Anda di halaman 1dari 14

Nilai:

PAPER
HIDROLOGI TEKNIK
Aliran Permukaan: Pengukuran Debit Sungai (Hidrometri)

Oleh:
Kelompok/Kelas : 4/Kelas B2
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 25 September 2019
Nama (NPM) : Anysa Haryuningsari D (240110180084)
Asisten Praktikum : 1. Silvia Santika
2. Hilimatussa’diyah
3. Jeremy Lion D. Mamora
4. Fauzan Qolby
5. Riza Anwarr Fauzi

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aliran Permukaan


Aliran permukaan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah menuju sungai, danau dan lautan. Aliran permukaan juga dapat
dikatakan sebagai air yang mengalir di atas permukaan tanah dan mengankut
bagian-bagian tanah. Aliran permukaan ini terjadi apabila intensitas hujan
melebihi kapasitas infiltrasi tanah, dalam hal ini tanah telah jenuh air. Sifat aliran
permukaan seperti jumlah atau volume, laju atau kecepatan dan gejolak aliran
permukaan menentukan kemampuannya dalam menimbulkan erosi. Besarnya
aliran permukaan ini dinyatakan dalam satuan milimeter (Aprak, 2013).
Aliran permukaan atau biasanya disebut sebagai surface run-off merupakan
sinonim dari overland flow. Aliran ini merupakan aliran air yang berada di atas
permukaan tanah dan merupakan limpasan dari air hujan yang sudah tidak dapat
terserap lagi ke dalam tanah karena tanah telah mencapai titik jenuh air. Limpasan
air permukaan ini akan mengalir ke titik-titik yang memiliki ketinggian yang lebih
rendah dibandingkan dengan titik air berada dan air akan mengisi cekungan-
cekungan tanah terlebih dahulu sebelum akhirnya mengalir menuju sungai, danau,
waduk dan laut (Asep, 2010).
Limpasan permukaan merupakan suatu aliran yang mengalir di atas
permukaan menuju sungai, danau dan laut akibat curah hujan melebihi laju
infiltrasi. Aliran permukaan terutama aliran sungai dibagi menjadi dua bagian
yaitu limpasan langsungn (dirrect runoff) dan aliran dasar. Curah hujan yang
terinfiltrasi mencapai ground watertable kemudian setelah beberapa lama akan
menuju aliran sungai yang disebut base flow atau limpasan air bumi (Rakhecha
dan Singh, 2009). Limpasan permukaan atau aliran permukaan adalah air yang
mengalir di atas permukaan karena penuhnya kapasitas infiltrasi tanah. Limpasan
merupakan unsur penting dalam siklus hidrologi dan menjadi salah satu penyebab
erosi. Limpasan yang muncul di permukaan sebelum mencapai saluran disebut
dengan sumber tidak langsung. Ketika limpasan mengalir di tanah, limpasan
tersebut dapat mengambil kontaminan tanah seperti minyak bumi, pestisida atau
pupuk. Bila sumber tidak langsung mengandung banyak kontaminan, limpasan
tersebut disebut dengan polusi sumber tidak langsung (Anggita, 2010).

2.2 Debit
Pengertian debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran
Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan dalam system satuan SI adalah meter
kubik per detik (m3/detik). Menurut Asdak (2002), debit aliran adalah laju aliran
air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai
persatuan waktu. Dalam sistem SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter
kubik. Debit aliran juga dapat dinyatakan dalam persamaan :
Q= Axv …..(1)
Dimana:
A = luas penampang (m2)
v = kecepatan aliran (m/detik).
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu
(sungai/saluran/mata air) per satuan waktu (L/dtk, m3/dtk, dm3/dtk). Dengan
mengetahui debit air suatu perairan kita dapat mengetahui jenis organisme apa
saja yang hidup di suatu perairan tersebut. Jika debit air disuatu perairan tinggi
maka dapat dipastikan bahwa organisme yang hidup di perairan tersebut adalah
organisme perenang kuat dan apabila debit suatu perairan tersebut rendah maka
organisme yang hidup di perairan tersebut adalah organisme yang membenamkan
dirinya (Sulfano, 2009).
Debit adalah besaran yang menyatakan banyaknya air yang mengalir per
satuan waktu yang melewati suatu penampang luas. Debit juga dapat dinyatakan
dalam debit massa yaitu besarnya massa fluida yang mengalir per satuan waktu,
sehingga debit ini biasanya menyatakan besaran suatu fluida yang mengalir per
satuan waktu tertentu. Untuk debit aliran atau debit volume, besaran SI dari debit
ini adalah meter kubik per detik sementara untuk debit massa yaitu kilogram per
detik (Mahardika, 2008).

