Minyak Atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawa padat
yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, kelarutan dalam pelarut organik dan
keluratan dalam air yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji
maupun dari bunga.
Secara umum metode pengambilan minyak atsiri dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu cara mekanik dan cara fisika-kimia.
A. Cara Mekanik
Metode yang sering disebut expression ini merupakan cara cold pressing tidak ada panas
yang dibutuhkan pada cara ini. Prosesnya adalah penekanan/pemerasan (squeezing).
Bahan dasar yang bisa diambil minyaknya dengan pengepresan secara mekanik biasanya
berupa biji-bijian atau kacang-kacangan maupun buah-buahan (citrus oil). Beberapa buah
yang mengandung citrus oil diantaranya bergamot, grapefruit, lemon, lime, mandarin,
orange, dan tangerine. Ada tiga cara yang berbeda untuk memungut citrus oil :
1. Sponge
Dilakukan secara manual (dengan tangan). Daging buah dipisahkan, kulit buah dan
biji direndam dalam air panas. Setelah lebih elastis kemudian sponge/busa
ditempelkan pada kulit buah lalu diperas/ditekan. Minyak atsiri yang keluar akan
terserap oleh sponge. Setelah jenuh, dikumpulkan dengan cara memeras sponge.
2. Equelle a piquer
Cara ini lebih hemat tenaga daripada sponge. Metode ini tidak lagi dilakukan dengan
cara manual tapi dengan alat yang yang diputar dan dilengkapi paku-paku pada
pinggirnya untuk menusuk oil cells pada kulit buah. Minyak atsiri dan pigmen dapat
dikeluarkan dari kulit buah, kemudian minyak atsirinya dapat dipisahkan.
3. Machine abrasion
Metode ini hampir sama dengan cara no. 2. Mesin dapat melepaskan kulit buah dan
memasukkannya ke dalam centrifuge dengan menambahkan air. Pemisahan secara
sentrifugal ini berjalan sangat cepat, tetapi karena minyak atsiri bercampur dengan
zat-zat lain, kemungkinan dapat terjadi perubahan karena pengaruh enzim.
B. Cara Kimia-Fisika
1. Destilasi (Penyulingan)
Prinsipnya penyulingan/destilasi merupakan suatu proses pemisahan komponen-
komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan
perbedaan tekanan uap atau berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen
senyawa tersebut. Pada dasarnya terdapat dua jenis penyulingan yaitu :
Hidrodestilasi adalah penyulingan suatu campuran yang berwujud cairan yang
tidak saling bercampur, hingga membentuk dua fasa atau dua lapisan. Proses ini
dilakukan dengan bantuan air maupun uap air. Hidrodestilasi memiliki 3 jenis
metode berdasarkan cara penanganan bahan yang diproses yaitu : destilasi air,
destilasi uap dan air serta destilasi uap langsung.
a. Penyulingan/Destilasi Air (Perebusan)
Dengan tipe penyulingan air ini, bahan yang akan disuling berhubungan
langsung dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan
mengambang atau mengapung di atas air atau terendam seluruhnya,
tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses. Air dapat
dididihkan dengan api secara langsung. Metode ini disebut juga metode
perebusan. Ketika bahan direbus, minyak atsiri akan menguap bersama uap
air, kemudian dilewatkan melalui kondensor untuk dikondensasi. Alat yang di
gunakan untuk metode ini disebut alat suling perebus. Contoh bahan yang
diproses dengan netode ini : bunga mawar, bunga-bunga jeruk.
Destilasi air dapat dijalankan pada tekanan di bawah 1 atmosfir sehingga air
bisa mendidih pada suhu yang lebih rendah dari 100oC. Biasanya dilakukan
bila bahan atau minyak atsiri rentan terhadap suhu. Contoh : neroli.
b. Penyulingan/Destilasi Uap dan Air (Pengukusan)
Bahan tanaman yang akan diproses ditempatkan dalam wadah yang
kontruksinya hampir sama dengan dandang pegukus, sehingga metode ini
disebut juga pengukusan. Air dididihkan pada bagian bawah alat . Minyak
atsiri akan ikur bersama aliran uap yang kemudian dialirkan ke kondensor.
Alat yang digunakan dalam metode ini disebut alat suling pengukus.
