diketahui masalah-
laporan perusahaan. masalah dari setiap parameter yang menyebabkan
sistem penyaliran tambang tidak berfungsi dengan
b. Observasi Lapangan optimal untuk dijadikan suatu kesimpulan. Setelah
Obervasi lapangan berupa pengamatan secara itu memberikan suatu saran yang dapat menunjang
langsung di daerah penelitian terhadap hal-hal kinerja sistem penyaliran untuk perusahaan.
yang akan dikaji. Observasi lapangan yang
2.1. Air Permukaan
dilakukan antara lain adalah pengamatan topografi,
pola aliran air permukaan, saluran terbuka, dan Besarnya debit air limpasan ditentukan dengan
komponen - komponen lain yang berkaitan dengan menggunakan rumus rasional.
penelitian. Rumus Rasional :
c. Pengambilan Data QMax = 0,278. C . I . A
Keterangan :
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
QMax= debit air limpasan maksimum (m3/detik)
data primer dan data sekunder. Data primer adalah
C = koefisien limpasan
data yang diperoleh secara langsung dari hasil
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
pengukuran atau pengamatan di lokasi penelitian.
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)
Data primer dalam penelitian ini antara lain adalah
dimensi saluran terbuka, debit pemompaan, jumlah a. Analisis Curah Hujan
pompa dan kondisi topografi daerah penelitian.
Analisis curah hujan dilakukan dengan
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
menggunakan metode Gumbell. Gumbell
perusahaan atau instansi lain yang terkait dalam
beranggapan bahwa distribusi variable-variabel
penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini
hidrologis itu tidak terbatas, sehingga
antara lain adalah data curah hujan, peta topografi,
digunakannya data - data distribusi dengan harga
peta geologi, dan spesifikasi pompa.
yang paling besar (maksimum).
d. Pengolahan Data Persamaan Gumbell :
Setelah data terkumpul, baik data primer maupun Sx
data sekunder, kemudian dilakukan perhitungan Xr = X (Yr Yn) atau Xt = X + k . Sd
dan pengolahan data. Pengolahan data yang Sn
dilakukan yaitu perhitungan intensitas hujan, Keterangan :
perhitungan debit air limpasan, perhitungan Xr : Curah Hujan Rencana maksimum (mm/hari)
saluran terbuka, penentuan letak dan volume sump, X : Curah Hujan rata-rata (mm/hari)
perhitungan total head dan debit pompa. Setelah Sd : Standard deviation
8
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Sn : Reduced Standard deviation Julang (Head) adalah energi yang diperlukan untuk
Yr : Reduced variate mengalirkan sejumlah air pada kondisi tertentu.
Yn : Reduced mean Semakin besar debit air yang dipompa, maka head
pompa juga akan semakin besar. Head total pompa
b. Intensitas Curah Hujan ditentukan dari kondisi instalasi yang akan
dilayani oleh pompa tersebut.
Perhitungan intensitas curah hujan dilakukan
dengan menggunakan rumus mononobe. Head total = hs + hv + hf1 + hf2
Rumus Mononobe :
b. Durasi pemompaan
2/3
R24 24 Durasi pemompaan yang digunakan adalah 19
I jam/hari, dengan pertimbangan akan disediakan 4
24 t
jam sebagai waktu maintenance terhadap pompa.
Keterangan :
c. Jumlah pompa dan pipa
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Lama waktu hujan (jam) Jumlah pompa disesuaikan dengan debit yang akan
R24 = Curah hujan maksimum (mm) masuk ke dalam sump. Jenis pompa yang
digunakan adalah pompa Multiflo 420 E, Multiflo
c. Daerah Tangkapan Hujan (DTH) 420 EX, Multiflo 420 B dan Warman 8/6 AH
Daerah tangkapan hujan adalah luas permukaan dengan menggunakan pipa polyethylene
yang apabila terjadi hujan, maka air hujan tersebut berdiameter 10 dan 12 inchi.
