Anda di halaman 1dari 8

Nama : Alief Azizi

Nim : 200110166

Kelas : A5

1). Tuliskan dua ayat Al-Qur‟an yang terkait dengan alam lengkap dengan artinya dan
penjelasannya! Lengkapi dengan rujukannya.

2). Petunjuk mengenai akidah yang harus diyakini oleh manusia.petunjuk akidah ini berintikan
keimanan akan keesaan tuhan dan kepercayaan kepastian adanya hari kebangkitan, perhitungan
serta pembalasan kelak. Tuliskan ayat dan hadis yg menyangkut dengan hal tersebut lengkap dengan
penjelasannya? Lengkapi dengan rujukannya

3) A. Hadits Qauliyah ( ucapan) yaitu hadits hadits Rasulullah SAW, yang diucapkannya dalam
berbagai tujuan dan persuaian (situasi).

B.Hadits Fi‟liyah yaitu perbuatan-perbuatan Nabi Muhammad SAW, seperti pekerjaan


melakukan shalat lima waktu dengan tatacaranya dan rukun-rukunnya, pekerjaan menunaikan
ibadah hajinya dan pekerjaannya mengadili dengan satu saksi dan sumpah dari pihak penuduh.

C.. Hadits Taqririyah yaitu perbuatan sebagian para sahabat Nabi yang telah diikrarkan
oleh Nabi SAW, baik perbuatan itu berbentuk ucapan atau perbuatan, sedangkan ikrar itu
adakalanya dengan cara mendiamkannya, dan atau melahirkan anggapan baik terhadap perbuatan
itu, sehingga dengan adanya ikrar dan persetujuan itu. Berikan contoh masing ketiga pengertian
hadis tersebut.

4. Jelaskan perbedaan zakat fitrah menurut empat mazhab !

Jawab:

َ ‫ض ٱ ْئتِيَا طَوْ عًا أَوْ كَرْ هًا قَالَتَٓا أَتَ ْينَا‬ ٓ ٰ ‫ٱ ْستَ َو‬
1 َ‫طٓائِ ِعين‬ ِ ْ‫َان فَقَا َل لَهَا َولِأْل َر‬
ٌ ‫ى إِلَى ٱل َّس َمٓا ِء َو ِه َى ُدخ‬

Referensi: https://tafsirweb.com/8993-quran-surat-fussilat-ayat-11.html

Arab-Latin: ṡummastawā ilas-samā`i wa hiya dukhānun fa qāla lahā wa lil-arḍi`tiyā ṭau'an au karhā,
qālatā atainā ṭā`i'īn

Terjemah Arti: Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,
lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".

Tafsir Quran Surat Fussilat Ayat 11 Kemudian Allah bersemayam, yaitu menuju langit yang
sebelumnya adalah kabut, lalu Dia berfirman kepada langit dan bumi, “Tunduklah kalian berdua
kepada perintahKu, dengan sukarela atau terpaksa.” Maka keduanya menjawab, “Kami menghadap
kepadaMu dengan tunduk, kami tidak memiliki keinginan yang mnyelisihi keinginanMu.”

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 11. Kemudian Allah -Subḥānahu-
menciptakan langit yang saat itu adalah asap, Allah berfirman kepadanya dan kepada bumi,
“Tunduklah kalian berdua kepada perintah-Ku secara suka rela atau terpaksa, kalian berdua tidak
mempunyai pilihan kecuali itu.” Maka keduanya menjawab, “Kami datang dengan suka rela, tidak
ada keinginan bagi kami tanpa keinginan-Mu wahai Rabb kami.”

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah
bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 10. (Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-
gunung yang kokoh) Yakni gunung-gunung yang kokoh. (di atasnya) Yakni yang berada di atas
bumi, karena gunung-gunung adalah bagian dari bumi. (Dia memberkahinya) Allah
menjadikan bumi penuh keberkahan dan kebaikan karena terdapat berbagai hal yang dibutuhkan
oleh hamba-hamba-Nya. (dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya) Yakni rezeki-rezeki penghuninya yang mereka butuhkan untuk kehidupan mereka,
seperti pepohonan dan berbagai hal yang dapat dimanfaatkan lainnya; dan Allah menjadikan di
setiap tempat apa yang tidak ada di tempat lain agar para penghuninya dapat hidup dengan
berdagang ke tempat lain. Allah menjadikan ini semua dalam empat hari, termasuk dua hari
sebelumnya. ((Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya)
Seakan-akan dikatakan: penetapan empat hari ini adalah jawaban bagi orang-orang yang bertanya
“berapa hari bumi dan seisinya diciptakan?”

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir
Universitas Islam Madinah 11. Kemudian Dia berkehendak atau mulai menciptakan langit yaitu
kumpulan gas (kabut) yang menyerupai asap (sesuatu yang membumbung tinggi dari kobaran api).
Kemudian Dia berfirman kepada langit dan bumi usai menciptakan keduanya: “Kalian berdua akan
dihuni oleh orang-orang yang taat dan yang dibenci” Lalu keduanya berkata: “Berilah kami orang-
orang yang menyerahkan urusannya kepadaMu tanpa ditunda-tunda”. Itu adalah gambaran betapa
berpengaruhnya kekuasaan Allah SWT dalam mempersiapkan keduanya agar dapat diambil
manfaatnya dan betapa mereka bergegas melaksanakan perintah sang pencipta.

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah (Kemudian
Dia menuju) bermaksud kepada (penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap) masih
berbentuk asap yang membumbung tinggi (lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi,
"Datanglah kamu keduanya) menurut perintah-Ku (dengan suka hati atau terpaksa") kedua lafal ini
berkedudukan sama dengan Hal, yakni baik dalam keadaan senang hati atau terpaksa (keduanya
menjawab, "Kami datang) beserta makhluk yang ada pada kami (dengan suka hati") di dalam
ungkapan ini diprioritaskan Dhamir Mudzakkar lagi Aqil; atau khithab kepada keduanya disamakan
dengan jamak.

An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi Setelah Allah menciptakan bumi.
Yang membumbung di atas permukaan air.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I Dari menguraikan ihwal
penciptaan bumi dan sarana kehidupan bagi makhluk yang mendiaminya, Al-Qur'an kemudian
beralih kepada ihwal penciptaan langit. Kemudian dia, yakni perintah atau kekuasaan-Nya menuju ke
langit dan langit ketika itu masih berupa asap, lalu dia berfirman kepadanya dan kepada bumi,
'datanglah kamu berdua menuruti perintah-ku dengan patuh atau terpaksa. ' mendengar perintah
itu, keduanya, langit dan bumi, lalu menjawab, 'kami datang kepada-Mu ya Allah dengan tunduk dan
patuh guna mengikuti aturan-Mu. '12. Ayat ini masih menjelaskan tentang penciptaan langit. Lalu
diciptakan-Nya tujuh langit dalam waktu dua masa, dan pada setiap langit dia mewahyukan dan
menetapkan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat dengan bumi, kami hiasi dengan
bintangbintang yang bersinar cemerlang, dan kami ciptakan bintang-bintang itu untuk memelihara
langit dengan pemeliharaan yang sempurna. Demikianlah ketentuan Allah berlaku, dan dia adalah
zat yang mahaperkasa lagi maha mengetahui.

Arab-Latin: A wa lam yarallażīna kafarū annas-samāwāti wal-arḍa kānatā ratqan fa fataqnāhumā, wa


ja'alnā minal-mā`i kulla syai`in ḥayy, a fa lā yu`minụn

Terjemah Arti: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Tafsir Quran Surat Al-Anbiya Ayat 30 Apakah orang-orang kafir itu tidak mengetahui bahwa
sesungguhnya langit dan bumi itu keduanya merupakan suatu obyek yang saling menyatu, tanpa ada
pemisah antara keduanya? Maka Tidak ada hujan dari langit dan tidak ada tanaman dari muka bumi.
Kemudian Kami memisahkan keduanya dengan Kuasa Kami. Dan Kami turunkan hujan dari langit dan
Kami keluarkan tanaman dari dalam tanah, serta Kami menjadikan segala sesuatu hidup dari air.
Apakah orang-orang yang ingkar itu tidak mau beriman, lalu mengimani apa yang mereka saksikan
dengan menghususkan ibadah bagi Allah saja?

