Anda di halaman 1dari 22

MENCERMATI PEMBAHASAN

RUU KUP DI DPR


PERKEMBANGAN
PENERIMAAN PAJAK
1. KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK
TERHADAP PENDAPATAN NEGARA.
TAX RATIO
JUMLAH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi


140,00 131,06 40,00
126,28 128,76 128,45
118,41 121,02
120,00 34,66 35,00
32,93
30,03 30,00
100,00 28,14
27,36
25,40 25,00
80,00
20,00
60,00
45,43 15,00
42,30
35,54 38,67
40,00 33,11
30,08 10,00

20,00 5,00

0,00 0,00
2016 2017 2018 2019 2020 2021
WP Orang Pribadi (Juta Orang) Jumlah Penduduk Bekerja (Juta Orang) Persentase WP OP terhadap Jumlah Penduduk Bekerja (%)
JUMLAH WAJIB PAJAK BADAN

Jumlah Wajib Pajak Badan (Juta)

4,39
4,09
3,84
3,61
3,40
3,14

2016 2017 2018 2019 2020 2021


Poin-Poin Krusial dalam Reformasi Perpajakan Terbaru

Ringkasan beberapa pasal dalam Rancangan Undang-Undang (RUU)


tentang Perubahan Kelima atas UU No. 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) dibandingkan
dengan ketentuan sebelumnya.
IV. RESPONS DAN SARAN
DUNIA USAHA
IV. RESPONS DUNIA USAHA

1. Bertentangan dengan UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Ciptaker). Semangat


UU Ciptaker adalah menarik minat investasi, membuka lapangan pekerjaan, dan
mendongkrak ekspor.
2. Pengenaan PPN terhadap bahan kebutuhan pokok memicu inflasi dan menggerus
daya beli masyarakat yang miskin dan hampir miskin.
3. Momentum kenaikan tarif pajak tidak pas. Dunia usaha masih kesulitan menghadapi
badai pandemi Covid-19.
4. UMKM akan sulit naik kelas jika ada kenaikan tarif pajak.
5. Minimnya partisipasi publik akibat rendahnya sosialisasi.
V. SARAN

1. Pembahasan RUU KUP silakan dilanjutkan dan diselesaikan. Tapi, pemberlakuan UU


baru yang mensyaratkan jenis pajak baru dan kenaikan tarif sebaiknya ditunda hingga
ekonomi Indonesia berjalan normal.
2. Fokus saja pada upaya mengoptimalkan penerimaan pajak dari jenis pajak dengan tarif
pajak yang sudah ada.
3. Perbaiki data konsolidasi data WB. Pemerintah perlu membangun single identity
number (SIN) agar wealth setiap WP bisa dipantau dan membayar pajak sesuai
ketentuan. SIN memperkuat sistem perpajakan nasional dan mencegah penghindaran
pajak.
4. Melibatkan optimal media massa untuk partsipasi publik.
5. Agenda reformasi perpajakan tidak boleh padam.
V. SARAN

6. Perbaiki data konsolidasi data WB. Pemerintah perlu membangun single identity number
(SIN) agar wealth setiap WP bisa dipantau dan membayar pajak sesuai ketentuan.
SIN memperkuat sistem perpajakan nasional dan mencegah penghindaran pajak.
7. Melibatkan optimal media massa untuk partsipasi publik.
8. Agenda reformasi perpajakan tidak boleh padam.
REFORMASI PERPAJAKAN DI
INDONESIA
REFORMASI PERPAJAKAN PERTAMA
TAHUN 1983-1985

Pada tahun 1983 di perkenalkan self assesement system.


Ada serangkaian undang-undang, yakni:
1. UU Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan (KUP).
2. UU Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Ini adalah reformasi pertama, terbesar, dan
(PPh), berlaku sejak januari 1984
paling berdampak. Andaikan tidak ada reformasi
3. Undang –undang No.8 Tahun 1983 tentang Pajak
ini, Indonesia akan didera masalah fiskal serius
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas
seiring dengan jatuhnya harga minyak mentah
Barang Mewah (PPnBM), berlaku mulai 1 April 1985
dan turunnya lifting minyak mentah.
4. Undang-undang No.12 Tahun 1985 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB)
5. Undang-undang No.13 Tahun 1985 tentang Bea
Meterai (BM), keduanya undang-undang ini mulai
berlaku mulai 1 Januari 1986
REFORMASI PERPAJAKAN KEDUA
TAHUN 1994

1. UU Nomor 9 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 6


Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP)
2. UU No 10 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 7
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (PPh) Sebagaimana
Pada tahun 1994, sistem perpajakan Telah Diubah dengan UU Nomor 7 Tahun 1991.
disempurnakan lewat sejumlah UU berikut : 3. UU Nomor 11 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas UU Nomor
8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai/Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (PPN/PPnBM)
4. Untuk Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas UU
Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB)
REFORMASI PERPAJAKAN KETIGA,
TAHUN 1997

1. UU Nomor 17 Tahun 1997 Tentang Badan


Penyelesaian Sengketa Pajak
2. UU Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
Reformasi perpajakan 1997 ditandai oleh 3. UU Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak
sejumlah UU: dan Surat Paksa
4. UU Nomor 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak
5. UU Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan
REFORMASI PERPAJAKAN KEEMPAT
TAHUN 2000

1. UU No. 16 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas UU No.


6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. UU No. 17 Tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas UU No.
Pada tahun 2000 seiring dengan perkembangan 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sosial dan ekonomi, pemerintah kembali 3. UU No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai
mengeluarkan serangkaian undang – undang Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
untuk mengubah undang – undang yang telah 4. UU No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan
ada, yaitu: Surat Paksa
5. UU No. 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan
6. UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
REFORMASI PERPAJAKAN KELIMA
TAHUN 2002-2009

REFORMASI PERPAJAKAN
TAHUN 2021
BUT IN THIS WORLD NOTHING CAN BE SAID TO BE CERTAIN,
EXCEPT DEATH AND TAXES.

Ben Franklin
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai