7.1. Pendahuluan
Sistem perpipaan berfungsi untuk mengalirkan zat cair dari satu tempat ke
tempat yang lain. Aliran terjadi karena adanya perbedaan tinggi tekanan di kedua
tempat, yang bisa terjadi karena adanya perbedaan elevasi muka air atau karena
adanya pompa. Beberapa contoh sistem perpipaan adalah pengaliran minyak antar
pipa pembawa dan pipa pesat dari waduk ke turbin pembangkit listrik tenaga air,
turbin. Untuk mendapatkan kecepatan yang besar guna memutar turbin, pada
ujung pipa diberi curat. Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 7.1 dengan
menganggap kehilangan tenaga sekunder kecil maka disepanjang pipa garis
tenaga berimpit dengan garis tekanan. Garis tenaga turun secara teratur (perlahan-
lahan), karena adanya kehilangan tenaga akibat gesekan. Di bagian curat, garis
tenaga turun dengan tajam menuju ujung hilir curat dimana tekanan adalah
atmosfer.
hf
Garis tenaga
Hs
H Garis tekanan
Vs
efektif H adalah sama dengan tinggi statis Hs dikurangi kehilangan tenaga akibat
gesekan hf.
H = Hs – hf
L V2 8 f L Q2
hf = f =
D 2g g π 2 D 5
Mengingat V = Q / A = Q / ¼ π D2
8 f L Q2
H = Hs - (7.1)
g π 2 D5
71
Daya yang tersedia pada curat :
Dengan:
QHγ
D= (hp ) (7.3)
75
Apabila efisiensi turbin adalah η maka daya yang diberikan oleh turbin adalah:
QHγη
D= (hp ) (7.4)
75
Qγη 8 f L Q2
D= H s − (7.5)
75 g π 2 D 5
Jika pompa menaikkan zat cair dari kolam satu ke kolam lain dengan selisih
elevasi muka air H2 seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 7.2 maka daya yang
digunakan oleh pompa untuk menaikkan zat cair setinggi Hs adalah sama dengan
sehingga efeknya sama dengan jika pompa menaikkan zat cair setinggi H = H2 +
72
∑hf. Dalam gambar tersebut tinggi kecepatan diabaikan sehingga garis tenaga
Hf2
H P/γ B
H2
A 1
Hf1
P
P/γ
Kehilangan tenaga terjadi pada pengaliran pipa 1 dan 2 yaitu sebesar hf1 dan
hf2. Pada pipa 1 yang merupakan pipa isap, garis tenaga (dan tekanan) menurun
sampai dibawah pipa. Bagian pipa dimana garis tekanan di bawah sumbu pipa
QHγ
D= (kgf m/dtk ) (7.6)
η
atau
QHγ
D= (hp ) (7.7)
75 η
73
7.4. Pipa Hubungan Seri
Apabila suatu saluran pipa terdiri dari pipa-pipa dengan ukuran yang
berbeda, pipa tersebut adalah dalam hubungan seri. Gambar 7.3 menunjukkan
suatu sistem tiga pipa dengan karakteristik berbeda yang dihubungkan secara seri.
Panjang, diameter, dan koefisien gesekan masing-masing pipa adalah L1, L2, L3;
Jika beda tinggi muka air kedua kolam diketahui, akan dicari besar debit
Seperti terlihat dalam Gambar 7.3 garis tenaga akan menurun ke arah aliran.
