Anda di halaman 1dari 12

PERTENTANGAN DAN KESADARAN KELAS DALAM NOVEL

BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER


(PENDEKATAN TEORI MARXIS)

Risnawati, Anshari, dan Aslan Abidin


Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar
Jl. Daeng Tata Raya Kampus Parangtambung
Email: Risnamawar97@yahoo.co.id

Abstract. Class Antagonism and Class Consciousness In Novel Human Earth Works
Pramoedya Ananta Toer (Marxist Theory Approach). The purpose of this study was to: (1)
Describe the picture of class conflict in the novel Earth of Mankind by Pramoedya Ananta Toer.
(2) Describe the class consciousness of the Earth Novel Human Pramoedya Ananta Toer. The
method used in this research is descriptive qualitative method. The data used in this study a
sentence or paragraph that contains a picture of class conflict and class consciousness that is
present in Earth's novel Man Pramoedya Ananta Toer. Data collected by reading techniques and
note techniques. Based on this analysis we can conclude several things, namely: (1) the class
antagonism is one form of fraud against human values, because in it there is oppression,
deprivation, injustice and lack of freedom the Proletariat. The bourgeoisie has caused many
problems of humanity. The conflict that led to the conflict between Native people are Nyai
Ontosoroh as the Proletariat by Europeans as the bourgeoisie. (2) Nyai and Minke has been trying
hard to fight against the bourgeoisie. However, not all desirable things can be owned and not all
desired can be realized even with maximum effort. A struggle not only be seen from the results,
but can be seen as a long process that forms an inner personality.

Abstrak. Pertentangan dan Kesadaran Kelas Dalam Novel Bumi Manusia Karya
Pramoedya Ananta Toer (Pendekatan Teori Marxis). Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1)
Mendeskripsikan gambaran pertentangan kelas dalam Novel Bumi Manusia karya Pramoedya
Ananta Toer. (2) Mendeskripsikan kesadaran kelas dalam Novel Bumi Manusia karya Pramoedya
Ananta Toer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Data yang digunakan berupa kalimat atau paragraf yang mengandung gambaran pertentangan
kelas dan kesadaran kelas yang terdapat dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta
Toer. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan teknik catat. Berdasarkan analisis ini
dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: (1) Pertentangan kelas merupakan salah satu bentuk
penyelewengan terhadap nilai kemanusiaan, karena di dalamnya terdapat penindasan, perampasan,
ketidakadilan, dan ketidakmerdekaan orang-orang Proletar. Kaum Borjuis telah menimbulkan
banyak persoalan kemanusiaan. Konflik yang berujung pada pertentangan antara orang Pribumi
yaitu Nyai Ontosoroh sebagai kaum Proletar dengan bangsa Eropa sebagai kaum Borjuis. (2) Nyai
dan Minke telah berusaha keras untuk melawan kaum Borjuis. Namun, tidak semua hal yang
diinginkan dapat dimiliki dan tidak semua yangdikehendaki dapat terwujud meskipun dengan
usaha yang semaksimal mungkin. Sebuah perjuangan tidak hanya dilihat dari hasilnya namun
dapat dilihatsebagai sebuah proses panjang yang membentuk sebuah kepribadian dalam diri.

Kata Kunci: Marxisme, pertentangan kelas, kesadaran kelas, kehidupan sosial ekonomi

Karya sastra merupakan fakta sosial atau sastra termasuk dalam kajian sosiologi sastra.
cerminan kehidupan dalam masyarakat.Hal Sosiologi sastra merupakan suatu analisis karya
inilah yang menjadi alasan sederhana karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat.

68
Risnawati, Anshari, dan Aslan Abidin, Pertentangan dan Kesadaran Kelas 69

Sastra dan realitas sosial masyarakat menjadi mengetahui sejarah bangsanya, karena kesadaran
dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena akan sejarah membawa rakyat untuk mampu
sastra diproduksi dari berbagai perubahan berpikir secara dialektis artinya rakyat tidak lagi
realitas tersebut. memandang sejarah sebagai sesuatu yang telah
Karya sastra coba menerjemahkan selesai, tetapimelihatnya sebagai realitas yang
peristiwa kehidupan kedalam bahasa imajiner harus bergerak secara aktif, yang ditandai
dengan maksud untuk memahami peristiwa dengan kemampuan memandang masa lampau,
sejarah menurut kadar pengetahuan sekarang dan masa yang akan datang sebagai
pengarang,kemudian dapat dijadikan sebagai suatu kesatuan integral (Toer, 1963: 15).
sarana bagi pengarang untuk menyampaikan Menurut Marx, orang yang sudah lama
pikiran, perasaan, dan tanggapan mengenai suatu tertindas sering kali tidak mampu untuk
peristiwa sejarah, serta karya sastra dapat berupa melakukan perlawanan terhadap kelas-kelas
penciptaan kembali sebuah peristiwa sesuai yang berkuasa dan pada akhirnya mereka akan
dengan pengetahuan dan daya imajinasi mati. Tetapi lain halnya proletar, pada saat
pengarangnya. Sebagai salah seorang sastrawan mereka semakin miskin, kesadaran berkelas
Indonesia, umurnya di sekitar angka yang sama mereka semakin kuat. Semangat dalam diri
dengan kebanyakan sastrawan angkatan 45, mereka semakin kokoh dan tak terpatahkan.
tetapi latar belakang pendidikan (di mana ia Mereka tidak akan membiarkan dirinya mati,
tidak bersekolah pada Sekolah Menengah mereka akan memberontak dan melakukan
Belanda) dan latar belakang budaya Jawa yang perlawanan. Mereka akan menjalankan revolusi
begitu kuat membuatnya berbeda. Identitas sosial.
kepengarangan dari Pramoedya Ananta Toer Novel Bumi Manusia yang menceritakan
yang khas menjadi identitasnya yakni tentang perjuangan tokoh Minke dan Nyai
Pramoedya Ananta Toer sering kali juga Ontosoroh. Seperti halnya Nyai Ontosoroh
melatarbelakangi ceritanya dengan paparan (kaum proletar) di dalam cerita ia hanyalah
sejarah. seorang gundik dari kaum penjajah Belanda
Pramoedya Ananta Toer juga menulis (kaum borjuis), yang harus dijual oleh orang
cerita dengan latar belakang masa pendudukan tuanya karena faktor ekonomi. Meskipun
Jepang di Indonesia, antara lain melalui roman Sanikem/Nyai Ontosoroh seorang gundik kaum
Perburuan. Karyanya yang terbesar, yaitu empat penjajah Belanda, tapi dirinya mampu
mahakarya yang merupakan tetralogi berjudul membuktikan bahwa tanpa bersekolah Nyai
Pulau Buru (meliputi Bumi Manusia, Anak ontosoroh mampu membangun perusahaan
Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah sendiri dan memperjuangkan kehidupan yang
Kaca), ditulis dengan latar belakang tamasya layak bagi dirinya dan anak-anaknya ditengah
sejarah pergerakan nasional Indonesia 1898- kekuasaan kelas borjuis. Inilah perkaranya kelas
1918. Menengok sejarah kembali ia lakukan borjuis yang menelan kelas proletar. Namun,
untuk romannya yang terbit pertengahan 1990- Nyai Ontosoroh dan Minke tidak ingin
an, berjudul Arus Balik, dengan latar belakang menyerah tanpa adanya usaha atau perlawanan.
masuknya Islam ke tanah Jawa.Pulau Buru Hal inilah yang membuat peneliti merasa sangat
menjadi saksi bagi Pramoedya yang telah penting melakukan penelitian yang berjudul
memanfaatkan sejarah dengan baik dalam Pertentangan Kelas dalam Novel Bumi Manusia
menulis karya-karyanya, terutama pada novel- karya Pramoedya Ananta Toer dengan
novel yang ia ciptakan, salah satu karyanya menggunakan sebuah pendekatan teori Marxis.
adalah novel yang berjudul Bumi Manusia. Adapun penelitian sebelumnya yang
Dalam novel Bumi Manusia ini dimanfaatkannya relevan dengan penelitian ini : Pertama: Ronny
sebagai sejarah masa kebangkitan bangsa Pigome (2009), Pertentangan Kelas Di
Indonesia pada awal abad ke 20. Hal ini IndonesiaDalam Novel Bumi Manusia Karya
didorong oleh kesadaran Pramoedya akan Pramoedya Ananta Toer (Kajian Analisis
kedudukan sejarah pada perkembangan manusia. Strukturalisme Genetik Dengan Penekanan pada
Iamenyadari dengan slogan “The people must Unsur Penokohan), hasil penelitian menyim-
know their history” yang dilontarkan Maxim pulkan bahwa tokoh-tokoh yang terdapat dalam
Gorky, sastrawan Rusia pendiri aliran sastra Bumi Manusia secara strukturalisme merupakan
realisme sosialis. Suatu bangsa harus simbolisasi dari kelas-kelas sosial dalam
70 Jurnal Retorika, Volume 9, Nomor 1, Februari 2016, hlm. 1—89