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 30. Dan apakah orang-orang yang kafir
kepada Allah itu belum mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, tidak ada
celah dan ruang di antara keduanya yang bisa dilalui turunnya air hujan, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya, dan menjadikan segala makhluk berupa hewan dan tumbuhan berasal dari air yang
turun dari langit ke bumi. Apakah mereka tidak mengambil pelajaran darinya, dan beriman kepada
Allah semata?!

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah
bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 30. Allah menegur orang-orang kafir yang tidak mengambil
manfaat dari ayat-ayat kauniyah: “Tidakkah mereka mengetahui langit dan bumi dahulu adalah
sesuatu yang menyatu, kemudian Kami memisahkan keduanya. Dan Kami jadikan air sebagai asal
seluruh makhluk hidup dan sebab dari kehidupan; apakah mereka tidak beriman kepada ayat-ayat
kauniyah ini yang menjadi petunjuk atas keesaan Allah?”

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan


Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah
30. (Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui) Yakni tidakkah
mereka memikirkan dan mengetahui. (bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu) Terdapat pendapat mengatakan yang dimaksud adalah
bahwa dahulu langit-langit hanyalah satu kemudian dipisahkan; begitu juga bumibumi. Pendapat
lain mengatakan bahwa dahulu langit dan bumi merupakan benda yang satu yang saling menempel.
( kemudian Kami pisahkan antara keduanya) Yakni Kami pisahkan keduanya.
(Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup) Yakni Kami hidupkan seluruh makhluk hidup dengan air yang Kami turunkan dari langit atau
dengan air yang di lautan. Hal ini meliputi hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan. Dan maknanya
adalah air merupakan sebab kehidupan segala makhluk hidup yang ada di bumi. (Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?) Padahal tanda-tanda dari Allah telah cukup untuk
menjadikan mereka beriman.

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir
Universitas Islam Madinah 30. Apakah orang-orang kafir dan musyrik yang menyekutukan Allah
dengan tuhan lain tidak mengetahui bahwa sesungguhnya langit dan bumi itu merupakan dua hal
yang melekat menjadi satu satuan. Kemudian Kami memisahkan keduanya dan memberi jarak satu
sama lain dengan gumpalan udara. Dan Kami ciptakan setiap sesuatu berupa hewan, tumbuhan dan
makhluk lain selain keduanya dari air. Apakah mereka tetap tidak membenarkan kekuasaanKu dan
keesaanKu?!

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah 30. Apakah
mereka (yang kafir terhadap Rabb mereka dan mengingkari pengikhlasan ibadah bagiNya) tidak
menyaksikan sebuah obyek kasat mata yang akan mengantarkan mereka menuju keyakinan bahawa
Allah, Dia-lah Rabb segala sesuatu, Dzat Yang Maha Terpuji, Dzat Yang Mahamulia dan Dzat yang
disembah semata. Dengan menyaksikan langit dan bumi, maka mereka akan menjumpainya dalam
keadaan “suatu yang padu,” bagian ini (langit) tidak terlihat adanya mendung maupun hujan.
Sementara itu, bagian yang lain (bumi) terlihat diam mati, tanpa tumbuh-tumbuhan padanya.
“Kemudian Kami pisahkan,” langit dengan hujan dan bumi dengan tumbuhan. Bukankah Dzat yang
menciptakan mendung di langit, setelah kondisi cuaca cerah tanpa ada awan-awan tipis, dan
menempatkan air yang deras di dalamnya, kemudian menghalaunya menuju daerah yang mati, yang
penjuru-penjuru wilayahnya sudah penuh dengan debu dan airnya sudah semakin menipis,
selanjutnya Dia menurunkan hujan di tempat itu, sehingga tanah menjadi bergoyang dan begerak
serta berkembang dan menumbuhkan tanaman indah dari setiap jenisnya, yang beragam bentuk
dan manfaatnya, bukankah demikian itu merupakan petunjuk bahwa Dia-lah Dzat yang Mahabenar,
sedangkan selainNya merupakan sesembahan yang batil. Dia-lah Dzat Yang
Menghidupkan orang-orang yang mati dan Dia-lah Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang? Karena itu, Allah berfirman, “Maka mengapa mereka tiada juga beriman,” dengan
keimanan yang benar, tanpa diselipi unsur keraguan dan kesyirikan. Kemudian Allah menyebutkan
sejumlah dalil cakrawala seraya berfirman,