2.3 Pengukuran Debit Menggunakan Metode Apung


Pengukuran debit menggunakan metoda apung merupakan pengukuran debit
yang paling sederhana. Caranya adalah dengan menempatkan benda yang tidak
dapat tenggelam atau benda yang dapat mengapung di atas permukaan air atau
permukaan sungai untuk jarak tertentu (L) dan mencatat waktu yang diperlukan
oleh benda apung tersebut bergerak dari satu titik ke titik pengamatan ke titik
pengamatan lain yang telah ditentukan (t) (Sophia, 2014).

2.4 Pengukuran Debit Menggunakan Alat Ukur Arus


Pengukuran aliran dengan metode ini kecepatan aliran biasanya diukur
dengan menggunakan alat ukur current meter. Alat ukur ini merupakan alat ukur
aliran yang berbentuk propeler. Alat propeler ini dihubungkan dengan kotak
pencatat atau alat monitor yang akan mencatat jumlah putaran selama propeler
tersebut berada di dalam air). Ketika propeler tersebut terdorong oleh aliran
sungai, maka propeler akan bergerak dan kecepatan air akan tercatat di monitor
berdasarkan kecepatan putaran dari propeler tersebut (Sophia, 2014).

2.5 Menghitung Luas Penampang Sungai


Perhitungan debit diperlukan pengukuran luas penampang yang dilewati
oleh suatu aliran. Luas penampang ini diperoleh berdasarkan pengukuran di
lapangan untuk menentukan hubungan kecepatan aliran, luas penampang dan
besarnya debit yang mengalir. Luas penampang ini diperoleh dari luas penampang
basah atau luas penampang yang terkena air dengan kecepatan tertentu. Untuk
sungai dengan dasar sungai kasar, pengukuran luas penampang sungai dilakukan
dengan cara membagi sungai ke dalam tiga segmen, kemudian di tiap titik bagi
dilakukan pengukuran kedalaman sungai lalu hitung luas penampang tiap segmen
dengan menggunakan persamaan luas bidang trapesium dan persegi (Sophia,
2014).

2.6 Current Meter


Current meter adalah alat ukur debit yang digunakan untuk pengukuran
debit air sungai. Alat ini terdiri dari sensor kecepatan yang berupa baling-baling
propeler, sensor optik dan pengolah data. Unsur yang diambil yaitu luas
penampang sungai dan data kecepatan air. Dengan adanya data kecepatan air dan
luas penampang sungai maka akan dapat menentukan debit air dengan
menggunakan rumus yaitu kecepatan air dikalikan dengan luas penampang
sungai. Metode ini cocok digunakan mengukur kecepatan air antara 0,2 m/s
sampai dengan 5 m/s dan pada sungai yang memungkinkan pengukur masuk ke
dalam aliran dengan aman (Hasna, 2009).
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Tabel Data Hasil Praktikum Metoda Apung Shift A
No Jarak t (s) V (m/s) Debit
(m) m3/s
1 3,91 15 0,26 0,75
2 3 15 0,2 0,58
3 3,5 15 0,23 0,667
Σ 3,47 15 0,23 0,667

Tabel 2. Tabel Data Hasil Praktikum Metoda Current Meter Shift A

Kedalaman Kecepatan
Tempat Posisi Jarak (m)
(m) (m/s)