Temperatur steam harus dikontrol agar hanya cukup untuk memaksa bahan
melepas minyak atsirinya dan tidak membakar bahan. Uap yang dipakai
bertekanan > 1 atm dan bersuhu > 100oC, sehingga waktu distilasi bisa lebih
cepat mengurangi kemungkinan rusaknya minyak atsiri. Cara ini
menghasilkan minyak atsiri dengan mutu yang tinggi.
c. Penyulingan/Destilasi Uap Langsung
Bahan dialiri dengan uap yang berasal dari suatu pembangkit uap. Uap yang
dihasilkan lazimnya memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekanan
atmosfer. Uap yang dihasilkan kemudian dialirkan kedalam alat penyulingan
sehingga minyak atsiri akan enguap terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan
ke kondensor untuk dikondensasi. Alat yang digunakan dalam metode ini
disebut alat suling uap langsung.
Pada dasarnya tidak ada perbedaan mencolok pada ketiga alat penyulingan
tersebut. Namun pemilihan tergantung pada metode yang digunakan, karena
reaksi tertentu dapat terjadi selama penyulingan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hidrodestilasi adalah :
1. Difusi atau perembesan minyak atsiri oleh air panas melalui selaput tanaman
yang disebut hidrodifusi.
2. Hidrolisis terhadap komponen tertentu dari minyak atsiri.
3. Peruraian terjadi oleh panas.
2. Ekstraksi Pelarut
Pada proses pengambilan minyak atsiri dengan ekstraksi, bahan-bahan minyak atsiri
yang akan diambil minyaknya di tambahkan dengan bahan atau zat pelarut (solvent)
yang dapat mengikat minyak yang terdapat dalam bahan atsiri. Zat solven yang
bercampur dengan minyak atsiri tersebut selanjutnya akan dipisahkan untuk diambil
minyak atsirinya.
Ekstraksi pelarut untuk memungut minyak atsiri, tidak hanya memakai chemical
solvent seperti hexan, tetapi juga dengan solven padat misalnya fat/ solid oil. Selain
itu bisa juga dengan CO2.
Ekstraksi pelarut terutama cocok untuk bahan-bahan dengan kandungan minyak atsiri
yang sangat rendah, juga untuk bahan yang bersifat thermolabile. Dengan tipe proses
seperti ini senyawa non volatil misalnya waxe dan pigmen ikut terekstraksi.
Berdasarkan ketahanan terhadap pemanasan, cara memperoleh minyak atsiri dibagi menjadi
1. Minyak Atsiri yang tahan panas maka diperoleh dengan destilasi (penyulingan)
dengan dua cara yakni :
Destilasi Uap → bahan segar, misalnya : Oleum Cajuput
Destilasi Uap + air→ simplisia, misalnya : Minyak cengkeh
2. Minyak Atsiri yang tidak tahan panas, maka terdapat empat cara antara lain :
Mekanik/pemerasan seperti pada Buah dan kulit atau hanya pada kulit saja.
Misalnya Oleum Citrus
Enzimatik → emulsin. Misalnya Oleum Amigdalis (Minyak dari buah
amandel/ Prunus amigdalis → Salah satu Minyak Atsiri glikosida)
Perlekatan bau (enfleurage). Misalnya Oleum Rosae
Perkolasi → untuk simplisia yang kandungan Minyak Atsiri-nya sedikit
Daftar Pustaka
Agoes, G., 2009. Teknologi Bahan Alam. Penerbit ITB, Bandung.
Anonim, 1972 Farmakope Indonesia edisi II, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Anonim, 1979 Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Anonim, 1989. Materia Medika Indonesia Jilid I-V, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim, 2008, Farmakope Herbal Indonesia I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Gunawan, D dan Mulyani, S. 2002. Ilmu Obat Alam. (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Heinrich, et al. 2009. Farmakognosi dan fitoterapi; alih bahasa: Winny R. Syarief et al;
editor bahasa Indonesia, Amalia H. Hadinata. EGC, Jakarta
Kar, Autosh, 2013. Farmakognosi dan farmakobioteknologi; alih bahasa, July Manurung,
Winny Rivany Syarief, Jojor Simanjuntak; editor edisi bahasa Indonesia, Sintha
Rachmawati, Ryeska Fajar Respaty Ed 1-3. EGC, Jakarta.
Parameter Standar Simplisia dan Ekstrak. BPOM RI.
Saifudin, A., Rahayu V., Taruna H.Y.,2011. Standardisasi Bahan Obat Alam. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Soediro,I dan Soetarno, S. 1991. Farmakognosi. Penulisan buku/monografi. Pusat Antar
Universitas Bidang Ilmu Hayati- ITB.
Tyler, V et al, 1988. Pharmacognosy. Lea & Febiger, USA.
World Health Organization, 1999-2004. WHO Monograph on Selected medicinal
PlantsVolume 1, Volume 2 WHO, Geneve.