Kehilangan tenaga pada masing-masing pipa adalah hf1, hf2, dan hf3. Dianggap
Q = Q1 = Q2 = Q3 (7.8)
Hf1
H1 Hf2 H
Hf3
A
1 H2
2
3 B
74
Dengan menggunakan persamaan Bernoulli untuk titik 1 dan 2 (pada garis aliran)
adalah :
2 2
P V P V
z 1 + 1 + 1 = z 2 + 2 + 2 + h f1 + h f2 + h f3
γ 2g γ 2g
Pada kedua titik tinggi tekanan adalah H1 dan H2, dan kecepatan V1 = V2 = 0
atau
2 2 2
L V L V L V
H = f1 1 1 + f 2 2 2 + f 3 3 3 (7.10)
D1 2g D 2 2g D 3 2g
Substitusi nilai V1, V2, dan V3 ke dalam persamaan (7.10) maka akan di dapat:
8Q 2 f 1 L1 f 2 L 2 f 3 L 3
H= (7.11)
g π2 D5 + D 5 + D 5
1 2 3
π 2gH
Q= (7.12)
( 5 5
4 f1L1 / D + f 2 L 2 / D 2 + f 3L 3 / D 3
1 )
5 1/ 2
tekanan pada pengaliran di dalam pipa ekivalen sama dengan pipa-pipa yang
75
diganti. Sejumlah pipa dengan bermacam-macam nila f, L, dan D akan dijadikan
menjadi satu pipa ekivalen. Untuk itu diambil diameter D dan koefisien gesekan
fe dari pipa yang terpanjang (atau yang telah ditentukan) dan kemudian ditentukan
8Q 2 feLe
H= (7.13)
g π2 D 5
e
De
5
f 1 L1 f 2 L 2 f 3 L 3
Le = (7.14)
fe D5 + D 5 + D 5
1 2 3
Pada keadaan dimana aliran melalui dua atau lebih pipa dihubungkan secara
Q = Q1 + Q2 + Q3 (7.15)
Persamaan energi :
2 2 2
L1 V1 L V L V
H = f1 = f2 2 2 = f3 3 3 (7.18)
D1 2g D 2 2g D 3 2g
76
H
A
1
2
3 B
Panjang pipa ekivalen ditentukan dengan cara yang sama seperti pada hubungan
1/2
π De5
Q= 2g H 1/2
4 f L
e e
1/2
π D15
Q1 = 2g H 1/2
4 f L
1 1
1/2
π D25
Q2 = 2g H 1/2
4 f L
2 2
1/2
π D 35
Q3 = 2g H 1/2
4 f L
3 3
1/ 2 1/ 2 1/ 2 1/2
De5 D1 5 D25 D35
= + + (7.19)
f e L e f 1 L1 f2L2 f 3 L 3
77
7.6. Pipa Bercabang
Sering suatu pipa menghubungkan tiga atau lebih kolam. Gambar 7.5
kolam. Akan di cari debit aliran melalui tiap-tiap pipa yang menghubungkan
diberikan dan rapat massa serta kekentalan zat cair diketahui. Garis tekanan akan
berada pada muka air di tiap-tiap kolam, dan akan bertemu pada satu titik di atas
titik cabang T. Debit aliran melalui tiap pipa ditentukan oleh kemiringan garis
garis tenaga.
hf2
A hf1
1 2 A
ZA
ZB
T hT=hf3
3
Persamaan kontinuitas pada titik cabang, yaitu aliran menuju titik cabang T
harus sama dengan yang meninggalkan T. Pada gambar tersebut terlihat bahwa
aliran akan keluar dari kolam A dan masuk ke kolam C. Aliran keluar atau masuk
78
ke dalam kolam B tergantung pada sifat pipa 1 dan 2 serta elevasi muka air kolam
A, B, dan C. Persamaan kontinuitas adalah salah satu dari kedua bentuk berikut:
Q1 = Q2 + Q3 (7.20)
atau
Q1 + Q2 = Q3 (7.21)
Yang tergantung apakah elevasi garis tekanan di titik cabang lebih besar atau
lebih kecil dari pada elevasi muka air kolam B. Persamaan (7.20) berlaku apabila
elevasi garis tekanan di T lebih tinggi dari elevasi muka air kolam B, dan apabila
3. Jika persamaan kontinuitas dipenuhi, maka nilai Q1, Q2, dan Q3 adalah
benar.
tekanan di T apabila aliran masuk lebih besar daripada aliran keluar dan
Pada keadaan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 7.5 dengan menganggap
bahwa elevasi muka air kolam C sebagai bidang referensi dan dianggap bahwa
elevasi garis tekanan di T di bawah elevasi muka air kolam B (hT < zB) maka
Persamaan energi :
79
2
L V
z A - h T = h f1 = f1 1 1 (7.22)
D1 2g
2
L V
z B - h T = h f2 = f 2 2 2 (7.23)
D 2 2g
2
L V
h T = h f3 = f 3 3 3 (7.24)
D 3 2g
Persamaan kontinuitas :
Q1 + Q2 = Q3 (7.25)
Dari persamaan di atas, jika zA, zB, dan sifat-sifat pipa diketahui maka hT, Q1, Q2,
Pemakaian jaringan pipa dalam bidang teknik sipil terdapat pada sistem
jaringan distribusi air minum. Sistem jaringan ini merupakan bagian yang paling
mahal dari suatu perusahaan air minum. Oleh karena itu harus dibuat perencanaan
yang teliti untuk mendapatkan sistem distribusi yang efisien. Jumlah atau debit air
yang disediakan tergantung pada jumlah penduduk dan macam industri yang
dilayani.