masyarakat Indonesia. Tokoh-tokoh yang kreatif, sebuah karya seni.Salah satu batasan
mewakili kelas-kelas sosial itu adalah Maurits “sastra” adalah segala sesuatu yang tertulis atau
Mellema yang mewakili kelas penguasa, Minke yang tercetak. Jadi, ilmuwan sastra dapat
mewakili kelas intelektual, Babah Ah Tjong mempelajari “profesi kedokteran pada abad ke-
mewakili golongan Asia Timur (Pedagang), dan 14”, “gerakan planet pada abad pertengahan”,
Nyai Ontosoroh mewakili rakyat biasa. atau “ilmu sihir di Inggris dan New England”.
Cara lain untuk memberi defenisi pada sastra
METODE PENELITIAN adalah membatasinya pada “mahakarya” (great
books), yaitu buku-buku yang dianggap
menonjol karena bentuk dan ekspresi sastranya.
Penelitian ini bersifat studi pustaka yang Menurut Teeuw (1984:20-21) kata sastera
disajikan secara deskriptif dan merupakan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
penelitian kualitatif yang menggunakan metode Sansakerta. Akar kata sas-, dalam kata kerja
penelitian dengan teknik deskriptif kualitatif. turunan berarti “mengarahkan, mengajar,
Penelitian ini bersifat studipustaka yang memberi petunjuk atau instruksi”. Akhiran–tra
disajikan secara deskriptif mengenai analisis biasanya menunjukkan alat, sarana. Oleh karena
novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta itu, sastera dapat berarti alat untuk mengajar,
Toer melalui pendekatan Marxis yang buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran,
membahas tentang pertentangan kelas yang misalnya silapasatra, buku arsitektur;
terdapat dalam novel tersebut. kamasastra, “buku petunjuk mengenai seni
Penelitian ini merupakan penelitian cinta”.
kualitatif dan menggunakan metode penelitian Sudjiman (dalam purba, 2010: 2)
dengan teknik deskripsi analisis. Penelitian menuliskan bahwa karya lisan atau tertulis yang
kualitatif adalah variabel yang mengacu pada memiliki berbagai ciri keunggulan seperti
fakta-fakta yang dapat dikategorikan, tetapi tidak keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi
dapat diangkakan seperti yang diungkapkan dan ungkapannya. Rahmanto (dalam Purba,
Wirawan dalam (Faruk, 2012: 22). 2010: 3) mengungkapkan bahwa sastra, tidak
seperti halnya ilmu kimia atau sejarah, tidaklah
PEMBAHASAN menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam bentuk
jadi.Sastra berkaitan erat dengan semua aspek
manusia dan alam dengan keseluruhannya.
Sastra dan Marxisme Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu
yang kerap menyajikan banyak hal yang apabila
Teeuw (1984) mengemukakan bahwa dihayati benar-benar akan semakin menambah
batasan atau pengertian sastra itu sampai pengetahuan orang yang menghayati, dengan
sekarang belum ada seorangpun yang berhasil kata lain kebebasan suatu karakter didalam
memberi jawaban yang jelas atas pertanyaan sebuah karya sastra mencerminkan kebesaran
apakah sastra itu. Walaupun demikian sudah pandangan pengarang, dan tanpa dibuat-buat
tentu banyak usaha yang dilakukan untuk akan menjadi lagu sepanjang batas yang
membuat pengertian sastra itu.Ada pengertian melingkupi kebenaran puitik, karena suatu
yang cukup longgar atau pengertian yang cukup kenyataan dan kelogisan menunjukan tingkat
luas. konsentrasi pengarang.
Sastra (Sanskerta: shastra)merupakan kata
serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang Prosa
berarti teks yang mengandung instruksi atau
pedoman, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti Istilah prosa atau cukup disebut karya
instruksi atau ajaran dan ‘Tra’ yang berarti alat fiksi, biasa juga diistilahkan dengan prosa cerita,
atau sarana. Dalam bahasa Indonesia kata ini prosa narasi, narasi, atau cerita ber-
biasa digunakan untuk merujuk kepada plot.Pengertian prosa tersebut adalah kisahan
kesusastraan atau sebuah jenis tulisan yang atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku
memiliki arti atau keindahan tertentu. tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan
Wellek dan Warren (1995: 11) meng- dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari
ungkapkan bahwa sastra adalah suatu kegiatan hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin
Risnawati, Anshari, dan Aslan Abidin, Pertentangan dan Kesadaran Kelas 71