akan mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju 3. Hasil dan Pembahasan
ke titik pengaliran. Luas daerah tangkapan hujan
ditentukan dengan menggunakan software 3.1. Analisis Data Curah Hujan
AutoCad 2007 pada komputer. Dalam penelitian ini pengolahan data curah hujan
dilakukan untuk mendapatkan besarnya nilai curah
2.2. Analisis Saluran Terbuka hujan dan intensitas curah hujan. Berdasarkan
Analisis dimensi saluran terbuka dilakukan dengan perhitungan dapat ditentukan besarnya curah hujan
menggunakan rumus manning. Saluran terbuka rencana maksimum adalah sebesar 139,11 mm/hari
berbentuk trapesium, karena lebih mudah dalam dengan umur tambang 11 tahun. Data curah hujan
pembuatannya. yang digunakan di daerah penelitian adalah selama
Rumus Manning : 5 tahun mulai dari tahun 2001 - 2016 dengan
periode ulang hujan 6 tahun. Resiko hidrologi
Q = 1/n x R2/3 x S1/2 x A yang didapatkan dari perhitungan adalah 86,54%.
Keterangan : Perhitungan intensitas curah hujan dilakukan
Q = debit pengaliran maksimum (m3/detik) dengan rumus Mononobe, dari hasil perhitungan
A = luas penampang (m2) didapatkan intensitas curah hujan 22,7 mm/jam.
S = kemiringan dasar saluran (%)
R = jari-jari hidrolis (meter) Tabel 1. Analisis Curah Hujan
n = koefisien kekasaran dinding saluran Periode Ulang Tahun 2 4 6
menurut manning Reduce Variate (Yr) 0.37 1.25 1.70
Reduce Standard Deviation (Sn) 1.06 1.06 1.06
2.3. Analisis Sump Faktor Reduced Variate (k) -0.14 0.69 1.11
Standard Deviation (Sd) 29.52 29.52 29.52
Sump berfungsi sebagai tempat penampungan air CH Rata-rata (X) 107.05 107.05 107.05
sebelum dipompa keluar tambang. Dimensi sump CH Rencana Harian (Xt) mm 102.92 127.31 139.96
tergantung dari jumlah air yang masuk serta keluar
dari sump. Rumus volume sump adalah : 3.2. Daerah Tangkapan Hujan (DTH) dan
Debit Air Limpasan
V = (Luas atas + Luas bawah) x ½ t
Penentuan luasan daerah tangkapan hujan
Sump ditempatkan pada elevasi terendah, jauh dari didasarkan atas topografi DTH, rencana
aktifitas penggalian batubara sehingga tidak penambangan, dan arah aliran air permukaan,
mengganggu produksi batubara. sehingga diperoleh 6 daerah tangkapan hujan,
2.4. Analisis Pompa dan Pipa sedangkan penentuan nilai koefisien didasarkan
atas ada tidaknya vegetasi, jenis tanah, kerapatan
Analisis pemompaan dan pemipaan dilakukan vegetasi, kemiringan lereng, dan tata guna lahan
untuk mengetahui jumlah pompa dan pipa yang (Tabel 2). Pada lokasi penelitian dibagi menjadi 3
akan digunakan. (tiga) DTH berdasarkan masing-masing sump
a. Julang (Head) pemompaan dan pemipaan lokasi penelitian(Gambar 1), dan 3 DTH
berdasarkan Saluran Terbuka yang berpengaruh
terhadap sump dengan nilai koefisien 0,9 karena
9
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
merupakan daerah penambangan dengan vegetasi 3.3.1 Saluran Terbuka 1
minim dan mempunyai kemiringan lereng >15%.
Letak Saluran Terbuka 1 berada diatas Sump Kuta
dan berfungsi untuk mencegah air limpasan agar
tidak masuk kerdalam Sump Kuta, Sump Raja
Ampat dan bukaan tambang, debit air limpasan
berasal dari DTH Saluran Terbuka 1 dan debit air
pemompaan dari Sump Kuta (Q=509,53 m3/jam).
