Biosaintifika
Journal of Biology & Biology Education
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika
Abstract
Mango’s mistletoes contain quercetin, a hepatoprotector. Codein is a type of alkaloids widely used as drug. Codein
overdose can damage the liver. This study aims to inventigate the effect of the administration of extract of
mango’s mistletoes on the changes of liver histology of codein-induced rats. As many as 20 male wistar rats were
divided into 5 groups (K0, K, KB1, KB2, and KB3). K0 group were given only standard diet and water daily. K
group were given codeine at 12mg/rats for 7 days, and afterwards they were given only standard diet and water
daily. KB1 group were given codeine at 12mg/rats for 7 days and then were given extract of mango’s mistletoes
at 22 mg/rats until day 21, KB2 group were given codeine at 12mg/rats for 7 days and then were given extract of
mango’s mistletoes at 44 mg/rats until day 21, and KB3 group were given codeine at 12mg/rats for 7 days and
were given extract of mango’s mistletoes at 88 mg/rats until day 21. On day 27, all rats were killed, the livers
were taken out for preparations with HE staining for histology examination. Research showed that K0 group
was significantly different (p <0.05) to K, KB1, KB2, and KB3 groups, whereas K group was not significantly
different to KB1, KB2 and KB3 groups. Rats in K group showed the changes in histological appearance such as
periportal inflammation and degeneration, whereas rats in KB1, KB2, KB3 groups showed similar histological
appearance but with necrosis.
105
Sekar Maya Wijaya M. et al. / Biosaintifika 6 (2) (2014)
normal, maka dilakukan uji beda dengan Pemberian ekstrak benalu mangga dosis
menggunakan uji Kruskal Walis dan dilanjutkan bertingkat menunjukkan adanya perubahan sel
dengan uji Post Hoc yaitu Mann whitney. hepar. Hasil pengamatan preparat menunjukkan
adanya kerusakan hepar berupa inflamasi
HASIL DAN PEMBAHASAN periportal, degenerasi dan nekrosis (Gambar 1).
Sal.E DA
K
Hp N
Ne
DM
Inf
Snd
VP Keterangan:
Gambar 1 Histologis sel hepar, (Hp N) hepatosit normal; (Snd) sinusoid; (sal E) saluran empedu; (VP)
vena porta; (Inf P) inflamasi periportal; (DA) degenerasi albuminosa; (DH) degenerasi hidropik; (DM)
degenerasi melemak; (Ne) nekrosis; (Inf) inflamasi/peradangan
Gambaran mikroantomi sel hepar pada tubuh. Pengaruh-pengaruh merusak (noksi) dapat
kelompok kontrol (K0) menunjukkan struktur berupa noksi fisika, kimia, bakteri, parasit, asam,
penyusun sel hepar normal, batas sinusoid jelas, basa kuat dan bakteri. Zona periportal merupakan
tidak ada vakuola, tidak ditemukan adanya nekosis daerah yang paling dekat dengan suplai vaskuler
dan degenerasi. Pada kelompok K terdapat dari traktus portalis. Pada daerah zona periportal
kerusakan struktur hepar berupa inflamasi terdapat vena porta yang berfungsi membawa
periportal, degenerasi albuminosa, degenerasi nutrient, vitamin, bahkan zat toksik dari saluran
hidropik dan degenerasi melemak. Kerusakan cerna ke hati Oleh karena zona periportal akan
struktur hepar pada kelompok KB1, KB2, dan KB3 terpapar oleh kodein lebih dahulu dan
berupa inflamasi periportal, degenerasi hidropik, memberikan respon berupa sel radang.
degenerasi melemak, nekrosis. Pada kelompok KB1 Degenerasi merupakan tanda awal
terdapat nekrosis dengan inti pikotik (inti menjadi kerusakan hati akibat toksin yang bersifat
lebih padat dan warna menjadi lebih gelap), dan sementara (reversible) dan sel masih dapat pulih
terlihat sel radang mengelilingi sel nekrosis. atau normal kembali apabila paparan toksin
Radang (inflamasi) merupakan mekanisme dihentikan (Harada et al. 1999). Degenerasi
pertahanan tubuh disebabkan adanya respons ditandai dengan perubahan sitoplasma sel karena
jaringan terhadap pengaruh-pengaruh merusak cairan sel bertambah dan membengkak, tetapi inti
baik bersifat lokal maupun yang masuk ke dalam sel dapat mempertahankan integritas selama sel
106
Sekar Maya Wijaya M. et al. / Biosaintifika 6 (2) (2014)
tidak mengalami cedera yang parah.Degenerasi melemak ditandai dengan vakuola–vakuola yang
albuminosa disebut juga degenerasi parenkimatosa berisi lemak dan mendesak inti ke tepi sel
merupakan degenerasi teringan yang ditandai (Mulyono, et al. 2006). Degenerasi yang
dengan terjadi kekeruhan, pembekakkan berlangsung terus-menerus akan menyebabkan
sitoplasma dan sitoplasma berglanula. Terjadinya kematian sel (nekrosis).