Analisis jaringan pipa ini cukup rumit dan memerlukan perhitungan yang
besar, oleh karena itu pemakaian komputer untuk analisis ini akan mengurangi
jaringan pipa, diantaranya adalah metode Hardy Cross dan metode matriks.
80
Dalam buku ini hanya akan dibahas metode Hardy Cross. Gambar 7.6 adalah
Q1
Q4
Q3
Aliran keluar dari sistem biasanya dianggap terjadi pada titik-titik simpul.
Metode Hardy Cross ini dilakukan secara iteratif. Pada awal hitungan ditetapkan
debit aliran di semua pipa berdasarkan nilai awl tersebut. Prosedur hitungan
Pada jaringan pipa harus dipenuhi persamaan kontinuitas dan tenaga yaitu :
8f L
hf = Q2
g π 2 D5
2. Aliran masuk ke dalam tiap-tiap simpul harus sama dengan aliran yang
keluar.
∑Q i = 0 (7.26)
81
3. Jumlah aljabar dari kehilangan tenaga dalam satu jaringan tertutup harus
∑h f = 0 (7.27)
Setiap pipa dari sistem jaringan terdapat hubungan antara kehilangan tenaga
hf = k Q m (7.28)
Dengan m tergantung pada rumus gesekan pipa yang digunakan, dan koefisien k
tergantung pada rumus gesekan pipa dan karakteristik pipa. Sebenarnya nilai
pangkat m tidak selalu konstan, kecuali bila pengairan berada pada keadaan
hidraulis kasar, yang sedapat mungkin dihindari. Akan tetapi karena perbedaan
kecepatan pada masing-masing pipa tidak besar, maka biasanya nilai m di anggap
hf = k Q2 (7.29)
Dengan:
8f L
h= (7.30)
g π 2 D5
meninggalkan jaringan pipa diketahui dan akan dihitung debit pada setiap elemen
dari jaringan tersebut. Jika tekanan pada seluruh jaringan juga dihitung, maka
82
tinggi tekanan pada satu titik harus diketahui. Prosedur perhitungan dengan
kontinuitas.
0.
6. Pada tiap jarring diadakan koreksi debit ∆Q supaya kehilangan tinggi tenaga
∑k Q
2
0
∆Q = (7.31)
∑ 2kQ 0
7. Dengan debit yang telah dikoreksi sebesar Q = Q0 + ∆Q, prosedur dari no.1
hf = k Q2 = k (Q0 + ∆Q)2
= k Q02 + 2k Q0 ∆Q + k ∆Q2
hf = k Q02 + 2k Q0 ∆Q
83
Jumlah kehilangan tenaga dalam tiap jaringan adalah nol :
∑h f = 0
∆Q =
∑k Q 2
∑ 2kQ 0
Untuk jaringan pipa yang cukup besar hitungan dilakukan dengan komputer,
setiap jaring. Dalam setiap jaring tersebut jumlah aljabar kehilangan tenaga
adalah nol, dengan catatan aliran searah jarum jam (ditinjau dari pusat jaringan)
memudahkan hitungan, dalam tiap jaringan selalu dimulai dengan aliran yang
searah jarum jam. Koreksi debit ∆Q dihitung dengan rumus (7.31). Arah koreksi
harus disesuaikan dengan arah aliran. Apabila dalam satu jaring kehilangan
tenaga karena aliran searah jarum jam lebih besar dari yang berlawanan (∑ k Q02
> 0) maka arah koreksi debit adalah berlawanan jarum jam (negatif). Jika suatu
pipa menyusun dua jaring, maka koreksi debit ∆Q untuk pipa tersebut terdiri dari
dua buah ∆Q yang diperoleh dari dua jaring tersebut. Hasil hitungan yang benar
di capai apabila ∆Q ≈ 0.