suatu cerita. Karya fiksi lebih lanjut dapat manusia.Perilaku material tersebut dinamakan
dibedakan dalam berbagai bentuk, baik itu infrastruktur, sementara ide, konsep, dan
roman, novel, novelet, maupun cerpen kesadaran merupakan superstruktur.Marxisme
(Aminuddin, 2013: 66). menegaskan bahwa, bukan kesadaran yang
menentukan kehidupan, tetapi kehidupanlah
Sosiologi Sastra Marxis yang menentukan kesadaran. Hubungan social
antarmanusia diikat dengan cara mereka
Secara etimologi, sosioloogi berasal dari memproduksi kehidupan materialnya. Jumlah
kata sosio atau society yang bermakna total dari hubungan produksi ini merupakan
masyarakat dan ‘logi’ atau logos yang artinya struktur ekonomi masyarakat, landasan yang
ilmu. Jadi sosiologi dalam arti sederhana adalah sesungguhnya yang meningkatkan legalitas dan
ilmu tentang masyarakat atau ilmu tentang superstruktur politis dan sesuai dengan bentuk-
kehidupan masyarakat. Dalam arti yang lebih bentuk yang pasti dari kesadaran sosial.
luas lagi sosiologi merupakan telaah yang Memahami sastra berarti melakukan
objektif dan ilmiah tentang manusia dalam pemahaman terhadap seluruh proses sosial di
masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses mana sastra merupakan bagian darinya. Karya
sosial. Sosiologi mencoba mencari tahu sastra, merupakan bentuk-bentuk persepsi, cara
bagaimana ia berlangsung dan bagaimana ia khusus dalam memandang dunia, dan juga
tetap ada. Oleh karena itu, dalam pendekatan memiliki relasi dengan cara memandang realitas
sosiologis biasanya yang dianalisis adalah yang menjadi mentalitas atau ideologi sosial
manusia dalam masyarakat dengan proses suatu zaman (Eagleton, 2002: 7).
pemahaman mulai dari masyarakat sampai ke
dalam manusia sebagai individu. Teori Karl Marx
Segi kemasyarakatan berhubungan
dengan masyarakat yang berada disekitar sastra Marxisme adalah aliran pemikiran yang
itu baik penciptanya, gambaran masyarakat yang dikembangkan oleh Karl Marx dan Frederick
diceritakan itu dan pembacanya. Engels, dalam buku mereka yang berjudul The
Sedangkan, sosiologi sastra Marxis merupakan German Ideology (1845-6) (Eagleton, 2002: 4;
salah satu pendekatan sosiologi sastra yang Magnis-Suseno, 2005: 5).Dalam bukunya
mendasarkan pada teori Marxis (Marxisme). tersebut, Marx merumuskan premis dasar bahwa
Sosiologi sastra Marxis sering disebut sebagai bidang ekonomi menentukan bidang politik dan
Kritik Marxis (Eagleton, 2002).Kritik Marxis pemikiran manusia. Sementara itu, bidang
tidak hanya mengkaji bagaimana novel ekonomi ditentukan oleh pertentangan antara
dipublikasikan dan apakah mereka menyebut kelas-kelas pekerja dan kelas-kelas pemilik,
kelas pekerja. Namun, tujuannya adalah untuk bahwa pertentangan itu dipertajam oleh
menjelaskan karya sastra dengan lengkap, kemajuan teknik produksi, dan bahwa
dengan memberi perhatian terhadap bentuk, pertentangan itu akhirnya meledak dalam sebuah
gaya, dan maknanya sebagai produk sejarah revolusi yang mengubah struktur kekuasaan di
tertentu (Eagleton, 2002: 3). bidang ekonomi serta mengubah struktur
Menurut Marx dan Engels, dalam kenegaraan dan gaya manusia berpikir.
masyarakat terdapat dua buah struktur: Konsep Marx tentang sejarah menjadi
infrastruktur dan super struktur. Dalam menonjol karena menempatkan manusia pada
masyarakat, superstruktur memiliki fungsi posisi kunci.Manusia adalah insan yang
esensial untuk melegitimasi kekuatan kelas bersejarah. Manusia terlibat dalam tingkat
sosial yang memiliki alat produksi ekonomi, perkembangan sejarah yang telah, sedang akan
sehingga ide-ide dominan dalam masyarakat berlangsung. Sejarah dari setiapb masyarakat
adalah ide-ide kelas penguasaannya. Produksi yang ada sampai sekarang adalah sejarah
ide, konsep, dan kesadaran pertama kalinya pertentangan kelas.Orang merdeka atau budak,
secara langsung tidak dapat dipisahkan dengan bangsawan dan gembel, kepala tukang dan
hubungan material antarmanusia dalam bahasa pekerja ahli, pendeknya yang menindas dan yang
kehidupan nyata. Pemahaman, pemikiran, tertindas, berada dalam pertentangan yang tiada
hubungan spiritual antarmanusia muncul sebagai akhirnya (Ramly, 2009: 22).
dampak langsung terhadap perilaku material
72 Jurnal Retorika, Volume 9, Nomor 1, Februari 2016, hlm. 1—89

Marx menggunakan kata kelas untuk sebuah perusahaan, makin kuat kedudukannya di
menyatakan sekelompok orang yang berada di pasar dan sebaliknya makin kecil keuntungannya
dalam situasi yang sama dalam hubungannya maka akan semakin lemah kedudukannya di
dengan kontrol mereka terhadap alat-alat dunia pasar. Oleh sebab itu, borjuasi dalam
produksi. Namun, hal ini belum merupakan analisis Marx secara terbuka menempatkan
deskripsi yang sempurna dari istilah kelas kepentingan egoistik, yaitu kepentingan untuk
sebagaimana yang digunakan Marx.Kelas, bagi memperoleh keuntungan sendiri sebagai nilai
Marx, selalu didefinisikan berdasarkan tertinggi (Suseno. 2005: 164).
potensinya terhadap konflik. Individu-individu Obsesi Marx adalah membuktikan “secara
membentuk kelas sepanjang mereka berada di ilmiah” bahwa sosialisme merupakan hasil
dalam suatu konflik biasa dengan individu- perkembangan sejarah yang niscaya, jadi bahwa
individu yang lain tentang nilai tambah. Di kapitalisme, karena dinamikanya sendiri menuju
dalam kapitalisme terdapat konflik kepentingan ke keruntuhan. Dari segi proses, kapitalisme
yang inheren antara orang yang memberi upah adalah sistem ekonomi yang hanya mengakui
para buruh dan para buruh yang kerja mereka satu hukum: hukum tawar menawar di pasar.
diubah kembali menjadi nilai tambah. Konflik Jadi kapitalisme adalah sistem ekonomi yang
inheren inilah yang membentuk kelas-kelas. bebas dari berbagai pembatasan oleh raja dan
Bagi Marx, konsepsi tentang sifat dasar penguasa lain, bebas dari pembatasan produksi,
manusia yang tidak memperhitungkan faktor- bebas dari pembatasan tenaga kerja. Yang
faktor sosial dan sejarah adalah salah, akan menentukan semata-mata keuntungan yang lebih
tetapi melibatkan faktor-faktor itu justru tidak besar (Suseno, 2005: 163).
sama dengan tidak menggunakan konsepsi Kesempatan-kesempatan untuk untung
tentang sifat dasar manusia sama sekali. dan rugi dalam kapitalisme yang tidak ada
Malahan faktor-faktor itu hanya memperumit bandingannya mempunyai persamaan dalam
dan memperdalam konsepsi tersebut. Bagi Marx, suatu hal, pengambilan resiko untuk diri sendiri.
ada suatu sifat dasar manusia pada umumnya, Kapitalisme tidak menyuruh seorang pun untuk
akan tetapi yang penting adalah cara sifat dasar mengambil resiko. Hanya menjanjikan keun-
tersebut dimodifikasi pada masing-masing tungan bagi orang yang bersedia mengambil
tahapan sejarah. Ketika berbicara tentang sifat resiko (Ebenstein, 2006: 235).
dasar umum kita, Marx sering menggunakan
istilah species being. Yang dia maksud adalah Pertentangan kelas
potensi-potensi dan kekuatan-kekuatan yang
unik yang membedakan kita dari spesies yang Menurut Marx, riwayat dari setiap
lain (Ritzer& Goodman, 2011: 28). masyarakat adalah sejarah pertentangan kelas.
Konsep dari pertentangan kelas merupakan
Kapitalisme pokok soal yang diturunkan dari cara produksi
dan hubungan produksi yang timpang dalam
Perbedaan kapitalisme dari sistem-sistem masyarakat. Adanya kepemiilikan alat-alat yang
produksi lain adalah bahwa nilai yang ingin sifatnya individual mengandaikan nasib orang
dihasilkan oleh peserta pasar adalah nilai tukar, banyak dapat ditentukan oleh kelompok kecil.
bukan nilai pakai. Dalam hal ini, Marx ingin Pertentangan–pertentangan kelas yang berlang-
menjelaskan bahwa orang memproduksi atau sung sejak dahulu hingga kini mengarah pada
membeli sesuatu bukan karena ia mau pertentangan kaya (borjuis) terhadap kaum
menggunakannya, melainkan karena ia ingin buruh (kelas proletar) (Ramly,2009: 146).
menjualnya kembali dengan keuntungan setinggi Biasanya ia menggunakannya untuk
mungkin. Keuntungan itu sangat penting bagi menyatakan sekelompok orang yang berbeda di
kelas Borjuis sebab hanya dengan mendapat laba dalam situasi yang sama dalam hubungannya
yang besarlah ia mampu bertahan dalam dengan kontrol mereka terhadap alat-alat
persaingan ketat dengan pengusaha-pengusaha produksi. Kelas, bagi Marx, selalu didefinisikan
lain. Secara sederhana, tujuan sistem ekonomi berdasarkan potensinya terhadap konflik.
kapitalis adalah uang, bukan barang yang Individu-individu membentuk kelas sepanjang
diproduksi.Barang hanyalah sarana untuk mereka berada di dalam suatu konflik dengan
memperoleh uang. Makin banyak keuntungan
Risnawati, Anshari, dan Aslan Abidin, Pertentangan dan Kesadaran Kelas 73