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H Ada pula yang
mengartikan dengan “melihat,” yakni apakah orang-orang kafir tidak melihat bahwa langit dan bumi
keduanya sama-sama rekat (tidak terbelah), kemudian Kami belah langit sehingga menurunkan
hujan, dan Kami belah bumi sehingga menumbuhkan tumbuhtumbuhan…dst.” Bukankah yang
mengadakan awan di langit yang sebelumnya bersih tanpa gumpalan dan menyimpan di dalamnya
air yang banyak, lalu diarahkan ke negeri yang mati yang sebelumnya kering dan berhamburan debu,
kemudian diturunkan hujan sehingga tumbuh berbagai tanaman dengan beraneka macam
menunjukkan bahwa Allah adalah yang hak dan selain-Nya batil, dan bahwa Dia mampu
menghidupkan orang yang telah mati, dan bahwa Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang? Yakni
lalu Kami jadikan langit berjumlah tujuh, dan bumi pun tujuh. Atau maksudnya, dibelah langit yang
sebelumnya tidak menurunkan hujan menjadi dapat menurunkan hujan, dan dibelahnya bumi yang
sebelumnya tidak dapat menumbuhkan, menjadi dapat menumbuhkan. Dengan iman yang benar
tanpa ada keraguan dan kemusyrikan di dalamnya.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I Orang-orang kafir tidak
berpikir jernih dalam mengamati fenomena alam, padahal peristiwa yang ada di alam ini merupakan
bukti adanya Allah dan kekuasaan-Nya yang mutlak. Allah bertanya, "dan apakah orang-orang kafir,
kapan dan di mana saja mereka hidup, tidak memperhatikan secara mendalam bahwa langit dan
bumi sebelum terjadi ledakan besar, keduanya dahulu menyatu, kemudian kami pisahkan antara
kedua-Nya dengan mengangkat langit ke atas dan membiarkan bumi seperti apa adanya; dan kami
jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; 'kehidupan dimulai dari air (laut), makhluk hidup
berasal dari cairan sperma dan air bagian yang penting bagi makhluk hidup' maka mengapa mereka,
orang-orang kafir itu tidak tergerak hatinya untuk beriman kepada Allah'"31. Pada ayat ini Allah
mengarahkan pandangan manusia kepada gunung-gunung dan jalan-jalan, serta daratan yang luas di
bumi. Dan kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh dengan maksud agar ia,
bumi dengan putarannya yang cepat sekali itu, tetap mantap, tidak terjadi guncangan bersama
mereka, manusia dan makhluk hidup lainnya. Dan kami jadikan pula di bumi jalan-jalan yang luas
supaya semua makhluk dapat dengan tenang menjalani kehidupan, dan pada akhirnya agar mereka
mendapat petunjuk Allah, baik yang diberikan melalui wahyu maupun petunjuk Allah berupa
fenomena alam yang membentang luas ini.

2.

Arab-Latin: huwallażī ba'aṡa fil-ummiyyīna rasụlam min-hum yatlụ 'alaihim āyātihī wa yuzakkīhim wa
yu'allimuhumul-kitāba wal-ḥikmata wa ing kānụ ming qablu lafī ḍalālim mubīn

Terjemah Arti: Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka,
yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata,