degenerasi albuminosa dikarenakan sel yang Tingkat kerusakan mikroantomi hepar tikus
terkena jejas tidak mampu mengeliminasi air dapat dilihat pada Tabel 1. Uji normalitas skoring
sehingga tertimbun di dalam sel sehingga kerusakan hepar didapatkan data distribusi tidak
mengalami pembengkakkan dan nampak normal, maka data dihitung dengan uji Kruskall
berglanula (Hapsari 2010). Degenerasi hidropik Wallis. Pada kelompok K0 ditemukan adanya
ditandai dengan sitoplasma mengalami vakuolisasi inflamasi periportal, tetapi kerusakan selnya masih
dan vakuola-vakuola nampak jernih. Degenerasi bersifat ringan. Pada kelompok K terdapat
hidropik kondisi dimana sel menerima cairan lebih kerusakan hepar berupa degenerasi dan inflamasi
banyak dari normalnya dan terakumulasi dalam periportal, sedangkan pada kelompok KB1, KB2,
sitoplasma sel sehingga sitoplasma sel dan KB3 terdapat perubahan berupa, inflamasi
membengkak. Degenerasi melemak pada hati periportal, nekrosis dan degenerasi. Nekrosis yang
menunjukkan ketidakseimbangan proses ditemukan tingkat kerusakannya masih bersifat
metabolisme, sehingga terjadi perubahan ringan. Skoring perubahan struktur histologi sel
morfofologi dan penurunan fungsi hepar akibat hepar dapat dilihat pada Tabel 2.
akumulasi lemak dalam sitoplasma. Degenerasi
Tabel 2 Nilai skoring perubahan struktur histologi sel hepar pada semua kelompok
Nilai Skoring
Kelompok Inflamasi
degenerasi nekrosis
periportal
K0 20,50a 11,00a 38,00a
K 62,50 a 64,50 a 38,00b
KB1 53,70b 61,62a 65,50b
KB2 53,70 c 60,68 a 53,00c
KB3 62,50d 54,50a 58,00d
Huruf superskrif berbeda pada kolom yang sama menunjukan hasil uji Kruskall wallis
Pada Tabel 2 menunjukan nilai skoring struktur histologi sel hepar berupa degenerasi
perubahan struktur histologis berupa inflamasi didapatkan = 77,134; df = 4; p = 0,000. Pada
periportal, degenerasi dan nekrosis pada semua perubahan struktur histologi sel hepar berupa
kelompok perlakuan. Hasil nilai skoring dengan uji nekrosis didapatkan = 25,344; df = 4; p = 0,000.
Kruskall Wallis, pada perubahan struktur histologi Perubahan berupa inflamasi periportal pada
sel hepar berupa inflamasi periportal didapatkan kelompok K0 terdapat perubahan bermakna
= 37,078; df = 4; p = 0,000. Pada perubahan (p<0,05) dengan kelompok perlakuan (K, KB1, KB2
107
Sekar Maya Wijaya M. et al. / Biosaintifika 6 (2) (2014)
dan KB3), sedangkan antar kelompok perlakuan mengalami absrobsi secara tidak lengkap sehingga
(K, KB1, KB2 dan KB3) tidak terdapat perubahan menembus dinding usus menuju hepar melalui
bermakna (p>0,05). Hasil skoring menunjukkan vena porta kemudian obat akan dimetabolisme di
peningkatan kerusakan pada kelompok K, hepar (Katzung 2001). Pemberian kodein secara
kemudian pada kelompok KB1 menunjukkan oral pada dosis tinggi dapat menyebabkan
tingkat kerusakan yang menurun dan pada hepatoksisitas.
kelompok KB3 menunjukkan peningkatan Mekanisme kerusakan sel hepar karena obat
kerusakan. Radang (inflamasi) merupakan melibatkan enzim sitrokom p-450 yang
mekanisme pertahanan tubuh disebabkan adanya menyebabkan ikatan kovalen obat dengan protein
respon jaringan terhadap pengaruh-pengaruh intrasel. Hal itu berakibat terjadinya difungsi
merusak baik bersifat lokal maupun yang masuk ke intraseluler berupa hilangnya gradien ion,
dalam tubuh. Pengaruh-pengaruh merusak (noksi) penurunan kadar ATP, dan distrupsi aktin pada
dapat berupa noksi fisika, kimia, bakteri, parasit, permukaan hepatosit yang menyebabkan
asam, basa kuat dan bakteri. pembekakan sel dan berakhir dengan kematian sel.