individu-individu yang lain tentang nilai tambah Keinginan untk memperoleh lebih banyak
(Ritzer & Goodman, 2011: 58). keuntungan dan lebih banyak nilai tambah untuk
Tentu kelas sosial adalah golongan dalam ekspansi, mendorong kapitalisme pada apa yang
masyarakat. Pada umummnya, mengikuti sebuah disebut Marx dengan hukum umum akumulasi
definisi termahsur Lenin, kelas sosial dianggap kapitalis. Kepitalis berusaha mengeksploitasi
sebagai “golongan sosial dalam sebuah tatanan para pekerja semaksimal mungkin: “tendensi
masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu kapitalis adalah untuk memaksa ongkos kerja
dalam proses produksi. Kelas buruh melakukan kembali keangkal nol”. Marx pada dasarnya
pekerjaan, tetapi karena mereka sendiri tidak berpendapat bahwa struktur dan etos kapitalisme
memiliki tempat dan sarana kerja, mereka mendorong kapitalis dalam mengarahkan
terpaksa menjual tenaga kerja mereka kepada akumulasi pada penumpukan kapital yang lebih
kelas pemilik itu. Dengan demikian, hasil kerja banyak lagi. Untuk melakukan hal ini
dan kegiatan bekerja bukan lagi milik para berdasarkan pandangan Marx bahwa kerja
pekerja itu sendiri, melainkan milik para majikan merupakan sumber nilai, kapitalis digiring untuk
(Suseno, 1999: 114). meningkatkan eksploitasi terhadap proletariat.
Marx menganalisa sistem pemilikan Inilah yang mendorong terjadinya konflik kelas
pribadi yang ada di tangan borjuis disatu pihak (Ritzer & Goodman, 2011: 57).
dan kelas miskin di pihak lain. Dua kelas Tetapi lain pihak, kelas buruh menjadi
masing-masing mempunyai kepentingan yang semakin sadar akan situasinya, akan eksploitasi
saling bertentangan, kemudia lahir teori nilai yang mereka derita, akan kesamaan situasi
lebih yang memperkosa kemanusiaan kaum mereka sebagai kelas proletariat. Eksploitasi
pekerja kemudiaN sebagai akibatnya akan ekonomi mengarah langsung kepenindasan
terlihat muncul alienasi manusia dari diri dan politik, sebagai pemilik menggunakan kekuatan
lingkungannya (Ramly, 2009; 23). ekonomi mereka untuk menguasai Negara dan
Masyarakat perbudakan tercipta berkat mengubahnya menjadi hamba kepentingan
hubungan produksi antara orang-orang yang ekonomi borjuis. Kekuasaan polisi, misalnya,
memiliki alat-alat produksi dengan orang yang digunakan untuk menegakkan hak kepemilikan
hanya memiliki tenaga kerja. Budak yang dan menjamin kontrak yang tidak adil antara
bekerja diberi upah minim untuk memper- kapitalis dan pekerja. Penindasan juga
tahankan tingkat kerjanya dan supaya tidak mati. mengambil bentuk yang lebih halus: agama
Namun, pada saat itu pula budak makin lama melayani kepentingan kapitalis oleh mene-
makin sadar akan kedudukannya (akan manfaat nangkan penduduk intelektual, dibayar langsung
tenaganya). Mulai timbul ketidak puassan atas atau tidak langsung oleh kapitalis, menghabiskan
kedudukannya di dalam hubungan produksi. karir mereka membenarkan dan rasionalisasi
Ketidak puasan ini menjadi awal perselisihan pengaturan sosial dan ekonomi yang ada.
dua kelompok masyarakat, budak dan pemilik Singkatnya, struktur ekonomi masyarakat
alat produksi (Ramly, 2009: 136). cetakan suprastruktur, termasuk ide-ide misal-
nya, moralitas, ideologi, seni, dan sastra,serta
Eksploitasi lembaga-lembaga sosial yang mendukung
struktur kelas masyarakat misalnya, negara,
Bagi Marx, eksploitasi dan dominasi lebih sistem Pendidikan, keluarga, dan Lembaga
dari sekedar distribusi kesejahteraan dan Agama.
kekuasaan yang tidak seimbang. Eksploitasi
merupakan suatu bagian penting dari ekonomi Kesadaran kelas
kapitalis.Tentu saja, semua masyarakat memiliki
sejarah eksploitasi, tetapi yang unik di dalam Pada tahun 1848, Marx dan Engels
kapitalisme adalah bahwa eksploitasi dilakukan menerbitkan Manifesto Komunis, yang dalam
oleh sistem ekonomi ynag impersonal dan beberapa hal merupakan ringkasan dari paham
“objektif”.Kemudian, paksaan jarang dianggap materialisme yang telah ada sebelumnya. Pokok
sebagai kekerasn, malah menjadi kebutuhan pikiran tesrsebut adalah bahwa sejarah sosial
pekerja itu sendiri, yang sekarang hanya bisa manusia tidak lain adalah sejarah perjuangan
terpenuh hanya melalui upah (Ritzer & kelas, yang memiliki pola jenjang perkembangan
Goodman, 2011: 55). zaman kuna, feodalisme kapitalisme, dan disusul
74 Jurnal Retorika, Volume 9, Nomor 1, Februari 2016, hlm. 1—89