— Quran Surat Al-Jumu‟ah Ayat 2

ada kerasulan pada mereka, seorang rasul dari mereka kepada seluruh
manusia, yang membacakan al-Quran kepada mereka, menyucikan
mereka dari akidah-akidah Tafsir Ayat Tentang Aqidah Dia lah yang mengutus kepada
orang-orang Arab yang tidak bisa membaca dan menulis seorang Rasul dari kalangan mereka,
membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya yang diturunkan kepadanya, membersihkan mereka dari
kekufuran dan akhlak yang buruk, mengajari mereka Al-Qur`ān, mengajari mereka As-sunnah, dan
sesungguhnya mereka sebelum pengutusan Rasul tersebut kepada mereka berada dalam kesesatan
yang nyata dari kebenaran, karena mereka dahulu menyembah berhala-berhala, menumpahkan
darah dan memutuskan silaturahim. (Tafsir alMukhtashar) Maha Suci Allah yang mengutus
Muhammad sebagai Rasul dari bangsa Arab yang Ummiy, yaitu orang-orang yang tidak dapat
membaca dan menulis. Maknanya adalah kebanyakan dari mereka adalah Ummiy, dan dia
(Muhammad) termasuk dalam golongan tersebut yaitu sebagai bangsa Arab yang ummiy. Dia
(Muhammad) membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah dalam Al-Qur‟an yang diturunkan
kepadanya dengan ke-Ummiyannya yang sama dengan mereka. Dia membersihkan mereka dari
kesyirikan dan akidah serta akhlak yang buruk. Dia mengajarkan mereka Al-Qur‟an, Sunnah dan
pengertian tentang tujuan ajaran syariat dan rahasia-rahasianya. Sesungguhnya sebelum dia diutus
menjadi
Rasul, mereka berada dalam kesalahan yang jelas dan nyata serta jauh dari kebenaran, yaitu berupa
kesyirikan dan keburukan zaman Jahiliyyah. (Tafsir al-Wajiz) (Dialah
yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka) Yang dimaksud
dengan kaum yang buta huruf (Ummiyin) adalah orang-orang Arab; sebagian mereka dapat menulis
dan sebagian mereka tidak, sebab mereka bukan termasuk Ahli Kitab. Dan makna asal kata (Ummiy)
adalah orang yang tidak dapat membaca dan
menulis; dan kebanyakan orang Arab ketika itu tidak dapat baca tulis. (yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka) Yakni membacakan al-Qur‟an. Padahal Rasulullah tidak
dapat membaca tulisan atau menulis dan tidak mempelajari itu dari siapapun.
(mensucikan mereka) Yakni membersihkan mereka dari kotoran kekafiran, dosa-dosa, dan akhlak
yang buruk. Pendapat lain mengatakan: yakni menjadikan mereka
memiliki hati yang bersih dengan keimanan. (dan mengajarkan mereka
Kitab dan Hikmah) Makna (‫ ) ب‬di sini yakni al-Qur‟an, sedangkan ( ) adalah sunnah Rasulullah.
Pendapat lain mengatakan yang dimaksud dengan ( ‫ ) ب‬yakni menulis dengan pena, dan ( )
yakni pemahaman agama; dan inilah pendapat yang diambil oleh
Malik bin Anas. (Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benarbenar
dalam kesesatan yang nyata) Yakni dalam kesyirikan dan jauh dari kebenaran.
(Zubdatut Tafsir) wa ākharīna min-hum lammā yal-
ḥaqụ bihim, wa huwal-'azīzul-ḥakīm dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum
berhubungan dengan mereka. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
— Quran Surat Al-Jumu‟ah Ayat 3 Allah-lah Yang mengutus kepada orang-orang Arab yang tidak bisa
membaca, tidak memiliki kitab dan tidak rusak dan akhlak-akhlak buruk, mengajari mereka al-Quran
dan asSunnah. Sesungguhnya mereka sebelum diutusnya Rasulullah berada di dalam penyimpangan
yang nyata dari jalan kebenaran. Allah juga mengutus Rasul tersebut kepada kaum lain yang belum
datang dan akan datang dari kalangan orang-orang Arab dan lainnya. Hanya Allah semata Yang
Mahaperkasa, Yang berkuasa atas segala sesuatu lagi Mahabijaksana dalam perkataan dan
perbuatanNya. (Tafsir al-Muyassar) Rasul ini diutus juga kepada kaum Arab yang lain dan kaum non
Arab yang belum datang dan yang akan datang. Sungguh Dia Maha Perkasa yang tidak ada seorang
pun mampu mengalahkan-Nya, dan Maha Bijaksana dalam penciptaan-Nya, syariat-Nya dan takdir-
Nya. (Tafsir al-Mukhtashar) Dia menyucikan kaum-kaum lain di antara bangsa Arab dan dia juga
diutus untuk mereka. Mereka adalah orang-orang (yang hidup) setelah generasi para sahabat sampai
hari kiamat. Dialah Dzat yang Maha Menang, tidak ada yang dapat mengungguliNya dalam
kekuasaan dan pemberian nubuwwah kepadanya (Muhammad). Dialah Dzat yang
Maha Bijaksana dalam menciptakan dan memilihnya. (Tafsir al-Wajiz)
(dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka) Yakni
kaum yang belum pernah berinteraksi dengan mereka pada waktu itu, namun kelak akan
berinteraksi dengan mereka. Yakni Rasulullah akan menyucikan mereka dan menyucikan kaum selain
mereka, yaitu orang-orang beriman setelah generasi sahabat dari kaum Arab maupun selain Arab
hingga datang hari kiamat. Imam Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata:
“Suatu hari kami duduk di majelis Rasulullah saat surat al-Jumu‟ah diturunkan, maka Rasulullah
membacanya; dan ketika sampai pada ayat
( ) seseorang bertanya kepada beliau: “Hai Rasulullah, siapakah mereka
yang belum pernah bertemu dengan kami ini?” maka Rasulullah meletakkan tangannya pada Salman
al-Farisi seraya berkata: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika saja keimanan itu
berdasarkan banyaknya lampu yang menerangi rumah-rumah niscaya orang-
orang seperti dia ini pasti akan mendapatkan keimanan.” (Dan Dialah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) Yakni memiliki kemuliaan dan kebijaksanaan yang tiada batas.
(Zubdatut Tafsir)
3. A. Hadits Qouliyyah Secara bahasa "qoul" berarti ucapan dan perkataan, sedangkan hadits
qouliyyah berarti hadits yang disandarkan dari perkataan atau sabda Nabi Muhammad SAW Hadits
tersebut menunjukkan mengenai sabda atau perkataan Nabi Muhammad SAW yang dijadikan
sebagai pedoman, dasar, dan hujjah. Jadi, setiap apapun sabda atau perkataan Nabi Muhammad
SAW merupakan dasar pedoman dan sumber hukum bagi setiap muslim, karena tak mungkin Beliau
mengatakan sesuatu yang sia-sia, perkataan kotor, atau bahkan dusta.