Perubahan struktur degenerasi pada Efek analgesik kodein tergantung pada
kelompok K0 terdapat perubahan bermakna pembentukan morfin dan M6G pada proses
(p<0,05) dengan kelompok perlakuan (K, KB1, KB2 metabolismenya. Biotransformasi kodein menjadi
dan KB3) sedangkan, antar kelompok perlakuan morfin dikatalisis oleh enzim sitrokrom P450
(K, KB1, KB2 dan KB3) tidak terdapat perubahan (CYP2D6) melalui O-demetilasi. Morfin pada
bermakna (p>0,05). Hasil skoring menujukan glukoronidasi selanjutnya diubah menjadi M6G
peningkatan kerusakan yang tidak signifikan sebagai metabolik aktif dan M3G sebagai
(p<0,05) pada kelompok K, KB1, KB2 dan metabolik inaktif (Eissing et al. 2012). Konsentrasi
KB3.Degenerasi ditandai dengan perubahan morfin, M3G, dan M6G secara subtansial
sitoplasma sel karena cairan sel bertambah dan menyebabkan adanya kerusakan jaringan ekresi
membengkak, tetapi inti sel dapat (Gasche et al. 2005). Meningkatnya pembentukan
mempertahankan integritas selama sel tidak morfin pada metabolisme kodein dikarenakan
mengalami cedera yang parah. Degenerasi yang kontribusi jalur CYP2D6 yang besar, sehingga
berlangsung terus-menerus akan menyebabkan secara tidak langsung paparan M6G dipengaruhi
kematian sel (nekrosis). oleh pembentukan morfin yang tinggi. Hal tersebut
Perubahan struktur nekrosis pada kelompok berdampak pada aktifitas UGT2B7 rendah
K0 tidak terdapat perubahan bermakna (p>0,05) (Robinson et al. 2010).
dengan kelompok K, tetapi kelompok K0 dan K Induksi kodein pada dosis tinggi dapat
berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan menyebabkan hepatotoksitas. Sekitar 10% kodein
(KB1, KB2 dan KB3) (p<0,05). Hasil skoring yang diberikan mengalami metabolisme di hepar
menunjukkan peningkatan kerusakan pada menjadi morfin, yang bertanggung jawab pada efek
kelompok KB1, kemudian pada kelompok KB2 analgesia pada kodein (Yudhowibowo et al. 2011).
menunjukkan tingkat kerusakan yang menurun Meningkatnya morfin pada hasil metabolisme
dan pada kelompok KB3 menunjukkan kodein menyebabkan penurunan tingkat glutation,
peningkatan kerusakan. Kematian sel nekrosis dengan tidak adanya glutation, metabolit reaktif
dikarenakan adanya kerusakan sistem membran akan mengadakan reaksi dengan gugus nukleofilik
sel yang menyebabkan lisis dan kematian sel. yang terdapat pada makromonekul sel dan dapat
Kodein merupakan salah satu jenis alkaloid berakibat pada hepatotoksisitas (Katzung, 2001).
yang berasal dari opium (Katzung 2001) dan Hasil penelitian pada kelompok KB1, KB2,
digunakan sebagai obat batuk, obat anti-diare dan dan KB3 ditemukan kerusakan hepar inflamasi
obat nyeri yang diperkuat melalui kombinasi periportal, degenerasi, dan nekrosis. Nekrosis
parasetamol atau asetosal (Tjay & Rahardja 2007). ditemukan pada kelompok KB1, KB2, dan KB3
Kodein yang diberikan secara oral, masuk melalui karena pada proses ekstraksi benalu mangga
sistem pencernaan kemudian diabsrobsi oleh usus terdapat senyawa selain kuersetin. Senyawa utama
(Willian et al 2001). Di dalam usus, obat akan flavonoid yang terkandung pada benalu mangga
108
Sekar Maya Wijaya M. et al. / Biosaintifika 6 (2) (2014)
adalah kuersetin (Artanti et al. 2009). Pada Perubahan sel hepar meliputi degenerasi, inflamasi
penelitian sebelumnya penggunaan kuersetin dan nekrosis. Nekrosis pada mikroanatomi sel
maupun benalu dapat memperbaiki kerusakan hepar kelompok kodein 12mg/200gram BB dan
mikroanatomi hepar. ekstrak benalu mangga dengan dosis bertingkat
Ekstraksi benalu mangga dilakukan dengan disebabkan karena dosis benalu mangga yang
cara maserasi. Maserasi adalah proses ekstraksi tinggi sehingga antioksidan berubah menjadi
dengan cara perendaman serbuk dalam air atau prooksidan
pelarut organik sampai meresap yang akan
melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang DAFTAR PUSTAKA
terkandung didalamnya akan larut (Daud et al.