dengan sosialisme. Setiap jenjang tersebut konflik, maka mereka menjadi suatu kelas yang
dikenal dari ciri khas dalam cara produksi dan sebenarnya, suatu kelas untuk dirinya.
struktur kelas (Damono, 1979: 26). Kesadaran kelas pada waktu mencapai
Upaya untuk menghapuskan kelas-kelas kristalisasinya membuahkan hasil dalam gerakan
dalam masyarakat ini menjadi usaha yang tidak aksi mencopot segala hak milik kaum borjuis
mudah, namun penuh dengan tawaran “hukum dan menyerahkan kepada masyarakat luas
besi” sejarah yang menggembirakan kaum pengaturan diktator proletariat.
proletar.Seperti diketahui, sistem kapitalis Pada permulaan para buruh belum
sebagai penyebab utama penderitaan kaum mempunyai kesadaran kelas.Mereka berhadapan
proletar sudah terlanjur kuat. Dengan demikian dengan kaum kapitalis masing-masing sendiri-
beberapa cara dan taktik untuk merubuhkannya sendiri. Mereka bersaing satu sama lain dalam
haruslah dimulai dari dalam sistem itu sendiri, di mencari tempat kerja. Tetapi pengalaman
samping cara revolusioner dalam mekanisme bersama dalam memperjuangkan kepentingan
perjuangan kelas (Ramly,2009: 139). mereka terhadapa para kapitalis menjadikan
Kelas borjuis memperoleh kekuasaan kaum buruh semakin sadar bahwa mereka
ekonomi dan politik, dengan kekuasaan ini merupakan satu kelas senasib sepenanggungan.
mereka secara lihai mengubah hubungan Kaum buruh memperjuangkan kepentingan
manusia menjadi transaksi komersial yaitu mereka bersama-sama. Maka kesadaran mereka
dengan menempatkan tenaga buruh tidak lebih merupakan satu kelas yang mempunyai misi
dari barang dagangan. Persis pada titik ini kaum perjuangan bersama semakin kuat (Suseno,
kapitalis sebagai wakil kelas borjuis mempreteli 2005: 166).
kelas buruh sebagai fragmen manusia dan Hubungan Kelas kapitalisme mewujudkan
mereka pada saat yang sama menjatuhkan kontradiksi, kapitalis membutuhkan tenaga kerja
kemanusiaan kelas pekerja ke tingkat barang dan sebaliknya, tetapi kepentingan ekonomi
pelengkap sebuah mesin. Perlakuan macam ini kedua kelompok secara mendasar bertentangan.
menyebabkan dendam dan sakit hati kelas buruh Kontradiksi seperti itu berarti konflik inheren
sehingga bangkit menyadari situasinya, mereka dan ketidakstabilan, perjuangan kelas.
membentuk ikatan-ikatan dalam organisasi kaum Menambah ketidakstabilan sistem kapitalis
komunis dengan tujuan memusuhi kelas borjuis adalah kebutuhan tak terelakkan untuk selalu
dan membela diri dengan mempertahankan upah lebih luas pasar dan selalu lebih besar investasi
pekerja, mendirikan koperasi-koperasi serta modal untuk mempertahankan keuntungan
memelopori kekacauan-kekacauan dalam kapitalis. Marx diharapkan bahwa siklus
masyarakat (Ramly, 2009: 147 – 148). ekonomi yang dihasilkan dari ekspansi dan
Perjuangan kelas proletar untuk merebut kontraksi, bersama dengan ketegangan yang
alat produksi dari tangan kelas borjuis akan membangun sebagai kelas pekerja
merupakan bentuk perjuangan kelas. Marx keuntungan lebih memahami posisinya
melihat pertentangan kelas dimulai ketika dieksploitasi (dengan demikian mencapai
masyarakat meninggalkan kehidupan primitif. kesadaran kelas), akhirnya akan berujung pada
Dari bentuk primitif, mulai lahirlah kelompok sebuah revolusi sosialis. Menurut Marx, bukan
masyarakat feodal kemudian lahir pula kesadaran manusia yang menentukan
masyarakat perbudakan. Setelah era industry keadaannya, namun sebaliknya keadaan sosial
dimulai, terbentuklah masyarakat kapitalis yang manusialah yang menentukan kesadarannya
ditandai oleh penguasaan alat produksi oleh (Suseno, 2005: 138).
kelas borjuis, kepemilikan individu, dan Kaum buruh mengorganisasikan diri
penindasan serta eksploitasi pada sesama dalam serikat-serikat buruh. Dengan demikian
manusia. perjuangan proletariat semakin efektif. Dalam
Bagi Marx, sebuah kelas benar-benar pengalaman konflik dengan para pemilik,
eksis hanya ketika orang menyadari kalau dia mereka terus bertambah pengalaman, mereka
sedang berkonflik dengan kelas-kelas yang lain. saling mendukung sehingga, meskipun semakin
Tanpa kesadaran ini, mereka hanya akan dihisap, daya juang mereka semakin
membentuk apa yang disebut Marx dengan suatu terlatih.Musuh mereka bukan lagi si pemilik
kelas di dalam dirinya. Ketika mereka menyadari pabrik lokal melainkan para kapitalis sebagai
kelas.Tujuan perjuangan proletariat bukan lagi
Risnawati, Anshari, dan Aslan Abidin, Pertentangan dan Kesadaran Kelas 75