Panjang
Lebar
Berdasarkan peta diatas Daerah Tangkapan Hujan Setelah dilakukan perhitungan dengan persamaan
pada lokasi penambangan dibagi menjadi 10 manning menunjukan adanya perbedaan antara
bagian berdasarkan masing-masing sump. Namun dimensi teoritis dan dimensi aktual (Tabel 3),
lokasi penelitian hanya dilakukan pada Daerah Lebar permukaan dan lebar dasar saluran terbuka
Tangkapan Hujan Sump Ranu Pane, Sump sebenarnya sudah memenuhi namun kedalaman
Senggigi dan Sump Kuta ditambah dengan 3 (tiga) saluran saat ini perlu dilakukan pendalaman dan
daerah tangkapan hujan untuk saluran terbuka perawatan karena mengalami pendangkalan.
yang berfungsi mencegah agar air limpasan dari
luar tambang tidak masuk kedalam sump dan
bukaan tambang.
Tabel 2. Luas DTH dan Nilai Koefisien Limpasan
3
DTH k Luas (km2) I (mm/jam) Q (m /jam)
Sump Ranu Pane 0,9 2,08 42.514
Sump Kuta 0,9 1,92 39.238
Sump Senggigi 0,9 1,12 22.973
22,7
Saluran Terbuka 1 0,9 0,25 5.112
Saluran Terbuka 2 0,9 0,35 7.164
Gambar 3. Dimensi Saluran Hasil Perhitungan
Saluran Terbuka 3 0,9 0,36 7.344 3.3.2 Saluran Terbuka 2
3.3. Saluran Terbuka Letak Saluran Terbuka 2 berada diats Sump
Senggigi berfungsi mencegah agar air tidak masuk
Saluran terbuka berfungsi sebagai wadah untuk ke Sump Senggigi, air limpasan berasal dari DTH
mengalirkan fluida atau air limpasan yang jatuh ke Saluran Terbuka 2 dengan luas sebesar 0,35 km2
permukaan tanah menuju ke suatu tempat tertentu. sehingga didapatkan debit limpasan sebesar 1,99
Saluran terbuka menggunakan penampang m3/detik..
berbentuk trapesium dengan tipe dinding saluran
dari tanah.
10
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Tabel 5. Perbandingan Dimensi Saluran Terbuka Aktual
dan Perhitungan
Saluran Terbuka 3
Lebar No Dimensi Saluran Terbuka
Aktual Perhitungan
1 Lebar Permukaan (B) 2,5 m 2,77 m
Panjang 2 Lebar Dasar (b) 2m 1,57 m
3 Kedalaman (h) 0,3 m 1,25 m
4 Panjang Dinding Saluran (a) 0,3 m 1,44 m
11
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Sump
Tanggul
pompa
Pompa Sump
Gambar 11. Dimensi Sump Kuta
3.4.3 Sump Senggigi
Sump Senggigi memiliki luas 36.132 m2 dan
kedalaman 1,3 m. Total debit air limpasan yang
masuk sebesar 22.973,29 m3/jam maka sisa
volume air limpasan yang belum terpompa sebesar
56.328,96 m3 dan waktu pemompaannya selama
49 jam. Gambar 14. Pompa Multiflo 420 E
12
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Tabel 6 : Data Debit Aktual Tabel 9. Perhitungan Head, Efisiensi, Rpm Pompa
3
Teoritis
Sump Pompa Unit Q (m /jam)
Multifo 420 E Perhitungan
Sump Ranu Pane 3 unit 576,83 Sump Pompa Unit Ht (m) 3
Warman 8/6 RPM ɳ (%) Q (m /jam)
Multifo 420 E 104,32 1280 73
Sump Kuta Multiflo 420 B 2 unit 509,53 Sump Ranu Pane 3 unit 740
Warman 8/6 62,96 1280 69
Multiflo 420 EX Sump Kuta Multiflo 420 B 2 unit 83,71 985 73 684
Sump Senggigi 1 unit 562,48
Warman 8/6 Multiflo 420 EX 43,91 890 69
Sump Senggigi 1 unit 562,48
Warman 8/6 67,2 1220 67
13
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Hujan 6 tahun dengan resiko hidrologi 86,54 b. Volume rekomendasi untuk Sump Kuta
%. sebesar 93.934 m3 dengan rekomendasi
2. Saluran Terbuka perlu diperbaiki karena dimensi sump untuk Sump Kuta adalah:
kondisi di lapangan mengalami pengendapan Patas = 288 m; Latas = 82 m; Pbawah = 235 m;
sehingga membuat dimensinya dangkal, Lbawah = 60 m
rekomendasi dimensi yang diusulkan sebagai c. Volume rekomendasi untuk Sump Senggigi
berikut : sebesar 56.328 m3 dengan rekomendasi
a. Saluran terbuka 1 berfungsi mencegah air dimensi untuk Sump Senggigi adalah:
limpasan agar tidak masuk ke Pit, Sump Patas = 465 m; Latas = 42 m; Pbawah = 140 m;
Utama dan Sump Kuta dengan dimensi Lbawah = 25 m
sebelumnya :
B = 2,5 m; b = 2,3 m; h = 0,3 m; a=0,3 m Ucapan Terima Kasih
menjadi Penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap
B = 2,6 m; b = 1,48 m; h = 1,17 m; a=1,13 Pimpinan dan Karyawan PT. Pamapersada
m. Nusantara Jobsite Adaro atas kesempatan dan
b. Saluran terbuka 2 dibuat untuk mencegah bimbingan yang diberikan untuk melaksanakan
agar air tidak masuk ke Sump Senggigi dan penelitian.