2011). Pada hasil ekstrak benalu mangga terdapat Artanti N, Firmansyah T, Darmawan A. (2012).
senyawa antioksidan selain kuersetin yaitu Bioactivities Evaluation of Indonesian Mistletoes
saponin, alkanoid dan tannin (Artanti et al. 2009). (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq.) Leaves
Extracts. Journal of Applied Pharmaceutical
Senyawa antioksidan saponin, alkanoid dan tanin
Science;1:24-27.
yang terdapat dalam benalu mangga pada dosis
________, Widayanti R, Fajriah S. (2009). Aktivitas
tinggi akan mengalami perubahan menjadi Antioksida dan Toksisitas Ekstrak air dan Etanol
prooksidan. Konsentrasi antioksidan yang Daun Benalu (Dendrophthoe pentandra L. Miq)
diberikan berpengaruh pada laju oksidasi. Jumlah yang tumbuh pada berbagai inang. JKTI;11(1).39-
konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada 42.
struktur antioksidan, kondisi dan sampel yang Daud MF, Radiyah ER, Rismawati E. (2011). Pengaruh
akan diuji. Pada konsentrasi tinggi aktivitas Perbedaan Metode Ekstraksi terhadap Aktivitas
antioksidan berubah menjadi prooksidan yang Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji
Berdaging Putih. Prosiding SNaPP2011 Sains,
dapat merusak sel (Suryani et al. 2013). Ketika
Teknologi, dan Kesehatan: 55-62
dosis antioksidan dan prooksidan tidak seimbang
Durgo K, Vukovi L, Rusak G, Osmak M, FranekiJ. (2007).
atau kadar antioksidan tinggi sedangkan Effect of Flavonoids on Glutathione Level,
prooksidan rendah, maka tubuh akan membentuk LipidPeroxidation and Cytochrome P450 CYP1A1
senyawa prooksidan untuk menyeimbangkan Expression in Human Laryngeal Carcinoma Cell
kadarnya dengan antioksidan, dan hal ini akan Lines.Food Technology Biotechnol;45(1):69–79.
membuat sel-sel radikal bebas. Aktivitas Eisssing T, Lippert J, Willman S. (2012).
prooksidan dapat menurunkan tingkat glutation Pharmacogenomics of Codeine, Morphine, and
yang mengakibatkan hepatoksisitas. Kuersetin Morphine-6-Glucuronide Model-Based Analysis
of the Influence of CYP2D6 Activity, UGT2B7
pada benalu mangga bertindak memperbaiki sel
Activity, Renal Impairment, and CYP3A4
hepar yang rusak akibat paparan kodein, karena
Inhibition. Mol Diagn Ther;16(1): 43-53.
dengan diproduksisnya glutation akan membentuk Ferrel LD, Kakar S. (2011). Liver Pathology.
kompleks yang kurang berbahaya (Durgo et al. Pennsylvania: Demos Medical Publishing.
2007), tetapi saponin, alkanoid dan tanin yang Ferreirós N, Dresen S, Clausen MH, Auwaerther V,
terdapat pada benalu mangga pada konsentrasi Thierauf A, Müller C, Hentschel R, Trittler R,
tinggi aktivitas antioksidan berubah menjadi Skopp G, Weinmann W. (2009). Fatal and severe
prooksidan. Sehingga tubuh tidak dapat kodeine intoxication in 3-year-old twins—
menyeimbangkan yang mengakibatkan interpretation of drug and metabolite
concentrations. Journal Legal Med;123:387–394.
hepatoksisitas.
Gasche Yuan, Daali Y, Fathi M, Chiappe A, Cottini S, Dayer
P, Desmueles J. (2005). Kodein Intoxication
SIMPULAN Associated with Ultrapid CYP2D6 Metabolism.
The New England Journal of
Pemberian ekstrak benalu mangga pada Medicine;351(27):2827-2831.
semua kelompok tikus kelompok kodein Hapsari RA. (2010). Pengaruh Lama Pemberian Metanol
12mg/200gram BB dan ekstrak benalu mangga 50 % Per Oral terhadap Tingkat Kerusakan Sel
dengan dosis bertingkat per oral menyebabkan Hepar pada Tikus Wistar [Karya Tulis Ilmiah].
perubahan yang tidak bermakna (p>0,05).
109
Sekar Maya Wijaya M. et al. / Biosaintifika 6 (2) (2014)
110