sekadar kenaikan upah melainkkan penghapusan nilai feodal tidak lebih daripada selubung
hak milik kaum kapitalis atas alat-alat pruduksi ideologis kenyataan bahwa masyarakat feodal
sendiri (Suseno, 2005;167). adalah masyarakat yang didasarkan atas
penghisapan manusia atas manusia. Masyarakat
Gambaran Pertentangan Kelas dalam Novel perbudakan tercipta berkat hubungan produksi
Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta antara orang-orang yang memiliki alat-alat
Toer produksi dengan orang yang hanya memiliki
tenaga kerja.
Menurut Marx, riwayat dari setiap masyarakat Seperti diketahui, sistem kapitalis sebagai
adalah sejarah pertentangan kelas. Konsep dari penyebab utama penderitaan kaum proletar
pertentangan kelas merupakan pokok soal yang sudah terlanjur kuat. Dengan demikian beberapa
diturunkan dari cara produksi dan hubungan cara dan taktik untuk merubuhkannya haruslah
produksi yang timpang dalam masyarakat. dimulai dari dalam sistem itu sendiri. Namun,
Adanya kepemiilikan alat-alat yang sifatnya upaya untuk menghapuskan kelas-kelas dalam
individual mengandaikan nasib orang banyak masyarakat ini menjadi usaha yang tidak mudah,
dapat ditentukan oleh kelompok kecil. betapa kedudukan Pribumi sebagai kaum
Pertentangan–pertentangan kelas yang proletar selalu dianggap lebih rendah daripada
berlangsung sejak dahulu hingga kini mengarah warganegara belanda sebagai kaum penguasa
pada pertentangan kaya (borjuis) terhadap kaum (borjuis). Terkadang seseorang memaksa dirinya
buruh atau kelas proletar (Ramly,2009: 146). melakukan dan bertindak seakan warganegara
Kelas bagi Marx, selalu didefinisikan belanda demi kelangsungan hidup anak cucunya
berdasarkan potensinya terhadap konflik. dikemudian hari. Gagasan inilah senantiasa
Individu-individu membentuk kelas sepanjang menyembunyikan kepentingan kelompok yang
mereka berada di dalam suatu konflik biasa berkuasa, sedangkan kekuasaan adalah fungsi
dengan individu-individu yang lain tentang nilai dari kekuatan ekonomi. Secara sederhana, tujuan
tambah. Bagi Marx, konsepsi tentang sifat dasar sistem ekonomi kapitalis adalah uang, bukan
manusia yang tidak memperhitungkan faktor- barang yang diproduksi. Itulah sebabnya, kaum
faktor sosial dan sejarah adalah salah, akan borjuis dalam analisis Marx secara terbuka
tetapi melibatkan faktor-faktor itu justru tidak menempatkan kepentingan egoistik, yaitu
sama dengan tidak menggunakan konsepsi kepentingan untuk memperoleh keuntungan
tentang sifat dasar manusia sama sekali.. Kelas sendiri sebagai nilai tertinggi.
borjuis merupakan nama khusus untuk para Sebagai kaum borjuis selaku kaum
kapitalis dalam ekonomi modern. Mereka penindas tidak pernah menganggap keberadaan
memiliki alat produksi dan mempekerjakan kaum proletar kecuali untuk kesenangan dan
pekerja upahan. Proletariat adalah para pekerja keuntungan pribadinya. Karena itu, hubungan
yang menjual kerja mereka dan tidak memiliki antara kaum borjuis dan kaum proletar pada
alat-alat produksi sendiri. Konflik antara kelas hakekatnya merupakan hubungan penghisapan
borjuis dan kelas proletar adalah contoh lain dari atau eksploitasi. Dalam novel dijelaskan kaum
kontradiksi material yang sebenarnya proletar harus bekerja dan tunduk terhadap
Menurutnya, kapitalisme borjuis dini- keputusan kaum borjuis. Sebagai penguasa
lainya lebih jujur daripada feodalisme. Zaman borjuis menggunakan kekuatan ekonominya
feodal memang sarat dengan nilai-nilai suci dan untuk menguasai negara dan mengubah hukum
luhur, dengan sikap dan adat seperti kerukunan, menjadi hamba dan kepentingan ekonomi kaum
kegotongroyongan, dan peng-hormatan terhadap borjuis. Dengan uang serta kekuasaan, dapat
raja atau bangsawan. Padahal, segala macam melakukan apapun yang mereka kehendaki.
hubungan, tatanan, sikap, perasaan, ritual, dan Kapitalis digiring untuk meningkatkan eks-
norma feodal itu sebenarnya tidak lebih daripada ploitasi terhadap proletar, sehingga memicu
selubung suci yang mengkamuflasekan terjadi konflik atau pertentangan kelas.
eksploitas kelas-kelas feodal atas terhadap kelas Menurut Marx, pertentangan kelas antara
bawah. Di belakang perasaan sungkan dan penguasa ekonomi dengan para buruh adalah
hormat masyarakat terhadap gereja dan disebabkan oleh kepentingan objektif masing-
aristokrasi tersembunyi kerakusan kedua kelas masing kelas yang berlawanan dan tidak ada
tersebut yang hidup dari pekerjaan rakyat. Nilai- sangkut pautnya dengan sikap hati atau moralitas
76 Jurnal Retorika, Volume 9, Nomor 1, Februari 2016, hlm. 1—89

masing-masing pihak. Namun, di masa itu bukan Gambaran Kesadaran Kelas dalam Novel
hanya orang tua saja yang sudah bekerja bahkan Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta
seorang bocah atau anak kecil sudah harus Toer
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
begitu pelik. Bagi Marx, sebuah kelas benar-benar
Marx mengatakan, negara bertujuan untuk eksis hanya ketika orang menyadari kalau dia
mempertahankan syarat-syarat kehidupan dan sedang berkonflik dengan kelas-kelas yang lain.
kekuasaan kelas penguasa terhadap kelas yang Tanpa kesadaran ini, mereka hanya akan
dikuasainya secara paksa. Salah satu bentuk membentuk apa yang disebut Marx dengan suatu
kekuasaan kaum borjuis yaitu terhadap tokoh kelas di dalam dirinya. Ketika mereka menyadari
Nyai Ontosoroh yaitu seorang pribumi yang konflik, maka mereka menjadi suatu kelas yang
harus dijual dan dijadikannya seorang nyai atau sebenarnya, suatu kelas untuk dirinya. Maka
menjadi budak dari kaum borjuis, menjual kesadaran mereka merupakan satu kelas yang
kehormatan demi mendapatkatkan kehidupan mempunyai misi perjuangan bersama semakin
senang dan mewah. Kemudian, kaum borjuis kuat. Menurut Marx, kesadaran dalam diri kelas
menggukan ilmu pengetahuan yang canggih dan proletar akan muncul ketika ia dihadapkan pada
orang-orang mengagung-agungkan itu semua kematian. Kesadaran yang ada dalam dirinya
tanpa mereka sadari, mereka telah dikuasai oleh semakin kuat untuk melakukan perjuangan atas
kaum borjuis, untuk melakukan mengisapan dan diri dan kelasnya, agar tetap bias bertahan dan
eksploitasi terhadap kaum proletar. Orang-orang tetap hidup. Inilah yang ingin ditunjukkan
Eropa sebagai kaum borjuis yang menguasai pramoedya, ia menggambarkan Nyaii Ontosoroh
pribumi kala itu merasa paling benar dan tak sebagai kaum proletar yang mampu berjuang
memiliki sedikitpun kesalah dalam bertindak, atas dirinya jika suatu hari nanti dirinya dan
pribumi sebagai kaum yang tertindas harus tenaganya tidak dibutuhkan lagi oleh tuannya.
menerima kesalah yang diberikan kaum Marx berpendapat, bahwa bukan
penindas untuknya, mereka tak memiliki pilihan kesadaran manusia yang menentukan
selain menerima kesalahannya. Pramoedya ingin keadaannya, namun sebaliknya keadaan sosial
menggambarkan di masa itu, bahwa pribumi manusialah yang menentukan kesadarannya.Dan
sebagai kaum proletar benar-benar menagalami inilah yang terjadi terhadap tokoh Nyai
penindasan dalam dirinya. Tak ada daya Ontosoroh, pramoedya ingin menggambarkan
melawan kaum borjuis karena mereka memiliki Nyai Ontosoroh sebagai kaum proletar. Nyai
kekuasaan. Ontosoroh baru menyadari akan sikap kaum
Bahkan hukum saat itu hanya berpihak borjuis terhadap dirinya setelah keadaan yang
pada yang berkuasa, bagi orang-orang pribumi memaksanya untuk tetap bertahan dan tidak
seperti tokohNyai Ontosoroh salah satunya, mati di tangan kaum borjuis. Bentuk kesadaran
dipandang sebelah mata terhadap hukum, karena yang terdapat dalam diri Nyai Ontosoroh sebagai
bukan darah Eropa yaitu darah penguasa kaum kaum proletar, tidak ingin memasrahkan nasib
borjuis. Nyai yang hanyalah seorang budak dirinya dengan berdamai atas penindasan yang ia
berusaha meminta keadilan pada hukum namun terima selama ini. Ia membuktikan bahwa
itu percuma, kaum proletar dikalahkan oleh dirinya mampu melakukan perlawanan terhadap
kaum borjuis yang memiliki kekuasaan dan kaum borjuis yang selama ini melakukan
uang. Uang adalah penentu hukum tanpa uang penindasan atas dirinya.
maka tidak akan ada pula keadilan. Inilah salah Menurut Marx, meskipun semakin dihisap
satu bentuk pertentangan kelas dalam namun, semangat dan daya juang kaum proletar
masyarakat, uang dan kekuasaanlah yang dalam melakukan perlawanan terhadap kaum
menjadi penentu, bukan hanya orang-orang borjuis semakin kuat. Begitu kepentingan kaum
pribumi yang dikuasainya, namun hukum pun proletar yang sudah lama ditindas mendapat
yang seharusnya adil, kini telah berpihak kepada angin, kekuasaan kaum penindas mesti dilawan
penguasa. dan digulingkan, apabila kaum proletar
bertambah kuat maka kepentingannya akan
mengalahkan kepentingan kelas borjuis, jadi
akan mengubah ketergantungannya dari para
Risnawati, Anshari, dan Aslan Abidin, Pertentangan dan Kesadaran Kelas 77