84
7.10. Perlatihan
1) Kolam A dan B dengan beda tinggi muka air 25 m (kolam A lebih tinggi ari
seri. Pipa 1 (D1 = 30”, L1 = 600 m, f1 = 0,016), pipa 2 (D2 = 20”, L2 = 400 m, f2 =
0,014), dan pipa 3 (D3 = 24”, L3 = 450 m, f3 = 0,18). Kehilangan tinggi tenaga
sekunder diabaikan.
b. Tentukan tekanan pada titik-titik sambung pipa jika jarak antara muka air
pada kedua kolam dan sumbu pipa 10 m (rangkaian pipa dianggap lurus)
Penyelesaian
Karakteristik pipa :
Persamaan tenaga
8 f 1 L 1Q 2 8 f 2 L 2Q 2 8 f 3L 3Q 2
H = h f1 + h f2 + h f3 = 5
+ 5
+ 5
g π 2 D1 g π2 D2 g π 2 D3
menjadi :
85
25 = 24,715 Q2
Q = 1,006 m3/dtk
Tekanan di titik C dan E dapat dihitung berdasarkan tinggi tekanan di titik C dan
Pc
= 10 + x − h f1
γ
Dengan x adalah jarak vertikal dari titik C ke sambungan kolam dan ujung hulu
pipa 1.
Jarak vertikal dari titik C dan E sampai garis horisontal melalui ujung hulu
sambung pipa 1 :
L1 600
x= H= (25) = 10,345 m
(L1 + L 2 + L 3 ) 1450
L1 + L 2 1000
y= H= (25) = 17,241 m
(L1 + L 2 + L3 ) 1450
8 f 1 L1 2 2
h f1 = 5
Q1 = 3,088 x (1,006 ) = 3,125 m
g π 2 D1
8 f2 L2 2 2
h f2 = 2 5
Q 2 = 13,677 x (1,006) = 13,842 m
g π D2
PC
= 10 + x − h f1 = 10 + 10,345 − 3,125 = 17,22 m
γ
86
atau
Tekanan di titik E :
PE
= 10 + y − (h f1 + h f2 ) = 10 + 17,241 − 16,967 = 10,274 m
γ
atau
De
5
f 1 L1 f 2 L 2 f 3 L 3
Le =
fe D5 + D 5 + D 5
1 2 3
Le =
(0,762)5 0,016 x 600 + 0,014 x 400 + 0,018 x 450 = 4802,76 m
0,016 (0,762)5 (0,508)5 (0,6096)5
2). Air di pompa dari kolam A ke kolam B melalui pipa 1 (D1 = 24”, L1 = 450 m)
yang kemudian bercabang menjadi pia 2 (D2 = 12”, L2 = 600 m) dan pipa 3 (D3 =
18”, L3 = 600 m). Pompa terletak pada kolam A dan muka air kolam B berada 60
m di atas air kolam A. Koefisien gesekan (f) untuk semua pipa 0,02. Debit aliran
300 l/dtk.
87
Penyelesaian
Karakteristik pipa :
8f L
hf = Q2
g π 2 D5
atau
h f g π 2 D5
Q=
8f L
Bagian pipa yang mempunyai hubungan pararel (pipa 2 dan pipa 3) di ganti oleh
1/ 2 1/ 2 1/2
De5 D 5 D 5
= 2 + 3
f e L e f2L2 f 3 L 3
1/ 2 1/ 2 1/ 2
(0,6096)5 (0,3048)5 (0,4572)5
= +
0,02 x L e 0,02 x 600 0,02 x 600
2,0516
= 0,0148 + 0,0408
Le
Le = 1361,2 m
Le total = L1 + Le = 1811,2 m
88
b. Menghitungkan daya pompa
8 x 0,02 x 1811,2
hf = 5
(0,3)2 = 3,2 m
9,81 x π x (0,6096)
2
H = Hs + hf = 60 + 3,2 = 63,2 m
Daya pompa :
menggantikan pipa pararel 2 dan 3. Debit aliran yang melalui pipa ekivalen
tersebut adalah Q = 300 l/dtk. Kehilangan tenaga pada masing-masing pipa yang
