Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Adlu

Nim : 11170321000009

Relasi Gender Dalam Agama Konghucu

Agama Khonghucu itu mempunyai masa perkembangan yang sangat panjang sebelum memiliki
bentuknya seperti yang sekarang; apabila dimulai dari jaman Raja Suci Giau naik tahta (2357 s.M.)
sampai wafat Bingcu atau Mencius (289 s.M.), telah meliputi kurun waktu 2068 tahun; maka itu kitab
suci Agama Khonghucu dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yang dinamai Ngo King atau
Kitab Suci Yang Lima yang berasal dari jaman para Nabi sebelum lahir Nabi Khongcu, yang merupakan
kitab yang mendasari mengenai keimanan, peribadahan dalam Agama Khonghucu. Kelompok ke dua
dinamai SU SI atau Kitab Yang Empat, yang langsung berasal dari Nabi Khongcu dan murid-muridnya
sampai kepada Bingcu, merupakan Kitab Suci Yang Pokok.

Diceritakan bahwa sebelum Masa Kelahiran Nabi Khongcu seorang lelaki, apalagi seorang Raja pada
Jaman itu seakan-akan berhak mempunyai seorang isteri sah dengan beberapa orang selir. Sebutlah
pada waktu Raja Ciu Yu Ong ( 781-771 s.M.) walaupun telah beristeri, ia pemburu wanita perempuan
cantik. Ketika ada menterinya yang bernama Pau Siang mengingatkan Sang Raja, untuk memperhatikan
masalah-masalah kenegaraan daripada memikirkan perempuan cantik, malah sang raja marah, lalu
memenjarahkan Pau Siang. Mengetahui kelemahan sang raja keluarga Pau Siang akhirnya
mempersembahkan seorang perempuan cantik bernama Pau Su. Pau Su perempuan cantik-jelita itu
dijadikan selir. Namun, karena begitu cantiknya sang gadis, membuat sang Raja tega memulangkan isteri
sahnya kepada orang tuanya dan menjadikan Pao Su sebagai permaisuri. Pada jaman itu Para lelaki
bangsawan dapat mempunyai satu orang isteri sah dan kemudian mempunyai beberapa orang selir.

Sing Jien (Nabi) Khongcu sejak kecil, tepatnya ketika berusia tiga tahun, telah kehilangan ayahandanya
sehingga pendidikannya semata-mata bergantung pada ibunda dan nenek luarnya. Ternyata ibu Tien Cai
seorang yang teguh iman dan bijaksana untuk merawat, membimbing dan mendidik anaknya sebaik-
baiknya.

Nampaknya kasih sayang seorang Ibu yang begitu dirasakan Nabi Khongcu berpengaruh besar pada
kehidupan Nabi Khongcu selanjutnya. Beliau begitu menghormati perempuan, sehingga sampai akhir
hayatnya hanya beristeri seorang perempuan saja. Secara sekilas kehidupan Khongcu berkaitan dengan
perempuan dapat diceritakan seperti berikut ini:

Nabi Khongcu menikah pada usia 19 tahun dengan seorang gadis dari keluarga Kian Kwan dari negeri
Song. Dari hasil pernikahannya Nabi Khongcu mempunyai 3 orang anak, yaitu 1 orang putera dan 2
orang puteri.

Pada waktu Nabi Khongcu berumur 26 tahun ibunya meninggal dunia. Untuk memberikan perhormatan
kepada ibunda yang dicintainya, Nabi Khongcu memutuskan mengadakan perkabungan selama 3 tahun
lamanya.
Sumber : www.spocjurnal.com

Anda mungkin juga menyukai