tuannya dan itu berarti membongkar kekuasaan Nyai Ontosoroh sebagai kaum yang
kaum borjuis. tertindas menjadi semakin sadar akan situasinya,
Nyai Ontosoroh sebagai kaum proletar akan eksploitasi yang ia derita dan bangkit untuk
yang awalnya hanyalah budak belia yang tak melakukan perlawanan semaksimal mungkin
memiliki apapun kecuali hidup dan tenaganya, untuk melawan kaum borjuis. Meskipun Nyai
namun kini telah memiliki segalanya. Orang- Ontosoroh tidak terlalu mengerti tentang hukum,
orang Eropa di gambarkan kaum borjuis, akan tetapi nyai ontosoroh berusah keras
merekalah yang menciptakan kekuatan Nyai memperjuangkan atas apa yang jadi haknya Nyai
Ontosoroh. Kekuatan untuk melawan kaum Ontosoroh melakukan perlawan untuk
borjuis, agar dapat bertahan ditengah-tengah menyangkal apa yang telah ditetapkan
kekuasaan dan peliknya kehidupan di kala itu. pengadilan terhadap diri dan keluarganya. Nyai
Kepahitan hidup Nyai Ontosoroh sebagai gundik Ontosoroh melakukan perlawanan terhadap
atau budak dari tuannya tak bisa tertahankan kaum borjuis dengan cara apapun termasuk
lagi, sakit disertai dendam dan marah atas apa menyewa advokat atau pengacara dalam
yang menimpa dirinya. Ia seolah memprotes atas kasusnya. Nyai tidak akan langsung menyerah
perlakuan yang ia terima dari orang tuanya terhadap penindasan yang dilakukan oleh kaki
sendiri yang telah menjadikannya seorang nyai- tangan kaum borjuis yang memang sengaja ingin
nyai dari kaum borjuis yaitu tuan Mellema. menguasai apa yang telah jadi milik Nyai
Namun, ia tetap menyadari akan posisinya Ontosoroh. Ini kekuatan dan kehebatan kaum
sebagai nyai bukanlah istri syah dari tuannya, borjuis, mereka memiliki segalanya, sehingga
dia hanyalah gundik atau budak seperti orang- mampu membeli hukum dan keadilan agar
orang bicarakan. berpihak padanya.
Menurut Marx, masyarakat perbudakan Nyai Ontosoroh seorang pribumi yang
tercipta berkat hubungan produksi antara orang- menjadi kaum proletar pertama yang melakukan
orang yang memiliki alat-alat produksi dengan perlawanan terhadap pengadilan putih,
orang yang hanya memiliki tenaga kerja. Di sini pengadilan yang dianggap sebagaian masyarakat
nyai digambarkan kaum proletar yang telah keramat. Karena pengadilan hanya akan
dimiliki oleh kaum borjuis. Orang Eropa selaku berpihak pada kaum borjuis yang memiliki uang
kaum borjuis yang telah membelinya dan hanya dan segalanya. Pramoedya ingin meng-
dijadikan induk untuk anka-anak mereka, gambarkan Nyai Ontosoroh dan keluarganya
harapan dan haknya dirampas. Persis pada titik hanyalah salah satu keluarga yang mengalami
ini kaum kapitalis sebagai wakil kelas borjuis penindasan dalam masyarakat kala itu, Nyai
mempreteli kaum proletar sebagai fragmen Ontosoroh berusaha mengumpulkan sisa-sisa
manusia dan mereka pada saat yang sama keberanian yang tinggal dalam semangatnya
menjatuhkan kemanusiaan budak-budaknya untuk tetap berjuang melawan ketidakadilan,
ketingkat barang pelengkap atau bahkan sebuah menurut Marx, kekuatan untuk menjung-
mesin. Perlakuan seperti inilah menyebabkan kirbalikkan sistem kekuasaan yang ada diperoleh
dendam dan sakit hati kaum proletar sehingga oleh kelas-kelas bawah melalui perjuangan kelas
bangkit menyadari situasinya. yangmembutuhkan jangka waktu panjang
Dalam novel, Minke berusaha mene- sampai mereka dapat mematahkan kekuasaan
rangkan kepribadian Nyai Ontosoroh. Orang kelas-kelas atas.
pribumi yang telah mengalami berbagai macam Marx berpendapat bahwa perjuangan
ketidakadilan dalam hidupnya. Seorang ibu dan kelas adalah motor kemajuan sejarah. Kesadaran
mertua yang memiliki kepribadian cemerlang. kelas pada waktu mencapai kristalisasinya
Sekaligus seorang pemimpin dalam keluarganya, membuahkan hasil dalam gerakan aksi mencopot
Nyai Ontosoroh tidak akan membiarkan segala hak milik kaum borjuis. Kaum borjuis
keluarganya mengalami keter-tindasan, nyai senantiasa menyembunyikan kepentingan
tidak akan membiarkan anak-anaknya menjadi kelompok atau individu yang berkuasa
budak, meskipun itu sudah terjadi atas dirinya. sedangkan kekuasaannya adalah fungsi dari
Nyai Ontosoroh sebagai kaum proletar akan kekuatan ekonomi.Sejarah senantiasa memiliki
melakukan perlawanan terhadap kaum borjuis kasta sendiri. Feodalisme menyimpan penin-
untuk melindungi anak-anak dan keluarganya dasan tuan tanah terhadap hamba sahayanya.
dari perbudakan. Sedangkan borjuis menyimpan penindasannya
78 Jurnal Retorika, Volume 9, Nomor 1, Februari 2016, hlm. 1—89