B. . Hadits Fi'liyyah Secara bahasa "fi'il" berarti perbuatan dan tindakan, sedangkan hadits
fi'liyyah bearti hadits yang disandarkan dari perbuatan dan tindakan Nabi Muhammad SAW
Sebagaimana hadits qouliyyah, maka setiap perbuatan dan tindakan Nabi Muhammad SAW adalah
sebuah hadits yang dijadikan teladan, pedoman, dan sumber hukum tanpa terkecuali.

C. . Hadits Taqririyyah Secara bahasa "taqrir" berarti ketetapan, sedangkan hadits taqririyyah
berarti hadits yang disandarkan dari ketetapan Nabi Muhammad SAW. Maksud ketetapan Nabi
Muhammad SAW di sini adalah ketika Beliau melihat perbuatan sahabat, namun Beliau tidak
memerintahkan dan tidak pula melarang.

4. a) Mazhab Hanafi berpendapat bahwa jenis makanan yang dikeluarkan dalam zakat fitrah adalah
hintah (gandum), syair (padi belanda), tamar (kurma), dan zabib (anggur). Beliau juga berpendapat
boleh pula mengeluarkan daqiq hintah (gandum yang sudah menjadi tepung) dan saweq (adonan
tepung). Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa sesungguhnya Rasulullah saw bersabda,
“Tunaikanlah zakat fitrah sebelum kamu keluar untuk shalat hari raya, maka wajib atas setiap orang
merdeka mengeluarkan dua mud gandum dan daqiq (tepung dari gandum).” (HR. Sunan Abu Daud,
hal. 254). Hadis di atas menganjurkan kita untuk mengeluarkan zakat fitrah sebelum hari raya supaya
orang miskin dapat menikmatinya pada hari raya. Namun apabila tidak didapatkan jenisjenis
makanan di atas, maka madzhab Hanafi memperbolehkan membayar zakat fitrah dengan harga
(uang) yang senilai dengan ukuran yang pasti yaitu 3,8 kg dari jenis bahan makanan tersebut di atas.
b) Mazhab Maliki Mazhab Maliki adalah mazhab yang dibangun oleh: Malik bin Anas bin Abi „Amir
Anshari. Imam Malik lahir di Madinah pada 95 H dan wafat pada 197 H. Masalah Zakat Fitrah,
Mazhab
Maliki berpendapat bahwa bahan pokok untuk zakat fitrah adalah gandum, syair, salat (sejenis
syair), jagung, dakhon (jenis gandum), kurma, kismis, atau keju. Kalau tidak ada jenis bahan pokok di
atas, maka yang wajib dikeluarkan adalah jenis bahan pokok dalam bentuk biji-bijian dan buah-
buahan. Mazhab ini berpendapat bahwa kadar zakat fitrah yang pasti dari makanan pokok atau jenis
biji-bijian adalah 2,8 kg. Imam Malik tidak membenarkan menunaikan zakat fitrah dalam bentuk
uang. Sebagaimana dalam kitab Al Mudawwanah, ia berkata, “Tidak mencukupi kriteria zakat fitrah
dengan uang (harga)”.

c) Mazhab Syafi‟i Mazhab Syafi‟i adalah mazhab yang dibangun oleh Muhamamad bin Idris bin
Abbas bin Utsman bin Syafi‟i. Imam Syafi‟i lahir di Palestina, pada 150 H dan wafat di Mesir pada
204 H. Menurut Mazhab Syafi‟i, zakat fitrah yang wajib dikeluarkan adalah makanan pokok daerah
setempat. Tidak boleh dikeluarkan yang bukan makanan pokok atau harga dari makanan pokok
tersebut. Mazhab ini berpendapat bahwa kadar zakat fitrah yang pasti dari makanan pokok atau
jenis biji-bijian adalah 2,8 kg. Menurut Mazhab ini, zakat fitrah wajib dikeluarkan berupa qut
(makanan pokok yang mengenyangkan), akan tetapi golongan yang bermazhab Syafi‟i berbeda
pendapat tentang qut yang digunakan dalam menunaikan zakat fitrah. Di antara mereka ada yang
berpendapat qut yang digunakan adalah qut balat, yaitu makanan pokok yang dikonsumsi oleh suatu
daerah, sekalipun muzakki (penunai zakat fitrah) tidak mengonsumsinya. Sebagian yang lain
berpendapat qut yang digunakan adalah qut dirinya, yaitu makanan pokok yang ia konsumsi
walaupun daerah tersebut mengonsumsi jenis makanan yang lain.

d) Mazhab Hambali Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Muhammad bin Hilal. Lahir di
Baghdad pada 164 H dan wafat pada 241 H. Masalah Zakat Fitrah menurut Mazhab Hambali, zakat
fitrah yang wajib dikeluarkan adalah: gandum bur, gandum syair, kurma, kismis, dan keju. Kalau
tidak ada jenis bahan pokok di atas, maka yang wajib dikeluarkan adalah jenis bahan pokok dalam
bentuk biji-bijian dan buah-buahan. Mazhab ini berpendapat bahwa kadar zakat fitrah yang pasti
dari makanan pokok atau jenis biji-bijian adalah 2,8 kg. Dalam Kitab Al Mughni, karya Imam Ibn
Qudaamah al Hanbali (wafat pada 60 H), juz 2 halaman 671, “Barang siapa memberikan qimah
(harga) maka tidak memenuhi unsur zakat”

Anda mungkin juga menyukai