8 f e Le 8 x 0,02 x 1361,2
h fe = 5
Q2 = 5
(0,3)2 = 2,4049 m
2
g π De π x 9,81 x (0,6096 )
2
8 f2 L2 2 8 x 0,02 x 600 2
2,4049 = 5
Q2 = 5
Q2
2
g π D2 π x 9,81 x (0,3048)
2
atau
89
8 f 3 L3 2 8 x 0,02 x 600 2
2,4049 = 5
Q3 = 5
Q3
2
g π D3 π x 9,81 x (0,4572 )
2
di dapat
ekivalen. Untuk menghitung debit aliran bisa juga menggunakan sistem pipa
atau
hf2 = hf3
8 f2 L2 2 8 f3 L3 2
2 5
Q2 = 2 5
Q3
g π D2 g π D3
atau
Q2 = 0,363 Q3
Persamaan kontinuitas :
Q1 = Q2 + Q3
0,3 = 0,363 Q3 + Q3
90
Debit pipa 2 :
Daya pompa :
8 f2 L2 2 8 x 0,02 x 600
h f2 = 5
Q2 = 5
(0,07988)2 = 2,4049 m
2
g π D2 π x 9,81 x (0,3048)
2
8 f1 L1 2 8 x 0,02 x 450
h f1 = 5
Q1 = 5
(0,3)2 = 0,795 m
2
g π D1 π x 9,81 x (0,6096)
2
3). Diketahui pipa bercabang (Gambar 11.9), ujung pipa D terbuka ke udara luar
D2 = 406 mm ; L3 =1220 m, D3 = 305 mm. Nilai f semua pipa adalah sama yaitu
Penyelesaian
Karena elevasi garis tekanan di C tidak diketahui (semua aliran tidak diketahui),
Pemisalan I
Dianggap elevasi garis tekanan di C sama dengan elevasi muka air di B. Jadi
91
hf2 = 0
8 f1 L1 2 8 x 0,029 x 2440 2
6,7 = 5
Q1 = 2 5
Q1 → Q1 = 0,311 m 3 /dtk
2
g π D1 π x 9,81 x (0,61)
hf2 = 0
atau
Q2 = 0
hf3 = hc = 27,4 m
8 f 3 L3 2 8 x 0,029 x 1220 2
27,4 = 5
Q3 = 5
Q 3 → Q 3 = 0,157 m 3 /dtk
2
g π D3 π x 9,81 x (0,305)
2
Pemisalan II
92
hf1 = 34,1 – 30,4 = 3,7 m
1/ 2 1/ 2
h g π 2 D15 3,7 x 9,81 x π 2 x (0,61) 5
Q1 = f1 = = 0,231 m 3 /dtk
8 f1 L1 8 x 0,029 x 2440
1/ 2 1/ 2
h g π 2 D 25 3,0 x 9,81 x π 2 x (0,406) 5
Q 2 = f2 = = 0,107 m 3 /dtk
8 f2 L2 8 x 0,029 x 1200
hf3 = hC = 30,4 m
1/ 2 1/ 2
h g π 2 D35 30,4 x 9,81 x π 2 x (0,305) 5
Q 3 = f3 = = 0,166 m 3 /dtk
8 f 3 L 3 8 x 0,029 x 1220
Pemisalan III
0,042 x
= → x = 0,017
0,154 (0,311 − 0,231 − x)
Q1 = 0,231 + x = 0,248
8 f1 L1 2 8 x 0,029 x 2440
h f1 = 5
Q1 = 5
(0,248) 2 = 4,26 m
2
g π D1 π x 9,81 x (0,61)
2
93
Elevasi garis tekanan di C = 196,7 – 4,26 = 192,44 m
Debit pipa 2 :
1/ 2 1/ 2
h g π 2 D 25 2,44 x 9,81 x π 2 x (0,406) 5
Q 2 = f2 = = 0,097 m 3 /dtk
8 f2 L2 8 x 0,029 x 1200
hf3 = hC = 29,84 m
1/ 2 1/ 2
h g π 2 D35 29,84 x 9,81 x π 2 x (0,305) 5
Q 3 = f3 = = 0,164 m 3 /dtk
8 f 3 L 3 8 x 0,029 x 1220
Diselidiki persamaan kontinuitas :
Pemisalan IV
hf1 = 4,537 m
hf2 = hC – zB = 2,163 m
Q2 = 0,091 m3/dtk
94
Kehilangan tenaga pada pipa 3 :
hf3 = hC = 29,563 m
Didapat :
Q3 = 0,163 m3/dtk
Persamaan kontinuitas :
Jadi :
95