terhadap kaum proletar. Proletar yang tidak dialakukan oleh golongan masyarakat tertentu
memiliki harga di mata kaum borjuis kecuali untuk memenuhi keuntungan mereka:
terdapat keuntungan pribadinya. Sehingga, kaum Pertama, ketika Bangsa Eropa sebagai
borjuis sendirilah yang menciptakan kekuatan kaum Borjuis, semakin menghisap orang-orang
terhadap kaum proletar agar memiliki Pribumi, mereka semakin berkuasa, baik itu
keberanian untuk melawannya. dalam bidang perdagangan serta ilmu
Menurut Marx, pada permulaannya para pengetahuan, maka timbul persaingan-
kaum proletar atau buruh belum mempunyai persaingan ekonomi yang mengakibatkan
kesadaran kelas. Mereka berhadapan dengan terpuruknya segolongan masyarakat tertentu.
kaum kapitalis yaitu borjuis masing-masing atau Segolongan masyarakat yang kelak dikenal
sendiri-sendiri. Mereka bersaing satu sama lain dengan istilah Proletar ini adalah imbas dari
dalam bertahan hidup atau mencari tempat kerja. manuver eksploitatif yang dipraktekkan oleh
Tetapi pengalaman bersama dalam mem- para pelaku kapitalisme. Eksploitasi yang
perjuangkan kepentingan mereka terhadap para dilakukan oleh para pengusaha kapitalis yaitu
kapitalis yaitu kaum borjuis menjadikan kaum kaum borjuis tersebut pada akhirnya memicu
proletar atau buruh semakin sadar bahwa mereka lahirnya sebuah paham yang berbasis pada
merupakan satu kelas senasib sepenanggungan. sosialisme, yakni marxisme.Pertentangan kelas
Kaum proletar dan buruh memperjuangkan merupakan salah satu bentuk penyelewengan
kepentingan mereka bersama-sama. Maka, terhadap nilai kemanusiaan, karena di dalamnya
kesadaran mereka merupakan satu kelas yang terdapat penindasan, perampasan, ketidakadilan,
mempunyai misi perjuangan bersama yang dan ketidakmerdekaan orang-orang Proletar.
semakin kuat. Inilah yang dilakukan Nyai Kaum Borjuis telah menimbulkan banyak
Ontosoroh dan Minke dengan caranya mereka persoalan kemanusiaan. Konflik yang berujung
sendiri. pada pertentangan antara orang Pribumi yaitu
Perlakuan kaum borjuis terhadap kaum Nyai Ontosoroh sebagai kaum Proletar dengan
proletar menyebabkan dendam dan sakit hati bangsa Eropa sebagai kaum Borjuis.
sehingga bangkit menyadari situasinya, mereka Kedua, dalam novel Bumi Manusia ini
membentuk ikatan-ikatan dalam organisasi kaum Nyai Ontosoroh menyadari atas penindasan dan
komunis dengan tujuan memusuhi kaum borjuis penghisapan yang terus-menurus dilakukan oleh
dan membela diri dengan mempertahankan upah kaum Borjuis, sehingga menyadari dan bangkit
pekerja, mendirikan koperasi–koperasi serta melakukan perlawanan terhadap kaum Borjuis
memelopori pergerakan massa dalam masya- yaitu Maurits Mellema, meskipun harus
rakat. Salah satu yang dilakukan Nyai Ontosoroh kehilangan orang-orang yang mereka sayang
yaitu mempelopori pergerakan massa dalam karena gagal dalam melakukan perlawanan
masyarakat untuk melakukan perlawanan terhadap Gedung Putih, gedung para pemilik
terhadap penindasan yang terjadi selama ini. modal yang menguasai bumi manusia pada
Mereka dendam dan sakit hati setelah selama ini masanya. Meskipun demikian, Nyai dan Minke
harga diri mereka terinjak-injak oleh kaum telah berusaha keras untuk melawan kaum
borjuis, sehingga mereka siap bertarung tanpa Borjuis.Namun, tidak semua yang diinginkan
rasa takut. dapat dimiliki dan tidak semua yang dikehendaki
dapat terwujudmeskipun dengan usaha yang
semaksimal mungkin. Sebuah perjuangan tidak
KESIMPULAN
hanya dilihat dari hasilnya namun dapat dilihat
bahwa semua itu dapat terjadi melalui sebuah
Dari sejumlah uraian yang telah dilakukan proses yang panjang. Nyai Ontosoroh dan Minke
oleh peneliti, dapat ditarik kesimpulan bahwa telah menang dalam kekalahannya, mereka telah
novel Bumi Manusia merepresentasikan adanya mengupayakan segalanya yang terbaik meskipun
usaha penindasan dan penghisapan yang semua itu tidak tercapai sesuai keinginannya.
Risnawati, Anshari, dan Aslan Abidin, Pertentangan dan Kesadaran Kelas 79

DAFTAR PUSTAKA
. 1998. Transformasi Unsur Perwayangan
Adian, Donny Gahral. 2011. SetelahMarxisme dalam Fiksi Indonesia.Yogyakarta.Gadjah
(SejumlahTeoriIdeologiKontemporer). Depok: Mada University Press.
PenerbitKoekoesan. Pleghanov, Georgi Valentinovich. Masalah-
Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Sastra. masalahDasarMarxisme (Seri BukuIlmiah).
Bandung: Sinar Baru. Hasta Mitra.
Arvon, Henri. 2010. Estetika Marxis. Yogyakarta: Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer.
Resist Book. Yogyakarta: GrahaIlmu.
Barry, Peter. 1995. Beginning Theory, Pengantar Putri, EstyWidyanti. 2011. BudayaMaterialisDalam
Komprehensif Teori Sastra dan Budaya. Novel Mr. Maybe
Yogyakarta:Jalasutra. (StudiAnalisisWacanaKritisTentangBudayaM
Cavallaro, Dani. 2004. TeoriKritis&TeoriBudaya. aterialisdalam Novel Mr. Maybe).
Yogyakarta: Penerbit Niagara. Skripsi.Universitas Pembangunan Nasional
Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra: Veteran.
Sebuah Pengantar Singkat. Jakarta: Pusat Ramly, M.A. 2009.Peta Pemikiran Karl Marx
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (Materialisme Dialektika dan Materialisme
Eagleton, Terry. 2002. MarxismedanKritikSastra. Historis).Yogyakarta.LkiS.
Yogayakarta: PenerbitSumbu Yogyakarta. Ritzer, George & Goodman, Douglas J.
Ebenstein, William. 2006. Isme-isme yang 2011.TeoriMarxisdanBerbagaiRagamTeori
Mengguncang Dunia. Yogyakarta: Narasi Neo-Marxian. Yogyakarta: Kreasiwacana.
Esten, Mursal. 1987. Kesusastraan Pengantar Teori Santoso, Listiyono. 2010. Seri
dan Sejarah. Bandung: Angsa. PemikiranTokohEpistemologiKiri.
Faruk. 2012. MetodePenelitianSastra Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
(SebuahPenjelajahanAwal). Yogyakarta: Setiani, Rezki. 2014. Gambaran Realisme Sosialis
PustakaPelajar. dan Materialisme Historisdalam Novel Gadis
Gaarder, Jostein. 2010. Dunia Sophie (Sebuah Novel Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer
Filsafat). Bandung: Mizan. (Tinjauan Estetika Marxis).
Lukacs, Georg. 2010. DialektikaMarxis Skripsi.Universitas Negeri Makassar.
(Sejarah&KesadaranKelas). Yogayakarta: Ar- Suseno, Magni Franz. 2005. Pemikiran Karl Marx
ruz Media. :Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan
Luxemburg, Jan Van, dkk. 1986. Pengantar Ilmu Revisionisme. Jakarta.Gramedia Pustaka
Sastra. Jakarta: PT. Gramedia Utama.
Mujiyanto, Yant&Fuady, Amir.2010.SejarahSastra Suyitno.2009. ApresiasiPuisidanProsa.Jawa Tengah:
Indonesia (ProsadanPuisi).Jawa Tengah: LembagaPengembanganPendidikan (LPP)
LembagaPengembanganPendidikan (LPP) UNS dan UPT PenerbitandanPercetakan UNS
UNS dan UPT PenerbitandanPercetakan UNS (UNS Press)
(UNS Press). Suyitno.1986. Sastra Tata Nilai dan
Nugriyanto, B. 2000.Teori Pengkajian Fiksi. Eksegesi.Yogyakarta.Hanindita.
Yogyakarta.Gadjah Mada Mniversity Press.

Anda mungkin juga menyukai