Titik 1 Atas 0

Tengah 0,14 2,75 0,1

Bawah 0,28

Titik 2 Atas 0

Tengah 0,17 5,50 0,1

Bawah 0,34

Titik 3 Atas 0

Tengah 0,12 8,25 0,1

Bawah 0,24

Tabel 3. Tabel Data Hasil Praktikum Metoda Apung Shift B


No Jarak t (s) V (m/s) Debit
(m) m3/s
1 3,91 15 0,26 0,75
2 3 15 0,2 0,58
3 3,5 15 0,23 0,667
Σ 3,47 15 0,23 0,667

Tabel 4. Tabel Data Hasil Praktikum Metoda Current Meter Shift A

Tempat Posisi Kedalaman Jarak (m) Kecepatan


(m) (m/s)

Titik 1 Atas 0

Tengah 0,14 2,75 0,1

Bawah 0,28

Titik 2 Atas 0

Tengah 0,17 5,50 0,1

Bawah 0,34

Titik 3 Atas 0

Tengah 0,12 8,25 0,1

Bawah 0,24

4.2 Hasil Perhitungan


4.2.1 Hasil Perhitungan Shift A
Lebar total = 1,01 m
Panjang sungai = 11,50 m
1. Metode Apung
a. Mencari nilai V (Kecepatan)
S 3,19 m
V1 = = =0,26
t 15 s

S 3 m
V2 = = =0,2
t 15 s
S 3,5 m
V1 = = =0,23
t 15 s
b. Mencari nilai Q (Debit)
m m3
Q 1 = A × V 1 = 2,9 ×0,26 =0,754
s s
m m3
Q 2 = A × V 1 = 2,9 ×0,2 =0,58
s s
m m3
Q 3 = A × V 1 = 2,9 ×0,23=0,667
s s
2. Metode Current Meter dan Metode Apung
a. Menentukan luas
(0,24+0,28)
L1 = ×2,75 = 0,7150 m 2
2
(0,28+0,34)
L2 = ×2,75 = 0,8525 m 2
2
(0,34 + 0,24)
L3 = ×2,75 = 0,7975 m 2
2
(0,24 + 0,15)
L4 = ×2,75 = 0,53625 m 2
2
Ltotal = L1 +L2+ L3+ L4
¿ 0,7150 + 0,852 + 0,797 + 0,53625
= 2 ,9 m 2
b. Menghitung Q (Debit)
m m3
Q 1 = Ltotal × V 1 = 2,9 ×0.1 = 0,29
s s
m m3
Q 2 = Ltotal × V 1 = 2,9 ×0.1 = 0,29
s s
m m3
Q 3 = Ltotal × V 1 = 2,9 ×0.1 = 0,29
s s
4.2.1 Hasil Perhitungan Shift B
Lebar total = 1,01 m
Panjang sungai = 11,50 m
A total
1. Metode Apung
a. Mencari nilai V (Kecepatan)
S 3,19 m
V1 = = =0,26
t 15 s

S 3 m
V2 = = =0,2
t 15 s
S 3,5 m
V1 = = =0,23
t 15 s
b. Mencari nilai Q (Debit)
m m3
Q 1 = A × V 1 = 2,9 ×0,26 = 0,754
s s
m m3
Q 2 = A × V 1 = 2,9 ×0,2 = 0,58 025
s s
m m3
Q 3 = A × V 1 = 2,9 ×0,23 = 0,667 29
s s
2. Metode Current Meter dan Metode Apung
c. Menentukan luas
(0,24+0,28)
L1 = ×2,75 = 0,7150 m 2
2
(0,28+0,34)
L2 = ×2,75 = 0,8525 m 2
2
(0,34 + 0,24)
L3 = ×2,75 = 0,7975 m 2
2
(0,24 + 0,15)
L4 = ×2,75 = 0,53625 m 2
2
Ltotal = L1 +L2+ L3+ L4
¿ 0,7150 + 0,852 + 0,797 + 0,53625
= 2 ,9 m 2
d. Menghitung Q (Debit)
m m3
Q 1 = Ltotal × V 1 = 2,9 ×0.1 = 0,29
s s
m m3
Q 2 = Ltotal × V 1 = 2,9 ×0.1 = 0,29
s s
m m3
Q 3 = Ltotal × V 1 = 2,9 ×0.1 = 0,29
s s