Pit dengan dimensi awal:
B = 2 m; b = 1,8 m; h = 0,3 m; a=0,3 m Daftar Pustaka
menjadi Bambang Triatmodjo, 2009, Hidrogeologi
B = 2,74 m; b = 1,55 m; h = 1,24 m; Terapan, Beta Ofsett, Yogyakarta.
a=1,43 m. Chay Asdak, 2004, Hidrologi dan Pengelolaan
c. Saluran terbuka 3 dibuat untuk mencegah Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada
agar air tidak masuk ke Sump Senggigi dan University Press, Yogyakarta.
Pit dengan dimensi: E.M. Wilson, 1993, Hidrologi teknik, Institut
B = 2,6 m; b = 2 m; h = 0,3 m; a = 0,3 m Teknologi Bandung, Jl.Ganesa No.10,
menjadi Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat.
B = 2,77 m; b = 1,57 m; h = 1,25 m; Peter Eka Rosadi, 2010, Mekanika Fluida, Awan
a=1,44 m. Poetih Offset, Yogyakarta
3. a. Pada Sump Ranu Pane putaran impeller PT. Pamapersada Nusantara Jobsite Adaro (2006),
dapat ditingkatkan pada pompa primer dari Handbook Dewatering, Sejarah dan
1220 rpm menjadi 1280 rpm dan pada Standard Operating Procedure (SOP),
pompa booster dari 1220 rpm menjadi 1280 Tutupan.
rpm sehingga debit pemompaan meningkat Rudy S. Gautama, 1999, Sistem Penyaliran
740 m3/jam, dengan pompa yang tersedia Tambang, Institut Teknologi Bandung.
pada Sump Ranu Pane telah mampu Sularso, 2006, Pompa dan Kompresor, PT Pradnya
mengeringkan air limpasan yang masuk, Paramita, Jakarta.
namun jika debit pemompaan ditingkatkan Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang
hanya perlu menggunakan 2 jalur pompa Berkelanjutan, Andi Offset, Demangan
yang sebelumya menggunakan 3 jalur Baru, Yogyakarta.
pompa. Suyono Sosdrodarsono dan Takeda K, 1983,
b. Pada Sump Kuta putaran impeller dapat Hidrologi untuk pengairan PT.Pandya
ditingkatkan dari 920 rpm menjadi 985 rpm Paramita, Jakarta.
sehingga didapat debit 684 m3/jam sehingga
pada Sump Kuta cukup dengan
meningkatkan debit pemompaan tanpa
harus menambah 1 pompa.
c. Pada Sump Senggigi dari perhitungan kerja
pompa sudah mencapai efisiensi maksimal,
sehingga debit yang direkomendasikan
sebesar 562 m3/jam dan untuk
mengeringkan air limpasan yang masuk
perlu ditambahkan 1 jalur pompa.
4. a. Volume rekomendasi untuk Sump Ranu Pane
sebesar 81.283 m3 dengan rekomendasi
dimensi untuk Sump Ranu Pane adalah:
Patas = 257 m; Latas = 108 m; Pbawah = 120 m;
Lbawah = 45 m
14