4.3 Sketsa Hasil Pengukuran

11

0,24 m 0,28 m 0,34 m 0,24 m 0,15 m

2,75 m 2,75 m 2,75 m 2,75 m


BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini melakukan pengukuran debit sungai (hidrometri) yang
berlokasi di Sungai Cikapundung. Prinsip yang digunakan untuk pengukuran debit
yaitu metode apung dan metode current meter. Bahan yang digunakan yaitu botol
air mineral kosong yang sudah bekas dan alat yang digunakan yaitu current meter.
Pengukuran dengan metode apung dilakukan dengan menggunakan botol air
mineral kosong diatas permukaan air sungai lalu menghitung waktu yang
ditempuh botol untuk mencapai jarak tertentu. Hasil pengukuran yang diperoleh
waktu yang ditempuh dengan tiga kali pengukuran sebesar 15 detik dengan jarak
secara berturut-turut yaitu 3,91 m, 3 m dan 3,5 m. Kecepatan yang dihasilkan
secara berurut-urut yaitu 0,26 m/s, 0,2 m/s, dan 0,23 m/s. Pengukuran tersebut
mengasilkan besar debit yang secara berturut-turut adalah

m3 m3 m3
0,75 4 , 0,58 025 , dan 0,667 29 .
s s s
Pengukuran dengan metode current meter harus menentukan besarnya lebar
sungai. Lebar Sungai Cikapundung yang diperoleh sebesar 11 meter. Pengukuran
kecepatan aliran pada bagian permukaan, tengah serta dasar sungai. Pengukuran
kecepatan aliran dilakukan dengan membagi 3 titik yang setiap titiknya berjarak
2,75m, 5,5 m, dan 8,25 m. Kecepatan aliran pada titik 1 diperoleh kecepatan aliran
dari permukaan, tengah dan dasar sebesar 0,1 m/s. Titik 2 memiliki kecepatan
aliran pada permukaan, tengah dan dasar air sebesar 0,1 m/s sama halnya dengan
titik 3. Data tersebut dapat diketahui bahwa kecepatan pada bagian atas, tengah
dan bawah sungai memiliki kecepatan yang sama karena kondisi sungai sedang
mengalami surut.
Menurut literatur pada bagian tengah sungai minim adanya hambatan yang
dapat menghambat aliran sungai, sedangkn pada bagian tepian sungai banyak
hambatan yang menghambat aliran sungai antara lain batuan, dan pepohonan
sehingga kecepatan yang dihasilkan seharusnya berbeda-beda. Pengukuran
selanjutnya yaitu pengukuran untuk menentukan luas arena, namun karena sketsa
sungai terdapat bentuk yang beragam, maka untuk mengukur luas perlu dilakukan
dengan rumus bangun datar seperti segitiga, persegi dan trapesium sehingga dapat
memperoleh luas total penampang basah sebesar kurang lebih 2,9 m2 dengan
rinciam sebagai berikut 0,7150 m2, 0,8525 m2 dan 0,53675 m2. Berdasarkan data
tersebut debit yang diperoleh sebesar 0,290125 m3/s dan hal tersebut tidak berbeda
jauh dengah hasil yang didapatkan dari Shift A.
Metode current meter menampilkan hasil pengukuran pada permukaan,
tengah serta dasar sungai memiliki nilai yang hampir seragam. Hal ini dipengaruhi
oleh kecepatan aliran dari masing-masing titik relatif sama. Berdasarkan data yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa kecepatan aliran paling tinggi terjadi pada
permukaan sungai. Semakin dalam kedalamannya aliran sungai akan semakin
kecil. Pengukuran debit aliran yang dilakukan dengan kedua metode tersebut
memiliki nilai yang berbeda. Debit pada metode current meter memiliki nilai
setengah dari 1 m3/s sedangkan debit pada metode apung dapat menghasilkan nilai
lebih dari nilai dengan metode current meter. Kedua metode ini memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Metode apung meskipun dinilai
kurang akurat namun pelaksanaannya lebih mudah dan sederhana. Metode
current meter cenderung lebih rumit namun hasil yang diperoleh lebih akurat
dengan ditunjangnya alat ukur yang keakuratannya lebin tinggi.
Faktor-faktor yang dapat mengurangi keakuratan data hasil pengamatan
adalah terbatasnya peralatan yang tersedia sehingga dalam penentuan titik
pengamatan terhambat oleh arus yang besar, permukaan dasar sungai yang tidak
beraturan menyebabkan ketidaktelitian dalam perhitungan kedalaman air.
Penggunaan alat yang cukup baik dapat menghindari atau meminimalisit berbagai
kesalahan dalam pengukutan. Debit aliran sungai yang telah di hasilkan dapat
dijadikan sebagai informasi yang sangat penting dalam perancangan bangunan air.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
1. Metode current meter diperoleh debit sungai keseluruhan adalah 0,290125
m3/s;
2. Metode apung diperoleh debit sungai keseluruhan 0,66718 m3/s;
3. Semakin dalam maka kecepatan aliran sungai akan semakin kecil;
4. Metode current meter lebih akurat dibandingkan dengan metode apung
karena pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat sehingga hasil yang
diperoleh lebih akurat;
5. Pengukuran debit dilakukan untuk praduga banjir; dan
6. Nilai kecepatan aliran menggunakan metode current meter dengan tiga
bagian kedalamaan yang berbeda diperoleh kecepatan rata-rata total sebesar
0,1 m/s.

6.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam praktikum kali ini adalah:
1. Alat yang digunakan sebaiknya lebih dari satu agar praktikan dapat waktu
yang digunakan lebih efisien;
2. Lebih memahami prosedur praktikum agar saat dilakukannya praktikum
tidak memakan waktu yang cukup banyak; dan
3. Penempatan pengukuran pada posisi yang seharusnya agar keakuratan data
mendekati sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak,Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Dwiratna, Shopia. 2014. Penuntun Praktikum Hidrologi. Jatinangor: Jurusan


Teknik dan Manajemen Industri Pertanian FTIP UNPAD.

Rakhecha dan Singh. 2009. Aliran Permukaan Siklus Hidrologi Terjemahan.


Stockholm: Abaddon Press.

Anggita, Nur.2010. Proses Limpasan Permukaan. Terdapat di:


http://ejournal.unsrat.ac.id. (Diakses pada tanggal 15 Desember 2019 pukul
21.10 WIB)

Aprak. 2013. Aliran Permukaan. Terdapat di: http://aprak-we.com. (Diakses pada


tanggal 15 Desember 2019 pukul 21.03WIB).

Asep, Turjamil. 2010. Pengukuran Aliran Permukaan. Terdapat di:


http://hydrospatial.com. (Diakses pada tanggal 15 Desember 2019 pukul
20.56 WIB)

Hasna. 2009. Daur Hidrologi. Terdapat di http://amtehnik.indonetwork.co.id.


(Diakses pada tanggal 15 Desember 2019 pukul 20.03 WIB)

Mahardika, Fajar Muhammad. 2008. Laju Aliran Permukaan dan Limpasan Air
Tanah. Terdapat di: http://unhas.ac.id. (Diakses pada tanggal 15 Desember
2019 pukul 20.45 WIB)

Sulfano, Christian.2009. Aliran Permukaan. Terdapat di:


http://eprints.undip.ac.id. (Diakses pada tanggal 15 Desember 2019 pukul
21.17 WIB)
LAMPIRAM
Dokumentasi Pribadi

Anda mungkin juga menyukai